PART 13

PERFECT HUSBAND

Author’s POV

"Kalian gila!!" Morimoto sudah tidak tahan lagi mendengar kalimat demi kalimat penjelasan dari Inoo dan Nina. Wajah Morimoto sudah memerah karena marah. Morimoto berjalan menghampiri Nina dan Inoo. Tepat didepan Nina dia berhenti, melirik pada tangan Inoo yang posesif memeluk Nina. "Aku pikir kau memperlakukanku berbeda karena menyukaiku." ujar Morimoto berang. Dia merasa yang paling terluka. Padahal ada Okamoto yang terasa perih dilubuk hatinya.

"Kalian serius? Nina kau serius?" tanya Yabu bijaksana. Intonasi suaranya benar-benar stabil. Atau terkesan dingin dan tidak peduli, walaupun sebenarnya kepribadiannya judtru sebaliknya. Yabulah yang paling care pada keluarganya. Inoo dan Nina yang masih berdiri didepan 9 bersaudara itu kini saling mempererat tautan jemari mereka. Dan Chinenlah yang menyaksikan itu. ‘Aku terluka, Nina. Aku pikir kau tahu kalau aku menyukaimu sejak dulu. Sejak kita kecil.’ Chinen berkata pada hatinya sendiri.

"Aku mencintai Nina. Biarpun demikian aku bukan melakukan ini karena aku menginginkan hartanya, aku hanya ingin memiliki hatinya. Belum pernah aku menginginkan seseorang sebelumnya. Dia menjadikan hidupku lebih berbahagia. Dan lebih bermanfaat ketika dia menceritakan kesedihannya padaku. Membuatku lebih kuat saat dia menyandarkan semua masalahnya padaku. Aku..."

Bukk!!

Morimoto sudah menerjang tubuh Inoo yang lebih besar darinya sendiri. Memukuli wajah Inoo berkali-kali. "Ryuu niichan. Hentikan! Kumohon!" Nina berteriak histeris sambil berusaha menarik tubuh Morimoto. Morimoto mengacuhkan suara Nina. Arioka dan Okamoto dengan sigap mencoba memisahan Morimoto dengan Inoo. Dimana Inoo tak sedikitpun membalas pukulan Morimoto.

"Balas niichan! Kenapa kau tak membalasku? Balas aku nii-chan!!!" teriak Morimoto kesal karena sedikitpun Inoo tak membalas pukulannya. Nina sudah terisak memeluk tubuh Inoo yang kini bebas dari pukulan Morimoto. “Bagaimana aku bisa membalasmu? Aku pantas mendapatkannya. Maafkan aku Ryuu.” Ujar Inoo dengan nafas tersengal, darah memercik dari bibirnya yang robek. Nina menangis sambil menghapus darah Inoo dengan tangannya sendiri. Mata Morimoto memerah melihat sikap Nina yang begitu terlihat mencintai Inoo.

Chinen dan Yamada memalingkan wajah mereka disaat yang bersamaan. Memahami satu sama lain. “Ryuu.. kau tenanglah dulu. Semua bisa dibicarakan.” Ujar Chinen. Morimoto menoleh pada Chinen, “Memangnya kalau aku tenang dia akan menikah denganku?” teriak Morimoto sambil menunjuk pada Nina. Mata Nina nanar dan masih menangis, “Ryuu nii-chan, aku minta maaf. Aku..” suaranya terpotong dengan teriakan Morimoto.

"Aku muak disini." teriak Morimoto histeris. Dia melepaskan diri dari cengkeraman Arioka dan Okamoto. Lalu berjalan keluar ruang keluarga. Membanting pintunya kuat-kuat dan menghilang. Terdengar suara derum mobil tak lama kemudian. Sepertinya Morimoto memutuskan untuk meninggalkan rumah. Takaki dan Yaotome menghampiri Inoo, membantunya berdiri sedangkan Nakajima membantu Nina dengan memapahnya, membantunya duduk disofa tempat dia duduk. Nakajima menawarkan secangkir teh yang belum sempat diminum Morimoto. Nina tersenyum, "Arigatou." ujarnya. Nakajima hanya mengangguk.

"Tak menyangka akan heboh seperti ini. Gomen ne. Maafkan aku." ujar Inoo sambil meringis saat Takaki memberikan es kepipinya yang lebam dan bibirnya yang robek. "Morimoto pasti terluka sekali." ujar Chinen. Yamada terkekeh, "Chii.. Jangan lupa aku juga terluka. Keito mungkin juga terluka. Siapa yang tidak terluka saat gadis yang kita sukai memilih orang lain. Lebih parah, orang lain itu adalah orang yang kita anggap sebagai saudara. Yang kita pikir tak akan mengkhianati kita." ujar Yamada sambil tetap nyengir. Dia selalu baik dan berpikir positif, itulah kelebihannya.

“Tapi sejak awal bukankah sudah jelas, Nina berhak memilih. Seharusnya kita selalu siap dengan kemungkinan tidak terpilih. Kita hanya berkewajiban merebut hati Nina, jika tidak maka hidup tetap berlanjut. Bertanggung jawab pada Kakek melalui melanjutkan perusahaan yang dibangun beliau.” Ujar Nakajima bijak.

