Chapter 6

This is my desteny??

Hariku semakin bahagia... kini tepat 6 bulan sudah aku bersama suamiku, dan aku tidak bisa mengingatnya. Merasa bersalah? Tentu saja! Kecewa? Apa lagi!

Tapi dia terus mengatakan bersyukur karena aku selalu bisa disampingnya. Dia bilang itu sudah lebih dari cukup.

Hari ini aku mengunjunginya di kantornya. Seperti hari-hari yang lain walau tidak setiap hari aku membawakan makan siangnya kekantor. Semua tampak mengenalku. Ya, kadang aku juga membawa makanan untuk dimakan bersama orang diruangan Kibum.

“Bum-Bum! Aku-“ seruku terhenti saat aku membuka pintunya.

***

"Tuan muda, cepat sekali?" tanya supir padaku. "Gwen-gwenchanayo?" tanyanya saat melihatku dari kaca spionnya.

"Ajussi! Jalankan mobilnya kerumah Eomma" Pintaku setengah memerintah.

Hwang ahjussi, supir yang menyetir mobilku hari ini tampak bingung.

"Kerumah Eomma, sekarang ahjussi..." pintaku lagi.

Mobil akhirnya berjalan juga.

Kibum.... teganya dia...

Aku tidak mau bersamanya lagi. Aku tidak mau melihatnya lagi! Dia! Bisa-bisanya!

Aku tahu, aku cukup kejam disini, kami menikah 2 tahun bahkan sudah bersama hampir 12 tahun dan aku melupakannya, tapi... dia menyakitiku... sakit sekali...

Eomma melihatku masuk rumah dengan khawatir, Eomma mengusap pipiku yang terasa basah karena airmataku sendiri.

Aku memeluk Eomma dan menyamankan kepalaku dibahunya.

“Eomma...” raungku. "Huk..." isakakku yang kuusahakan untuk kutahan.

Eomma hanya diam, tangannyalah yang bergerak menyentuh kepalaku dan menenangkanku dengan sentuhan lembutnya.

“Eomma... aku lapar!” rengekku.

Eomma ku tersenyum, melepas pelukannya dan menarik tanganku ke dapur.

Eomma mengeluarkan makanan yang sepertinya baru dimasaknya.

Aku langsung mengambil nasi dan lauk. Makan dengan cepat dan banyak.

“makan pelan-pelan Chagi...” peringat Eomma. “kenapa bisa sampai menangis begini? Huem? Dulu bahkan saat ditinggal Yunho menikah tidak segininya anak Eomma sedih... apa bertengkar dengan Kibumie?” tanya Eomma lembut sambil mengusap kepalaku.

Aku masih terus memasukan makanan kedalam mulutku.

"aigoo... ada apa dengan kalian..." desah Eomma.

Sesekali Eomma mengusap pipi dan sudut bibirku.

“Eomma, minta Hae Hyung kesini bawa Jjajangmyeon 5 paket!” pintaku.

Eomma langsung menuju telepon rumah dan menekan beberapa kali tombol telepon itu.

“Yoboseo? Hae-ah, apa kau tidak sibuk, nak?... ah, guere, Eomma minta tolong, bawakan 5 paket Jjangmyeon ukuran jumbo kerumah... nde... Arra... Eomma tunggu nde?”.

“Hyung! Bawakan Jampong juga 1 porsi!” imbuhku.

“ne... turuti saja... Arra... Gumawo sayang... jangan ngebut... hati-hati...”.

Eomma menutup teleponnya dan duduk didepanku lagi. Sesekali mengusap bibirku yang makan berantakan lagi.

“Hyung-mu bilang dia akan datang segera... makanlah pelan-pelan...”.

“Eomma tidak sekalian makan?” tanyaku.

Eomma menggeleng.

Aku menyumpitkan daging kedepan bibir Eomma.

“temani aku makan Eomma... Jebal...” pintaku.

Eomma membuka mulutnya, dia menerima suapanku. Setelah itu dia mengusap pipiku lagi.

Hah! Kenapa airmata ini tidak mau berhenti! Padahal aku sudah makan 3 mangkuk nasi dan 4 porsi daging.

“Eomma... rasanya sakit sekali...” keluhku akhirnya.

Eomma berpindah tempat duduk disampingku dan memelukku.

“eomma... aku sudah makan banyak sekali, tapi kenapa rasanya tetap sakit?” raungku dalam dekapan Eomma.

Eomma hanya diam mendengarku bercerita dan menangis. dia hanya diam dan menepuk punggungku lembut.

"Eomma...".

"Menangislah sayang... Menangislah..." bisiknya lembut.

