0.7

Fidélité
Please Subscribe to read the full chapter

'Oppa~'

Chanyeol tersenyum lebar pada noona-noona yang seharusnya tidak memanggilnya dengan sebutan oppa—tapi terserahlah berhubung noona itu pacarnya.

Menjadi murid kelas satu SMA yang memang sudah terkenal tampan dengan tubuh tinggi keren itu merupakan puberty goals-nya. Melupakan bagaimana ia dulu diolok-olok dengan julukan bocah ingusan—atau lebih tepatnya—melupakan si payah Chanyeol jika mengingat kembali masa kanak-kanaknya.

Ia murid baru yang menjadi banyak perhatian kakak-kakak kelas yang cantik dan seksi. Dan ia tahu hal itu. Ia bahkan juga tahu gimana itu tatapan iri untuk seorang cowok keren sepertinya.

Nah, kali ini namanya Jang Hani—pacarnya. Seniornya yang sudah menjalani tahun ketiganya sekarang di Sekang. Kau mungkin bisa mendeskripsikannya sebagai gadis kekanak-kanakan yang berusaha bersikap dewasa. Rambutnya sering gonta-ganti warna, selera berpakaiannya agak-agak seperti tokoh-tokoh anime Jepang walau dia sendiri bukan penggemar sesuatu berbau Jepang. Kadang lipstiknya merah menyala seperti habis kena tonjok, atau mereka pikir Chanyeol melakukan kekerasan pada bibir itu ketika menciumnya.

Gadis ini sendiri terhitung mantan ke-8 Chanyeol sejak ia sekolah di Sekang—terhitung ia juga sama sering gonta-ganti pasangan hanya dalam waktu tiga bulan sejak wajah dan identitasnya diketahui masyarakat sekolah. Tapi, nyatanya ia tidak terkenal dengan sebutan playboy. Semua orang di sekolah hampir tahu kalau perempuan pilihan Chanyeol memang luarnya cantik-cantik, seksi, kadang kelewat polos, kadang juga perempuan yang suka malu-malu ga jelas, tapi ternyata dalamnya suka lebih mengerikan dan kelewat tak bisa dipercaya. Mereka bukan kasihan pada perempuan yang merasa dipermainkan Chanyeol, mereka kasihan pada Chanyeol yang kalau dapat perempuan pasti yang ga jelas sifat aslinya, ya jelas mereka mereka dukung cowok itu ngejomblo aja. Dan kalian tahu? Ada fakta unik dari Chanyeol yang suka gonta-ganti pacar itu;

1. Hubungannya gabakalan tahan lebih dari seminggu.

2. Chanyeol, selalu jadi orang yang memutuskan hubungan secara sepihak dalam kondisi apapun, dan di manapun. Tentunya ia selalu punya alasan dilihat dari kasus pacarnya yang luar dalam beda itu.

3. Kebanyakan tentu saja memanfaatkan polosnya cinta Chanyeol saat mereka berpacaran untuk menaikkan popularity mereka di sekolah. Selalu ada berbagai hal aneh bin ajaib (hanya bagi Chanyeol yang polos dan buta akan cinta sejati) selalu jadi alasan Chanyeol memutuskan pacarnya, yang mana ia tidak pernah bilang hal itu secara langsung pada pacar-pacarnya sih.

Chanyeol yang baru merasakan kenikmatan popularitasnya di sekolah itu sadar, dia bisa memanfaatkan hal itu untuk mendapatkan hal konyol yang orang-orang namakan: 'cinta sejati, sehidup semati'. Gila 'kan? Gimana cara dia manfaatin hal yang paling diimpi-impikan pemuda lain yang cuma bisa gigit jari kaki supaya bisa jadi sepertinya. Bisa dibilang yang dilakukan pemuda kelebihan kalsium itu adalah cara pemanfaatan popularitas yang nekat.

Ketika Chanyeol yang polos soal cinta-cintaan itu, tapi tidak kalau soal yang 'ehem-ehem' sudah notice satu perempuan di sekolahnya, dia akan secara sadar tidak sadar bakal mikir: Oh, ini yang namanya jatuh cinta.

Kuharap kepolosannya bisa menjerumuskannya saat ia melihat sosokku. Ehm.

