Chapter 12

This is my desteny??

Aku kembali fokus pada kibum. Kim Kibum... orang pertama yang mengajakku menikah. Namja aneh yang ingin membangun hubungan denganku karena aku menangis saat dia menciumku. Namja aneh.

Kubiarkan dia tidur dalam posisi itu, pegal sekali sebenarnya, tapi kasihan juga kalau mau ku tinggal. Bagaimanapun dia begini karena akukan?

Sampai 2 jam kemudian Hyukkie Hyung datang, aku memberinya pasword apartemen ini.

“ommo...

 

 

“Ommo... apa dia sangat parah?” tanya Hyukkie Hyung saat menemukanku dan Kibum diruang makan.

Aku meringis kecil dan tersenyum. “2 gelas wine dan sebotol soju...” kataku.

“ketahanan alkoholnya parah sekali...”.

“begitulah...”.

“Camchoon, Bum Camchoon kenapa?” tanya Donghyuk yang baru masuk ruang makan.

“Eng... Bum Samchoon sakit Dongie... sini mendekatlah” kataku meminta bocah itu mendekat membiarkan Hyukkie Hyung menyiapkan sup yang kuminta.

Mata Donghyuk mengerjap lucu beberapa kali saat melihat Kibum yang terlelap di pangkuanku.

Aku meraih jemari Donghyuk dan meletakannya di pipi Kibum.

“pipi Camchoon dingin ckali...” kata Donghyuk mulai mengusapi pipi Kibum.

Beberapa kali keringat dinginnya memang keluar, jadi memang terasa dingin kulitnya.

“Camchoon... cepat cembuh, nde?”.

Aku mengelus rambut Donghyuk.

“ini supnya, berikan segera saat masih hangat. Aku dan Donghyuk pulang, Dongie-a... ayo pulang, nak” kata Hyukkie Hyung.

Donghyuk mencium kecil pipi Kibum lalu mengikuti Mommy-nya pergi.

“Bum... Bum-bum... bangun dulu sebentar...” kataku sambil menepuki pipinya. “Bum, minum supmu dulu... Bum...”.

Dia sedikit meringis merasa tepukanku.

“ayo bangun...”.

Perlahan matanya terbuka, kemudian dia mengangkat kepalanya dari pangkuanku.

“minum supnya dulu”.

Dia menatapku. “berapa lama aku tidur?” tanyanya.

“2 jam”.

“jinja?”.

“lebih bahkan...”.

Dia mengerjap-ngerjap matanya agar lebih jelas.

Aku turun dari meja dan menyodorkan supnya.

Dia menyendok supnya masuk kemulutnya, sedikit demi sedikit.

“mau tidur lagi?”

“anni... kepalaku akan meledak kalau kebanyakan tidur...”.

“arraseo...”.

Dia kembali menekuni supnya. Sementara aku hanya menungguinya.

“merasa lebih baik?” tanyaku beberapa saat setelah dia menghabiskan supnya dan membaringkan kepalanya di pahaku diruang tengah.

“hem...”.

Dia meraih tanganku dan meletakannya diatas kepalanya.

Aku tidak menolak dan membiarkan tanganku dikepalanya, sesekali kugerakan tanganku untuk membelainya. Sedangkan mataku tertuju pada drama yang disiarkan tv.

“kau menerima tawaran itu Bum?”.

“sepertinya begitu”.

“apa tidak capek kalau kita mengurus perusahaan dan music sekaligus?”.

“tidak juga”.

“begitu?”.

“hem..” Kibum mengiyakan. “apalagi denganmu”.

“apanya, kita akan sangat sibuk nanti” kataku sambil membayangkan betapa capeknya kerjaan kami.

“kau takut tidak bisa bertemu denganku?” tanyanya sambil menoel hidungku.

Aku memandangnya yang memandangku. “dalam mimpimu” kataku sambil menjitak kepalanya pelan.

“bilang iya kalau memang iya, babo!”.

Aku kembali fokus pada televisi.

***

Hubunganku dan Kibum, terus berjalan dengan status baru tentunya. Setelah kelulusan kami susah bertemu, tidak setiap saat. Apa lagi saat lagu buatanku dan Kibum mulai banyak yang meminta, kami hanya bisa bertemu saat makan siang atau saat ada proyek bersama.

