0.1.3

Fidélité
Please Subscribe to read the full chapter

♬ Winner - Fool

'Bagaimana dengan lagu yang kemarin? Sudah dicoba?' tanya Yerim, teman Byun Kara di Square Entertainment dengan status yang sama yaitu sebagai trainee.

Kara menggulung earphonenya, membuka tas lalu mencampakkan benda itu sekaligus MP3-nya ke dalam dan terburu meresletingnya. 'Sudah kok. Eh—aku balik ke asrama dulu, ya!' ia kemudian bangkit dari ruang latihan mereka, melambai pada Yerim dan bergegas pergi.

Yerim balas melambai. 'Oke! Jangan lupa besok dites lagi!'

'Oke!' Kara tersenyum sebelum menutup pintu ruangan. Ia benar-benar tidak sabar untuk pulang dan chattingan atau skype-an dengan Baekhyun.

Ya, Baekhyun. Kalian tidak salah mendengar namanya.

Begitu sampai, ia mencampakkan tasnya asal, menyambar ponsel yang tercas di atas meja dan langsung berlari ke arah kasur, melompat dengan senyuman bahagia ke atasnya. Ia telungkup dengan bantal yang mengganjal leher, membuka kunci layar ponselnya dan menyalakan koneksi internet.

Saat ia membuka Line-nya, benar saja, ada beberapa Line Baekhyun yang menunggunya di sana. Kara berseru, menggelinjang di atas kasur sanking bahagianya meskipun ia tidak tahu apa isi dari pesan Baekhyun itu.

Ia menenangkan diri, kemudian berdoa semoga isi pesan Baekhyun itu tidak membuatnya pingsan akibat baper. Dan... di bawah nama Baekhyun, ada satu nama pemuda yang mulai ia abaikan karena kakaknya.

Ia hanya mengendikkan bahu. Lalu mulai membuka ruang chatnya dengan Baekhyun.

Ya... semenjak hari itu... ia ingat betul. Kalau tidak salah semenjak ia memberitahukan sesuatu mengenai Sehyun. Sikap Baekhyun berubah drastis padanya. Pesan yang ia kirim hanya dibaca oleh Baekhyun, namun saat ia menyebutkan bahwa dirinya itu pernah bertemu Sehyun saat dirinya diantar Sehun ke gedung agensinya, Baekhyun membalas pesannya dengan sebuah gambar. Foto grup Sehun dan Sehyun yang waktu itu.

Baekhyun bertanya apa benar itu wajah Sehyun yang ia maksud dan Kara membenarkan. Sehari setelah itu Baekhyun pun rutin membalas chatnya.

Dan di hari itu... ketika Baekhyun mengetahui kebenarannya, ia merasa marah. Ia benar-benar marah. Karena ketiga pemuda yang berada di foto itu membohonginya. Bahkan Sehun.

Membuat ia mengamuk. Memporak porandakan isi kamar. Bahkan nekat memecahkan kaca jendela. Tidak ada yang datang ke kamarnya. Tidak ada yang peduli kalaupun ia menjadi gila saat ia merubah dirinya seperti orang sakaw. Saat itu juga ia pun menghubungi Sehun melalui Skype. Dengan tak disangka akan bertemu dengan Dyo, Kai, termasuk pemuda jangkung bernama Chanyeol.

Ia bertanya pada Chanyeol apa pemuda itu mengenalnya padahal dari reaksi awal Chanyeol, Baekhyun tahu kalau dia mengenalnya tapi... pemuda itu berbohong. Bagaimana Baekhyun bisa lupa? Itu adalah Chanyeol, si anak kecil yang pernah ia jadikan korban kekerasan di masa lalu. Chanyeol... ia tak pernah mendengar nama itu pada dua orang yang sama. Jadi itu, tak lain dan tak bukan adalah si Chaneyeol di masa kecilnya.

Ia tersenyum, tertawa pada mereka seakan beberapa menit lalu ia tidak pernah meghancurkan seisi kamarnya. Menahan emosi sambil dalam hati dengan busuknya memaki mereka. Termasuk Sehun.

Sudah berani berbohong padanya, apa Sehun pikir dia akan membiarkan pemuda itu bersama dengan adiknya? Adiknya yang naif itu memiliki pikiran yang mudah dimanipulasi. Jika ia menyuruh Kara untuk mengabaikan Sehun, maka terjadilah. Apa yang tidak akan dilakukan Kara untuk kakaknya yang paling ia cintai?

