Chapter 3

This is my desteny??

“2 bayi itu? Anak siapa? Mereka cantik sekali...”.

“ah, itu... itu dongsaeng Donghyuk... HaeJi... dia lahir sebulan setelah pernikahan kita, tepat 4 hari setelah ulang tahunmu, dan yang satu itu Daehee putri Chullie Hyung, Hyungku”.

“Donghyuk sudah punya Saeng?”.

Dia mengangguk.

Dan hah... tanpa sadar aku kini dengan tenang bersandar didadanya. Sungguh aneh!!!

Dia tidak menolak, dia membelai rambutku.

Aku?

Karena suadah terlanjur ya biarkan saja!

“sebentar lagi jam makan siang... mau makan apa?” tanyanya.

“kita makan keluar?”.

"Tidak, aku tidak pernah makan diluar...".

"jadi makan apa kita? apa aku bisa memasak?"

 

***

 

“tidak... aku terbiasa memasak untuk kita... ” katanya masih membelai rambutku.

2 catatan. Dia tidak suka makan diluar dan dia bisa memasak. Huh... syukurlah... Dia memang harus bisa memasak. Aku tidak bisa masak sama sekali. Bikin mi instan untuk eomma saat beliau sakit saja malah jadi legenda sungai Han, apalagi suruh memasak yang lain? Jadi apa Kibum kalau itu terjadi?

“baiklah, mau makan apa? Bulgogi?” tawarnya lagi.

Aku mengangguk kecil.

Akhirnya setelah prosess memasak yang dilalui Kibum dengan aku sebagai penonton selesai dengan mulus. Dan sekarang, sepiring besar bulgogi ada didepan kami, disertai 2 mangkuk kecil nasi dan semangkuk kimchi, disampingnya ada sendok dan sumpit. Khusus disamping piring Kibum ada selada dan mentimun mentah.

Dia menyumpitkan satu potong bulgogi dan menyuapiku.

“bagaimana?” tanyanya saat aku mengunyah bulgoginya.

“hemmm... Masita!!!” seruku saat lidahku merasakan enaknya makanan yang masuk kemulutku.

Kami makan dengan lahap siang itu.

Setelah makan siang kami duduk berdua di depan tv, melihat acara Tv, sampai handphone Kibum berdering.

“hem...” jawabnya dengan nada dingin, lain sekali dari nadanya saat kami berbicara. “belum... Kyu baru keluar rumah sakit... cari komposer lain!... kalau begitu tunggulah!” katanya lebih dingin dan mematikan sambungan.

“kenapa?” tanyaku melihat wajahnya mengeras.

“pesanan lagu, belum selesai”.

Aku mengangguk kecil, bukankah kami lulusan music modern? Jadi jelas ada kemungkinan dia pencipta lagukan?

“mau kubantu?” tawarku. Aku mungkin lupa ingatan, tapi untuk menciptakan lagu, dulu aku sempat membuatkan lagu untuk band sekolahku.

“kau masih harus istirahat sayang...” gumamnya sambil mengecup rambutku.

“aku sudah baik-baik saja... perutku sudah tidak sakit...” kataku.

Dia memeluku dan menarikku bersandar didadanya.

“aku tidak mau menduakanmu dengan pekerjaanku lagi. Cukup sudah aku kehilangan calon Aegi dan membuatmu terbaring koma 5 hari... sekarang aku hanya ingin semua waktu bersamamu...” bisiknya lembut, aku merasa suaranya menjadi serak.

Aku mendongak, melihat kedua matanya. Ada genangan air dipelupuk matanya.

Apa yang dia rasakan? Rasa bersalahkah? Rasa kehilangan calon bayi kami kah?

Padahal bayi itu masih 4 bulan dalam perutku... dan segini besarnyakah dukanya?

“anni... ini bukan salahmu Bum... kita masih bisa punya anak lagi nanti... jangan bersedih... nde?” kataku sambil membelai pipi chubbynya.

Dia memelukku dan meletakkan kepalanya di bahuku. Bahunya bergetar.

Aku mengusap lembut punggungnya.

“aku suami yang gagal... aku juga appa yang buruk... aku tidak berguna...” lirihnya.

Aku tersenyum miris mendengarnya. Dia masih menangis. Kubiarkan dia mengeluarkan bebannya. Aku tahu dia pasti sangat-sangat berduka.

 

***

 

“Bum...”.