Pagi sekali aku akan bangun, sarapan dan berangkat kekantor, setelah dari kantor aku akan membuat lagu kalau ada pesanan, setelah lagu jadi, pagi sebelum kekantor aku akan keproduser. Setelah itu pergi kekantor dan pulangnya akan kembali ke Produser, kalau lagunya sudah fix diterima dan penyanyinya sudah ok, aku akan menemani penyanyi itu tiap sore sepulang kantor untuk memeberinya pengarahan sebelum rekaman. Setelahnya barulah rekaman dilaksanakan.

Dan selama 6 bulan pasca lulus begitulah kegiatanku. Tanggung jawab kami bertambah, dia bahkan langsung menduduki jabatan manager. Sedang aku, sekarang sudah jadi karyawan tetap, dan kata Hae Hyung bulan depan kalau kerjaku bagus akan dinaikan menjadi ketua bagian.

“Eomma tidak suka badanmu jadi semakin kurus begini sayang...” protes Eomma suatu hari saat aku pulang dari melatih penyanyi yang akan membawakan laguku.

Aku tersenyum dan duduk disamping Eomma yang menungguku di sofa ruang keluarga.

“ini janji dan tanggung jawabku Eomma...” jawabku pada Eomma.

“tapi lihat kau jauh lebih kurus sekarang, Eomma bahkan tidak melihatmu bermain game beberapa bulan ini...”.

“aku punya game baru... laporan keuangan dan juga proyek lagu...”.

“Kyunnie...”.

“hem...”.

“jangan memaksakan diri...”.

“Arraseo... Eomma jangan khawatir... Bum-bum juga mengalami hal yang sama...”.

“nde... Eomma rindu kalian berisik bertengkar karena game, kalian tahu?”.

“hahaha... guerre... aku faham...”.

“dia juga sudah lama tidak menginap”.

“hem...”.

“kau juga sudah lama tidak menginap di apartemennya, apa dia baik-baik saja? Makan dengan benar?”.

“Eomma... kami sudah besar...”.

“tetap saja Eomma khawatir pada kalian...”.

“kami masih makan siang bersama setiap hari... dia masih setiap hari telepon, dia bilang rindu dengan Kimchi buatan Eomma...”.

“minggu ini kau tidak keluar kota lagikan?”.

“aku libur Eomma...”.

“Kibum juga?”.

“mungkin... dia ada proyek lagu...”.

“suruh dia libur dan menginap dirumah... Appa dan Hyungmu juga libur. Eomma dan Hyukkie sudah sepakat mereka akan menginap disini... kita berkumpul semua, jadi ajak Kibum”.

Aku mengangguk.

Eomma menepuk berkali-kali lenganku dengan lembut. Khas Eomma.

Aku tersenyum dan memeluknya.

“bagaimana latihannya tadi?”.

“aku harus bekerja jadi guru vokal penyanyi ini Eomma...  nafas dan controlnya amburadul... berkali-kali aku harus menggigit bibirku untuk tidak berkata kasar. Parah sekali... tapi warna suaranya cukup bagus...”.

Eomma mengelus rambutku. “lelah?”.

“lumayan...”.

“setelah ini cepatlah mandi dan makan malam, Eomma akan panaskan selagi kau mandi sayang...”.

“hum... tapi biar aku peluk Eomma begini sebentar lagi...”.

“ne, peluk Eomma sepuasmu...”.

“hehehe... saranghae Eomma...” kataku kemudian kucium pipi Eomma.

“nado... Eomma juga mencintaimu,nak...”.

Drrrtt... drrrtt...

Handphone di sakuku bergetar. Aku melepas pelukanku pada Eomma dan mengambilnya.

[Kim Kibum calling]

“Bum-Bum telpon Eomma...”.

“angkatlah, minta dia datang kemari” perintah Eomma.

“hem... kau sudah pulang?” jawabku saat mendengarnya memanggilku.

‘baru akan pulang... kau?’ tanyanya diseberang.

“baru masuk... sedang dengan Eomma...”.

