0.1.2

Fidélité
Please Subscribe to read the full chapter

♬ Taeyeon - Lonely Night

'Mempercayai orang itu... sulit, ya?' salah satu dialog Chanyeol malam itu pada hari Minggu... ketika mereka berada di dalam toko bunga. Menjadi satu-satunya orang yang mengeluarkan suara dalam sunyi ruangan mereka saat ini. Chanyeol sudah muak pada ponselnya. Mode pesawat sengaja ia pasang sejak ia tahu kalau pasti semua orang akan menelepon karena ini adalah hari Minggu, bertanya dengan penasaran, ingin tahu keberadaannya. Ia mulai tidak menyukai hal itu. Karena di saat seperti ini, dering ponsel hanya akan mengacaukan suasana.

Kembali ke pertanyaan yang diajukan Chanyeol, yang menurut gadis ini aneh itu. Apa baginya mudah? Bagi Sehyun, sesulit engkau memutuskan akan melakukan kesalahan kedua padahal sudah tahu apa akibat kesalahan pertama.

Namun ia menahan jawaban itu. Ia tak bersuara hanya karena dalam hatinya ia tahu Chanyeol dan dirinya mungkin akan berakhir dengan sebuah argumen.

'Aku pun belajar dari kesalahan...' katanya lagi. 'Kesalahanku yang pertama adalah dengan berjanji... dan membuat banyak kesalahan baru...'

'Tolong paham, coba pahami orang lain yang mencoba memahamimu... Ya, kau melakukannya dengan membiarkanku berada di sini,'

'Aku tidak janji, tapi setidaknya aku berusaha berubah, entah apa itu tapi aku merasa bersalah.'

'Kau juga harus berubah. Ingat kataku?'

'Tidak ada kata meninggalkanmu selama ini, mungkin kau dan Baekhyun hanya... terpisah.'

'Mengerti maksudku 'kan?

'Tolong percayai aku, sepantasnya saja.'

'Aku akan sangat berterima kasih.'

'Ada yang mau kau tanyakan? Tolong bicaralah.'

Sehyun yang hanya diam sejak awal kini mengalihkan tatapan dari permukaan meja pada mata Chanyeol.

'Sampai kapan kau akan menemaniku?' akhirnya ia bicara. Sebuah pertanyaan yang sama sekali tidak diduga oleh pemuda dihadapannya.

Dalam hati Chanyeol tidak dapat mengetahui jawaban. Tapi yang pasti, sampai beban dalam hatinya ini hilang. Sampai gadis kecil yang ia sukai itu kembali. Sampai ia sendiri yang diminta untuk pergi pun dirinya takkan keberatan.

Tatapan Chanyeol yang nampak sudah memiliki jawaban namun enggan menyuarakannya itu terbaca. Jadi Sehyun melanjutkan dengan pertanyaan lainnya.

'Apa pernah bertemu Baekhyun?'

Pertanyaan yang ini lebih tak terduga lagi. Chanyeol memilih mengangguk. Tidak ada salahnya selama gadis ini sendiri yang ingin tahu. 'Minggu lalu. Untuk pertama kalinya aku melihat Baekhyun lagi.'

Melihat Baekhyun lagi.

Melihat Baekhyun lagi. Dan tak mungkin pemuda itu akan membawanya pergi dari kekeruhan memorinya. Baekhyun lupa. Baekhyun pasti sudah lupa. Baekhyun sudah tidak bisa dipercaya. Baekhyun cuma akan pergi dan membengkalaikan setiap janji yang dia ucapkan. Yang mereka ucapkan berdua. Ia tak mau hal itu terjadi lagi. Seperti yang ia katakan.

'Dia sehat. Aku mendengar ia tertawa dan dia nampak senang.'

Apa yang dilakukan Baekhyun... Sehyun tidak dapat melakukannya dihadapan semua orang. Tersenyum maupun tertawa. Baekhyun baik-baik saja sedangkan ia tidak. Dari apa yang Chanyeol katakan, itu yang sekarang menjadi pikirannya sambil berusaha mendengar kalimat apalagi yang mau diberitahukan Chanyeol.

