Chapter 9

This is my desteny??

Bagian 9

“su-sunbae... a-ku menyukai-mu... ma-maukah sunbae menjadi kekasihku?” tanya yeoja itu sambil menunduk dan melihati tangannya yang ternyata gemetaran.

Aku menoleh pada Kibum, Kibum juga menoleh padaku.

Dia kembali melihat kami setelah lama tidak ada jawaban.

“ah, mi-mianheyo, maksudku, Kyu-Kyuhyun sunbae...” jelas yeoja itu melihat kebingungan kami.

“Naega?” tanyaku sambil menuding diriku sendiri dengan telunjukku.

Dia mengangguk malu. Wajahnya sudah memerah.

Aku melihat kearah Kibum lagi. Dan sialnya dia hanya mengedikan bahu.

“namamu?” tanyaku.

“ah... jo-joneun Han Yungjin imnida...”.

“geure, Yungjin-ssi”

Kibum melotot kearahku.

“Mianhae, aku tidak terbiasa memulai sebuah hubungan tanpa saling mengenal dan tanpa perasaan. Mungkin lebih baik kita berteman saja atau menjadi sunbae dan hoobae yang baik... mian...” kataku sedikit merasa sungkan juga.

Yeoja itu, tampangnya semakin memerah, dan jangan lupakan ekspresi kecewanya. Dia menunduk berkali-kali dan segera menghilang dari pandangan kami.

“kau menyakitinya” buka Kibum saat melihat yeoja itu pergi dari hadapan kami.

“menyakiti?”.

Kibum mengangguk.

“tidak” elakku.

“iya”.

“tidak Bum, kau lebih menyakiti yeoja-yeoja itu kalau menerimanya”.

“aku memberi kebahagiaan”.

“kau lebih menyakiti mereka”.

“tidak, mereka setidaknya sempat bahagia”.

“ck, tapi setelah itu kau menyakitinya!”.

“mereka tidak menangis seperti yeoja itu tadi, babo”.

“terserah kau saja!” tutupku pada perdebatan itu, kami kembali fokus pada diskusi kami tadi sebelum yeoja itu datang.

Kami terus berdebat dan semakin dekat. Banyak yang mengira kami ini sudah berpacaran. Salah satunya aku pernah mendengar yang begini

“lihat 2 namja itu, mereka pacaran ya?”.

“sepertinya begitu”.

“Kim Kibum itu sering jalan dengan yeoja, mana mungkin dia penyuka sesama”.

“memang, tapi walau dia bersama yeoja, dia juga masih bersama Lee Kyuhyun itu. Lihat saja mereka”.

Dan Kibum akan dengan cueknya merangkul pundakku atau melingkarkan tangannya dileherku sepanjang jalan.

“kau mematikan pasaranku Kim Kibum!”.

“aku tidak peduli”.

“aish! Nappeun namja!”.

“aku akan bertanggung jawab kalau kau tidak laku”.

“YA!”

Kami kembali berseteru.

Dan karena kedekatan kami, di awal semester 7 ada seorang namja nekat mengajakku berpacaran saat Kibum tidak bersamaku.

“hahahaha...” tawa Kibum saat aku sudah didalam mobilnya.

“Berhenti!!! Jangan tertawa!” kataku sebal. Ah! Tahu begini! Aku tidak akan mau menceritakannya tadi.

“hahahaha... dia bahkan mau jadi selingkuhanmu dariku... hahahaha... ini lucu... ahaha... harusnya tadi aku melihatnya... hahahaha... BabyKyuniie... ough... hahahaha....”.

Aku menyandarkan kepalaku kesandaran kepala. Pusing...

“dan... haha... BabyKyunnie... sangat cocok denganmu... hahaha...”.

“jangan panggil aku begitu!”.

“hemp... hemp...” Kibum menahan tawanya. “ne... mian...” katanya faham.

Nama itu... aku tidak suka nama itu karena mengingatkanku pada lelaki bernama Jung Yunho itu.

“jangan pasang wajah menyebalkan begitu!” kata Kibum sambil menoel bibirku.

“...”.