‘baiklah nanti akan kuhubungi lagi... habiskan banyak waktu dengan Eommamu’.

“Eomma memintamu kerumah hari minggu...”.

‘Jinja?’

“begitulah”.

‘berikan sambungannya pada Eomma’.

Aku memberikan handphoneku pada Eomma. “Bum-Bum ingin bicara dengan Eomma” kataku sambil menyodorkan handphone ditanganku.

“Yoboseo kibumie...”.

“...”.

“guerre, Eomma sudah lama tidak melihatmu kerumah...”.

“...”.

“tentu saja! Kalian Putra-putra Eomma...”.

“...”

“baiklah, maka datanglah sabtu malamnya... kita kegereja beramai-ramai... dan menginaplah dirumah”.

“...”

 “ah... kau ingin Eomma membuatkanmu apa?”.

“...”

 “ya, Donghyuk juga akan menginap...”.

“...”

“baiklah... Eomma juga merindukanmu...”.

“...”.

“cepatlah pulang ini sudah malam, nak...”.

“...”.

“arrata... hati-hati dijalan”.

“...”.

“nde... Anyeong...”.

Sambungan terputus.

“Kibumie bilang dia akan menelponmu nanti setelah dia sampai rumah...”.

“hem...”.

“Kyunnie...”.

“Eumh?”.

“kalian sudah bersama berapa lama?”.

“maksud Eomma?”.

Eomma mengusap kepalaku dengan lembut. “kalian pacarankan?”.

“...”.

“tidak usah disembunyikan... Eomma tahu...”.

“eum... sejak aku putus dengan Injung... malam itu... paginya dia bilang kami akan menikah 3 tahun lagi...” jawabku setelah nyaman dalam sandaranku pada Eomma.

Eomma masih mengusap kepalaku. “Eomma percaya pada kalian, jangan melakukan hal-hal yang tidak baik... kalian sudah cukup berumur untuk membedakan mana yang baik dan mana yang buruk”.

Aku mengangguk. “Eomma mengijinkanku dengan Bum-bum?”.

“Eomma tidak akan menghalangi asal kau bahagia”.

“Eumh... Gumawo Eomma...”.

“Cheonma...” gumam Eomma kemudian mengecup kecil puncak kepalaku. “sekarang cepat mandi... Eomma tunggu dibawah” kata Eomma sambil menepuk punggungku.

Aku segera bangkit membawa jas dan tas kerjaku kelantai atas.

***

Hari sabtu malam, rumah sangat ramai, kami makan malam yang terlambat bersama-sama, bahkan lengkap dengan Donghyuk yang dibiarkan Eommanya makan sendiri. Penuh obrolan dan tawa.

“bagaimana pekerjaanmu Kibum-ah?” tanya Appa.

“ah, biasa saja Appa... tidak lebih sibuk dari Kyunnie dan Hae Hyung...”.

“tapi kalian berdua tampak lebih kurus sekarang” kata Appa setelah memperhatikan kami.

Aku dan Kibum saling pandang.

“akan kami perhatikan Appa...” jawab Kibum sopan.

“baguslah, bagaimana pekerjaan kalian berdua, nak?”.

“bulan depan setelah proyek perusahaan dan proyek lagu Bum-bum selesai kami ada proyek lagu bersama...” ceritaku.

“begitu? Baguslah, kalian tidak melupakan perusahaan...” kata Appa puas. “bagaimana kinerja Saengimu ini Hae?” tanya Appa beralih pada Hae Hyung.

“Kyunnie termasuk pegawai rajin Appa... tugasnya selalu beres” bela Hae Hyung.

“tentu saja... itu memang harus...”.

Aku hanya bisa melempar senyum pada Appa yang memandangku sendu.

“Hyukkie, bagaimana sekolah Dongie?” tanya Eomma pada Hyukkie Hyung mengalihkan pembicaraan.

“dia sudah mulai bisa menulis dan membaca lancar Eomma...”.

“aigo... cucu Halmeoni pintar sekali”.

“gumawo Halmeoni... Dongie akan belajal lebih giat!”.

“tapi kapan kau tidak cedal lagi Dongie?” godaku.

“Camchoon!” marahnya.

