Thank You

Best (Boy)friend

‘Thanks for let me to hug you, thanks for being here,’

 

Jongin awalnya terkejut saat kedua lengan Ga Eun melingkar di pinggangnya. Saat mendengar suara lirih Ga Eun yang meminta untuk bertahan pada posisi tersebut, Jongin hanya bisa pasrah. Kedua tangan Jongin lalu membalas pelukan Ga Eun. Sebelah tangan Jongin membelai lembut rambut Ga Eun.

“Sakit Jongin…” lirih Ga Eun. Mendengar suara Ga Eun yang bergetar, Jongin mengeratkan pelukannya. Semampunya Jongin mencoba menenangkan Ga Eun. Saat Jongin mempererat rangkulannya, disaat itulah Ga Eun mulai terisak. Jongin merasa sudah biasa dengan menenangkan Ga Eun yang menangis tiba-tiba, hanya bisa membiarkan gadis tersebut terus menangis hingga ia tenang. Saat tidak lagi terdengar isakan tangis yang keluar dari Ga Eun, Jongin dengan pelan menjauhkan pelukannya, menangkup wajah Ga Eun lalu kedua ibu jarinya menghapus air mata Ga Eun. Jongin menatap dalam Ga Eun. Merekam setiap sudut wajah Ga Eun yang terlihat begitu sempurna di matanya. Mata Ga Eun yang cukup besar sebagai orang Korea, hidung Ga Eun yang tidak terlalu mancung, tetapi terlihat begitu indah menempel di wajah manis Ga Eun, hingga tatapan Jongin jatuh di bibir merah Ga Eun. Jongin melihat bibir tipis Ga Eun begitu menarik. Jongin dengan segala kekuatan yang ia punya mencoba menahan hasrat ingin mengecup bibir merah Ga Eun. Jongin sangat ingin meluapkan bagaimana perasaannya terhadap Ga Eun dengan mengecup bibir merah itu. Bagaimanapun perasaan Jongin terhadap Ga Eun, Jongin mencoba menahannya. Jongin tidak ingin terlalu cepat dan dia tidak ingin membuat sebuah kesalahan dengan Ga Eun. Jongin ingin memulai semuanya dengan Ga Eun secara perlahan dan benar.

Ga Eun meskipun matanya menjauhi tatapan Jongin, tetapi ia tahu bahwa lelaki yang menangkup wajahnya tersebut sedang menatapnya dalam-dalam. Ga Eun merasa bingung dengan perlakuan Jongin terhadapnya, mencoba mencari cara agar dia dan Jongin keluar dari suaasana yang cukup tenang tersebut.

“Jongin, aku lapar,” gumam Ga Eun. Ga Eun sungguh tidak tahu ingin berbicara apa. Tetapi benar jika dirinya lapar setelah menangis terisak seperti tadi.

Jongin tersenyum lalu mencubit kedua pipi Ga Eun. Bagaimana gadis itu terlihat lucu saat mengatakan bahwa dirinya lapar.

“Aigoo, Ga Eun ku lapar,” kedua tangan Jongin mencubit pipi Ga Eun yang terlihat sedikit chubby itu. Ga Eun kembali teringat Chanyeol pernah melakukan hal yang sama seperti Jongin lakukan.

“Kau ingin kita makan diluar atau pesan—“

“Pesan saja, aku sedang tidak ingin pergi keluar,” Ga Eun memotong kalimat Jongin. Ga Eun masih merasa tidak enak badan dan hanya ingin beristirahat di apartemen.

“Kau ingin makan apa, Ga Eun-ah?” tanya Jongin memanggil Ga Eun dengan menambahkan –ah setelah namanya. Ga Eun tertawa kecil sebelum menjawab Jongin. “Tidak tahu kenapa sekarang ini aku sangat ingin makan ayam goreng,” balas Ga Eun.

“Call! Aku tahu dimana ayam goreng terlezat dijual. Kau juga suka ayam seperti ku. You’re really my style, Ga Eun-ah!” lanjut Jongin. Ga Eun kembali tertawa saat Jongin memanggilnya dengan Ga Eun-ah. Jongin menatap Ga Eun heran setelah mendengar gadis itu tertawa setiap kali ia selesai berbicara.

“Ga Eun-ah, tadi kau menangis terisak tetapi kini kau tertawa setiap setelah aku berbicara. Apa yang terjadi Ga Eun-ah, apa demam mu semakin tinggi?” ucap Jongin sembari punggung tangannya memeriksa suhu badan Ga Eun. Dengan cepat Ga Eun menahan lengan Jongin dan menjawab pertanyaan Jongin. “Demam ku tidak dingin, Jongin-ah. Hanya saja lucu saat kau memanggil ku dengan Ga Eun-ah seolah kita sudah akrab.”

“Dan kau juga barusan memanggil ku Jongin-ah. Bukankah kita memang sudah akrab?”

“Bukan begitu. Memang kita sudah akrab. Hanya saja aku mengingat bagaimana pertemuan awal kita dan aku sungguh tidak percaya bisa akrab dengan orang seperti mu,” balas Ga Eun.