Kalau sudah begini, orang yang ditaksir Chanyeol pasti hatinya langsung jejingkrakan ga karuan. Gimana tidak? Itu Chanyeol yang naksir dan yang nembak pake kata-kata manis nan polos dari mulutnya sambil garukin tengkuk malu-malu, senyum malu-malu, mau balas tatapan aja malu-malu. Demi dewa dewi apapun yang ada di dunia ini yang menganggap telinga lebar buatan Tuhan milik Chanyeol adalah sebuah mahakarya, siapa yang ga akan meleleh hanya karena hal itu?

Mantan pertama, Yoon Bohee, memang mengalami kejadian paling manis karena menjadi orang pertama yang diam-diam dipendam namanya dalam hati Chanyeol sejak pertama kali bertemu. Diajak jadian di sebuah mall saat Chanyeol janjian ingin ketemuan sama Bohee.

Tapi seminggu kemudian, dia jadi yang terburuk saat Chanyeol memutuskan hubungan mereka tepat di depan teman-temannya—yang adalah sekumpulan teman dari pergaulan bebasnya di klub-klub malam. Begini, Bohee dengan nekat mengajak kencan 'resmi' pertama mereka ditemani minuman keras dan rokok di tempat seperti itu, hampir Chanyeol menyiram wajahnya dengan air keras—itu kalau ia sudah tidak punya rasa manusiawi apalagi pada 'manusia perempuan'. Chanyeol pikir ia telah memilih pacar pertamanya di Sekang itu sebagai orang yang tepat, tapi bad boy fail sepertinya pasti cuma akan merasa sakit hati karena hal seperti itu.

Seminggu berikutnya, kali ini lebih cocok Chanyeol rasa di hatinya dibanding siswi kelas tiga yang kemarin. Dia seangkatan dengan Chanyeol dan dia juga memanfaatkan popularitas yang langsung terimanya dengan hati yang lebih lapang dari pada lapang dan luasnya gurun Sahara itu. Kerjaannya adalah pamer dan kencan. Minimal kita melakukan kencan seminggu sekali, tapi pacar Chanyeol saat itu, kasusnya lain lagi. Sehari dua kali. Dan akibat fatal dari hal ini adalah—celengan babi sakral miliknya. Jadilah akhirnya Chanyeol meminta putus pada pacar keduanya itu.

Lagi-lagi, seminggu berikutnya, ia dapat siswi seangkatan dengannya lagi. Kasus yang menyebabkan Chanyeol mengakhiri hubungan mereka: saat pacarnya meminta hal normal bagi siswa siswi SMA dengan rasa penasaran yang besar. Dia tentu diputuskan secara sepihak lagi ketika rencana kencan keduanya dengan gadis yang Chanyeol taksir dan baru genap enam hari jadian. Gadis kelas satu itu terkenal super polos dan cute. Chanyeol fine-fine saja saat gadis itu bilang dia yang menentukan tempatnya di mana yang penting Chanyeol harus sudah selesai bersiap-siap pada jam sembilan malam untuk kencan mereka. Ia yang sudah rapih dan exited itu akhirnya mendapat telepon juga dari pacarnya sekitar tepat jam-jam sembilanan. Suara manja di ujung telepon itu bersuara mengucapkan selamat malam sayang terlebih dahulu, Chanyeol cuma kesemsem lalu mereka bicara singkat sampai perempuan itu ternyata ngajakin Chanyeol 'turun' di hotel XXX. Chanyeol tercengang dan benar-benar tidak bisa berpikir jernih lagi setelah kejadian ia berteriak di telepon langsung minta putus saat itu juga. Sialan.

Aku tidak berniat membeberkan kisah picisan Chanyeol dengan deretan mantannya itu satu persatu, sudah jelas apa alasan pemuda itu menjomblo sampai kelas dua sekarang karena apa. Dan sudah jelas alasan pemuda itu kenapa ia tidak sembarangan lagi mau pacaran apalagi memilih pasangan hidup dengan siapa. Yang terpenting, luar dalamnya suci, bersih, orangnya ga neko-neko. Dasar nekat.