Semua tergelak mendengar aksi manja keponakanku ini.

Setelah makan, kami berkumpul diruang keluarga. Kecuali Eomma dan Hyukkie Hyung yang membersihkan bekas makan.

Kami bertanding catur. Lebih tepatnya sekarang Hae Hyung yang bertanding dengan Appa.

Aku berdiri di sisi Appa, Kibum dan Donghyuk mendukung Hae Hyung.

Susana sangat seru sampai akhirnya Appa menang dan Hyukkie Hyung mengambil Donghyuk untuk diajak tidur.

“Dongie tidur dengan Samchoon saja, mau?” tawarku.

Donghyuk mengerjap. “dengan Bum Camchoon juga?”.

“tentu... mau?” tanyaku.

Donghyuk menatap Kibum kemudian mengangguk.

Ini semua karena request Hae Hyung, dia minta malam ini kami membantunya untuk bisa berdua saja dengan Hyukkie Hyung.

Donghyuk mengangguk dan turun dari gendongan Mommynya untuk kemudian berjalan kearahku dan Kibum.

“Dongie mengantuk? Mau tidur sekarang?” tanya Kibum telaten mengusap rambut Donghyuk.

Donghyuk mengangguk.

Kibum menggendongnya.

“belcama Kyu Camchoon juga” pintanya saat aku masih duduk dan Kibum mulai menggendongnya naik tangga.

Aku bangkit dari dudukku. Melihat jam memang sudah menunjukan pukul 23.20.

“titip Dongie ya Kyunnie, Kibummie” kata Hae Hyung.

Kami naik keatas dan membaringkan Donghyuk ditengah-tengah kami. Aku memeluk dan menepuk-nepuk kecil pantatnya dan Kibum mengelus rambutnya.  Tak lama Donghyuk terlelap.

“kau juga tidurlah Bum...”.

“aku belum mengantuk”.

“mau bercerita?”.

Dia mengangguk.

Perlahan aku bangkit dari ranjang dan membenahi selimut Donghyuk. Kibum mengikutiku. Kemudian kami duduk di dekat pintu ke balkon.

“lelah?” tanyaku.

Dia mengangguk.

Aku mendorong badannya untuk membelakangiku lalu mulai memijit sedikit pundaknya.

“bagaimana?”.

“lanjutkan”.

Aku memijitnya beberapa menit. Setelah itu aku bangkit dan keluar kamar, mengambil sebotol wine dan 2 gelas. Kali ini dengan yang kadar alkoholnya sangat rendah.

Aku kembali kekamar dan mengangsurkan satu gelas pada Kibum. Setelah itu menuangkan wine kedalam gelas kami.

“jangan langsung diminum, nikmati aromanya, sesekali kocok pelan dalam mulut dan letakan dibawah lidah... coba” kataku memberinya perintah dan cara menikmati wine yang pernah diajarkan Appa padaku.

Dia menurutinya.

“cukup satu gelas saja, agar kau sedikit rileks” kataku lagi saat dia menengguk satu teguk pertama wine digelasnya.

“kau juga belajar seperti ini dulu?”.

Aku mengangguk. “wine, dalam takaran tertentu bisa menyehatkan tubuh...”.

“hem...”.

Kami menikmati segelas Wine kami.

“Bum...”.

“eumh?”.

“Eomma, sudah tahu hubungan kita...”.

“baguslah...”.

“kurasa Hae Hyung juga sudah mengendusnya...”.

“itu lebih bagus lagi...”.

“kau tidak takut?”.

Kibum menghembuskan nafasnya keras, lalu meraihku masuk kedalam pelukannya, menyandarkan kepalaku di bahunya jangan lupakan kecupan kecilnya di puncak kepalaku. Akupun reflek menyamankan sandaranku dan membelai lembut lengannya yang melingkar di perutku.

“wae? Jawab Bum, apa kau tidak takut?”.

“aku akan mengenalkanmu pada orang tua dan Hyungku sebagai kekasihku, segera...” katanya memberi keputusan.

“kau sudah pernah mengenalkanku... kau lupa? Semeseter 5 kau membawaku pulang ke California... juga, Hyungmu dan saengimu juga sudah beberapa kali bertemu denganku”.