Hari itu berakhir dengan aksi mogok berbicara dengannya. Biar saja! Dia akan bingung menghadapiku yang diam sepanjang hari. Rasakan!

***

Setelah lama aku berusaha mendekati Yoo Injung, akhirnya Yeoja itu mau berpacaran denganku saat kami di semester akhir. Dia yeoja yang ceria dan manis, walau kata Kibum yeoja itu hanya salah satu nappeun yeoja yang hanya mencari untung dari hubungan kami. Kibum memang begitu. Sama overprotectivenya dengan Appa dan Hae Hyung. Untuk melunakan hatinya, aku dan Injung berusaha mendekatkan Lee Eunsang, teman dekat Injung, dengan Kibum.

Akhirnya kami double date ke Lotteworld. Dengan misi menjadikan Kibum dan Eunsang pasangan juga.

 “Injung-ah, kau yakin Eunsang dengan Bum-bum?” tanyaku pada yeojacinguku.

“yakin! Sangat yakin Kyu!”.

“Arraseo... jangan menuntut apapun padaku kalau nanti Eunsang terluka karena sahabatku” kataku mengantisipasi kemungkinan yang sudah tercetak jelas diotakku.

“tentu saja! Eunsang yeoja baik-baik tahu! Kibum pasti benar-benar menyukainya” kata Injung yakin sambil menggandeng lenganku dan menyeretku untuk segera mendekati Kibum dan Eunsang yang menunggu kami didepan tempat pemeriksaan tiket.

“kalian lama sekali” gerutu Yeoja yang sedari tadi berdiri disamping Kibum.

Kibum? Dapat ditebak dengan mudah bukan, kalau seperti biasa, wajah Kibum datar saat dihadapan kami ada orang lain.

 “mianhae... antriannya panjang sekali...” kata Injung melepas gandnegan tangannya dilenganku dan ganti menggandeng Eunsang.

Kami masuk ke Lotteworld dalam 2 barisan, Injung dan Eunsang berjalan didepanku dan Kibum

 “Bum-bum... pasang senyum sedikit...” bisikku kemudian kuperagakan cara tersenyum.

“Hem...” gumamnya sambil tersenyum kaku.

Setelah masuk kedalam, Injung kembali menggandeng lenganku.

“kami kencan dulu, kalian bermainlah berdua” kata Injung kepada kedua manusia didepan kami.

“guere... nanti ketemu disini lagi ya” kata Eunsang ceria.

Aku dan Injung memilih jalan ke arena bermain ekstrem sementara Kibum dan Eunsang memilih untuk bermain yang tenang.

“apa mereka baik-baik saja kalau ditinggal? Nanti Kibum malah mencuekinya!” khawatir Injung.

“nikmati saja kencan kita chagi...” bisikku dan kurangkul badannya untuk semakin mendekat kearahku.

Kami berdu a naik roller coster, kora-kora dan masih banyak lagi.

“aku ingin naik yang itu” tunjuk Injung pada permainan seperti ban dan berjungkat jungkit, aku tidak tahu namanya.

Yeoja ini, tidak punya capek sepertinya.

“guere... ayo...” ajakku.

Kami bermain lagi.

“tidak mau mencoba permainana itu?” tanyaku menunjuk permainan menembak hadiah setelah kami menyelesaikan permainan barusan.

“ayo!” semangat Injung.

Saat kami selesai, kami kembali ke tempat pertama kami berpisah dengan Kibum dan Eunsang tadi. Disana, kami melihat Kibum dan Eunsang sudah bergandengan tangan. Berhasilkah hari ini?

***

“berhasilakah?” tanyaku pada Kibum sesampainya kami dikamar Kibum. Aku menginap diapartemennya hari ini.

“dia bahkan sudah menciumku”.

“ya! Kau mendahuluiku Bum!” kataku keras sambil menyerangnya. Aku menggelitikinya.

“YA!” sentak Kibum, dia membalas gelitikanku.

Kami berguling-guling saling menggelitiki.

“Ampun Bum... hahaha... ampun!” mohonku saat dia sudah mengambil alih permainan dan duduk di atas perutku. Seperti biasa, aku selalu kalah dalam permaianan ‘mari menggelitikki Kim Kibum’.