Kalau mau pacaran lagi dan menemukan perempuan seperti itu, Chanyeol pikir ia hanya perlu menemukan perempuan itu dan memperlakukannya seperti sebuah objek yang akan diobservasi, diteliti, dan diamati olehnya baik luar dan dalam. Dan tidak mudah naksir seseorang lagi yang membuatnya sekarang sudah kebal dengan yang namanya sakit hati.

Tapi ini rahasia. Rahasianya yang sudah diam-diam mulai mengamati orang yang berbeda-beda nama kalau ada kesempatan di manapun. Hanya Dyo yang tahu. Kai dan Sehun saja tidak tahu rahasianya ini.

Chanyeol hanya harap, di tahun keduanya ini, dia bisa berhenti pada satu nama saja.

.

.

.

Bagi Chanyeol, mendapatkan perempuan seperti itu ibarat namatin sudoku yang satu baris dan kolom angkanya ada 99...

.

.

.

Pagi, saat sedang beres-beres rumah, Minho dan Sulli mendatangi ibu Sehyun sebelum keduanya pergi untuk berangkat kerja. Mereka menjelaskan perihal saat mereka datang ke sekolah Sehyun. Ibunya hanya mengangguk-angguk mengerti.

'Jadi, kau tidak perlu khawatir, ahjumma. Aku sudah punya orang untuk memata-matainya,' ujar Sulli menyeringai namun Minho segera mendelik tak percaya pada apa yang barusan dikatakan wanita itu.

'A-apa? Hey? Itu tidak perlu, Sulli,' protesnya hampir lupa kalau hal apapun yang di matanya terlihat berlebihan itu, tunangannya itu pasti punya alasan sendiri.

Sulli cuma menatap tajam pria di sebelahnya sekejap lalu kembali tersenyum saat ia menatap Seoljin yang sudah memasang wajah pasrah kalau sudah soal Sulli menjaga anaknya. 'Cuma buat jaga-jaga. Lagian, kita jadi bisa langsung sigap kalau ada sesuatu padanya. Iya 'kan, ahjumma?' tanya Sulli dan bola matanya melirik mematikan ke arah Minho yang hanya geleng-geleng kepala.

'Aku khawatir soal itu.' cibir Minho.

'Namun, tetangga baru kami satu sekolah dengannya. Aku cukup bertanya padanya saja nanti kau tidak usah repot-repot,' Seoljin ingin menolak apa yang dikatakan Sulli secara halus. Namun, apapun itu yang dilakukannya untuk Sehyun, kurasa wanita itu tidak pernah merasa kerepotan.

'Tapi, aku...' Sulli dengan cepat memasang puppy eyes-nya. Minho ingin sekali menyolok kedua mata yang sedang disetel dengan menggemaskan itu keluar sekarang karena membuatnya malu di depan Seoljin melihat tingkah tunangannya yang kekanak-kanakan.

'Baiklah.' Seoljin terpaksa menganggukkan kepalanya pasrah. Tatapan iba Minho langsung mengarah padanya sementara si Sulli hanya tersenyum kegirangan.

***

Sementara itu, Sehun dan Dyo yang terlambat sampai ke sekolah sedang menjalani hukuman konyol mereka di area sekolah—mengutipi sampah atau daun-daun kering dengan sepasang sumpit kelihatannya boleh juga. Apalagi harus dalam posisi jongkok.

'Reputasiku semakin memburuk di sekolah ini.' Sehun bersungut-sungut kesal dan benar-benar terpaksa harus menjalani hukuman ini karena ketua dewan siswa sekolah mereka yang terkenal berdarah dingin itu mengawasinya. Murid-murid pembangkang sepertinya menjuluki si ketua itu jelmaan monyetnya Dora the Explorer karena rambut si ketua yang berwarna biru muda dan ia selalu memakai sneakers merah persis seperti monyet Dora. Ya itu adalah bentuk apresiasi karena sanking tidak sukanya mereka melihat cara berkuasa si ketua dengan kacamata baca milik kakek-kakek katarak. 'Sial si ketua itu. Aku beneran akan nyolok matanya pake sumpit ini kalau ia ga bisa berhenti—'

'Ada apa Oh Sehun?' tiba-tiba saja, si ketua dewan siswa itu bersuara. Sehun langsung terdiam dan Dyo yang berjongkok di depan Sehun menahan suara tawanya berubah jadi kikikan khas film-film horror. Tak kuasa menahan tawa akibat konyolnya skenario apabila Sehun berakhir di tangan ketua itu. Ia tentu tidak mau ikut ambil posisi, karena ia bangga selalu bisa menghindari segala macam bentuk masalah dengan tindakan dan kata-kata bijak buatannya sendiri yang sering dijadikannya quote kalau update di instagram.