“bukan status sahabat seperti dulu... tapi calon pendampingku... Kim Kyuhyun!” katanya serius.

Aku tersenyum mendengarnya menyebut namaku dengan marganya.

“setuju?”.

“eumh...” gumamku setuju.

Dia mengecup lagi puncak kepalaku. Kemudian mengeratkan lengannya yang melingkariku.

“sudah lebih rileks?” tanyaku.

Aku merasakan dia mengangguk.

“mau tidur sekarang?”.

“belum...”.

“mau dipijat lagi?”.

“anni...”.

“lalu?”.

“memelukmu seperti ini... Bogoshippo...”.

“setiap siang kita makan siang berdua, apa itu masih kurang?” kesalku.

“tidak mungkin aku memelukmu saat makan siang didepan umum babo...”.

“ah... itu...”.

Kibum mengangguk dan membelai lenganku yang turut didekapnya.

Aku memilih diam dan menikmatinya.

“bagaimana perasaanmu, hampir 10 bulan ini kita bersama?”.

Aku berfikir, memikirkan bagaimana perasaanku.

“kau yang terlama diantara yang pernah menyandang status kekasihku” katanya lagi sedikit terkekeh.

“benarkah?”.

“uhm...”.

“berapa lama waktu yang paling lama kau habiskan dengan 1 orang?”.

“terlama 2 bulan dengan Renata, terpendek 4 hari dengan Jean... wae?”.

“ck! Kau gila Bum... 4 hari? apa itu bisa disebut pacaran? Babo!” kataku setelah bangkit dari pelukannya dan duduk bersedekap didepannya.

Dia terkekeh. “bisa...” jawabnya enteng dan menarikku kembali kepelukannya.

“itu bukan pacaran namanya...”.

“rata-rata mereka sudah menciumku... namanya pacarankan?” tanyanya.

“ck, bibir bekas...” kataku sedikit sebal. Sedikit.

“kan sudah kau bersihkan...”.

“aku tanya, jawab jujur”.

“guere...”.

“5 bulan ini kita super sibuk dan jarang bersama kecuali makan siangkan?”.

“hehem...” gumamnya menyetujui.

“apa ada nappeun yeoja yng mencuri ciumanmu? Atau kau menciumnya?”.

“seingatku tidak...” jawabnya cepat.

“sungguh?”.

Dia mengangguk. “wae? Kau ingin ku cium? Sudah lama aku tidak menciummu”.

Pipiku rasanya panas terbakar mendengarnya. “kau sudah menciumi kepalaku dari tadi Bum...”.

“I know...”.

Aku menyamankan kepalaku dibahunya.

“atau kau cemburu?”.

“tentu saja, kau itu namjachinguku! Apa salah?” tanyaku sedikit sebal.

“Anni, kau berhak Kyunnie...”

Dia membiarkanku memperoleh tempat ternyamanku. Kemudian kembali membelai lenganku.

“aku mulai mengantuk...” keluhku, aku memang mulai mengantuk sejak tangannya aktif membelai lenganku dan sesekali mencium kepalaku. Rasanya sangat nyaman, seperti sentuhan Eomma.

“tidurlah... nanti akan kupindah keranjang kalau aku sudah puas memelukmu...” gumamnya.

Aku mengangguk.

CUP

Dia mencium puncak kepalaku sebagai ucapan selamat malam.

Kubiarkan diriku terlelap setelah itu.

***

Pagi datang menjelang. Aku mau menguletkan badanku, tapi tidak bisa, ada sesuatu menahanku. Aku melihat kedua lenganku masih bersatu dengan sepasang lengan. Aku menoleh kesamping dan masih menemukan Kibum yang terlelap. Tak sadar senyum terkembang dengan sendirinya dibibirku.

“Bum...” sapaku pelan. Kuberanikan diri mendekatkan bibirku pada pipinya untuk pertamakali.

CUP

Hanya kecupan kecil. Kurasa aku sudah cukup berani untuk mencurinya sekarang. Hehe...

Kulepas lengannya perlahan, segera merapihkan botol Wine yang hanya berkurang 2 gelas dan 2 gelas kosong yang masih ditempat terakhir kuletakan.