Tangannya dengan aktif menggelitiki area lemahku, ketiak dan leher! Sial!

“TIDAK! Terima ini! HAHAHAHA” katanya dengan bengis. Dia terus menggelitikiku.

“hahaha... ampun! Hahahaha...” mohonku lagi.

Lama kemudian kami berhenti. Aku hanya bisa mengatur nafas dalam posisi terlentang. Nafasku tinggal satu dua. Sementara Kibum, dia kedapur, katanya membuat makan malam kami.

Setelah nafasku sudah ringan aku menyusulnya kedapur. Dia membuat Ayam kuah pedas. Aku duduk didepannya menunggunya selesai memasak dan menyiapkan makan malam kami.

“makan” perintahnya setelah selesai menyodorkan semangkuk nasi dan sepanci sayap ayam yang dibumbu pedas.

Aku mengambil sumpitku dan tentu saja sayap ayam kuah pedas masakan kibum hari ini. Wooaah... pedas sekali...

“berapa banyak cabai yang kau masukan! Ini pedas sekali!” keluhku.

Dia mengambil sayap di panci, kemudian memasukannya kemulutnya.

“emh... sepertinya aku terlalu banyak memasukannya” gumamnya setelah mengunyah ayam itu dalam mulutnya.

Walau terlalu pedas, kami tetap makan dalam keadaan  tenang karena lapar.

Selalu begini... kami berkahir makan dirumah. Bum tidak pernah suka makan diluar.

Aku diam-diam merogoh sakuku, menunggu wajah dan telinga Kibum yang memerah karena pedas.

“Hah... Hah... pedas!!!!” teriak Kibum untuk kesekian kalinya. Tapi tetap saja dia memakan masakan super pedasnya. Babo!

Aku mengambil fotonya.

“YA!” marahnya yang sudah sadar aku mengambil potraitnya.

“hahaha... koleksi baru! Wajah Kim Kibum saat makan Ayam kuah pedas! Yey!” seruku senang saat melihat potrait wajah dan telinganya yang memerah, jangan lupakan keringatnya yang bercucuran dan mulutnya yang buka tutup seperti ikan perliharaan Hae Hyung.

“HAPUS!” ribut Kibum.

Kami berebut Handphoneku, yang akhirnya kumenangkan. Aku mencetaknya dan menempelnya di dinding kamar Kibum, diantara banyak foto kami dan keluarganya.

***

“Eomma...” panggilku saat aku sedang bersandar manja pada Eomma hari itu. Rumah sepi, hanya ada aku dan Eomma.

“hem...” jawab Eomma masih membelai rambutku.

“Injung... menurut Eomma bagaimana dia?” tanyaku langsung.

“dia... cukup baik... selama Kyunnie bahagia, dia bisa dikatakan baik Chagi...”.

“eumh... akhir-akhir ini kami sering bertengkar... Eomma tahu?”.

“benarkah?” Tanya Eomma khawatir.

Aku mengangguk. “dia sering menuntutku untuk lebih perhatian padanya, padahal menurutku aku sudah sangat perhatian padanya”.

“dia sedang ada masalah mungkin?”.

“tidak Eomma... dia itu sering membandingkan dirinya sendiri dengan Bum-bum.. padahal mereka itu berbeda... aku sudah jelaskan, aku dan Bum-bum bersahabat...”.

“hahaha.... kau memang sangat dekat dengan Kibumie, chagi...”.

“kami bersahabat Eomma... bahkan sebelum aku dan Injung pacaran... aku sudah bersahabat sejak 3 tahun lalu, dan aku baru pacaran 4 bulan dengan Injung...”.

Eomma tampak ikut berfikir.

“atau dia sebenarnya mencari alasan putus denganku?”.

“jangan negative thingkin sayang... besok, coba pelan-pelan dekati Injung dan ajak dia berbicara secara intens... bagaimana perasaannya dan mau bagaimana kelanjutan hubungan kalian. Kalian sudah sama dewasakan?”.

Aku mengangguk membenarkan kata-kata Eomma.

“Eomma penasaran dengan kisah Kibum dan Eunsang, apa mereka masih berpacaran?”.

