0.4

Fidélité
Please Subscribe to read the full chapter

♬ Jungkook - Working (cover)

 

 

'Halo, namaku Park Chanyeol.'

Chanyeol dengan kacamata bulat berbingkai hitam tebal itu memperkenalkan dirinya di depan kelas. Sambil menatapi satu persatu pasang mata calon teman-teman barunya tahun ini di sekolah barunya, ia juga mengusapi lendir menjijikkan yang mengalir dari hidungnya. Baju seragam yang dimasukkan ke dalam celananya dengan begitu rapih, dasi kupu-kupu berwarna merah dan memiliki motif polkadot putih, serta kaos kaki tinggi dipasangkan dengan sepatu hitam mengkilap yang bisa membuat seseorang menginjak iri karena kekilapan sepatu itu. Sekarang dengan komposisinya sebagai anak kelas satu sekolah dasar itu ia mendapat asumsi lengkap dari calon temannya bahkan gurunya, kalau ia adalah seorang anak yang besok, atau beberapa jam ke depan akan menangis karena menjadi korban bully. Gurunya berpikir mungkin ia memiliki style seperti itu karena ayahnya juga seperti itu.

Biasanya, pada jam jam makan siang atau jam istirahat anak sekolah dasar, Chanyeol yang tidak memiliki teman itu akan duduk sendirian. Ia menaiki sebuah tangga besi yang berwarna warni yang jika dilihat dari kejauhan besi itu membentuk sebuah kubus. Anak-anak akan masuk ke dalamnya dan mengayun-ayunkan tubuh, memanjat ke atas dan berteriak seru tentang salah satu arena bermain yang ada di sekolah mereka. Tapi Chanyeol hanya duduk terdiam. Ia kadang hanya memperhatikan anak-anak lain dengan pikiran normal anak berumur tujuh tahun, keirian mengenai wajah-wajah yang tertawa dengan sudut bibir dari telinga kanan ke telinga kiri mereka. Membentuk senyum yang lebar, bermain pasir, menaiki ayunan lalu dibantu teman yang lain mendorongnya, kenapa mereka tidak mau mengajaknya seperti itu juga?

Chanyeol yang merasa sedih itu lalu mengusap lagi lendir hidungnya lagi dengan wajah polos.

'Tangannya lengket karena ingusan.' salah satu anak laki-laki yang dipaksa gurunya agar mau berteman dengan Chanyeol merengek.

'Itu menjijikkan, bu guru.' anak yang lain kembali menimpali.

Lalu, di siang hari adalah waktunya pulang sekolah. Tapi, bagi Chanyeol dengan dasi kupu-kupu itu, itu adalah waktunya ia bisa memakai ayunan sekolahnya dengan bebas tanpa perlu mengantri untuk bergantian memakainya. Tangan kecilnya menggenggam kedua rantai ayunan, kakinya yang mampu menapak tanah ketika ia duduk di kursi ayunan itu ia gunakan untuk perlahan mundur ke belakang dan mengayun semakin kencang setiap kali ia terayun ke depan. Ia tersenyum jauh lebih lebar dari anak-anak lain yang pernah memainkan permainan ini. Mulutnya mengeluarkan bunyi seru akibat ia yang menikmati ayunan itu sendirian. Kurasa... aku tahu bagaimana menyedihkannya kehidupan anak kecil yang seperti itu.

'Baekhyun! Baekhyun-a!'

Tiba-tiba saja, telinga lebar Chanyeol mendengar suara anak kecil yang berteriak menjengkelkan menimbulkan gema di area sekolah yang sudah kosong. Chanyeol menolehkan kepala ke arah anak kecil itu sambil berusaha memelankan ayunannya. Anak itu sedang melihat-lihat ke dalam area sekolah melalui pagar yang tingginya dua kali dari dari tubuh kecilnya itu.

'Baekhyun-a!' ia berteriak lagi, ke arah Chanyeol. 'Kau di sana 'kan? Tunggu aku!'

Rahang Chanyeol terjatuh tiba-tiba, merasa terkejut saat anak kecil yang memakai rok itu memanjat pagar sekolahnya. Ia memanjatnya begitu cepat dan saat sampai di atasnya ia melompat dan terjatuh di pasir. Namun ia hanya mengusap kedua telapak tangannya dan membersihkan rok dan baju yang ia pakai. Dalam sekejap ia juga berlari ke arah Chanyeol yang duduk di atas kursi ayunan yang sekarang tenang tak berayun lagi. Chanyeol mengernyitkan dahi saat anak itu benar-benar menghampirinya. Wajahnya berubah menyamakan wajah bingung Chanyeol saat melihat ternyata itu bukan orang yang ia cari.

'Whoa,' ia tiba-tiba memasang wajah kagum. Chanyeol lalu mengikuti ke arah mana mata anak kecil itu melihat. Apa yang membuatnya terkesima sehingga memasang wajah kagum itu?