Kara dijodohkan? Omong kosong. Penyadap dan CCTV di kamarnya? Sampah. Semua yang ia lakukan terbatas? Sehun pasti dengan mudah termakan omongannya.

Kenapa ia berbohong? Semua mungkin lebih mudah jika hal itu terjadi. Ketika ia menelepon Sehun, ia sama sekali tidak turun untuk makan malam. Masih berada dalam posisinya sambil memikirkan kebencian-kebencian yang meluap-luap dalam kepalanya kala itu.

Bukan hanya kedua orang tuanya, bahkan Sehun pun mempersulitnya untuk bisa bersama dengan Sehyun. Ia pura-pura tidak tahu jika ia sudah mengetahui kebenarannya saat ia menelepon Sehun. Yang ia pikirkan, bagaimana caranya agar ia dapat melihat Sehyun dan ide ulang tahun Sehun sudah lebih dari membuatnya bahagia. Ya, cuma itu satu-satunya kesempatan yang ia miliki. Jika sempat gadis itu tidak ada, benar saja, ia pikir dirinya akan menghancurkan Sehun.

.

.

.

Semua orang berbohong.

Semua orang menghalanginya.

Semua orang berusaha merebut apa yang menjadi miliknya.

Dan Baekhyun sama sekali takkan membiarkan hal itu terjadi.

.

.

.

Entah sejak kapan Sehyun dan ketiga teman Chanyeol mulai akrab. Bahkan pergi makan siang berlima dan mereka tertawa bersama—masih kecuali Sehyun. Karena dia hanya diam menghabiskan makan siang dan menjawab mereka jika diperlukan.

Hari ini adalah hari Senin lagi. Tiga hari sebelum ulang tahun Sehun. Hari Minggu kemarin Sehyun dan kedua kakaknya itu pergi piknik dan di hari sebelumnya ia pergi berbelanja dengan Sulli. Hari-hari berlalu cepat tanpa tekanan—atau masalah-masalah sepele seperti biasa. Entah mengapa semuanya menyukai sesuatu yang berbeda ini. Hari yang berbeda ini. Suasana yang lebih bersahabat di antara mereka dan atmosfer tipis penuh ketenangan.

Ibunya masih belum pulang, namun masih mengabari. Sehyun sama sekali tak merindukan wanita itu, mungkin jika ibunya tak mengabari pun itu takkan menjadi masalah buatnya.

Sehyun duduk di antara Chanyeol dan Dyo. Sementara Kai dan Sehun berada pada sisi meja yang satunya.

'Kapan ulang tahunmu dirayain, Osh?' tanya Kai sambil menggigiti sedotan es kacang hijaunya. 'Hari Kamis 'kan masih sekolah. Ga mungkin kau ngerayain party hari itu juga 'kan?'

Sehun menyantap makan siangnya lahap, lalu mengusap mulutnya dengan tisu. 'Hari Minggu dirayain,' jawabnya lalu kembali menghabiskan sisa makan siangnya.

'Pas hari H kau gaada rencana?' tanya Dyo. Sedikit demi sedikit menghabiskan roti coklatnya.

'Err, ada sih,' Sehun diam untuk membalas tatapan Chanyeol. Kemudian beralih pada Sehyun yang juga menyantap makan siang. Sebenarnya itu, 'Aku punya rencana ngajak kalian pergi jalan-jalan. Yah, seharian main-main ke tempat rekreasi kek, kemana kek,' kemudian ia mengendikkan bahu. 'Sehyun juga ikut, ya?'

Mendengar namanya disebut, gadis itu lalu menatap Sehun. 'Ya?'

'Ikut, ya? Kita berlima,' kata Sehun lagi.

Semuanya menunggu reaksi Sehyun. Dia menoleh ke arah Chanyeol yang balas menatapnya. Ia rasa kalau di situ ada Chanyeol, itu tidak masalah. Membatin, ia kemudian mengangguk pada Sehun.

'Ya, aku ikut.'

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

.

.

.

.

.

.

***

Bagaikan bumi dan langit.

Di saat keadaan mereka yang berada di Korea membaik, di sini, keadaan Baekhyun tak lebih buruk dari bentuk kamarnya yang pernah ia hancurkan.

