PART 2

PERFECT HUSBAND

Author's POV

Chinen dan Yamada menarik kursi yang disediakan berdampingan. Tertera nama mereka dimeja masing-masing. Chinen nampak melempar pandang kesekitarnya. Delapan saudara angkatnya sudah duduk bercengkerama dengan peserta rapat lainnya.

"Chi.. Dibuku acara katanya Nina Kaminari akan hadir." suara Arioka menghampiri Chinen dan Yamada. Chinen mengintip buku acara dimejanya. Memang ada dirundown bahwa Nina akan muncul. "Well kita lihat saja." ujar Yamada.

"Hadirin sekalian dimohon duduk. Nona Kaminari akan masuk ruangan." suara MC memperingatkan mereka. Seluruh peserta rapat dan jajaran direksi yang berjumlah sepuluh orang tampak menegakkan duduknya.

Lalu dari pintu utama nampak figur perempuan berpakaian serba hitan seperti bodyguard masuk dan melangkah percaya diri. Senyumnya merekah anggun. Langkah kakinya menuju podium. Chinen memperhatikan figure perempuan itu. ‘Chanel?’ batinnya.

"Selamat pagi hadirin sekalian. Perkenalkan saya Bianca Hanafiah. Saya mewakili nona Kaminari membuka rapat hari ini."  Ujar perenpuan itu membuka rapat direksi dan jajaran Kaminari Group.

 

...

 

Nina's POV

"Selamat pagi hadirin sekalian. Perkenalkan saya Bianca Hanafiah. Saya mewakili Nona Kaminari membuka rapat hari ini." aku menuturkan setiap skenario yang aku buat dengan lancar dan mantap. Berharap tidak ada yang mencurigaiku. Lalu bergulirlah rapat ini. Semua berjalan lancar. Tidak ada yang bertanya lebih lanjut mengenaiku ataupun 'Nina Kaminari'.

"Hei tunggu." sebuah suara menahanku. Aku menoleh menghadapi laki-laki yang cukup keren. Dia tersenyum sembari menyerahkan bolpoin Monblancku yang tertinggal. "Milik anda Nona Bianca." ujarnya. Aku tersenyum dan membungkuk kecil, "Terima kasih."

Dia bergegas pergi menghampiri beberapa orang yang menunggunya. Kutebak adalah keluarga angkatku. Aku menghela nafas dan berjalan melangkah menuju mobilku yang terparkir. Kubuka pintu penumpang dan kuletakkan tas kerja berisi notebook dan beberapa berkas dan jurnalku.

"Bianca Hanafiah. Atau boleh kupanggil Nona Nina Kaminari?" suara itu tegas namun  tidak mengintimidasi namun cukup membuatku kaget. Aku membalikkan badanku. Menemukan wajah yang kutahu sebagai salah satu saudara angkatku.

"Bagaimana kau bisa tahu?" tanyaku. Dia tersenyum kemudian mempersilahkanku masuk kedalam mobilku sendiri. Lalu dia masuk ke kursi pengemudi. "Mudah saja. Ayahmu bernama Hanafiah. Dan yah kebetulan akulah yang mengurus semua urusan bisnis dengan Hanafiah Group."

"Lalu kau mau mengancamku? Memaksaku menikah denganmu?" gertakku. Jujur saja, sebenarnya aku takut setengah mati. Wajah pria ini sangat angelic. Tapi dimanapun wajah angelic sepertinya tentunya bisa berbuat sangat nekat.

Dia masih fokus mengendarai mobilku. Mengabaikan pertanyaanku.

"Dua... Mobil seri terbaru Maserati ini aku sendiri yang memesan seperti permintaan kakek, untuk cucu kesayangannya. Sengaja pre order 5tahun yang lalu saat mobil ini masih dalam bentuk desain. Dan mobil ini hanya 3 diseluruh dunia." dia berujar sambil mengusap dashboard seakan itu adalah kucing.

"Tiga.. Meskipun aku tidak pernah tahu Nina Kaminari seperti apa, tapi Kakek selalu bercerita kalau Nina, cucu kesayangannya begitu tergila-gila dengan rumah mode Chanel. Dan kebetulan sekali hari ini kau pakai merk itu meskipun model yang kau kenakan hari ini baru dikeluarkan dua hari yang lalu. Jadi siapakah engkau yang bisa mengakses pakaian seeksklusif itu?" ujar laki-laki itu lagi. Masih tetap fokus menyetir. Aku menelan ludahku, makin gugup.

