Chapter 7

This is my desteny??

BRAK

BRAK

BRAK

Suara pintu di pukul keras itu menggangguku... kenapa Kibum perlu menggedor pintu sekasar itu sih? Lagian untuk apa? Aku tadi tidur disofakan?

“HYUN-AH! BUKA PINTUNYA, NAK!” suara itu, suara Appa.

Ah... pusing sekali... aku bangun dari ranjang dan membuka pintu.

“ada apa Appa?” tanyaku.

BRUK

Aku merasakan Appa memelukku dan mengelus rambutku.

“Appa...”.

“jangan pikirkan namja kurang ajar itu mulai saat ini, mengerti!” kata Appa sangat serius.

“Appa, kenapa sih?” tanyaku bingung.

Appa melepas pelukannya dan memandang wajahku.

Eh... tunggu, rambut Appa tidak memutih? Appa, wajahnya juga tidak ada kerutan.

“Appa, musim apa sekarang?”.

“apa maksudmu?”.

“sekarang tanggal berapa?”.

“sekarang tanggal 6 maret 2005, kenapa? Apa sehari tidur membuatmu bingung?”.

“2005?” apa yang terjadi sebenarnya? Kibum? Dia...

***

Kibum? Dia, apa dia hanya mimpi? Apa dia tidak nyata?

“Appa, Kyunnie! Turun dan segera makan malam” kata Eomma dari lantai bawah yang masih terdengar jelas.

“nah, ayo kita turun nak... kau belum makan dari pagi...”.

Appa merangkul pundakku dan menuntunku turun keruang makan.

Aku duduk ditempat dudukku, aku memandang rambut coklat panjang Eomma yang masih belum memiliki uban, dan wajahnya tidak ada keriputnya, di depanku, Hae Hyung, dengan cat dan model rambut yang kusuka, disampingnya Hyukkie Hyung, masih sama seperti yang kuingat...

“apa Donghyuk tidur dengan nyaman Hyukkie?”.

“nde Eomma... dia sudah tidur dan minum banyak...”.

Jadi... apa yang kulakukan 6 bulan bersama Kibum... jadi Kibum itu benar-benar mimpi? Aku mencintai aktor dalam mimpiku?

Hah... sial... ternyata aku benar-benar mimpi... well, thats great dream... semoga kapan-kapan kita bisa bertemu lagi, Kim Kibum... em... suamiku... kkkk

TUK.

Suara apa itu?

Tanganku berbentur meja bagian bawah, kenapa suaranya....

Aku menengok ke tanganku, masih ada emas putih yang melingkar di jari manisku... ini cincin pernikahanku dan Kibumkan?

Ha?

Ah! Sial! Aku semakin bingung! Apa sebenarnya yang terjadi?

“kau kenapa, Saeng?” tanya Hae Hyung.

“Gwenchana Hyung, ayo makan, aku lapar” jawabku.

Jadi apa dan siapa Kim Kibum sebenarnya? Kalau dia hanya mimpi dan bunga tidurku, lalu... cincin ini? Ash! Jinja! Semua ini membuatku pusing. Atau, saat inilah yang sebenarnya mimpi.

Kuambil sumpit nasiku, kemudian

TUK

"AWW! APPO!" erangku merasa sangat sakit saat sumpit itu kupukulkan kekepalaku sendiri.

“ada masalah dengan kepalamu sayang?” tanya Eomma lembut yang duduk disebelahku seperti biasa.

“A-anni Eomma... mungkin kebanyakan tidur, jadi terasa berat...”.

“begitu? Kalau terasa pusing, Eomma masih menyimpan obat sakit kepala... mau?” tanya Eomma sambil menggenggam jemariku.

“Gwenchana, jangan fikirkan aku, Eomma makan saja... ne?”.

Berarti, yang inipun bukan mimpi... ini juga kenyataan. AH! SIAL! Aku semakin bingung!

Acara makan malam kami berlanjut.

“aku selesai...” kataku mengakhiri acara makan lebih dahulu, setelah itu mohon ijin untuk kekamar lebih dahulu.

Aku menyamankan tubuhku diatas ranjang.