Setiap malam ia gelisah dan semakin gelisah kala ia berusaha mencari cara dan jalan apa yang dapat membuatnya keluar dari segala kerumitan dalam kepalanya. Ia harap ia cukup cerdas untuk memikirkan tentang hal itu—jika saja ayahnya tidak menjejalkan ia dengan segala kegiatan perusahaan yang Baekhyun tidak peduli apa-apa yang terjadi di sana.

Pemuda itu selalu bermimpi. Namun kali ini adalah mimpi paling buruk dari yang terburuk.

Baekhyun diam membayangkan isi mimpinya. Di mana ia terbangun dan menemukan dirinya dalam sebuah kamar gelap. Sendirian. Terduduk di tengah-tengah sebuah lantai yang dingin. Tak bisa melihat ke sekeliling, seakan ada yang mengganjal sendi lehernya. Sebuah cahaya putih menyinari dari atas, tetap saja ia tak tahu apa yang berada di sekelilingnya selain kegelapan.

Tubuhnya kaku tak bisa bergerak. Bibirnya membisu tak mau mengeluarkan frasa apapun. Ia takut. Ia takut.

Lalu sebuah bunyi terdengar, dia dapat berdiri, kemudian menghampiri bunyi itu bukan atas kemauannya. Tubuhnya bergerak seperti dikendalikan.

Semakin ia melaju ke dalam kegelapan, ia lalu menemukan sebuah cahaya.

Ia berlari. Ia mengejar cahaya itu dan terhenti ketika dengan ajaibnya tahu-tahu saja ia sudah berada di sebuah taman bermain yang kosong.

Langitnya mendung. Suasana yang ada di sekitarnya sunyi senyap. Di sekelilingnya seperti tidak ada tanda-tanda kehidupan kecuali suara derit rantai ayunan yang bergerak. Di sana dua anak kecil bermain, tanpa ekspresi pada wajah mereka. Anak kecil itu adalah dia. Dia bersama dengan Sehyun.

'Aku pergi, ya.' dia dalam wujud anak kecilnya berkata, kemudian berlari pergi dari sana, lenyap seperti hembusan angin. Sementara Sehyun terdiam di ayunan. Menunduk lama. Tak berbuat apa-apa di atas ayunan yang tenang.

'Sehyun,' dia menggerakkan bibirnya, namun tidak bersuara. Tangannya mencoba meraih, namun ia tak mampu berjalan menghampiri.

'SEHYUN!' dalam hati berteriak. Bibirnya tetap tak mau mengeluarkan suara.

Lalu terdengar suara tangisan. Anak kecil itu menangis. Ia menangis tapi dirinya tak bisa berbuat apa-apa.

Membuat Baekhyun tersentak dan bangun dari mimpi buruknya. Keringat mengaliri kedua sisi pelipis dan leher. Tempat ini membuatnya keringatan dan sesak. Lemari ini tak cukup besar buatnya.

Baekhyun mengingat ketika ia menangis di dalamnya. Merasa kesepian. Terbaring di dalam lemari memeluk lutut, mulai meringkuk seperti fetus.

Tak ada alas kepala. Tak ada guling maupun selimut. Ia berada di dalam lemari yang sesak. Sesesak pikirannya saat ini.

Mana Sehyun... Ia ingin bertemu Sehyun. Kalau ada Sehyun mungkin semua hal yang ia lakukan akan membuatnya tersenyum. Tapi di mana Sehyun...

Setiap tidur dalam lemari selalu seperti itu.

Ini adalah mimpinya yang paling buruk.

***

Hari Kamis, sore hari yang tenang di rumah keluarga Byun seperti kemarin-kemarin. Kedua orang tua Baekhyun sedang melakukan perjalanan bisnis, dan tentu saja, ia sedang sendirian dalam kamar yang luas dengan ponsel di tangan, men-dial nomor Sehun.

Ini Kamis, 12 April 2016. Ia tentu harus mengucapkan selamat pada pemuda yang telah membuatnya tertolong ini.

'Halo?' sapa orang yang berada di ujung teleponnya.

'Hai, Sehun. Maaf baru bisa mengucapkannya, tadi pagi harusnya sempat tapi aku harus ngecas. Selamat ulang tahun, ya,' katanya sambil memandang keluar jendela kamar yang beberapa waktu lalu sudah diperbaiki.