“hum...”.

“aku harus tidur dimana?” tanyaku saat melihat hanya ada satu kamar dengan ranjang, dan satu kamar lain berisi perlengkapan bayi dan ranjangnya.

“disini...” jawabnya.

“...”.

Kami tidur bersama? Jangan bilang aku harus...

“anni... aku tidak akan memaksamu melakukannya... kita hanya akan tidur” katanya lembut.

Aku mengangguk.

Dia membimbingku naik keranjang disebelah kiri dan dia disebelah kanan.

Aku menyamankan kepalaku dibantal.

Dia memelukku dan menarikku bersandar di dadanya.

DEG...

Jantungku berdetak dengan cepat dan tak beraturan. Tubuhku menjadi kaku dan tidak bisa kukendalikan.

"Mi-mian... aku membuatmu tidak nyaman?" tanyanya sembari menarik lengannya dariku dan sedikit menjauh.

Melihat wajahnya, aku merasa bersalah, wajahnya tampak kecewa dan sedih.

"a-aku... hanya belum terbiasa... tidak apa-apa" kataku sedikit menunduk.

"aku tidak akan menyentuhmu lagi... Mianhae...".

"sudah kubilang, aku tidak apa-apa... hanya belum terbiasa... jangan minta maaf".

Kibum tersenyum kecut mendnegar ucapanku.

Kami berdua terdiam cukup lama. tidak ada yang berani membuka mulut untuk memulai perbincangan apapun.

Sedikit lebih lama kemudian, aku mulai berani memperhatikannya, dia memejamkan mata, mungkin dia lelah dan mengantuk.

Dia, lelahkah mengurusku? Lelahkah menghadapiku yang melupakannya?

Ash! apa yang kupikirkan? Apa yang harus kulakukan?

aku mendekat padanya...

Pluk.

Kuletakan kepalaku didadanya, dan memposisikan diri senyaman mungkin. Bagaimanapun dia suamiku, bahkan dia lebih dari berhak untuk memelukku saat tidur bukan?

Greb

Kedua tangannya memelukku yang rebah di dadanya.

"Jangan memaksakan diri..." katanya lirih.

"tidak...".

"kau takut padaku?".

Aku menggeleng.

"apa aku memberimu kenyamanan?".

Umh... ini lebih nyaman dari bantal tadi. Apa setiap malam selama 2 tahun ini kami tidur berdua begini?

Aku mendengarnya terkekeh kecil dan memelukku lebih erat.

Apa yang kulakukan ini benar?

Baiklah kuanggap ini benar... mengingat status kami yang sudah menikah.

“Jaljayeo...” bisiknya kemudian mencium kecil puncak kepalaku.

"Hem...".

 

***

Aku terbangun saat matahari menusukan sinarnya kemataku. Aku menoleh kesampingku. Kibum masih tidur, matanya terpejam dan bibirnya terkatup. Dia sangat tampan kalau sedang tidur begini.

Perlahan kulepas pelukannya dipinggangku, turun dari ranjang dan masuk kamar mandi. Setelah acara bersih-bersih badan selesai, aku kedapur dan membuat 2 gelas susu, setelah itu aku memasukan beberapa roti kepanggangan roti. Menata mereka diatas meja lengkap dengan selainya. Setelah itu, aku kekamar kami. Kibum masih tidur dengan lelap.

Aku duduk disisi ranjang.

“bum! Bangun! Sudah siang!” seruku lembut.

Dia sama sekali tidak terusik.

Aku menepuk pipinya pelan. “Bum.. ayo bangun!” seruku lagi.

Perlahan matanya terbuka.

“emh... pagi sayang...” sapanya dengan suara serak.

“pagi...” jawabku sambil menarik tanganku dari pipinya.

Dia duduk dan mengusap matanya.

“aku sudah buatkan susu dibawah, cuci mukamu dan temui aku dibawah” kataku.

Dia mengangguk.

10 menit kemudian kami sudah duduk didepan meja makan. Dia meminum susunya sambil membuka-buka koran pagi.

“mau selay coklat?” tanyaku.

“tanpa selai saja” jawabnya. “aku tidak terlalu suka manis”.

Oh... hal ketiga, dia tidak suka manis.

“ehm... baiklah...”

Sesekali kami bicara dan bercanda sambil sarapan. Tidak ada habisnya bahan yang kami bicarakan. Sampai...