“Eomma ingat aku pernah cerita mereka langsung berpacaran tidak lebih dari 4 jam setelah mereka berkenalan?” tanyaku. ‘bahkan berciuman bibir disaat itu?’ lanjutku dalam hati.

“guere... Eomma ingat chagi...”.

“sekilat itulah mereka putus... sebelum dia berangkat ke California, mereka putus. Mereka hanya bersama sekitar 2 minggu...” ceritaku. ‘ditambah cerita Bum-bum yang katanya hampir terjebak diranjang saat yeoja itu mabuk’ tambahku dalam hati lagi.

“jinja? Kalian memang masih muda... tapi Eomma tidak menyangka menjalin hubungan bisa sekilat itu...”.

“begitulah Bum-Bum, Eomma...”.

“jja, apa malam ini dia akan menginap disini?” tanya Eomma sambil tersenyum manis.

Aku mengangguk. “dia bahkan menyuruhku menjemputnya di Incheon”.

“jam berpa dia sampai nanti?”.

“mungkin 4 jam lagi... dia bilang punya banyak oleh-oleh untuk Eomma...” kataku sambil mengingat-ingat perbincangan kami di chatroom kemarin malam sebelum dia takeoff kembali kesini.

“kalian sudah menyelesaikan tugas akhir kalian?” tanya Eomma.

“sudah... tahun baru depan kami sudah bisa bekerja... dan pelajaranku dengan Hae Hyung juga hampir selesai... dia sudah memberiku pekerjaan karyawan magang biasa mulai senin depan... sial sekali, masa aku harus mulai dari karyawan magang biasa?”.

“kau memang harus merasakannya Kyunnie... agar kau bisa menghormati bawahanmu kelak...”.

Aku mengangguk saja.

***

Aku membantu Eomma menata meja makan, lauk, nasi, piring dan sendok aku yang membawanya kemeja. Eomma membawa mangkuk panasnya berisi sayur dan daging. Katanya dia tidak akan mau masakannya hancur dan terbuang sia-sia kalau aku yang membawanya.

“makan yang banyak Bummie...” kata Eomma lembut saat kami makan.

“nde, Eomma...” kata Kibum sambil tersenyum kecil.

Jangan kaget, dia memanggil Eommaku dengan Eomma, memanggil Appaku dengan Appa, dia sudah tidak canggung dengan seluruh keadaan rumahku dan seluruh anggota keluargaku. Bahkan sikecil Donghyuk sangat suka dengan Kibum yang terbiasa dengan anak kecil.

***

Kami berbaring bersebelahan diranjang, menatap langit-langit kamarku dengan selimut menutupi baju tipis piama kami sampai se dada.

“Bum...”.

“hem?”.

“kau tahu...”.

“apa?”.

“aku sering bertengkar dengan Injung...”.

“eumh... hatimu sakit?”.

“sedikit...”.

“lalu?”.

“entahlah... aku rasa Injung sudah bosan denganku...”.

“sudah kubilang dia hanya memanfaatkanmu...”.

“aku akan memastikannya besok...”.

“jangan biarkan dia menyakitimu, Kyu...”.

“aku tahu...”.

“baguslah...” kata Kibum sambil menoleh kearahku.

“kau tidak lelah?” tanyaku sambil melihatnya juga.

“hem?”.

“lelah perjalanan maksudku...”.

“lumayan...”.

“istirhatlah...”

“heum...” gumamnya kemudian memejamkan matanya. “Kyu...” panggil Kibum lagi.

“huem...”.

“kau merindukanku?” tanyanya.

“kenapa tanya yang aneh begitu?”.

“tanya saja...”.

“sedikit...”.

“apanya?”.

“meirndukanmu...”.

“oh...”.

“oh? Apanya?”.

“aku kira kau rindu padaku... padahal aku sangat rindu padamu...” gumamnya.

“haha...” tawaku meledak mendengarnya.

Dia membuka matanya kembali. “wae?”.

“anni... ayo tidur. Jjalja Bum...” kataku padanya.

“hem...” jawabnya.

***

Aku yang pertama membuka mata. Seperti sebelum-sebelumnya kalau kami tidur seranjang, aku akan bangun saperti ini...