'Oh, yayaya. Makasih, ya,' Sehun terdengar terburu-buru, barangkali Baekhyun menelepon di saat yang tidak tepat.

Baekhyun menghitung dalam hati, kira-kira di Seoul masih pukul 8 malam. 'Um, sepertinya ramai sekali? Kau lagi ada acara?'

'Ohh, iya ramai. Lagi di tempat karaoke nih sama tiga beruk,'

'Ohahahaha, enak dong karaokean. Oh ya, hari Minggu aku datang sendirian, ayah dan ibuku rupanya ga bisa nemenin.'

'Ngapain bawa-bawa ortu? Acaranya ga formal kok. Hehe~ Kapan berangkat?'

'Hari Sabtu,'

'Baliknya kapan?'

'Hari... ah aku belum cek lagi,'

'Ohh, oke oke,'

'Hey, Sehun!' suara perempuan terdengar di jalur telepon. Baekhyun diam menyimak. Dengan siapa saja Sehun pergi selain Chanyeol, Kai, dan Dyo?

'Hah? Kenapa?'

'Giliranmu nyanyi,'

'Oh, oke oke. Hey, kututup dulu teleponnya, ya! Sampai jumpa hari Minggu!'

Telepon terputus. Baekhyun masih meletakkan ponselnya di telinga. Merekam ulang suara gadis yang baru saja didengarnya.

Ia tidak salah kalau mengatakan kalau itu adalah suara Sehyun 'kan?

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

***

Hari demi hari kembali berlalu. Membawa perubahan dan kenyamanan bagi Chanyeol dan orang-orang di sekitarnya. Bahkan ada lagi cerita kalau Sehyun mulai membuat akun Line dan tergabung dalam grup 4 orang gesrek itu. Ia diundang masuk ke dalam grup secara paksa, makanya ia tidak pernah muncul dan hanya jadi hantu dalam grup aneh mereka.

Ibunya belum berjanji akan pulang dalam waktu dekat dan Sehyun sama sekali tak memperdulikan hal itu.

Ini adalah hari Sabtu. Sehyun merasa lega. Dilihatnya jarum jam yang menempel di dinding kelas telah menunjukkan pukul 4 sore. Hari ini ia akan pulang naik skuter butut Chanyeol yang menurut Sulli sudah tidak layak lagi dipakai, apalagi jika itu dipakai membonceng adiknya.

'Hei... punya motor yang agak... aman buat dipake ga sih?' itu kata Sulli sewaktu Chanyeol menjemput Sehyun di rumahnya.

'Ini antik! Kalo di cat juga jadi keliatan baru lagi!' bela Chanyeol, mengelus-elus body si Skuter butut.

'Gagagagaga! Bahaya! Ini terakhir kalinya Sehyun naik benda ini!'

'Benda ini kau bilang?'

Sulli tak mengacuhkan Chanyeol. 'Kalo sempet nanti kita pergi cari kendaraan buat Sehyun, ya sayang? Biar gausah naik kendaraan jaman neolitikum itu,'

Yang diajak bicara cuma ngangguk pasrah.

Sehyun mau saja terkekeh mengingat kejadian itu, namun dirinya hanya tersenyum dan saat itu juga bel sekolah berbunyi. Mengucapkan selamat sore secara kompak pada gurunya ia lalu mulai berkemas.

Saat dirinya berada di luar kelas, Chanyeol sudah menunggunya. Melihat hal ini Sehun cuma ber-high five dengan pemuda jangkung itu.

'Duluan, ya.' kata Sehun lalu berlalu. Sehyun cuma mengangguk padanya.

'Sukses buat besok, cuy!' seru Chanyeol.

'Yo'i!' balas Sehun sambil mengangkat tangannya, tetap berjalan ke arah parkiran sekolah.

'Yok, jalan,' kata Chanyeol. Keduanya lalu mulai beranjak dari sana. 'Si Sehun geblek banget sih? Masa dia ga nyadar kalo hapenya ada di sini?' Chanyeol tiba-tiba tertawa, sebuah ponsel tipis berwarna hitam ia keluarkan dari kantongnya.

'Kok bisa?' tanya Sehyun heran.