Aku mengeratkan pelukanku dan semakin melesakkan kepalaku dibahu Eomma.

"Eomma... aku mencintainya... sangat mencintainya, tapi... Huks... pedih sekali Eomma... berkali-kali lebih pedih dari saat Yunho Hyung meninggalkanku... Eomma... Eotoke??"

Eomma masih menepuki punggungku dan menciumi rambutku.

"semuanya akan baik-baik saja nak... semuanya akan baik-baik saja..." bisiknya terus ditengah tangisku.

Suara bel pintu berdentang. Ah...

Eomma beranjak membukakan pintu.

GREB

Sebuah pelukan yang kukenali terasa dipunggungku, lengan ini juga melingkar di bahu dan dadaku.

“Kyunnie...” panggil suara bas itu, aku mengenalnya tentu saja!

Aku segera memberontak dan berlari kelantai atas, masuk kekamar yang seingatku adalah kamarku dan menguncinya dari dalam.

“Kyunnie... dengarkan aku! Kau salah paham! Apa yang kau lihat itu salah paham!” kata orang itu dibalik pintuku.

“Bul! Jangan anggap aku bodoh! Aku memang lupa ingatan! Tapi aku tidak bodoh!” bentakku.

“kumohon! Buka pintunya! Kita bicarakan bak-baik! Kau salah paham!”.

“tidak ada yang perlu dijelaskan! Keluar dari rumahku!” balasku kemudian kuaktifkan kedap suara ruangan kamarku yang kudesign bersama Hae Hyung saat aku masih high school.

***

Flash Back (on)

“Bum-Bum! Aku-“

Kata-kataku terhenti saat melihat ruangan dibalik pintu yang kubuka.

Kim Kibum, suamiku, berciuman dengan yeoja yang menyanyikan lagu kami, yeoja itu duduk dipangkuan kibum dan tangannya... bahkan tangan yeoja itu menarik tengkuk Kibum dan lihat tangan lain Yeoja itu merabai dada Suamiku tanpa sedikitpun perlawanan dari Kibum.

"Bum..." sebutku lirih.

Tanganku menggigil, tulangku serasa rontok.

"maaf menganggu..." kataku dengan suara bergetar.

Aku membanting pintu itu dan berlari sekuat tenagaku.

Flash back (off)

***

Ddddrrrtt.... dddrrrttt

Aku membuka handphone yang kuanggurkan.

From: Donghae Hyung

Keluarlah, Kibum sudah pergi, dan aku sudah bawakan jjangmyeon dan Jampongmu.

To: Donghae Hyung

Makan saja Hyung, makan dengan Eomma... dia tidak makan dari tadi... bawakan pulang untuk Donghyuk, Haeji dan Hyukkie Hyung....

From: Donghae Hyung

Non aktifkan kedap suaranya.

 

Aku mengambil remote dan mengoffkan kedap suaranya.

 

 To: Donghae Hyung

Sudah

 

“apa kau sudah berhenti marah?” tanya orang diluar pintu.

Aku hanya diam.

“makan dan tidur yang banyak. Jangan fikirkan apapun... besok kalian berbicaralah... kalau dia membuatmu sakit, akan kupastikan dia bernasib sama seperti Yunho”.

“pulanglah Hyung...” kataku akhirnya.

“eum... Hyung ingin melihatmu lebih baik besok”.

“Hem...”.

***

 

Semalaman... aku tidak bisa tidur sama sekali... tidak ada pelukan hangat tidak ada ciuman selamat tidur, dan yang pasti tidak ada pemiliknya. Kim Kibum.

Menyedihkan, hingga pagi ini, aku masih duduk didepan pintu memeluk lututku.

“Hyun-ah... keluarlah nak... kita sarapan bersama...” pinta sebuah suara ngebas yang sudah kukenal seumur hidup.

“aku tidak lapar Appa... aku hanya butuh tidur!” kataku.

“kau sudah bangun? Ayo keluar! Kau perlu makan bukan untuk lapar, tapi kau perlu makan untuk hidup”.

Aku masih diam ditempat.

Keadaanku tidak membaik sedikitpun.

“apa perlu Appa hajar Kim Kibum?”.

Hajar?

“ANDWE!!!” teriakku tanpa sadar, segera bangkit memegang kenop pintu dan memutar kunci. “jangan Appa... jangan lakukan apapun padanya...” kataku saat Appa sudah memelukku sepersekian detik setelah aku membuka pintu.

“apa yang dilakukannya padamu, nak? katakan pada Appamu sayang...” pinta Appa lembut disebelah telingaku.

“bukan apa-apa, kami bisa menyelesaikannya sendiri... kami sudah dewasa...".