“Bum... pindahlah ke ranjang...” kataku sambil mengusap pipinya.

Dia mengerjap, kemudian bangun dan pindah keranjang tanpa protes.

Aku kelantai bawah masih dengan piamaku.

Aku melihat Eomma dan Hyukkie Hyung repot didapur.

“habis minum semalam?” tanya Eomma melihat 2 gelas kosong dan sebotol wine.

“1 gelas saja”.

“Kibumie tidak mabuk lagikan?” tanya Hyukkie Hyung yang mungkin ingat kejadian itu.

“tidak... ini kadarnya rendah hyung... lagipula hanya segelas...” jawabku sambil menyimpan botol dilemari wine Appa kemudian meletakan gelas di tempat cuci piring.

“sekarang dimana mereka?”.

“masih tidur... ini masih jam 5 Hyung...” kataku sambil mengambil duduk di depan mini bar didapur.

“biarkan mereka istirahat kalau begitu...” kata Eomma lembut. Tak lama dia mengangsurkan susu coklat padaku.

Aku meminumnya dengan pelan, masih sedikit terlalu panas.

Sampai aku merasa ada yang duduk disampingku dan menyadarkan kepalanya ke bahuku.

“Saeng...”.

“eumh...”.

“gumawo untuk semalam” gumamnya. Hae Hyung.

“hem...”.

“Dongie tidur nyenyak?”.

Aku mengangguk sambil menenggak sisa susu coklatku.

“Kibum?”.

“mereka masih tidur berdua...”.

Tak lama susu putih Eomma sodorkan kedepan Hae Hyung mengalihkan atensinya dariku.

“Aw! Panas!” erangnya saat dengan bodohnya langsung meminum susu yang sudah jelas tampak mengepulkan uapnya.

“babo...” makiku.

Hae Hyung tersenyum menerima makianku, dia sibuk dengan meniupi susu putihnya. Persis seperti yang kuingat sejak kecil. Dia masih terlihat seperti Donghyuk ketika seperti ini.

“mau susuku Kyunnie?” tawarnya saat melihat susu coklatku sudah tandas, ini juga kebiasaannya. Dia sebenarnya tidak terlalu suka susu, dari kecil, tapi terpaksa minum susu didepan Eomma.

Aku menyodorkan gelasku.

Dia menuangkan hampir setengah gelasnya dengan senang hati. Selalu begini selama kami tumbuh bersama.

“itu mengapa kau tidak bisa lebih tinggi dariku Hyung...” gumamku setelah meminum sedikit susu yang dituangkannya.

“tidak masalah...”.

“pendek...”.

“aku menyayangimu Kyunnie...” katanya cuek. Dia mengedikan bahunya dan tersenyum lebar seakan tidak mendengarku.

“apa mereka berdua selalu begitu dari kecil, Eomma?” tanya Hyukkie Hyung membuyarkan atensiku dari Hae Hyung.

“ya, begitulah mereka berdua... bagaimana denganmu dan Noonamu, Hyukie-ah?” jawab dan tanya Eomma kembali pada Hyukkie Hyung.

“Noona, dia orang yang terlalu independen... dia bahkan lebih tangguh dariku, dia juga orang yang sibuk, kami jarang bersama, Eomma... apa lagi setelah dia pindah ke jepang untuk beasiswa mulai masa sekolah seniornya dan sekarang menikah dengan orang disana pula...” cerita Hyukkie Hyung, sangat kentara wajah murungnya yang berusaha ditutupinya.

“kau punya aku Hyung...” kataku mengingatkannya, kalau sekarang aku juga Saengnya.

“huem... Kyunnie benar... bukankah kita sudah sepakat?” timpal Hae Hyung sambil merangkul leherku.

“nde... aku senang memilikimu...” kata Hyukkie Hyung sambil menyerangku dengan cubitan mautnya di pipiku.

“YA HYUNG!” sentakku merasa nyeri di pipiku.