'Gaada apa-apa ke.tu.a.' jawab Sehun tersenyum ke arahnya dan si ketua balas tersenyum. Ia lalu pergi dari jangkauan mata Dyo dan Sehun untuk melihat hasil 'kerja' murid terlambat lainnya. Sehun langsung memasang ekspresi aslinya yang mual melihat wajah si ketua sambil memutar bola mata dongkol. 'Telinganya langsung naik kalo ada yang manggil dia ketua. Cih.'

'Sudahlah, aku sudah ketinggalan satu les pelajaran. Lebih baik kau selesaikan pekerjaanmu karena ga baik kalau bla bla bla bla, apalagi kalau kau itu bla bla bla, Sehun,' note: bla bla bla adalah apa yang terdengar oleh Sehun.

Sehabis pura-pura menguap, Sehun memutar bola matanya dan memilih diam. Namun, mengingat sesuatu dan matanya berbinar, ia jadi menoleh pada Dyo untub berbagi ingatan bahagia mengenai apa itu. 'Tapi—' Sehun berhenti untuk menyeringai. 'Hari ini les pertama ada pelajaran Matematika. Yes! Aku ga perlu repot-repot dengerin si tua kepala botak depan itu ngoceh di depan kelas.' Sehun berkata dengan begitu bahagia. Sementara teman seperjuangannya menggeleng takjub tanpa disadari olehnya.

'Ngomong-ngomong, Sehun.' Dyo menghentikan sumpit di tangannya saat akan mengutip sebuah daun untuk dimasukkan ke dalam plastik hitam besar yang mereka bawa-bawa sepanjang area sekolah. 'Kai juga belum datang?' tanyanya membuat Sehun ikut-ikutan berhenti teringat teman mereka yang keling itu tidak kelihatan batang hidungnya sejak tadi pagi. Eh, tapi setelah kupikir-pikir bocah itu memang tidak punya batang hidung.

'Ah!' Sehun berseru kembali mengingat sesuatu lagi. 'Katanya neneknya masuk rumah sakit.' jelas Sehun menjawab pertanyaan dari Dyo. Pemuda itu hanya mengangguk-angguk karena memang tahu Kai hanya tinggal berdua dengan neneknya yang sering sakit-sakitan. Bocah nakal itu sendiri adalah seorang anak tak terurus yang menjadi pembalap motor liar tiap malamnya. Dyo juga tahu kalau dia melakukan itu untuk cari uang.

'Ah, dia pasti harus menjaga neneknya,' ujar Dyo kembali mengutipi sampahnya.

'Oke, Chanyeol-hyung udah tau?'

'Entahlah.'

'Tapi, hyung. Ngomong-ngomong soal dia, kau pasti ngerasa ada hal yang aneh 'kan?' Sehun bertanya seperti pengosip, sebagai respon Dyo hanya menganggukan kepala tanpa menoleh padanya. 'Mungkin kita harus menjahili Chanyeol-hyung juga nanti. Atau saat ini, kita menjahili si monyet Dora aja? Dia harus membayar karena membuat kita mengumpulkan sampah satu sekolah. Tapi mengumpulkan sampah lebih mendingan dibanding bersihin toilet duduk pakai sikat gigi.' Sehun terkekeh komunis pada rencana jahatnya dan terus mengoceh sendiri sampai ia lupa untuk kembali mengutipi sampah-sampah yang pagi-pagi jadi sarapannya di sekolah. Ia memandang Dyo aneh karena pemuda itu hanya diam dan malah bergerak menjauh darinya, hanya terfokus pada sampah yang dikumpulkannya dengan sepasang sumpit di tangan. 'Hyung!'

