0.9

Fidélité
Please Subscribe to read the full chapter

♬ Ku Hye Sun - Arctic Lovers (very recommended)

 

 

Chanyeol menutup kembali pintu lemari Sehyun perlahan. Jari yang gemetar dibiarkan begitu saja. Terduduknya ia di lantai yang dingin membuktikan kalau dirinya tak dapat sepenuhnya bangkit untuk pergi dari sana. Setiap tangisan keluar menembus gendang telinga, ia sama sekali tidak menikmati tangisan yang nyatanya disebabkan oleh ulahnya itu.

Dari awal, rencananya sore ini adalah rencana yang simpel. Pergi berpakaian rapih untuk mengerjakan tugas praktek Bahasanya, mewawancarai pemilik toko bunga yang berada di depan gang lalu pulang.

Namun ketika jarum panjang jam sudah berputar dua kali putaran penuh, dirinya mendapati kalau langit di luar sudah gelap kala ia terbangun dari tidurnya.

Tak ada tanda-tanda ia akan beranjak saat tahu kalau tempat ia duduk sekarang adalah lantai kamar orang lain. Ponselnya bergetar, mengirimkan penglihatan sepenuhnya dan ia terbangun.

Dua pesan dan beberapa telepon tak terjawab dari Mina dan Sehun.

Chanyeol kembali mengunci layar ponselnya, ditolehkan kepala ke arah kiri, untuk menatap benda mati dengan seseorang di dalam sana. Kalau ia masih ingat jelas, masih ada orang di dalam sana.

Ia bergeser sedikit, tangan terulur mencoba meraih gagang pintu lemari dan akhirnya membuka benda itu lebar-lebar. Apa yang ia lihat membuat helaan panjang nafasnya keluar begitu saja. Gadis itu masih di sana, tertidur lelap dengan wajah yang menunjukkan kedamaian di balik beberapa potong pakaian yang menggantung di atas kepala. Wajah asli yang harusnya selalu terpampang itu membuat ia menelan ludahnya berat. Sekelebat rasa bersalah itu kembali muncul, bagai racun ia tidak mau menelan kenyataan kalau malangnya kehidupan gadis ini ia juga ikut ambil andil di dalamnya.

Kenapa hanya rasa kasihan yang muncul sejak ia mengetahui sebuah kenyataan tentang apa yang akan dilakukan gadis ini bila nama Baekhyun terbersit? Ia tergerogoti rasa bersalah harus melihat gadis ini dalam keadaan seperti ini pula. Menyesal membeberkan fakta kalau ia tahu mengenai kepergian Baekhyun dan segala persetan lainnya.

Kalau ia kembali ke masa kecil, ke masa di mana ia bertemu Baekhyun, bisakah ia menghitung hari sejak di mana pemuda itu meninggalkan gadis ini? Ia bisa berasumsi kalau gadis ini juga telah mengalami masa yang pahit sejak itu.

Kenapa? Masa kecil seperti apa yang membuat ia terlalu bergantung pada sosok Baekhyun? Bahkan menyebut diri mereka dengan sebutan orang yang sudah menikah. Bahkan sampai hapal makanan dan hal favorit masing-masing. Ini sudah sepuluh tahun. Sepuluh tahun lamanya dan sebuah nama masih memiliki efek yang parah dalam ingatan seseorang. Oh, Chanyeol jadi membayangkan apa yang terjadi setelah Sehun dan teman-temannya mempermainkan nama Baekhyun di depan gadis ini waktu itu.

Ia merutuki temannya juga. Kata 'kenapa' keluar berulang-ulang dengan predikat yang berbeda. Padahal Baekhyun adalah sosok yang sudah jelas tidak akan pernah ia ketahui akan kembali tersenyum dalam rangkulan tangan mungilnya atau tidak. Sosok yang dalam kepala Chanyeol saat ini, masihkah menginginkan kembali kemari dan mendapati bagaimana teman kecilnya sekarang menjalani hari-harinya?