Mereka bertiga tertawa. Kalau diingat, 7 tahun lebih sudah mereka berdua menikah, 9 tahun sudah mereka menjalin kasih. Dan aku sudah mengenal Hyukkie Hyung saat pertama kali Hae Hyung membawanya kerumah sejak 14 tahun yang lalu saat usiaku masih 9 tahun. Kami dulu sering bermain bertiga. Kami memang mengenal dekat keluarga Hyukkie Hyung, tapi sampai mereka menikah 7 tahun lalu, hubungan Hyukkie Hyung dengan kami tidak sedekat Kibum yang sangat sering masuk keluar rumah ini.

“Hae-ah...” panggil Eomma.

“nde, Eomma...”.

“nanti kalau Dongie punya adik, bolehkah Dongie lebih sering menginap disini? Eomma takut kesepian... kau tahu Appamu semakin sibuk, dan jangan tanya soal Kyunnie, Eomma rasa dia tidak akan lama lagi menikah dan punya kesibukan sendiri” pinta Eomma sungguh-sungguh.

“ya, Eomma... jangan berkata seperti itu...” mohonku.

“tidak apa Chagi... Eomma harus bersiap bukan?”.

“boleh saja kalau Dongie mau Eomma...” jawan Hyukkie Hyung dengan senyuman. “lagi pula, kami masih lama untuk ingin adik Dongie ada... setidaknya sampai Kyunnie menikah...” tambah Hyukkie Hyung.

“baiklah, Eomma akan menunggu sambil membimbing Saengi kalian ini siap ke pelaminan...” kata Eomma dengan nada suka cita dan masih asyik dengan spatulanya.

“Eomma...” gumamku malu... kurasakan pipiku menjadi panas.

“Kyunnie, wajar Eomma membicarakan hal itu, aku saja menikah di usia 24 tahun... dan sekarang kau sudah menginjak 23 tahu... yakan?” goda Hae Hyung.

 “aigo, Eomma, Hae... dia malu, lihat wajahnya...” kata Hyukkie Hyung dengan nada isengnya.

 “HYUNG!” serangku pada kedua Hyungku yang sepertinya berkomplot dengan Eomma.

Mereka bertiga tertawa.

“aigoo.... pipimu memerah Kyu...” goda Hyukkie Hyung lagi.

“Ish! Kalian menyebalkan!”.

Hah! Memalukan! Aku menampik tangan Hae hyung yang memeluk leherku dan menyembunyikan wajahku dengan telapak tanganku.

Ada penghuni dapur baru, dia langsung duduk dan menyerobot susu didepanku, dan menarik tanganku yang menyembunyikan wajahku.

“aku ketinggalan apa, Eomma, Hyung?” tanya Kibum yang duduk disampingku setelah mencuri susuku. Dia sudah wangi.

“tidak ada Bumie...” kata Eomma yang masih menghadap kompor.

“dia hanya tersipu...” tambah Hae Hyung.

“karenamu” goda Hyukkie Hyung lagi.

“Jinjayo?” tanya Kibum.

“jangan lanjutkan!” seruku.

Eomma, Hae Hyung dan Hyukkie Hyung kembali tertawa, sementara Kibum mengusap kepalaku.

“jangan majukan bibirmubegitu! Kau ini seperti Dongie saja!” kata Hae Hyung sambil menoel bibirku.

“sudah Hyung, jangan goda Kyu lagi” kata Kibum kali ini menengahi.

“Daddy...” panggil sebuah suara kecil ditengahku dan Hae Hyung.

Hae Hyung tanggap mengangkat bocah cilik itu dalam gendongnya dan mendudukannya dipangkuannya.

“Halmeoni... Mommy... Dongie juga mau cucu...” pinta sikecil yang sudah duduk nyaman dipangkuan Hae Hyung.

“Arraseo jagoan...” kata Hyukkie Hyung sambil menolehkan kepalanya ke arah putranya.

Tak lama Eomma kembali meletakan 2 gelas susu dimeja, untuk Donghyuk dan Kibum.

Like father like son.

“Aw! Panas!” keluh Donghyuk saat dengan lucunya mengeluarkan lidahnya karena merasa panas.

Aku terkikik melihatnya. Aish... sudah tahu panas juga.

Kemudian seperti ayahnya juga, kini Donghyuk menekuni susunya untuk meniupi uap yang keluar dari susunya.