Kim Kibum... hums... menyebalkan! Kejadian bersama Kibum bukan mimpi, dan kejadian saat inipun bukan mimpi! Jadi? Apa?

Kuraih cincin dijari manisku. Kubuka dan didalamnya masih ada tulisan yang sama. GGB tanda hati GGH. Sama... dari awal memang itu tulisannya... ah! Sial! Aku semakin bingung!

Kucari tali untuk mengikatnya kemudian kukalungkan keleher dan tentu saja kumasukan kedalam kausku.

Aku keluar kamar dan melihat Eomma yang masih membersihkan meja, dibantu Hyukkie Hyung.

"Eomma..." panggilku pada Eomma sambil memeluknya dari belakang dan menyamankan kepalaku di bahunya.

"hemb..." gumam Eomma sambil menata piring-piring.

"apa Eomma pernah tahu aku membuat cincin?" tanyaku pada Eomma.

"Cincin? Cincin apa sayang?".

"cincin putih polos".

"Ehmb... seingat Eomma tidak... wae? kau ingin cincin? huem?" tanya Eomma di ikuti tepukan lembut dipipiku.

"hehehe... Anni Eomma... aku hanya bertanya...".

Cup.

kukecup pipi Eomma dan melepaskan pelukanku, aku kembali kekamarku.

Eomma, kurasa cerita pada Eomma tentang perkara ini bukan pilihan yang benar. Eomma bisa-bisa menangis seharian karena mengira Putranya gila ditinggal menikah pacarnya dan juga karena kebanyakan tidur... tidak... kali ini lebih baik tidak kuceritakan pada siapapun. Bagaimana kalau aku cari saja tanda yang lain selain cincin ini? eumh... mungkin saja cincin ini...

“HUUUWWEEEEEEE”

Suara cetar membahana membelah suasana rumah yang tenang.

“oh, iya... Donghyuk...”

Aku ingat ada Donghyuk. Aku masuk ke pintu persis didepan kamarku.

“Dongie-ya...” panggilku sambil menghampirinya. "Uljimma... Eoh? Uljimma...".

Donghyuk jadi anak kecil lagi... dia baru bisa merangkak.

“huuuu...huuu...” tangisnya.

“hei, tenanglah... ada Samchoon disini...” kataku sambil memeriksa pantatnya.

Dia tidak mengompol... apa dia lapar? Kata Hyukkie Hyung dia sudah minum banyak susu.

“kau mimpi buruk Dongie?” tanyaku sambil menggendongnya.

Nyut...

Ash... tangan sampai lengan kiri bagian bawahku terasa nyeri.

Aku mendudukan Donghyuk dipangkuanku. Aku lihat tangan kiriku.

Masih ada plester yang diberi ganhosa setelah mencabut infus tadi siang. Ck, nyeri... mereka memang tidak berprikemanusiaan, menyiksa tanganku dengan jarum sebesar itu dalam 6 hari. Sial!

Eh!

Apa!

Bekas infus?

“Un...” tangis Donghyuk sedikit mereda.

Aku melihat Donghyuk. Ya! Karenamu Dongie chagiii... ah! Kau pintar sekali.

Cup! Cup! Cup! Cup!

Kuciumi berkali-kali pipi tembemnya lalu kuangkat tinggi dan kuputar-putar tubuh mungilnya.

“daebak! Nae Dongie daebak! Ya! Kau pintar sekali... Hwa! Nae Dongie! Jinja! Daebak!” seruku bahagia.

“Kyakakakakakak...” tawa Donghyuk mengganti tangisnya yang tadi sangat memekakan telinga.

“Do-dongie sudah tidak menangis?” tanya orang didepan pintu.

“o-oh, sudah tidak Hyung, dia hanya rindu pada Samchoon tampannya ini... Dongie ya! Nanti tidur dengan Samchoon ne?” kataku.

“Un...” gumam Donghyuk tidak jelas.

“jinja? Terus saja kau rindu samchoonmu chagi... biar Daddy banyak waktu dengan Mommy... aish... Uri Dongie memang daebak!” kata Hae Hyung senang.