'Kau tau kalau Baekhyun itu, latar belakangnya sama kayak Sehun?'

Ia sama sekali tak mengetahui hal itu. Jadi karena itu. Pantas saja. Orang kaya dalam bayangannya sama saja seperti Sehun. Pemuda itu suka bercerita dan membuat kelas ribut dengan membanggakan ketampanannya serta menyenangi pertanyaan orang-orang tentang kedudukannya yang adalah pewaris kekayaan keluarga.

'Tidak.' Sehyun menggeleng. Sengaja menjawab Chanyeol dengan singkat.

Chanyeol mengangguk sambil memberikan o-nya. Ia pun melihat ke arah arlojinya. Sudah hampir pukul 9 malam. Dan menit-menit kemudian, ia berniat mengisinya dengan topik lain.

'Sehyun, kalau ada yang tanya padamu apa kita pacaran, apa jawabanmu?' Chanyeol benar-benar mengalihkan topiknya. Hal yang sudah lama sekali ingin ia tanyakan semenjak mereka sering kelihatan berdua oleh penghuni sekolah.

'Menurutmu aku jawab apa?'

'Umm... entahlah. Kau jawab 'tidak'?'

Mata Chanyeol membulat tertarik dengan topik mereka. Sementara Sehyun hanya diam dengan wajah monoton menikmati bagaimana pemuda itu tersenyum lebar tertarik akan jawabannya. Namun lebih tepatnya, Chanyeol senang jika mereka bisa berbincang seperti ini dan bukan hanya ia yang membuka mulut.

'Aku suruh mereka bertanya padamu.'

'Benarkah?' Chanyeol menggeleng takjub. Menyetujui jawaban itu. Sangat sangat menyukai jawaban yang diberikan gadis itu. 'Kenapa kau jawab itu?'

Kepala digelengkan. Alasan utamanya ada satu, dan satu lagi, karena ia tak mau mereka bertanya lebih lanjut padanya jika ia menjawab tidak dan lantas kenapa mereka selalu bersama? Akan lebih baik kalau ia menyuruh mereka bertanya pada Chanyeol.

'Karena... mereka pasti tidak akan percaya pada jawaban apapun yang kuberikan.' itu hal utamanya.

Chanyeol menganggukan kepala—agak kecewa dengan alasan itu. 'Oh ya? Ngomong-ngomong, kau ingin tau aku jawab apaan?'

Sehyun menaikkan sebelah alisnya—ia menganggap senyuman lebar Chanyeol lebih dari sekedar hiburan. Senyuman lebar yang menandai kalau pemuda ini tengah merasa senang—ia sama sekali tak mengerti. Chanyeol sungguhan ingin berada dalam ruang lingkupnya. Berbagi oksigen di tempat yang sama, menyentuh permukaan meja yang sama, duduk berhadapan seperti saat ini, dan mereka akan membicarakan topik-topik tak terduga. Beberapa kali memang harus berargumen, namun ia sama sekali sudah tidak keberatan.

'Kau jawab apa, kak?'

.

.

.

'Tanya aja sama Sehyun.'

.

.

.

Senin pagi yang mendung. Cuaca tak terduga memaksa Chanyeol tersenyum membayangkan dirinya akan berangkat bersama dengan Sehyun menggunakan satu payung. Sudah ada dalam bayangannya itu berbagai macam hal atau ekspresi yang akan ia temukan pada gadis itu.

Ia turun dari kasurnya dan mulai membuka gorden untuk mengintip ke jendela rumah di seberang sana. Namun dari sini dirinya malah mendapati sebuah mobil silver di depan rumah Sehyun. Yang ia yakin kendaraan itu milik si Pengantin Baru. Ia lebih yakin lagi saat dirinya mulai mendengar omelan Sulli. Namun Chanyeol memilih mundur untuk bersiap pergi sekolah.