'Kau siapa?' tanya Chanyeol kembali mengangkat kepala melihat anak di depannya.

'Hyung, lihat, kakimu menapak di tanah.' ujarnya sambil menunjuk sepatu Chanyeol, dan suaranya itu terdengar jauh lebih menggemaskan dibanding saat ia berteriak melengking tadi.

''Hyung'?' ulang Chanyeol lebih heran lagi.

'Ya, hyung, itu hebat, karena kalau Baekhyun kakinya tidak akan sampai ke tanah,' jelasnya hanya membuat Chanyeol yang tidak mengerti tentang siapa orang yang dibicarakannya diam dengan mulut sedikit terbuka. 'Tapi hyung, kau lihat suamiku?' ia bertanya semakin terdengar seperti anak polos yang tersesat.

'Suami?' Chanyeol makin heran dengan apa yang dikatakan anak kecil di depannya.

Seakan pasrah, anak itu langsung berusaha mendeskripsikan sosok orang yang ia cari. 'Dia kecil,' mulainya dengan menempelkan jari telunjuk dan ibu jarinya. 'Matanya pun kecil,' lanjutnya kali ini menunjuk kedua matanya sendiri, entah kenapa Chanyeol yang menyimak itu memperhatikan dengan perasaan senang.

'Lalu?' tanya Chanyeol ingin anak itu melanjutkan.

'Dia punya botol minum dengan gambar Avenjer.' read: Avengers.

'Tapi,' Chanyeol mengusap hidungnya sekali. Anak di depannya hanya diam membuat Chanyeol lagi-lagi terkejut, ia kira, anak itu akan jijik dengannya seperti teman-teman sekolah lainnya yang mengejek ia dengan sebutan bocah ingusan. 'Kau tidak sekolah di sini 'kan?'

Ia mendapat sebuah gelengan kepala. 'Aku sekolah di sana,' kemudian jari telunjuk kecil itu menunjuk sebuah taman kanak-kanak yang persis berada di depan sekolah Chanyeol. Ia lalu melepas tas sekolahnya, meletakkannya di atas tanah dan berjongkok sambil berusaha mencari sesuatu. 'Ini,' ia kembali meresleting tasnya lagi dan mengenakannya. Sebelah tangan kanannya menyerahkan selembar tisu pada Chanyeol yang diam saja. Benar-benar keheranan dengan semua yang dilakukan anak ini. 'Sebenarnya tisu ini cuma buat mengilap mulut Baekhyun kalau dia makan berantakan. Cepat ambil.'

Chanyeol melepas genggaman tangannya dari rantai ayunan, mengambil tisu itu lalu mengilap hidungnya, kali ini keheranannya berubah dengan perasaan senang.

'Jangan bilang Baekhyun, ya hyung?'

'Mm.' jawab Chanyeol langsung mengangguk cepat.

'Jadi... apa kau melihat dia?'

Chanyeol menggeleng walaupun sebenarnya ia tidak mau menggeleng. Karena pasti anak ini akan segera pergi.

'Dia pasti pulang duluan lagi. Baik, terima kasih, ya hyung.' ujarnya dengan nada yang terdengar sedih. Tak lupa ia membungkukkan tubuhnya. Chanyeol jadi ikut kecewa saat anak itu berbalik pergi dan berlari lagi ke arah pagar sekolah. Ia tetap saja diam memandangi anak kecil itu kembali bersusah payah memanjat pagar. Ia jadi bertanya-tanya dalam hati, siapa namanya? Harusnya tadi ia juga berterima kasih 'kan?

Ada Park Chansoo, ayah Chanyeol, menjadi seorang pria tertampan di matanya. Ia bekerja di perusahaan berlabel Jepang yang ada di pusat kota Seoul dan ia tahu itu karena seringkali kalau ayahnya menitipkan sebuah barang atau dokumen penting pada ibunya yang adalah guru di taman kanak-kanak, ia pasti diajak menaiki bis pergi ke gedung besar dan tinggi itu. Saat untuk kesekian kalinya menemani ibunya untuk mengantar sesuatu yang ayahnya titipkan ke kantor, ia selalu merasa senang karena berada di dalam gedung begitu nyaman akibat hawa dingin dari AC-nya. Berjalan beriringan dengan orang dewasa, Chanyeol justru merasa lebih aman dibandingkan dengan anak sebayanya yang lain.

Dua minggu lalu, ia ditendang oleh seorang anak TK sok jagoan berbadan kecil sekuat tenaga dan itu mengenai betisnya. Ia terpelongo padahal hanya membelikan jus dalam kemasan pada anak kecil yang waktu itu memberikannya tisu. Ia diteriaki oleh si Poelaku kalau si Anak yang memberinya tisu itu: 'Istriku tidak suka jus jeruk, ia tidak suka dengan pria lain selain diriku, ia tidak boleh menerima apapun dari siapapun, karena itu enyahlah dari hadapanku, Caneyeol!' ia juga salah mengeja nama si Korban kekerasan.