“aku menemukan ini diruang kerjamu pagi tadi... aku menyalinnya dan membuat beberapa perubahan dan tambahan dari lirik dan musicnya” kataku sambil menyodorkan 3 lembar kertas padanya.

Dia menerimanya, kemudian membacanya.

“kau membuatnya? Apa kau sudah ingat sesuatu?” tanyanya antusias.

Aku menunduk merasa bersalah, kemudian menggeleng.

“ah... Gwenchana... jangan bersedih...” katanya menghiburku sambil membelai kepalaku. “setelah ini, kita mainkan bersama lagu ini bagaimana?” tawarnya.

Aku mengangkat kepalaku dan mengangguk.

 

***

“Eomma!” panggilku saat aku masuk kerumah keluargaku.

Hari ini, setelah seminggu mendekam didalam rumah, akhirnya aku berhasil menyuruh Kibum untuk bekerja dan meninggalkanku dirumah Eomma. Tentu saja setelah perdebatan panjang. Dia akan Keperusahaan keluarganya menyelesaikan tugasnya, kemudian sedikit siang pergi ke kantor management memberikan draft beberapa lagu yang sudah dibuatnya dan akan melatih penyanyinya untuk memberitahu beberapa titik lagu yang penting dan masih bisa diexplorasi.

Dan jangan lupa 1 bulan lagi mereka akan rekaman.

“aigo, nae adeul... mana Kibumie?” tanya Eomma sambil memelukku singkat dan kemudian melihat kebelakangku.

“dia, bekerja... aku menyuruhnya bekerja” jawabku.

“bagaimana kalau kita buat bekal makan siang untuknya? Nanti antarkan kekantornya, bagaimana?”.

“ide bagus!” seruku senang.

Kami berdua bergelut didapur, tepatnya Eomma, aku hanya membantunya mencuci daging, mencuci barang bekas pakai dan juga membersihkan dapur kembali.

“bawalah 2 porsi, kalian makan bersama disana...” kata Eomma saat aku mempacking makanan kedalam kotak bekal.

“Eomma...”

“iya sayang, ada apa??”.

“apa yang terjadi padaku setelah aku putus dengan Yunho Hyung? Setelah malam itu aku makan setengah panci bulgogi?”.

“hah itu... hari itu kau tidur hampir 24 jam, Appamu kebingungan, dia bertanya pada Eomma tentang alasanmu tidur selama itu. Tapi karena Eomma hanya tahu namjachingumu akan segera menikah meninggalkanmu tanpa cerita lengkapnya, Eomma memilih diam. Keadaan tenang hingga Hyungmu tahu kau tidur selama itu. Dan tercetuslah pembicaraan 2 namja posesive itu dan berakhir dengan Yunho yang babak belur ditangan Hyung dan Appamu...”.

“JINJA??? Padahal aku sudah berusaha menutupinya...” kataku kaget.

Eomma terkekeh.

“lalu selama setahun setelah aku putus dan bertemu Kibum, apa yang terjadi?”.

“seperti biasa, kau kembali ceria saat bangun dari hibernasimu, selama setahun itu kau lebih banyak diam dirumah, dan ada seorang Yeoja pernah datang ingin bertemu denganmu tapi kau menolaknya bahkan mengusirnya...”.

“aku sekejam itu?”.

Eomma mengangguk. “dan Eomma sangat bahagia saat kau kembali mau keluar rumah dan kembali jadi Kyunnienya Eomma yang ceria saat kau memasuki universitas Chagi...”.

“apa karena Bum-bum?” tanyaku.

Eomma mengangguk. “Eomma bahagia melihatmu bisa ceria...”

Aku memeluk Eomma. “saranghae... Eomma...” bisikku.

“nado uri aegi...”.

“apa aku juga sangat mencintai Bum-bum Eomma?”.

Eomma mengangguk yakin. “kalian cukup lama bersama, 7 tahun sebelum pernikahan kalian. Eomma melihatmu dan Kibumie selalu berdua, dan selama itu, Eomma tahu betapa besar rasa sayang dan cinta yang kalian bangun perlahan dari hubungan sederhana antar teman sebangku, sahabat dan kemudian menjalin kasih yang akhirnya menikah... Eomma juga bisa pastikan, Kibumie mencintai uri Kyunnie lebih besa dari yang bisa diperlihatkannya".

Aku tersenyum mendengarnya... Benarkah? aku jadi ingin tahu... besarnya cinta itu.