"sungguh?".

Aku mengangguk. "sekarang biarkan aku tidur, aku masih perlu tidur, Appa”.

***

 

Aku masih menolak bertemu dengan Kibum. Siang keesokan harinya dia datang lagi dan duduk cukup lama didepan kamarku.

“apa yang harus aku lakukan agar kau percaya? katakan Kyu... Apa yang harus kulakukan?” tanyanya terdengar lirih.

Aku masih bungkam.

“Kyu...”.

Aku merindukannya, tapi hatiku masih sakit. Apa lagi saat membayangkan bibir mereka.

Kuaktifkan kembali kedap suara kamarku. Aku masih duduk didepan pintu. Menangis, entah apa yang terjadi pda kelenjar airmata sialan ini, kenapa dia terus berproduksi? Berhentilah! Aku muak menagis terus!

Dddrrrttt... dddrrrttt...

Handphoneku bergetar. Aku mengambilnya.

[Eomma Calling].

‘buka pintunya, sayang...’ kata Eomma langsung saat aku mengangkat telpon.

“aku belum ingin keluar Eomma...”.

‘biarkan Eomma yang masuk kalau begitu’.

Aku masih diam menimbang keputusanku.

‘Kibumie sudah pulang 5 menit lalu’.

Aku bangkit berdiri, tubuhku sedikit oleng sehingga segera kusangga dengan berpegangan pada kenop pintu. Kuputar kunci dan kenop pintu.

Eomma didepan pintu saat aku membukanya. Dia menepati kata-katanya, tidak ada Kibum dan langsung masuk kekamarku.

Eomma menarikku keranjang dan menepuk pahanya untuk memintaku rebahan disana.

Aku menurutinya.

Dia membelai pipi dan sudut mataku.

“setelah ini, makan yah?” tanya Eomma.

“aku belum lapar, Eomma...”.

“sampai kapan? Sampai kapan kau begini, sayang...”.

“kemarin lalu, aku sudah makan banyak, tapi... aku tidak bisa sedikitpun memejamkan mataku. Aku tidak bisa, Eomma...”.

“katakan pada Eomma, apa yang terjadi diantara kalian?”.

Aku hanya diam.

“kau hampir 2 hari tidak makan. Dan katamu sama sekali tidak bisa tidur bukan? Masalah sebesar apa yang terjadi sebenarnya?”.

“Eomma... sentuhanmu membuatku mengantuk... bolehkah aku tidur? Kalau aku sudah tidur, Eomma boleh meninggalkanku... huem? Aku butuh tidur Eomma...” pintaku mengalihkan topik.

Eomma mengangguk kecil. Dan meneruskan belaian lembutnya dirambutku. "Eomma harap masalah kalian cepat selesai nak..."

***

 

“Kyu... maafkan aku... aku akan menjelaskannya...” kata sebuah suara ketika rumah sudah sepi, hanya tinggal aku dan Eomma, jangan lupakan lengan yang melingkari pinggangku ini.

Aku memberontak, berusaha lepas dari pelukan itu.

Tapi tangan-tangan ini begitu kuat memenjarakanku dalam pelukannya.

“kumohon sayang... maafkan aku, dia langsung menciumku tanpa ijin, bukannya aku tidak menolak! Tapi semua terjadi dengan cepat! Aku tidak bisa menghindar!”.

“aku tidak mau mendengarmu!” tolakku sambil menutupi telingaku kuat-kuat.

Kedua tangannya masih memelukku.

“aku mencintaimu... hanya kau! Aku tidak akan sanggup sejahat itu pada hubungan kita! Ingat Kyu kita sudah berapa lama bersama? Hampir 12 tahun! Apa pernah aku tidak jujur padamu?”.

Kepalaku terasa sangat sakit. ‘pernahkah aku tidak jujur padamu?

Argh! Sakit sekali!

I do...

saranghae Kyu

ya! Kita akan berangkat besok pagi  ke California...

ish... sudah kubilang aku tidak akan berpaling!

sangat yakin untuk hidup bersamamu...

Bayangan senyuman Kibum... kata-katanya...

Pelukan ini... pelukan Kibumku... pelukan suamiku... masih sama setiap waktunya.

"KYU!!!!"

TEK

Gelap...

***

 

Saat semua kembali terlihat hari sudah terang. Pemandangan jadi serba putih. Dimana ini? Aku menoleh kekanan dan kiri. Yang pertama kulihat adalah wajah dengan lebam dimana-mana. Bahkan jangan lupakan masih ada bekas darah mulai kering. Dan matanya yang terpejam...