“kalau begitu, buatkan susu untuk stok Dongie nanti malam Hyung” kataku pada Hae Hyung.

“Arrata...” kata Hae Hyung senang dan langsung kearah dapur.

“Dongie... ingat nama Samchoonmu satu lagi, suami Kyu Samchoon, namanya Kim Kibum... ingat itu Dongie...” kataku sambil menyamankan dudukannya dilenganku.

“un...”

"Kibum Samchoon, jebal, coba katakan!" pintaku.

"..."

matanya berkedip-kedip melihatku dengan tatapan tidak menegrtinya.

"Ki-bum Sam-choon" ejaku lebih pelan.

dia memandang wajahku serius, kemudian melihat tangan gembulnya.

"belum bisa ya? Gwenchana..." kataku sambil mencium pipinya. "Uri Dongie nanti pasti bisa memanggil kami..." kataku sambil mengangkatnya tinggi-tinggi lagi.

"Hyakakakakak" tawanya lagi.

Aku menciumnya sekali lagi lalu memposisikannya menghadap kedepan. Punggung dan lehernya dengan nyaman bersandar di dadaku.

Aku menggendongnya kelantai dasar.

“Hyukkie Hyung... nanti malam, biar Dongie tidur denganku nde?” ijinku saat berhadapan dnegan Hyukkie Hyung.

“ada apa? Kenapa?”.

“lihat saja dia sangat nyaman denganku, aku juga rindu sekali dengan Dong-dong Junior ini...” kataku sambil mengecup lagi pipi Donghyuk.

“Un...” sorak Donghyuk memainkan jariku yang memegang perutnya untuk menyangganya.

“un?” tiru Hyukkie Hyung. “Do-Dongie memanggilmu Kyu...” Hyukkie Hyung membelai pipi putranya.

“un? Samchoon begitu?” tanyaku pada Hyukkie Hyung.

“Ma... Hyakakakakak” teriak Donghyuk sambil memukul kecil tangan Hyukkie Hyung yang masih bermain di pipinya.

“Mommy... Daddy... Samchoon... Halmeonni...Harabeoji...” titah Dong senior pada Dong junior.

“TA!!!” teriak Donghyuk.

Rumah kembali ramai karena bocah ini. Un? Cukup baik untuk pertama kali... nanti kau harus bisa memanggil Samchoon dnegan benar Dongie... yakseok?

***

Kini, aku sedang menepuki punggung Donghyuk yang tidur setengah tengkurap ketubuhku.

“kau nyata Bum... tapi, yang sekarang ini juga bukan mimpi... apa kantung doraemon itu benar-benar ada? apa kau ada didimensi lain? apa kau ada di lapisan waktu yang lain? atau.... ah yang jelas, sekarang aku rindu padamu... padahal baru malam ini kau tidak disampingku... apa sekarang aku yang lain disana menemanimu tidur? Huem?” tanyaku pada angin.

Donghyuk lucu sekali kalau sedang tidur begini.

“hei, Dongie-ya, apa nanti Samchoon bisa bertemu Bum Samchoonmu? Huem? Apa ada Bum Samchoonmu yang lain yang ada didunia ini? Huem? Dongie... Samchoon sudah merindukannya... Samchoon ingin dipeluk lagi... kalau Samchoon tau semalam itu pelukan terakhirnya, Samchoon tidak akan mau bangun dan pulang dari rumah sakit... hehehe... Dongie-ya, Gumawo kau sudah memberi tahukannya pada Kyu Samchoon”.

Kupejamkan mataku, membayangkan Kibum yang memelukku dan memberi ciuman kecil didahiku setiap malamnya.

“Bum-Bum... Saranghae... Jalja...”

***

5 hari, aku mulai melupakan bagaimana bentuk wajah Kibum.

10 hari, aku hanya ingat rasa pelukan Kibum yang mendekapku lembut dimalam pertama kami serumah setelah aku keguguran.

Aku harus mencatatnya, agar aku tidak keguguran lagi nanti.

Kuambil notes yang selalu kubawa kemana-mana, dan kucatat tentang kejadian yang seperti mimpi itu.