Ah, rupanya dia. Chanyeol jadi teringat sesuatu saat mengingat deskripsi dari anak kecil itu mengenai badan yang pendek dan mata yang kecil, rupanya anak itu yang bernama Baekhyun, rupanya dia suaminya. Ah, jadi yang sering diejek cebol-cebol itu dia. Apa yang terjadi pada anak taman kanak-kanak pada jamannya itu? Suami—istri. Yang benar saja.

Lalu, ia berusaha menjelaskan, namun si Cebol tak mau mendengarkan. Ia dibentak oleh anak yang jelas-jelas tidak seumuran dengannya, akibatnya ia kalah karena memang sepatutnya ia tidak membalas. Tidak sepenuhnya juga, sebenarnya ia juga takut mendengar suara Baekhyun yang jauh melengking lebih keras itu pada dirinya. Meruntuhkan pertahanan bocah ingusan yang tidak ada apa-apanya dengan anak TK.

Dan si Cebol Baekhyun, kali ini duduk di sebuah sofa yang ada di lobi, menangkap tatapan anak ingusan dari Chanyeol saat ia mengangkat kepala dari sebuah game boy yang tidak menyala ada di tangannya. Ia meninggalkan ibunya yang sudah menaiki lift beralasan karena ada temannya dan berlari ke arah Baekhyun. Mereka bertatapan dan Baekhyun tidak membiarkan hal itu berlangsung lama saat ia menyebut nama Chanyeol keluar dari mulutnya.

'Caneyeol?' Baekhyun tidak memanggil hyung pada siapapun kecuali oleh seorang atlet sepak bola di kompleks rumahnya yang beberapa jam yang lalu baru ia temui.

'Kenapa kau ada di sini?' tanya Chanyeol. 'Mana temanmu itu?'

'Dia pergi.' jawab Baekhyun kemudian menunduk sambil menekan-nekan tombol yang ada pada game boy-nya.

'Pergi? Lalu kenapa kau tidak mencarinya?'

'Aku akan pergi juga.'

'Ke mana?'

'Jepang.'

'Kapan?'

'Nanti.'

'Kenapa ke Jepang?'

'Rumahku di sana, Caneyeol.'

'Lalu kalau dia kembali?'

Baekhyun mengangkat kepalanya untuk menjawab pertanyaan menyebalkan Chanyeol.

'Tidak tahu.'

'Kalau nanti dia menangis? Siapa yang akan membelikannya yoghurt?'

'Tidak tahu.'

'Kenapa kau tidak tahu? Kau bilang kau suaminya?' dan mungkin jika aku lewat mendengar mereka membicarakan hal ini aku akan menggelengkan kepala melihat kepolosannya.

Baekhyun memiringkan kepala, berpikir sejenak. 'Caneyeol... suka pada Sehyun 'kan?'

Chanyeol pun ikut terdiam sejenak. Kepalanya hampir mengangguk. 'Tidak.' namun kemudian menggeleng cepat.

Kemudian mulut kecil Baekhyun membentuk huruf o. 'Kau saja yang membelikannya? Ya, hyung?'

Chanyeol menggumam sebentar sebelum kepalanya terlintas sesuatu. 'Namanya saja aku tidak tahu.'

Baekhyun ragu menjawab, dalam pikirannya, ia hanya dapat membuat kesimpulan yang simpel, Chanyeol tidak suka dengan Sehyun, dan Sehyun tidak suka Chanyeol, dan ia akan baik-baik saja tanpa harus menendang Chanyeol seperti waktu itu. Sehingga, ia bisa menyebut nama anak kecil yang tidak diketahui Chanyeol itu agar Chanyeol dapat menepati

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Sweethyunee
#1
Chapter 14: TT
Sweethyunee
#2
Chapter 13: Pertemuan mereka berdua bikin mewek TT
Sweethyunee
#3
Chapter 12: Baekhyun benar2 putus asa sampai bohong gitu
Sweethyunee
#4
Chapter 11: Sehun disini menghibur banget wkwk
Sweethyunee
#5
Chapter 10: Uwah udah nggak sabar mereka ketemu :-)
Sweethyunee
#6
Chapter 7: Chat nya dyo sama sulli kok lucu ya hehe
Sweethyunee
#7
Chapter 8: Sehyun sama Baekhyun sama2 menderita TT
Sweethyunee
#8
Chapter 9: Wah bentar lagi mungkinkah??
Sweethyunee
#9
Chapter 6: Kyak nya ntar chanyeol suka sama sehyun??
Sweethyunee
#10
Chapter 5: Sehyun juga merindukan baekhyun sebenarnya. Duh pengen cepet2 baca chap pas baekhyun ketemu lagi sama sehyun TT