'Kau bercanda! Ibumu sama sekali belum pulang? Apa dia lupa kalau ia memiliki anak gadis yang—ugh! Sehyun, mulai pulang sekolah nanti tinggallah dulu dengan kakak. Oke? Kau mengerti, sayang?'

'Aku tau, aku tau.' Sehyun yang masih setengah tertidur itu mengangguk. Sulli langsung mendatangi rumahnya setelah tadi malam ia kembali. Bahkan Minho sama sekali belum bangun dan bahkan, wajahnya tanpa polesan make-up begitu pucat seperti ayam sakit.

'Dia kirim kabar 'kan?'

'Ya.'

'Syukurlah,' nafas lega terhembus dari Sulli. 'Jadi kau baik-baik saja 'kan? Kau sungguh baik-baik saja?' Sulli menatap Sehyun cemas sekali, kedua tangannya kini sibuk meremas-remas bahu Sehyun.

'Aku baik-baik aja. Kakak pulang aja dulu. Ini masih jam setengah tujuh.'

'Pulang dari mana? Ini mendung, biar aku yang nganter ke sekolah. Ga ada tapi-tapian, oke?'

Lalu sebuah anggukan pasrah menjadi jawaban.

***

Chanyeol mulai merasa tak enak saat ia berjalan ke arah pagar rumah sambil memandangi mobil Sulli yang masih terparkir. Payung sudah ia kembangkan sebelum dirinya keluar dari halaman rumahnya. Rintik-rintik hujan sudah mulai nampak pada aspal jalan. Butiran kecil itu serta merta menyapu sepatunya. Hawa dingin pun turut membungkus ia yang sudah menggigil.

Suara Sulli dari luar pagar rumah Sehyun terdengar semakin jelas. Chanyeol yang memasukkan sebelah tangan dalam kantong celana berdiri tanpa ada niat memencet bel rumah tetangganya.

Pintu rumah pun terbuka, Sulli dengan kaos longgar dan celana di atas lutut itu masih mengoceh sementara Sehyun mengunci pintu rumah.

'Jadi kalo besok cuacanya cerah, kita pergi—eh?'

Penampakan Chanyeol di depan rumahnya hanya mengagetkan Sulli. Keduanya lantas buru-buru beranjak dari teras untuk menghindari gerimis lebih lanjut.

'Loh, Chanyeol ngapain?' tanya Sulli curiga seratus persen pada sosok jangkung yang tengah berdiri dihadapan mereka. Belum Chanyeol bersuara, wanita itu menyambung kembali, 'Mau berangkat bareng?'

Chanyeol mengangguk.

'Loh? Kok—kok bisa?' tanya Sulli lagi. Kini rasa curiganya berubah menjadi kebingungan yang dilayangkan dengan menatap kedua orang yang berada di kedua sisinya. 'Kalian temenan? Hah, Sehyun?'

'Tanya saja sama Chanyeol.' jawab Sehyun, membuat Chanyeol menahan senyumannya.

'Menurut kakak, kalian temenan.' karena akan sangat sangat janggal jika kata pacaran berbunyi dari mulutnya untuk Chanyeol dan Sehyun.

'Jam setengah delapan.' kata Chanyeol setelah mengecek jamnya.

'Oh,' Sulli menepuk kening, merasa bodoh. 'Yaudah gih, ayo naik. Kakak aja yang nganter,' wanita itu segera berjalan ke arah pintu kemudi. Chanyeol menghela nafas, bayangannya pagi ini cuma jadi khayalan semata saja. Ia pun melipat payungnya dan duduk bersama Sehyun di belakang.

Sulli mengintip melalui cermin, ia mulai berdecak dan menggelengkan kepala. Dasar... Tindakan keduanya sungguh membuat ia geram, tak tahan ingin nyerocos dan memborbardir mereka dengan pernyataan. Sambil melaju pelan ia pun menarik nafas panjang beberapa kali. Mengintip lagi melalui cermin, kedua orang itu cuma duduk diam di tempat mereka sambil memandang ke depan.