2 bulan. Aku membuka catatanku, eum... keguguran... aku keguguran? Oh iya... cincin putih, kemana cincin itu? Aku mencarinya di semua tempat dikamar dan dirumah.

“sedang mencari apa, nak? Kenapa memberantakan kamarmu begini?” tanya Eomma melihat kamarku yang sudah seperti kapal pecah.

“Cincin Eomma... cincin emas putih”.

“cincin emas putih? Sejak kapan kau punya cincin itu sayang?”.

“...”.

“bagaimana bentuknya?”.

“polos Eomma, didalamnya ada ukiran GGB hati GGH” kataku masaih mencarinya dibawah sprei. ‘Gim Gi Beom mencintai Gim Gyu Hyeon’ tambahku dalam hati.

“eumh...” gumam Eomma kemudian tanpa banyak tanya membantuku mencarinya.

Kami sudah mencarinya dimanapun, hasilnya nihil. Cincin itu menghilang bagai ditelan bumi. Bum-Bum... apa aku akan melupakanmu?

6 bulan. Aku sedang sibuk belajar untuk ujian akhir dan juga membuat lagu untuk acara pensi kelulusan kami nanti, bandku sedang menyiapkan 2 buah lagu. Semoga semua lancar.

10 bulan. Aku dinyatakan lulus senior high school. Walau bukan peringkat pertama, tapi kata Appa, dirinya cukup bangga dengan nilaiku. Besok hasil ujian masuk universitas keluar. Baru tahap pemilihan universitas, setelah pengumuman barulah ada ujian masuk fakultas dan jurusan yang di inginkan. Aku sudah mantap akan mengambil modern music, tapi... tentu saja berbeda dengan Appa, dia meginginkanku seperti Hae Hyung yang mengambil bisnis dan membantu perusahaan yang sekarang dikelola Appa dan Hae Hyung.

“DOR!”

Aku menoleh karena kaget, jantungku berdetak dengan cepat saking kagetnya.

“HAE HYUNG! KAU MAU DONGSAENGMU MATI KAGET?” sentakku.

“hehehe... Mianhae saeng...” katanya sambil memeluk pundakku untuk melelehkan emosiku. “sudah menentukan akan mengambil jurusan apa nanti?” tanyanya saat melirik kertas pendaftaran di tanganku.

Aku menimbang akan cerita atau tidak...

“mau mengambil universitas mana? Inha? Kyunghee? Atau Seoul?” tanyanya lagi.

“aku... aku... aku ingin ke Art Seoul... bagaimana menurutmu Hyung?” tanyaku ragu.

“Art Seoul yah? Cukup bagus... apa kau akan ambil seni music disana?”.

Bagaimana Hae Hyung tahu tujuanku? Dia tahu aku akan mengambil seni music?

“tentu saja aku tahu, aku mengenalmu bahkan sebelum kau lahir Saengi... aku Hyungmu... jangan lupakan itu” katanya seakan bisa membaca fikiranku.

Aku mengangguk kecil dan tersenyum, Hyungku memang sangat faham tentangku.

“berjuanglah untuk ujiannya... seleksi disana cukup susah... walaupun kau juara umum kedua, Seoul University punya standart yang tinggi....”.

“Hyung tidak mau menghalangiku?”.

“heng?” dahinya mengkerut saat manatapku. “untuk apa? Tentu tidak... Hyung tahu kau keras kepala dan akan melakukan apapun untuk mendapatkan yang kau inginkan, lagipula ini masa depanmu Saengi, pilihlah dengan keinginanmu sendiri agar tidak ada penyesalan...”.

Aku tersenyum mendengarnya. Kupeluk erat Hyungku, dan kunyamankan kepalaku didadanya. Aku menyayangimu Hyung! Kau ternyata memang sangat mengerti saengmu ini! Saranghae Hyung!!!

Dia mengusap kepalaku gemas. “sebisa mungkin Hyung akan mendukungmu”.

“gumawo Hyung... kau memang Hyung terbaik...” gumamku.

“ne... Hyung tahu itu...” katanya sambil menepuk punggungku beberapa kali.