Aku langsung duduk, ARGH! Sial... kepalaku sakit lagi!

makan yang banyak, Kyunnie...

Kugerakan tanganku menyentuh salah satu bekas luka itu. Miris sekali melihatnya...

Bum-bum... apa aku harus percaya padamu? Tapi aku melihatmu dengan kedua mataku... apa yang harus aku lakukan?

Tanganku sudah diatas lukanya.

“aku mulai mengingatmu...” bisikku. “tapi... kau membuatku sakit... rasanya sakit sekali Bum... bahkan aku belum pernah sesakit ini... apa aku harus percaya padamu? Aku takut kehilangan lagi... kau suamiku... aku mencintaimu, sangat” lanjutku. “mianhae... ini pasti ulah Appa atau Hae Hyung...”.

GREB.

Tanganku, tanganku digenggam... di genggam Kibum?

“untuk kali ini saja... jebal Kyu... percayalah... kaupun istriku, akupun mencintaimu, sangat... tidak akan pernah aku bermaksud meninggalkanmu... membuatmu sedih... tidak akan pernah” katanya kemudian membuka kedua matanya.

Bola mata hitam sehitam langit malam itu memantulkan wajahku, hanya wajahku.

“aku ingin percaya... tapi, rasanya begitu sakit... aku takut...”.

Dia bangkit dan memelukku erat. Hanya sebentar untuk memastikan merasakanku.

“aku tidak melakukan apapun padanya, aku berani bersumpah!” katanya setelah melepas pelukannya.

Aku kembali menatap mata hitamnya. Sangat teduh... bola matanya hanya merefleksikan diriku... hanya aku... dan disana tidak ada keraguan, settikpun tidak ada...

CUP

Kucium bibirnya.

“awh...” keluhnya.

Aku merasakan darah di bibirku.

“Mianhe...” bisikku sambil mengusap bibirnya selembut mungkin.

Dia memandang mataku kembali dan mengecupi jariku yang mengusap bibirnya.

Aku tersenyum kecil. Kurasa memaafkannya dan percaya padanya bukan hal bodoh kali ini... dia tidak pernah berbohong memang.

“aku sudah membersihkan bekasnya di bibirmu... dimana lagi dia menyentuhmu?” tanyaku sambil mengusap bibirnya yang kurasa berdarah tadi.

“kau mengingatnya?” tanyanya masih kaget.

Ya, aku mengingatnya, bibirku yang diam-diam diciumnya untuk membersihkan bekas ciuman yeoja-yeoja mantan kekasih yang menurutnya idiot mulai kami masih kuliah.

“bersihkan seluruhnya, aku mohon...” pintanya kemudian memelukku.

Aku mengangguk dan menyamankan diriku dalam pelukan posesifnya, kepalakupun sudah melesak nyaman di dadanya.

“dengarkan aku kali ini” katanya lagi.

“hem...”.

“kalau marah, makan banyaklah seperti biasa... jangan mogok makan 4 hari begitu... kau membuat kami semua takut Kyu...”.

Aku tersenyum dan mengangguk.

“aku mau pulang...”.

“belum bisa... kau tidak sadar hampir satu hari... dengan dehidrasi, asam lambung tinggi dan kelelahan! Kau harus menginap semalam atau dua malam lagi, Kyu!”

“tapi...”.

“aku akan menemanimu dan menjagamu disini... jadi jangan takut... ya”.

Aku hanya diam.

“apa saja yang kau ingat?”.

“...”.

“Kyu...”.

“eumh... saat kau menerima pernikahan kita di altar, saat kita ke California menemui keluargamu, saat kita resmi pacaran dan beberapa potongan kecil... tapi aku merasa ingatan itu bukan milikku...”.

“Gwenchana... nanti kau juga bisa mengingatnya dengan sempurna...”.

Kami berdua terus bersama bahkan saat malam aku memaksanya tidur disampingku. Mungkin ini juga sebagian bentuk balas dendamku padanya karena tidak bisa merasakan nyamannya tidur selama beberapa hari ini. dan juga bentuk nyata dari janjinya.

"kau merindukanku?" tanyanya saat aku sudah bersandar nyaman didadanya, berhimpit di ranjang sempit ini.

Aku mengangguk.

"seberapa banyak?".

"sedikit" jawabku sambil memberi gesture 'sedikit' dengan ibujari dan telunjukku.

"ck... padahal aku snagat merindukanmu..." katanya dengan nada sebal dan mengeratkan pelukannya. "Jja, sekarang tidurlah Tn. Kim..." katanya sambil memulai tepukan lembutnya di punggungku.

Kueratkan pelukanku pada pinggangnya. "Jalja Bum...".