Dyo bergeming, bahkan untuk melirik ke arah Sehun saja tidak. Dyo hanya melihat ke arah jamnya yang menunjukkan kalau les pertama sebentar lagi berakhir. Ia menghela nafas lega dan makin cepat mengumpulkan sampahnya ke dalam plastik.

'Hyung, kau kenapa—'

'Oh Sehun.'

Deg.

Jantung Sehun hampir lepas mendengar nada yang tenang nan lembut keluar dari mulut seseorang di arah belakangnya. Saat ia yang berjongkok itu menoleh ke belakang, didapatinya sepasang sepatu mengkilap berwarna merah berdiri di belakangnya, ia menaikkan arah bola matanya makin ke atas, ke atas, dan merasa kesilauan oleh sinar matahari tepat berada di belakang bahu pemilik sepatu mengkilap itu, membuatnya memicing karena terlalu sulit untuk beradu pandang dengan si pemilik kacamata bingkai emas, alias kacamata kakek-kakek katarak, alias jelmaan monyet Dora, alias— 'Ketua...' Sehun bercicit takut setelah menelan ludah seberat batu akik dari mulutnya. Kacamata itu berkilat tajam mengarah pada Sehun yang akhirnya terselamatkan oleh bunyi bel pertanda les pertama selesai.

Dyo buru-buru menyeret plastik besarnya pergi dari sana. Sementara Sehun yang juga berniat melakukan hal sama langsung membeku saat suara bak malaikat maut di telinganya itu bersuara kembali dan ia menjatuhkan sesuatu kererumputan tepat di depan Sehun yang dalam posisi setengah berjongkok.

'Semua...'

Sehun terpana. Sebenarnya kalau bukan karena slow motion ala situasi mendebarkan di film-film, gerakan bibir si ketua dapat terdengar oleh satu kedipan matanya.

'...toilet,'

Mati aku.

'Sekolah.'

Hanya dengan kalimat itu, si ketua pun pergi sambil mengantongi tangannya. Membiarkan Sehun terpana pada sebuah sikat gigi busuk yang berada di dekat kakinya. Ia langsung berdiri setelah mengambil sikat gigi itu. Menggenggam sikat gigi itu begitu kuat hingga urat tangannya muncul sambil berharap benda itu bisa patah.

Sekalian juga untuk kacamata si monyet Dora. Dia tidak bisa diperlakukan seperti ini.

'KETUAAAAAAAAAAAAAA...!!!'

***

Jam makan siang kali ini, tidak ada F4-F4-an ala geng Chanyeol di kantin. Karena sekarang, Dyo yang duduk di sebelah pemuda jangkung itu sedang mempelajari ekspresi mengerikannya saat sedang bermain sebuah game membasmi Zombie di ponsel.

Selang beberapa menit kemudian, tiba-tiba saja tulisan besar 'game over' muncul di layar ponselnya. Membuat Chanyeol hampir membanting benda itu sambil menggeram marah.

'Sial kenapa game over?!'

Dyo masih diam memperhatikan, kemudian pemuda di sebelahnya itu kembali menekan tombol start lagi.<

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Sweethyunee
#1
Chapter 14: TT
Sweethyunee
#2
Chapter 13: Pertemuan mereka berdua bikin mewek TT
Sweethyunee
#3
Chapter 12: Baekhyun benar2 putus asa sampai bohong gitu
Sweethyunee
#4
Chapter 11: Sehun disini menghibur banget wkwk
Sweethyunee
#5
Chapter 10: Uwah udah nggak sabar mereka ketemu :-)
Sweethyunee
#6
Chapter 7: Chat nya dyo sama sulli kok lucu ya hehe
Sweethyunee
#7
Chapter 8: Sehyun sama Baekhyun sama2 menderita TT
Sweethyunee
#8
Chapter 9: Wah bentar lagi mungkinkah??
Sweethyunee
#9
Chapter 6: Kyak nya ntar chanyeol suka sama sehyun??
Sweethyunee
#10
Chapter 5: Sehyun juga merindukan baekhyun sebenarnya. Duh pengen cepet2 baca chap pas baekhyun ketemu lagi sama sehyun TT