Dalam pelukan sahabatku, Kim Kibum. Aku sudah malas untuk bereaksi mendorongnya menjauh, karena... sudah terlalu terbiasa! Dia akan berdalih, dikamarku tidak ada guling jadi jangan salahkan dirinya yang memelukku.

“BUM! Bangun!” sentakku sambil menepuk pipinya.

Matanya bergerak kecil.

“BUM! Bangun!” sentakku lagi.

Dia bergerak, tapi malah mengeratkan pelukannya dan menyamankan diri.

Huh... mungkin dia terlalu capek perjalanan kemarin... dia tidak pernah seperti ini. Sekali panggil ditambah sentuhan kecil dipipinya biasanya akan langsung membuatnya membuka mata dan duduk. Kasihan juga dia.

Kubelai punggungnya membiarkannya kembali lelap. Tak lama suara nafasnya terdengar stabil lagi.

Perlahan, kulepaskan tangan dan kakinya yang memelukku, dan segera bangkit dari posisi tiduranku. Kemudian kunaikkan kembali selimut ditubuhnya agar dia merasa nyaman.

Aku turun kebawah masih dengan piamaku, aku melihat ada Donghyuk yang digendong Hyukkie Hyung, aku langsung menciuminya dan mengambilnya dari gendongan Hyukkie Hyung.

“Chamchoon! Cuci muka dulu!” protes Donghyuk berusaha lepas dari pelukanku.

“Shiro! Samchoon rindu padamu” balasku.

“Kyunnie! Mandi dulu! Sarapanmu dan Bummie sudah Eomma siapkan dimeja”.

“Eomma dan Hyukkie Hyung mau kemana?” tanyaku menyadari Eomma sudah berdandan rapih, begitupun Hyukkie Hyung.

“Eomma mau menjenguk Imomu... dan mengajak Hyukkie karena kau tidak akan mau diajak masuk rumah sakit”.

“guerre... biar Donghyuk ikut denganku kalau begitu... rumah sakit tidak baik untuk anak-anakkan?”.

“memang begitu niat kami, Saeng... tapi mandilah dulu... baru kami berangkat setelahnya”.

“tidak usah Hyung... ayo kita keatas...” kataku pada bocah digendonganku.

“Andwe! Camchoon belum mandi! Camchoon bau!” tolak Donghyuk.

Tapi aku malah berlari menggendongnya kelantai atas. Kekamarku. Setelah dikamar kuturunkan dia.

“lihat, ada Bum-Bum samchoon juga... masih tidak mau dengan Kyu Samchoon?” tanyaku.

“guele... tapi Dongie tidak mau dekat-dekat Camchoon kalau Camchoon tidak mandi!” katanya bersih kukuh.

Aku memicingkan mata kemudian menggendongnya lagi, menarik selimut dan berbaring kembali disamping Bum-bum dengan Donghyuk ditengah-tengah kami.

“Camchoon!!!” ronta Donghyuk.

Kibum mengernyit dan membuka mata. Dia memeluk Donghyuk erat dan menatapku sekilas, kemudian atensinya kembali ke Donghyuk.

“pagi Dongie...” sapanya dengan suara serak khas bangun tidur.

“Camchoon jolok! Bau! Cepat mandi!” ronta Donghyuk.

“ish... Samchoon masih mengantuk... nanti saja mandinya...” jawab Bum-bum sambil kembali menyamankan kepalanya dan mecoba tidur lagi.

“bangunlah Bum... ini sudah jam 10 dan kita belum sarapan!” kataku berusaha berdebat.

Bum-bum kembali membuka matanya dan melihat jam.

“setelah sarapan kau boleh tidur lagi...” kataku meneruskan.

“Camchoon hali ini libulkan?” tanya Donghyuk.

Aku dan Kibum mengangguk.

“temani Dongie memancing... nde?”.

“memancing?” tanyaku.

Donghyuk mengangguk.

“arraseo... kalau begitu sekarang Dongie main game saja dulu nde...” tawar Kibum.

“tapi Camchoon cepat mandi nde?” tawar Donghyuk.

Kibum mengangguk. Tapi kembali menyamankan posisi tidurnya.