Padahal dari apa yang Sehun katakan, Baekhyun adalah anak dari keluarga yang benar-benar kaya. Tak bisa ia pungkiri bahwa faktanya ayahnya Park Chansoo saja bekerja di perusahaan atas marga Shouko itu. Pemuda seperti Baekhyun, tidak akan mungkin tahu kalau ada orang yang terus menangisinya di dalam lemari pakaian.

Chanyeol sudah menyerah. Tak mau ide gila  Dyo saat itu malah berujung semakin serius. Kalau ia ingin mengetahui bagaimana sosok dari dalam Sehyun, apa cukup dengan memandanginya yang nampaknya sedang berada dalam fantasi alam mimpi? Tidak perlu.

Ia tidak perlu mempermainkan gadis ini lebih jauh lagi dan temannya menyaksikan perkembangan dari permainannya. Kalau ia sempat tak tahu cerita di balik tangisan gadis ini, mungkin matanya akan tetap tertutup, bersenang-senang di atas penderitaan orang lain.

'Maaf.' ia merasa pantas mengeluarkan kata itu berkali-kali. Mendekat, tangannya terulur menahan leher dan yang satu lagi berada di bawah lutut Sehyun. Perlahan mengangkat gadis itu keluar dari dalam sana. Ia banyak membuat pendapat dari setiap jengkal langkah membawa tubuh kecil itu untuk terbaring di atas kasurnya.

Tubuhnya ternyata begitu berat.

Bulu matanya tidak lentik.

Kulit bibirnya nampak begitu halus.

Wajahnya juga kemerahan.

Jika ia membuat semua pendapat itu menjadi satu, ia cocok untuk bisa mengagumi gadis ini. Tapi ia tidak bisa, ia harus menolak tawaran Dyo. Ia takkan membiarkan dirinya lebih dari jahat pada gadis yang harusnya dibiarkan dengan sebuah perisai tak kasat mata.

Setelah dipikir kembali dan dipikir terus menerus pun, mana mungkin kejadian sore ini tidak membukakan matanya. Mana mungkin ia bisa sanggup terus menjahili Sehyun jika tahu setiap harinya ia akan menangis di rumah, di dalam lemari pula. Jika begitu Chanyeol benar-benar terlihat seperti orang yang kurang kerjaan atau kurang perhatian.

Menghela nafas berat, ia meminta maaf lagi pada Sehyun saat ia sudah meletakkan tubuhnya di atas kasur. Ia hanya tahu saat ini dirinya bersungguh-sungguh.

Dengan langkah gontai, ia pun melangkah menuju pintu keluar. Pandangan dan fokusnya kosong sebelum ia mendengar—

'Sehyun?'

Baru akan keluar dari kamarnya, Chanyeol terperanjat akibat suara wanita di luar sana yang terdengar berlari menaiki tangga.

Ia tak sempat mondar-mandir mencari tempat persembunyian maupun melakukan ide gila yang sempat terlintas untuk keluar melompati jendela.

Pintu kamar yang terbuka langsung menampakkan sosok wanita cantik berhak sepatu yang sama syoknya dengan wajah Chanyeol. Sulli baru saja mengetahui ada keberadaan orang asing di kamar adiknya dan tanpa pikir panjang langsung ambil kesimpulan fatal sendiri. Chanyeol yang sempat melihat kalau wanita ini pernah membawa Sehyun malah takut kalau ini adalah kakaknya.

'Siapa kau?!' Sulli melotot, tangannya meraba-raba dinding untuk menyalakan lampu namun tak berhasil. Matanya sesekali melirik-lirik isi kamar Sehyun mencari benda macam apa yang bisa ia gunakan melawan orang asing yang ada di hadapannya.

'A-aku—'

'Oh, tidak! O-orang cabul! Sayang!' Sulli menjerit. Dengan gesit melangkah keluar dari sepatu haknya, mengambil langkah seribu menuruni tangga untuk menghampiri Minho yang sudah duluan lari terbirit-birit mendengar jeritannya yang mirip orang gila.