***

Viral.

Viral sekali berita Sehyun dan Chanyeol itu. Bahkan berita ulang tahun Sehun tak lebih viral dari pada berita Chanhyun atau apalah mereka menyebut nama keduanya.

Di tempat duduknya, Sehun memerhatikan Sehyun bak gadis itu adalah mangsanya. Ia sangat penasaran apa hubungan keduanya. Kalau keduanya pacaran, ia tak tahu apa reaksi Baekhyun nanti jika pemuda itu mengetahui kebenarannya. Tidak bisa. Ia harus membantu Baekhyun. Dan perkataannya waktu itu yang terdengar mengancam sungguh mengusik pikirannya.

Terakhir kali ia berkontak dengan Kara adalah Minggu lalu, itu pun hanya sekedar obrolan mengenai Kara yang mengaku hampir tak ada waktu mengecek ponsel. Jujur ia merindukan gadis itu. Apa pernah dia berkata kalau gadis Jepang itu... cinta pertamanya?

Sehun kemudian berdecak geram. Tak tahu apa yang harus ia lakukan untuk membantu Baekhyun yang setengah mati memohon padanya itu.

Hanya bel istirahat yang mengalihkan pandangan Sehun. Dia segera beranjak pergi dan berlari dari sana. Firasatnya benar kalau Chanyeol sedang dalam perjalanan menuju kelasnya. Niatnya pasti bukan untuk menemui temannya ini—tapi menemui 'pacarnya'.

'Ikut aku, hyung.' Sehun menarik pergelangan tangan Chanyeol paksa. Kakak kelasnya itu menggertakan gigi kesal karena ia sudah tahu apa mau Sehun.

Mereka pun sampai ke koridor klub-klub sekolah yang sepi. Sehun melepas pergelangan tangan Chanyeol dan mulai menarik nafas.

'Kau gak pacaran dengan Sehyun 'kan?'

Chanyeol makin merasa ia telah membuang waktunya, kemudian ia mengecek jam tangannya setelah itu kembali menatap Sehun dan menjawab, 'Lalu kalau aku menjawab iya kenapa?'

'Jangan———jangan pacaran dengannya—'

'Apa urusanmu di sini Sehun?' nada bicara Chanyeol meninggi, tubuh jangkungnya hampir menelan bayangan Sehun yang tersentak kaget.

'Kau gak tau, hyung—Baekhyun sangat menderita. Keadaan dia itu sama seperti Sehyun. Dan kau tau kabar gembiranya di hari ulang tahunku nanti, Baekhyun bakalan datang dan dia... dia sangat sedih, terkekang, dan putus asa. Dia masih mengingat Sehyun, hyung. Dia masih teman masa kecilnya itu hingga saat ini, dia—'

'Berhenti.' Chanyeol mengangkat telapak tangannya. Memotong Sehun untuk membenarkan sesuatu yang salah dalam perkataan temannya itu. 'Baik, kita anggap aku dan Sehyun tidak berpacaran. Lalu kita anggap Sehyun dan Baekhyun masih memiliki keterikatan, dan pada tanggal dua belas nanti, Baekhyun akan datang. Lantas apa yang akan dilakuin si Baekhyun kalau memang begitu? Kalau kau tidak bisa jawab aku permisi.' tanpa memberikan Sehun kesempatan untuk bicara, Chanyeol membalikkan tubuh, dengan langkah besar ia beranjak dari sana. Sama sekali tak memerdulikan panggilan geram Sehun padanya.

'Chanyeol! Hyung! Aishh!'

***

Baekhyun akan datang? Chanyeol mulai berkata dalam hati. Masih dalam perjalanan menuju kelas Sehyun. Apa yang akan dilakukan Sehyun kalau dia melihat Baekhyun? Memikirkannya saja membuat ia kesal sendiri. Sudah berani menghancurkan hidup anak orang masih berani dia pergi menemuinya. Dan lagi... Tch, dasar Sehun. Chanyeol menghela nafas kasar, ia benar-benar kesal pada temannya itu. Sebenarnya kenapa ia begitu peduli pada Baekhyun sedangkan bukannya hubungan mereka tak lebih karena hubungan kerja perusahaan kedua ayah mereka? Dan tanggal dua belas... Chanyeol mulai menghitung. Dan jawaban yang muncul di pikirannya makin membuat ia tak senang.