"ne... Jalja nae sarang..." balasnya kemudian diikuti kecupannya di dahiku.

Lega sekali rasanya masih bisa merasakan hangat pelukan dan kecupan kecilnya. Kurasa aku akan mimpi indah malam ini.

***

 

“akhirnya pulang!” kataku semangat saat masuk kedalam rumah kami, jangan lupakan Kibum yang ada disampingku, memeluk pundakku dengan sangat protektif.

“mau makan apa malam ini?” tanyanya saat kami duduk di ruang keluarga.

“apa saja! Tapi jangan bubur!”.

“hum... baiklah... tunggu disini, istirahatlah dulu”.

Aku membaringkan tubuhku di sofa. Melihat langit-langit. Sesekali masih teringat Kibum yang berciuman dengan gadis itu. Walau aku sudah memaafkan dan menerima penjelasannya, tapi tetap saja aku merasakan sakitnya.

“neomu chuae yo Bum... anni... nan... jeongmal saranghaeyo... Kim Kibum”

Tanpa sengaja aku terlelap.

***

 

BRAK

BRAK

BRAK

Suara pintu di pukul keras itu menggangguku... kenapa Kibum perlu menggedor pintu sekasar itu sih? Lagian untuk apa? Aku tadi tidur disofakan?

“HYUN-AH! BUKA PINTUNYA, NAK!” suara itu, suara Appa.

Ah... pusing sekali... aku bangun dari ranjang dan membuka pintu.

“ada apa Appa?” tanyaku.

BRUK

Aku merasakan Appa memelukku dan mengelus rambutku.

“Appa...”.

“jangan pikirkan namja kurang ajar itu mulai saat ini, mengerti!” kata Appa sangat serius.

“Appa, kenapa sih?” tanyaku bingung.

Appa melepas pelukannya dan memandang wajahku.

"Gwenchana?" tanya Appa dengan raut serius.

"nan Gwencha-"

Eh... tunggu, rambut Appa tidak memutih? Appa, wajahnya juga tidak ada kerutan.

“Appa, musim apa sekarang?”.

“apa maksudmu?”.

“sekarang tanggal berapa?”.

“sekarang tanggal 6 maret 2005, kenapa? Apa sehari tidur membuatmu bingung?”.

“2005?” apa yang terjadi sebenarnya? Kibum? Dia...

 

Bersambung...

 

So, sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa Kyu ada di tahun 2005? Apa semua yang dilaluinya hanya bunga tidur?

Eng Ing Eng... tunggu kelanjutannya...

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
ratnasparkyu #1
Chapter 14: Baru tau ada ff ini, sayang gak ada lanjutannya, padahal pengen sampai kihyun punya anak
emon204
#2
Chapter 13: Aku kira ni ff sampai ending ternyata masih tbc.

Apa ini akan berhenti sampai disini saja? semoga bisa dilanjut.

Terima kasih ffnya
emon204
#3
Chapter 11: Percakapan Kibum dan Kyuhyun yang to the point mengingatkanku pada teman chatku yg juga memberian link ff ini padaku (jadi ingin tertawa)

Terima kasih ffnya
emon204
#4
Chapter 10: Chapter ini sudah romantis kok. Romantis ala KiHyun hehe

BumKyu disini lucu banget
emon204
#5
Chapter 8: Pertemuan pertama mereka dan adegan lainnya sama persis dengan yang diceritakan oleh Kibum2016. Masalahnya mengapa Kyuhyun tak ingat semuanya?
emon204
#6
Chapter 6: "Kalau marah makanlah yang banyak" kebiasaan Kyuhyun yg unik ini patut untuk dicontoh. Tapi sayang, banyak sekali makanan yg tak boleh kumakan :(

Terima kasih ffnya
emon204
#7
Chapter 4: Aku sempat tertawa dengan nama2 member super Junior disini. Pertanyaanku, siapa nama maknaenya? Guixian? Marcus? Hahaha..... #abaikan.
emon204
#8
Chapter 1: Maaf. Absen saja karena baru nemu ff ini. Ini juga dari temen yang mungkin gak/belum bisa komen karena tidak punya akun.

Terima kasih ffnya
emon204
#9
Chapter 1: Maaf. Absen saja karena baru nemu ff ini. Ini juga dari temen yang mungkin gak/belum bisa komen karena tidak punya akun.

Terima kasih ffnya
Rikamy #10
Chapter 13: Haish......yunho masih menggangu babykyu lagi ckckckck.....dan bum bum masuk rumah sakit apa yang telah terjadi chingu ? Tapi scandal yang di buat bum bum boleh jugak hehehehe.....