“habiskan susumu biar kau tumbuh tinggi, Dongie” kataku padanya.

“Aey aey kapten...” kata Donghyuk dengan semangat.

Untung hobi ayahnya yang tidak suka susu tidak menurun padanya.

Sementara itu Kibum menekuni susunya dalam diam dan ikut tersenyum melihatku dan Donghyuk.

Appa paling terlambat bangun, tapi dia sudah rapih seperti yang lain. Tinggal aku yang masih berpiama...

Mereka kembali mengolok-olokku ditengah acara sarapan kami. Ck, menyebalkan... inikan hari libur, kenapa harus repot-repot mandi pagi-pagi?

***

Hari terus berjalan, hubunganku dan Kibum masih tetap berjalan. Tapi minggu ini kami sedang ada masalah, yap, untuk pertama kalinya sejak hampir 5 tahun saling mengenal kami saling berdiam. Bukan masalah besar sebenarnya, bukan masalah perselingkuhan atau kegenitan yeoja ataupun namja pada kami, kami sudah saling memahami tentang hal itu. Tapi dia, Jung Yunho, kembali mengusik kehidupanku.

Dia mengobrak abrik hungunganku dan Kibum. Dia datang dan meminta kembali padaku tanpa rasa bersalah.

“aku sudah berpisah dengan Jaejong... kembalilah padaku, Kyunnie...” katanya hari itu setelah tiba-tiba datang diacara makan malam sederhanaku dengan Kibum di studio music untuk kesekian kalinya. Jangan lupa dia menciumku walau aku menolaknya.

“Hyung, lepaskan aku!” sentakku.

Dia tidak bergeming, dia memelukku erat.

Aku mendorongnya sekuat tenaga. Tapi sama sekali tidak menggerakannya.

"Ada apa Kyu?" tanya sebuah suara tiba-tiba muncul.

aku terdiam. Kibum....

 

Bersambung...

terimakasih buatsemuanya yang sudah mendukung ff ini... baik yang hanya mampir lewat, membaca ataupun yang sempat meng-comment atau memberi subscribe... Gamshaheo...

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
ratnasparkyu #1
Chapter 14: Baru tau ada ff ini, sayang gak ada lanjutannya, padahal pengen sampai kihyun punya anak
emon204
#2
Chapter 13: Aku kira ni ff sampai ending ternyata masih tbc.

Apa ini akan berhenti sampai disini saja? semoga bisa dilanjut.

Terima kasih ffnya
emon204
#3
Chapter 11: Percakapan Kibum dan Kyuhyun yang to the point mengingatkanku pada teman chatku yg juga memberian link ff ini padaku (jadi ingin tertawa)

Terima kasih ffnya
emon204
#4
Chapter 10: Chapter ini sudah romantis kok. Romantis ala KiHyun hehe

BumKyu disini lucu banget
emon204
#5
Chapter 8: Pertemuan pertama mereka dan adegan lainnya sama persis dengan yang diceritakan oleh Kibum2016. Masalahnya mengapa Kyuhyun tak ingat semuanya?
emon204
#6
Chapter 6: "Kalau marah makanlah yang banyak" kebiasaan Kyuhyun yg unik ini patut untuk dicontoh. Tapi sayang, banyak sekali makanan yg tak boleh kumakan :(

Terima kasih ffnya
emon204
#7
Chapter 4: Aku sempat tertawa dengan nama2 member super Junior disini. Pertanyaanku, siapa nama maknaenya? Guixian? Marcus? Hahaha..... #abaikan.
emon204
#8
Chapter 1: Maaf. Absen saja karena baru nemu ff ini. Ini juga dari temen yang mungkin gak/belum bisa komen karena tidak punya akun.

Terima kasih ffnya
emon204
#9
Chapter 1: Maaf. Absen saja karena baru nemu ff ini. Ini juga dari temen yang mungkin gak/belum bisa komen karena tidak punya akun.

Terima kasih ffnya
Rikamy #10
Chapter 13: Haish......yunho masih menggangu babykyu lagi ckckckck.....dan bum bum masuk rumah sakit apa yang telah terjadi chingu ? Tapi scandal yang di buat bum bum boleh jugak hehehehe.....