“CAMCHOOOOOON!!!!” seru Donghyuk melihat Kibum kembali nyaman dalam posisinya.

Kibum akhirnya mengalah dan bangun dari tidurnya.

Donghyuk bangun dari posisinya segera menghidupkan komputer di kamarku dan memainkan game. Dan Kibum. Disampingku dia duduk dan masih berusaha menyesuaikan pandangannya.

“kau mandi saja dulu” kataku.

“euhm...” gumamnya sambil mengangguk.

Dia bangkit berdiri dan menuju kekamar mandi dikamarku. Sementara aku merapihkan kamarku kembali.

“Camchoon, tidak ada game lain?” tanya Donghyuk.

“mainkan saja PSP dimeja itu Dongie...” kataku masih melipat selimutku.

Sekitar setengah jam kemudian kami sarapan pagi dan makan siang untuk Donghyuk.

Setelahnya kami pergi memancing bersama.

“Bum! Tarik terus!” seruku saat pancingan Kibum disambar ikan.

Kibum terus bergelut dengan pancingannya.

“Camchoon! Pancingan kita dicelbu ikan juga!” seru Donghyuk melihat pancingan kami bergerak.

Aku menarik pancingannya dan menggulung senarnya.

Pluk.. pluk.. pluk

Suara ikan Kibum yang barusan ditarik ke daratan.

Ikanku bergerak liar, berat sekali untuk ditarik. Aku terus melawannya dan nanti pasti berhasil!

“Camchoon! Talik yang kuat!” seru Donghyuk menyemangatiku.

Sial! Ikan ini kuat sekali! Awas kalau aku sudah menangkapnya nanti! Awas saja kalau dia kecil seperti milik Kibum!

YAYAYA!!!

AAAAAA!!!!

GREB

 

BERSAMBUNG....

tinggal beberapa chapter lagi.... mianhe kalau semakin telat postingnya, tapi diusahakan akan segera posting untuk chapter selanjutnya...
Gumapta untuk yang sudah kasih subscribe, coment dan juga sempat membaca... gumapta...

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
ratnasparkyu #1
Chapter 14: Baru tau ada ff ini, sayang gak ada lanjutannya, padahal pengen sampai kihyun punya anak
emon204
#2
Chapter 13: Aku kira ni ff sampai ending ternyata masih tbc.

Apa ini akan berhenti sampai disini saja? semoga bisa dilanjut.

Terima kasih ffnya
emon204
#3
Chapter 11: Percakapan Kibum dan Kyuhyun yang to the point mengingatkanku pada teman chatku yg juga memberian link ff ini padaku (jadi ingin tertawa)

Terima kasih ffnya
emon204
#4
Chapter 10: Chapter ini sudah romantis kok. Romantis ala KiHyun hehe

BumKyu disini lucu banget
emon204
#5
Chapter 8: Pertemuan pertama mereka dan adegan lainnya sama persis dengan yang diceritakan oleh Kibum2016. Masalahnya mengapa Kyuhyun tak ingat semuanya?
emon204
#6
Chapter 6: "Kalau marah makanlah yang banyak" kebiasaan Kyuhyun yg unik ini patut untuk dicontoh. Tapi sayang, banyak sekali makanan yg tak boleh kumakan :(

Terima kasih ffnya
emon204
#7
Chapter 4: Aku sempat tertawa dengan nama2 member super Junior disini. Pertanyaanku, siapa nama maknaenya? Guixian? Marcus? Hahaha..... #abaikan.
emon204
#8
Chapter 1: Maaf. Absen saja karena baru nemu ff ini. Ini juga dari temen yang mungkin gak/belum bisa komen karena tidak punya akun.

Terima kasih ffnya
emon204
#9
Chapter 1: Maaf. Absen saja karena baru nemu ff ini. Ini juga dari temen yang mungkin gak/belum bisa komen karena tidak punya akun.

Terima kasih ffnya
Rikamy #10
Chapter 13: Haish......yunho masih menggangu babykyu lagi ckckckck.....dan bum bum masuk rumah sakit apa yang telah terjadi chingu ? Tapi scandal yang di buat bum bum boleh jugak hehehehe.....