"dan lagi, bukan perkara gampang kalian akhirnya bisa menikah. Appamu yang terlanjur waspada karena 2 kisahmu yang hancur karena orang ketiga, membuatnya lebih selektif dan memilih dalam menyutujui hubungan spesial kalian. Dan untung saja, Kibum memang sudah sering kesini dan mengobrol dengan kami, maka restu itupun akhirnya dengan ikhlas diberikan Appamu... jangan sekali-kali meragukan cinta kalian... kau boleh lupa ingatan sayang, tapi perasaanmu lambat laun akan mengenalinya..." Lanjut Eomma saat selesai mempacking kotak bekal yang akan kubawa.

Aku merasa lebih tenang. Aku menikahi orang yang benar. Ternyata aku tidak bodoh juga untuk memilih pasangan.

"sudah, sekarang antar makanan ini” Lanjut Eomma.

Aku mengangguk menerima 2 kotak bekal itu dan memasukan kedalam tas punggungku.

Kemudian diantarkan oleh supir ke sebuah perusahaan management artis yang sangat terkenal.

“Anyeong... bisa tanya dimana ruangan Kim Kibum?” tanyaku pada resepsionis.

“Kyuhyun! Sudah lama kau tidak kesini! Kau nampak lebih kurus... aku turut berduka atas musibahmu kemarin...” kata resepsionis itu ramah.

Nugu?

"kau harus tabah... aku yakin suatu saat nanti kau dan Kibum-ssi akan berhasil memiliki anak sendiri..." lanjut disampingnya, sama-sama resepsionis.

Melihat posturnya dan wajahnya sepertinya mereka lebih tua dariku.

“nde, Gumawo Noonadeul... bisa kau beri tahu dimana ruangan aku bisa bertemu Kibum?”.

“dia ada diruangan biasanya Kyu, dilantai 9, ruang latihan vokal” kata resepsionis itu.

“gumawo...” kataku sambil berlalu masuk.

Banyak mata memandangku.

GREB

Sebuah pelukan? Siapa berani memelukku sembarangan?

 

Bersambung...

 

Siapa yang berani memeluk Kyu sembarangan? dari belakang pula? apa yang terjadi selanjutnya? apa akan lebih banyak lagi orang asing yang akan ditemui Kyu?

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
ratnasparkyu #1
Chapter 14: Baru tau ada ff ini, sayang gak ada lanjutannya, padahal pengen sampai kihyun punya anak
emon204
#2
Chapter 13: Aku kira ni ff sampai ending ternyata masih tbc.

Apa ini akan berhenti sampai disini saja? semoga bisa dilanjut.

Terima kasih ffnya
emon204
#3
Chapter 11: Percakapan Kibum dan Kyuhyun yang to the point mengingatkanku pada teman chatku yg juga memberian link ff ini padaku (jadi ingin tertawa)

Terima kasih ffnya
emon204
#4
Chapter 10: Chapter ini sudah romantis kok. Romantis ala KiHyun hehe

BumKyu disini lucu banget
emon204
#5
Chapter 8: Pertemuan pertama mereka dan adegan lainnya sama persis dengan yang diceritakan oleh Kibum2016. Masalahnya mengapa Kyuhyun tak ingat semuanya?
emon204
#6
Chapter 6: "Kalau marah makanlah yang banyak" kebiasaan Kyuhyun yg unik ini patut untuk dicontoh. Tapi sayang, banyak sekali makanan yg tak boleh kumakan :(

Terima kasih ffnya
emon204
#7
Chapter 4: Aku sempat tertawa dengan nama2 member super Junior disini. Pertanyaanku, siapa nama maknaenya? Guixian? Marcus? Hahaha..... #abaikan.
emon204
#8
Chapter 1: Maaf. Absen saja karena baru nemu ff ini. Ini juga dari temen yang mungkin gak/belum bisa komen karena tidak punya akun.

Terima kasih ffnya
emon204
#9
Chapter 1: Maaf. Absen saja karena baru nemu ff ini. Ini juga dari temen yang mungkin gak/belum bisa komen karena tidak punya akun.

Terima kasih ffnya
Rikamy #10
Chapter 13: Haish......yunho masih menggangu babykyu lagi ckckckck.....dan bum bum masuk rumah sakit apa yang telah terjadi chingu ? Tapi scandal yang di buat bum bum boleh jugak hehehehe.....