'Ada apa, Sulli?!' Minho seribu kali lebih panik karena Sulli menenteng kedua sepatu haknya sambil memasang wajah horror, menunjuk-nunjuk ke arah lantai atas dengan salah satu sepatu hak yang berada di tangannya.

'Sehyun! Ada orang yang ingin mencabuli Sehyun! Cepat kau tangkap dia!' jeritnya menjadi sinyal bagi Minho untuk ikut berlari menaiki tangga namun tertunda saat ia menyaksikan Chanyeol yang baru saja keluar dari kamar Sehyun sambil mengangkat kedua tangan kalau ia menyerah.

'Aku bukan orang cabul!' bela Chanyeol sambil menuruni tangga. Minho langsung saja membekuk dirinya.

'Katakan itu di pengadilan!' pekik Sulli geram lalu memukul-mukuli pundak Chanyeol dengan sepatunya. Ia yang dibawa Minho untuk duduk di sofa lalu kembali memasang wajah syok.

'Apa? Kalian takkan membawaku ke polisi 'kan? Ini aku Chanyeol!'

'Siapa Chanyeol?!' tanya Sulli makin geram. Minho menghela nafas geram bukan pada Chanyeol, tapi jeritan tunangannya ini bisa-bisa membuat geger tetangga kanan kiri rumah ini.

'Sulli, hentikan!'

'Sayang, kalau aku telat sedikit saja mungkin sudah terjadi hal yang enggak-enggak!'

'Apa yang kalian berdua bicarakan! Sehyun tidur dalam lemari trus aku ngangkat dia ke kasurnya!' kali ini Chanyeol yang balas membentak. Pasangan itu sontak menjadi hening.

Tapi Sulli tidak mau terima alasan itu. 'Kenapa? Kenapa kau harus mengangkat dia? Kenapa kau tahu dia ada di dalam lemari?!' bentak Sulli tak mau dikalahkan oleh suara bariton Chanyeol yang terdengar mengerikan.

'Ceritanya panjang!' Chanyeol geram sendiri dengan wanita yang dari awal ia lihat memang sudah gila ini, padahal wajahnya cantik sekali. Sudah cukup menakuti ingatan Chanyeol waktu Sulli yang menculik Sehyun tertawa keras-keras bak orang tak waras.

Minho yang berada dipihak Chanyeol langsung melepas bekukannya, membuat Chanyeol menghela nafas selega mungkin. Ia mendengus saat melihat ekspresi bersalah Minho dan Sulli.

'Aku harus mewawancarai ibu Sehyun untuk tugas sekolah,' tutur Chanyeol melanjutkan penjelasannya.

'O-oh? Benarkah?' cengengesannya Sulli mendapat tatapan tajam dari Chanyeol. Wanita itu segera meletakkan sepatu haknya ke lantai dan memakainya kembali. Ia menghampiri Chanyeol, masih tersenyum dengan awkward-nya lalu mengusap bagian tubuh si Jangkung yang telah ia beri kekerasan. 'A-aku minta maaf, Chanyeol-a

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Sweethyunee
#1
Chapter 14: TT
Sweethyunee
#2
Chapter 13: Pertemuan mereka berdua bikin mewek TT
Sweethyunee
#3
Chapter 12: Baekhyun benar2 putus asa sampai bohong gitu
Sweethyunee
#4
Chapter 11: Sehun disini menghibur banget wkwk
Sweethyunee
#5
Chapter 10: Uwah udah nggak sabar mereka ketemu :-)
Sweethyunee
#6
Chapter 7: Chat nya dyo sama sulli kok lucu ya hehe
Sweethyunee
#7
Chapter 8: Sehyun sama Baekhyun sama2 menderita TT
Sweethyunee
#8
Chapter 9: Wah bentar lagi mungkinkah??
Sweethyunee
#9
Chapter 6: Kyak nya ntar chanyeol suka sama sehyun??
Sweethyunee
#10
Chapter 5: Sehyun juga merindukan baekhyun sebenarnya. Duh pengen cepet2 baca chap pas baekhyun ketemu lagi sama sehyun TT