"Keempat, kakek bercerita padaku kalau Nina punya kebiasaan menyentuh lehernya. Dan kuhitung selama rapat 4jam tadi hampir 36kali kau menyentuh lehermu." aku makin gugup dan tanpa sengaja menyentuh leherku. Lelaki itu tersenyum.

"Kelima.. Diantara kami bersepuluh, IQku yang paling tinggi. Dan yang terakhir, kau sama sekali tidak mengelak nona Bianca. Itu sama saja kau mengiyakan semua teoriku." ujarnya. Bersamaan dengan kerlingan matanya yang nakal mobilku berhenti. Dia turun dan bergegas membukakanku pintu.

Aku masih takut san ragu-ragu. Saat tangannya terulur aku tak berani menatapnya. Dia membantuku keluar mobil. "Happy birthday Nina." ucapnya. Aku terpengarah memandang wajahnya. Lebih terpengarah saat tahu aku ada dimana. Ditepi teluk dimana kakek selalu membawaku.

"Sebelum kakek wafat, beliau berpesan padaku saat 9 saudara angkatku belum hadir. Beliau ingin cucunya diantar kemari setidaknya sekali pada saat ulang tahunnya yang kedua puluh empat, hari dimana dia muncul didepan publik. Tempat ini tentu sangat spesial. Karena disinilah beliau menemukanku. Dan disinilah pertama kalinya aku melihatmu dulu sekali.  Jauh sebelum aku menjadi salah satu cucu angkat Kaminari."

Laki-laki itu memandang lautan yang terhampar. Wajahnya menghangat dan sangat tenang. Mirip kakek. "Terima kasih. Terima kasih Chinen Yuri kun." ujarku. Lelaki itu menoleh. Senyumnya mengembang teramat jelas. Menunjukkan betapa dia bahagia saat aku menyebut nama lengkapnya.

"Sebuah kehormatan kau mengingat namaku, Nina." ujar Chinen.

Aku mengulas senyumku, "Aku mengenalimu saat aku masuk ke ruang rapat tadi. Justru yang aku pikir kau lupa siapa aku dan dimana kita bertemu." ujarku. Chinen terkekeh geli.

"Bagaimana aku bisa lupa dengan mata bulatmu itu. Dan yahhh pipi chubbymu juga tidak berubah." sekarang giliran aku yang tertawa.

"Gigimu masih seperti kelinci." godaku. Dia tersenyum.

"Kelak tiba waktunya nanti kau memilih. Jangan sampai kau kecewa atas pilihanmu, mengerti." ujarnya. Aku mengangguk.

"Sepertinya aku sudah tahu siapa yang akan kupilih." ujarku. Dia mengangguk samar.

"Baguslah jika demikian." senyumnya merekah. Matanya terpejam. Menikmati desiran air bercampur garam laut. Dan aku menyimpan semua memori ini. Seperti dulu. Pertemuan pertama dengan Chinen Yuri.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
greyrani
#1
Chapter 14: Oke, the end sudah. Aku komen jujur ya, Ciel-chan. Agak sedikit kecewa dengan development plotnya, karena awalnya berharap akan lebih dalam dan banyak twist nya, juga karena I do not condone outside a marriage. Makanya paling sedih waktu part Inoo dan Nina melakukannya dan juga hamil sebelum menikah. But well, it's not my story.
Anyway, terima kasih banyak sudah menulis cerita ini, Ciel-chan :)
greyrani
#2
Chapter 10: Maaf ya Ciel-chan... tapi aku jadi sebel sama Nina sekarang :( Aku setuju sama Daichan... Nina harusnya gak flirting begitu :o Yah, tapi semua plot ada di tanganmu, Ciel-chan. Gonna wait for the next update :)
greyrani
#3
Chapter 5: Ah, I like the last part of this chapter! Yamachan becomes a gentleman here, ahaha. Curious for what will happen next. Thanks for updating, author-san :)
greyrani
#4
Chapter 3: Woah, I like it very much. Plotnya sangat menarik dan gaya penulisannya juga indah, menurut penilaianku. Aku jarang menyukai fanfic berbahasa Indonesia, tapi cerita ini benar-benar bagus. Semoga cepat di-update XD
Thanks for writing this awesome story XD