“tapi Hyung... apa nanti Appa dan Eomma bisa menerimanya?” tanyaku sanksi dan mengharap bantuannya.

“eum... mungkin bisa... tapi kau juga harus menjamin tidak akan lepas tangan dari perusahaan...” katanya dengan senyuman dan sentilan kecil di dahiku.

“itu bisa kutangani... baiklah, bantu aku bilang pada Appa ya Hyung!”.

“Guere... bocah manja” katanya lagi sambil mengusap bekas sentilan tangannya didahiku.

Hah! Akhirnya! Sedikit bantuan Hae Hyung pasti banyak berefek pada Appa.

***

Hasil ujian Universitas keluar. Aku diterima di Kyunghee dan Inha. Aku merasa kecewa, aku tidak berhasil masuk ke universitas impianku. Tapi dua universitas lain itu juga universitas top kan?

Sekarang, hanya bagaimana cara menyampaikan pada Appa tentang apa yang kuinginkan... music adalah hidupku, bagaimana membuat Appa mengerti dan memberiku izin?

Saat ini aku sedang duduk diruang keluarga berhadapan dengan Eomma dan Appa, tentu saja didampingi Hae Hyung.

Aku menelan ludahku dengan susah payah. Aku harus mencobanya... aku harus bertekat dan yakin.

Kutoleh Hae Hyung yang duduk disampingku.

Dia tidak menoleh balik, tapi dia tersenyum dan meremas kecil tanganku yang lemas diatas pahaku.

“semua akan baik-baik saja...” katanya lirih dan mungkin hanya terdengar olehku yang duduk disampingnya.

“Appa, Eomma... aku diterima di Inha dan Kyunghee...”.

“ambil di Kyunghee saja Kyunnie... Inha terlalu jauh dari rumah...” kata Eomma langsung menyahut.

“tapi jurusan Bisnis di Inha lebih bagus Yeobbo...” timpal Appa.

“memang... tapi kurasa uri Kyunnie tidak ingin mengambil bisnis... benar begitu, nak?” tanya Eomma dengan wajah penuh senyum.

Aku tersenyum lega, ternyata Eomma memang mengenalku luar dalam.

“tapi dia harus!” paksa Appa.

“Appa... a-aku... aku ingin jadi... jadi komposer... a-aku... ingin masuk seni... Appa...”.

“Hyun-ah... Appa hanya memilikimu dan Donghae, Appa memperjuangkan perusahaan untuk masa depan kalian berdua, bagaimana kau bisa mengurus perusahaan kalau kau mengambil seni?” jelas Appa dengan wajah dan suara serius.

“yeobo...” kata Eomma lembut sambil membelai lengan Appa.

“Appa... boleh aku bicara?” tanya Hae Hyung meminta izin.

“tentu” kata Appa dan diangguki Eomma.

“Appa, ini masa depan Kyunie... dia dan jalannya... aku memang keberatan kalau harus mengurus semuanya sendiri... aku bahkan dulu harus melepas label keartisanku untuk kuliah bisnis dan mengurus perusahaan. Aku hampir frustasi tidak bisa main film dan berlenggak lenggok memperagakan dance diatas panggung. Maka, aku tidak mau, Saengiku mengalami hal yang sama” kata Hae hyung lengkap dengan pandangan lembutnya ke Appa.

Hae Hyung, Eomma! Aku beruntung memiliki kalian... syukurlah kau mirip Eomma Hyung... saranghae...

Kuremas jemari hae Hyung untuk mengungkapkan rasa terimakasih dan sayangku padanya.

Appa tampak memejamkan matanya, sepertinya otaknya berkecamuk.

“Appa... aku punya penawaran...” kataku ragu. “aku sudah minta pendapat Hae Hyung...”.

Suasana sepi... seperti menungguku mengatakan sesuatu.

“Appa... aku akan membantu diperusahaan... aku akan belajar otodidak dari Hae Hyung untuk mengolah perusahaan... tapi ijinkan aku... untuk... mengambil seni music dan menjadi komposer...” kataku takut.

Suasana masih hening.