Itu hanya tinggal beberapa hari lagi. Kalau ini adalah hari Senin, maka ulang tahun Sehun adalah hari Kamis depan.

Pintu kelas Sehyun yang terbuka membuat Chanyeol langsung dapat melihat ke dalam. Dilihatnya kursi milik Sehyun dan dia tidak ada di sana. Matanya langsung membulat panik, kembali mengecek isi kelas itu sekali lagi tanpa mengacuhkan beberapa murid yang melihatnya dengan kagum, heran, dan kaget.

Memang ia terdengar berlebihan jika mungkin Sehyun sedang berada di suatu tempat dan mungkin sedang dibuli—tapi entah kenapa firasatnya sangat kuat sehingga ia berlari-lari di koridor sambil menoleh ke kanan dan kiri. Ia berhenti dan memeriksa isi kantin dan gadis itu masih tidak ada. Ia pun keluar dari sana sambil mengacak rambutnya, kembali berlari lagi sambil bergumam kesal.

'Tsk! Kalau memang benar—Sehyun—' sosok gadis itu menghentikan ia yang baru akan mengeluarkan umpatan. Raut wajah gadis itu nampak terkejut sambil berjalan cepat tepat di koridor seberang tempat Chanyeol berdiri sekarang. Ia pun langsung saja mengambil langkah lagi untuk menghampiri gadis itu.

Begitu melihat sosok tinggi Chanyeol sedang berlari ke arahnya dari arah depan, Sehyun terkejut, kemudian menoleh ke kanan dan kiri sebelum Chanyeol sempat tiba di hadapannya.

'Sehyun!' panggilnya. Menarik nafas panjang-panjang kemudian berusaha tersenyum pada Sehyun—yang masih kaget dengan tingkah pemuda ini.

'Kenapa kau lari-lari?' tanyanya masih nampak gelisah.

'Kau mau ke mana?' tanya Chanyeol mengabaikan pertanyaan untuknya, meletakkan satu tangan di bahu gadis itu, masih berusaha menstabilkan nafasnya.

'Aku mau ke kantor guru, kak Sulli dan Minho-oppa datang ke sekolah.' jawabnya sambil melepaskan pegangan tangan Chanyeol di bahunya.

'Oh, maaf.' gumam Chanyeol.

'SEHYUN!'

Mereka berdua—atau lebih tepatnya penghuni sekolah yang sedang dalam waktu istirahat mereka itu menoleh ke sumber suara itu—yang tak lain dan tak bukan berasal dari—'Oh, itu kak

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Sweethyunee
#1
Chapter 14: TT
Sweethyunee
#2
Chapter 13: Pertemuan mereka berdua bikin mewek TT
Sweethyunee
#3
Chapter 12: Baekhyun benar2 putus asa sampai bohong gitu
Sweethyunee
#4
Chapter 11: Sehun disini menghibur banget wkwk
Sweethyunee
#5
Chapter 10: Uwah udah nggak sabar mereka ketemu :-)
Sweethyunee
#6
Chapter 7: Chat nya dyo sama sulli kok lucu ya hehe
Sweethyunee
#7
Chapter 8: Sehyun sama Baekhyun sama2 menderita TT
Sweethyunee
#8
Chapter 9: Wah bentar lagi mungkinkah??
Sweethyunee
#9
Chapter 6: Kyak nya ntar chanyeol suka sama sehyun??
Sweethyunee
#10
Chapter 5: Sehyun juga merindukan baekhyun sebenarnya. Duh pengen cepet2 baca chap pas baekhyun ketemu lagi sama sehyun TT