“Benar sekali. Kalau diingat lagi aku juga tidak percaya bisa dekat dengan gadis aneh sepertimu,” Jongin kembali menjawab Ga Eun dengan ‘gadis aneh’.

“Kau lelaki aneh!”

“Kau juga gadis aneh!”

“Kau lah yang aneh! Gadis sebaik diriku kau sebut aneh!”

“Kau lah yang aneh! Lelaki setampan ku kau sebut aneh!”

“Kau—“

Mulut Ga Eun berhenti saat Jongin meletakkan telunjuk nya di bibir Ga Eun. Jongin dapat merasakan bagaimana lembutnya bibir Ga Eun saat telunjuknya menempel di bibir Ji Eun. Jongin sungguh ingin menarik wajah Ga Eun lalu mencium bibir Ga Eun. Tetapi Jongin masih memiliki kekuatan untuk menahan dirinya.

“Aku suka bagaimana pertengkaran lucu kita, tetapi berhubung aku sangat lapar, aku akan menelepon restauran ayam tersebut lalu kita kembali bertengkar lagi,” ucap Jongin saat telunjuknya menjauh dari bibir Ga Eun.

“Baiklah,” jawab Ga Eun singkat.

Jongin menelepon restauran ayam lalu memesan beberapa potong ayam untuk dirinya dan Ga Eun. Setelah selesai menelepon, Jongin menoleh untuk melihat Ga Eun dan Jongin menemukan Ga Eun terdiam dan menundukkan kepalanya.

“Ga Eun-ah kau—“

“Jongin-ah! Kau sudah selesai menelepon?” tanya Ga Eun lalu mengambil sebelah tangan Jongin dan meletakkan tangan Jongin di dahinya.

“Bagaimana? Panas ku sudah turun, bukan? Mungkin aku hanya butuh satu pleseter penurun panas lagi, bisakah kau mengambilnya untukku? Plester penurun panas ini ada di kotak P3K ku di lemari sana,” telunjuk Ga Eun menunjukkan lemari yang berisi kotak P3K yang ia maksud.

“Begitu, benar masih panas, tunggu sebentar ya akan aku ambilkan,” Jongin dengan cepat bangkit lalu mengambil kotak P3K.

Senyum mengembang  di wajah Ga Eun saat Jongin dengan cepatnya bangkit untuk mengambil kotak P3K untuknya. Jongin dengan cepat juga kembali menjatuhkan dirinya di sebelah Ga Eun lalu mengambil plester penurun panas.

“Pasangkan untukku,” pinta Ga Eun saat plester penurun panas sudah di tangan Jongin.

Jongin dengan senang hati menempelkan plester penurun panas tersebut di kening Ga Eun. Ga Eun melihat wajah Jongin secara seksama karena jarak wajah lelaki tersebut sangat dekat dengannya.

“Sudah,” ujar Jongin selesai menempelkan plester penurun panas di kening Ga Eun.

“Jongin, tenggorokan ku kering, bisa kah kau mengambil segelas air putih untukku?” pinta Ga Eun.

“Kau haus? Oke tunggu sebentar ya,” Jongin kembali bangkit lalu berjalan ke dapur.

Ga Eun kembali tersenyum bahkan sedikit tertawa saat Jongin dengan cepatnya merespon setiap apa yang dia minta.

“Ini dia air putih mu,” Jongin memberi Ga Eun segelas air putih yang dia minta. Tetapi dengan cepat Ga Eun menolak permintaan Jongin, “aku ingin meminumnya dari tangan mu,” pinta Jongin.

“Ga Eun-ah, kau..” Jongin menggeleng tidak percaya dengan sikap manja Ga Eun lalu dengan sukarela memberi Ga Eun minum dari tangannya.

“Jongin-ah, aku—“

“Hentikan!” tegur Jongin saat tahu arah pembicaraan Ga Eun.

Bel pintu apartemen berbunyi, Jongin kembali bangkit untuk membuka pinta dan melihat pesanan makan siangnya sudah sampai. Jongin membayar makanan tersebut lalu kembali duduk disebelah Ga Eun.

“Makan siang udah datang,” ujar Jongin lalu membuka kotak makanan.

“Jongin-ah, suapi aku,” pinta Ga Eun kembali. Tidak lupa memberikan Jongin senyum terbaiknya.

“Ga Eun-ah kau—baiklah, aku akan menyuapi mu,” Jongin kembali menuruti permintaan Ga Eun. Ga Eun menepuk kedua tangannya pelan saat Jongin mulai menyuapinya.

Setelah mereka selesai makan, Jongin membersihkan kotak dan sisa makanan yang berlebih. Jongin dengan lelah kembali duduk di sebelah Ga Eun.

“Jongin-ah, aku—“

“Kenapa lagi Ga Eun-ah, aku—“

Jongin menutup kedua mulutnya saat bibir Ga Eun menempel di pipinya. Ga Eun memang mencium pipi Jongin sebagai tanda terima kasihnya.

“Terima kasih sudah menjaga ku hari ini, Jongin-ah.” 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
pikahbajet #1
Chapter 1: kesian ga eun