Aku mendekat ke Appa, berlutut di depan Appa dan memeluk kakinya yang masih menekuk karena posisi duduk.

“Appa... aku tidak akan mengabaikan kewajibanku untuk membantu perusahaan... aku tidak akan mangkir dan lari dari kewajiban yang Appa berikan... tapi menjadi Komposer adalah impianku... Appa... music adalah hidupku... kumohon...”.

Appa masih diam ditempatnya tanpa mengatakan apapun.

Aku tidak berani memandang mata Appa, takut jika mata itu memancarkan kesedihan dan rasa kecewanya kepadaku.

“Lee Kyuhyun...” sebut Appa kemudian menarik tanganku dari kakinya.

Tanganku gemetar, tak pernah sekalipun Appa memanggil namaku lengkap begini, apa Appa sangat marah padaku?

“besok berangkatlah ke Inha” kata Appa setelah berdiri.

“Yeobo/Appa!” seru Hae Hyung dan Eomma bersamaan.

 

Bersambung...

 

sudah jelaskan, siapa dan apa sebenarnya Kim Kibum itu? dan apa yang akan terjadi selanjutnya? Kyu melupakan Kibum, dan apa masa yang sudah tanpa sengaja dilewati Kyu akan berubah? Apa kalau dia bukan jadi Komposer, tidak sekelas dengan Kibum, apa yang akan terjadi?

Bingung? Atau tidak sesuai harapan reader? Mian, karena ini hasil pemikiran saya yang memang mbulet... hehehe...

Oh, untuk chapter ini saya post lebih awal tapi mian, mungkin untuk Chapter selanjutnya dan selanjutnya akan susah untuk posting 2 hari sekali atau 3 hari sekali seperti biasanya... tapi saya usahakan untuk post paling tidak seminggu 1 kali atau 2 kali... kalo ada yang nungguin juga sih... hehehe...

ah iya, untuk Coment, Subscribe, yang membaca dan yang sekedar mampir saya ucapkan jeongmal gamsahamnida... semoga karya saya bisa menghibur. :-)

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
ratnasparkyu #1
Chapter 14: Baru tau ada ff ini, sayang gak ada lanjutannya, padahal pengen sampai kihyun punya anak
emon204
#2
Chapter 13: Aku kira ni ff sampai ending ternyata masih tbc.

Apa ini akan berhenti sampai disini saja? semoga bisa dilanjut.

Terima kasih ffnya
emon204
#3
Chapter 11: Percakapan Kibum dan Kyuhyun yang to the point mengingatkanku pada teman chatku yg juga memberian link ff ini padaku (jadi ingin tertawa)

Terima kasih ffnya
emon204
#4
Chapter 10: Chapter ini sudah romantis kok. Romantis ala KiHyun hehe

BumKyu disini lucu banget
emon204
#5
Chapter 8: Pertemuan pertama mereka dan adegan lainnya sama persis dengan yang diceritakan oleh Kibum2016. Masalahnya mengapa Kyuhyun tak ingat semuanya?
emon204
#6
Chapter 6: "Kalau marah makanlah yang banyak" kebiasaan Kyuhyun yg unik ini patut untuk dicontoh. Tapi sayang, banyak sekali makanan yg tak boleh kumakan :(

Terima kasih ffnya
emon204
#7
Chapter 4: Aku sempat tertawa dengan nama2 member super Junior disini. Pertanyaanku, siapa nama maknaenya? Guixian? Marcus? Hahaha..... #abaikan.
emon204
#8
Chapter 1: Maaf. Absen saja karena baru nemu ff ini. Ini juga dari temen yang mungkin gak/belum bisa komen karena tidak punya akun.

Terima kasih ffnya
emon204
#9
Chapter 1: Maaf. Absen saja karena baru nemu ff ini. Ini juga dari temen yang mungkin gak/belum bisa komen karena tidak punya akun.

Terima kasih ffnya
Rikamy #10
Chapter 13: Haish......yunho masih menggangu babykyu lagi ckckckck.....dan bum bum masuk rumah sakit apa yang telah terjadi chingu ? Tapi scandal yang di buat bum bum boleh jugak hehehehe.....