'Tadi pas lagi di kantin. Tapi mayan, yang lagi ulang tahun cocoknya dikerjain abis-abisan,' katanya lagi dan makin geli menertawakan kejadian-kejadian yang menimpa Sehun sejak hari Kamis. Bayangkan saja, mereka membeli satu lusin pakaian dalam wanita. Menukarkan semua pakaian dalam Sehun dengan pakaian dalam wanita itu sewaktu hari Jumat ia, Kai, dan Dyo berada di rumah Sehun.

Ya tentu saja tadi pagi waktu datang ke sekolah Sehun ngamuk-ngamuk sekaligus menahan malu saat yang dilabrak cuma terkekeh geli guling-guling di lantai. Dan itu cuma satu dari sekian banyak kejadian jahil mereka untuk yang berulang tahun.

'Tapi gimana kalau ada orang penting yang nelepon?'

'Yaelah sepenting apa sih si Sehun? Yah, paling entar malem dia ke rumahku, Kai atau Dyo buat ngambil hapenya,' jelas Chanyeol seakan tak berdosa, cuma mengendikkan bahunya santai. 'Eh, kau tunggu di pintu sekolah aja, ya? Sekalian pegangin hape si Sehun. Tunggu, ya!'

'Oke...' Sehyun ogah-ogahan menerima ponsel yang termasuk kategori curian itu. Dia menghela nafas panjang sambil berjalan beda arah dengan Chanyeol yang sudah berlari pergi. Ia menunggunya di tempat biasa.

Dan sial—baru dipegang beberapa saat olehnya, ponsel Sehun bergetar. Ia tidak sempat melihat caller ID-nya karena telah terlanjur tidak sengaja tombol hijau di layar tersentuh jarinya yang sedang menggenggam ponsel canggih itu.

E-eh? Gimana nih? Batinnya panik. Sementara detik panggilan terus berjalan hingga detik kelima dan memutuskan untuk menjawab panggilan tersebut.

'Halo? Sehun?' tanya yang berada di ujung telepon. Sehyun mengernyit. Dia menyapa dengan bahasa Jepang?! Bagaimana ini, dia sama sekali tak tahu apa orang ini akan mengerti apa yang akan ia jelaskan padanya.

'Ah, itu, Sehun—' gimana cara bilangnya? Dia ngerti apa tidak bahasa Korea lalu bagaimana cara jelasin kalau ini 'kan ponsel curian! Gerutu Sehyun makin panik saat yang menelepon menanyakan Sehun lagi. 'Sehun sedang pergi sebentar. Nanti malam baru kembali!'

Baekhyun yang baru saja menutup pintu hotel tempatnya menginap terkejut. Dalam kepalanya ia merekam ulang suara perempuan dua hari lalu yang pernah di dengarnya. Dan itu adalah orang yang sama.

Untuk sesaat ia hanya diam. Gadis di ujung telepon ini, Sehyun, masih belum mematikan panggilannya.

Kemudian ia pun berkata pelan. 'Halo?'

'Maaf, ya. Tolong telepon nanti malam lagi!' Sehyun baru akan mematikan panggilannya, namun Chanyeol tiba-tiba saja muncul. Ia pun segera berlari ke arah pemuda itu masih dengan isi kepala yang penuh kepanikan.

'Sehyun? Ini Sehyun?' Baekhyun berkata lirih. Dirinya jatuh terduduk d

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Sweethyunee
#1
Chapter 14: TT
Sweethyunee
#2
Chapter 13: Pertemuan mereka berdua bikin mewek TT
Sweethyunee
#3
Chapter 12: Baekhyun benar2 putus asa sampai bohong gitu
Sweethyunee
#4
Chapter 11: Sehun disini menghibur banget wkwk
Sweethyunee
#5
Chapter 10: Uwah udah nggak sabar mereka ketemu :-)
Sweethyunee
#6
Chapter 7: Chat nya dyo sama sulli kok lucu ya hehe
Sweethyunee
#7
Chapter 8: Sehyun sama Baekhyun sama2 menderita TT
Sweethyunee
#8
Chapter 9: Wah bentar lagi mungkinkah??
Sweethyunee
#9
Chapter 6: Kyak nya ntar chanyeol suka sama sehyun??
Sweethyunee
#10
Chapter 5: Sehyun juga merindukan baekhyun sebenarnya. Duh pengen cepet2 baca chap pas baekhyun ketemu lagi sama sehyun TT