“Aku sependapat dengan Yuto. Kita sama-sama kaget dan beberapa diantara kita termasuk aku memang terluka, karena kita sepenuh hati mencintai Nina. Tapi Nina berhak bahagia disini. Tugas kita adalah mendukungnya, mendukung setiap keputusannya. Dan tetap menjadikannya saudara kita.” Kata Chinen. Yamada mengangguk.

"Kalau begitu kami akan selalu berdoa untuk kebahagiaan kalian. Aku merestui." ujar Yaotome. Takaki nampak mengangguk. Begitupun Arioka dan Chinen serta Nakajima. Okamoto bergerak kearah Nina, menatapnya dan meraih jemari Nina, mengecupnya singkat. "Aku sudah merelakanmu. Sejak awal aku sudah bersiap untuk akhir yang tidak untukku. Aku berbahagia untukmu Nina." ujar Okamoto.

"Gomen Kei niichan." ujar Nina. Okamoto menggeleng. Lalu tangannya menyatukan jemari Nina dan Inoo. "Beginikan seharusnya." ujarnya. Puas dengan apa yang diperbuatnya.

Yabu menghela nafasnya kemudian ikut berbicara, "Tak ada yang bisa aku lakukan selain memberikan restuku. Aku akan berbicara dengan Ryuu nanti. Segera kita siapkan acara pernikahan kalian. Tentunya pengacara Koyama harus mendengar berita berbahagia ini. Dan adakah yang bersedia in charge mengatur pernikahan mereka?" ujar Yabu.

"Aku."

”Aku." Chinen dan Arioka secara bersamaan mengajukan diri mereka untuk mengurus pernikahan Nina dan Inoo. Inoo dan Nina kini sudah bersimpuh dilantai, "Domo Arigatou. Arigatou." ujar mereka berdua kompak. Delapan bersaudara itu berkeliling dan serentak memeluk Inoo dan Nina. Nina kembali menangis, kali ini dengan tersenyum.

 

...

 

Nina's POV

aku membantunya merebahkan diri dikasurnya. Ukuran kamar yang cukup besar karena ada grand piano dan meja gambar khusus arsitek terletak didalamnya. Ini pertama kalinya aku berada didalam kamarnya. Biasanya aku selalu singgah di apartemennya. Aku memandang berkeliling. "Kita akan meninggalkan semua ini. Kita akan tinggal diapartemenku setelah menikah nanti." Ujarnya sembari menatapku. Aku menoleh padanya. Wajahnya tetap teduh dan menyenangkan dengan senyum yang membingkai manis dibibirnya. Meskipun ujung bibirnya robek karena pukulan Ryuu tadi.

"Hei.. Aku kan juga punya rumah sendiri." ujarku sembari menghampirinya. Aku menyentuh pipinya yang lebam. "Ahhh itaiii." ujarnya. Aku menggodanya dengan menepuk-nepuknya sampai tangannya menangkap tanganku.

"Aku bercita-cita setelah menikah tinggal sendiri dirumah atau apartemen yang kubeli sendiri. Dari gajiku yang kusisihkan. Jangan tanya soal warisan yang kudapat dari Kakek Kaminari, aku berniat menyumbangkannya. Yang jelas siapapun istriku aku selalu bermimpi membangun rumah tanggaku sendiri." dia berujar. Aku mengangguk.

"Mungkin kedepannya akan lebih sulit. Yang jelas aku akan mengundurkan diri dari Kaminari Group. Aku akan sangat mengerti apabila kamu memilih mengurus Kaminari Group. Aku yakin nantinya penghasilanku akan sangat kecil. Akan sangat mungkin aku tidak mampu membelikanmu Chanel, Oscar de La Renta atau hanya sekedar Zara. Tapi aku bersedia membagi apa yang aku punya denganmu. Dan aku akan sangat berterima kasih kalau kamu juga bersedia membagi sebagian bebanmu kebahuku. Aku akan sangat bahagia menjadi orang pertama yang melihat kamu tersenyum karena terluka dan aku yang menghiburmu. Menjadi orang yang sangat beruntung saat yang pertama menghapus tangismu saat kamu bahagia dan yang menyembuhkan lukamu." dia berujar panjang lebar sambil membelai pipi dan rambutku.

Aku tersenyum mendengar kalimat kejujuran penuh visi darinya. 'Laki-laki inilah yang akan aku nikahi. Aku tak pernah menyesal menyerahkan cintaku untuknya.’ Aku menangkap tangannya. Menghadiahkan kecupan ditiap punggung tangannya. "Kalau sudah seperti itu yang kamu rencanakan untuk masa depanku. Masa depan kita. Aku tentu akan sangat bahagia berbagi takdir denganmu. Aku mencintaimu." ujarku. Dia tersenyum kemudian membawaku dalam pelukannya.

Aku tak lagi ragu mencintainya. Sejak awal pertama aku melihat mereka aku sudah menetapkan pilihan untuk mencintainya, meskipun tak sedikitpun aku tahu kalau dia juga merasakan hal yang sama. Dan sejak awal akulah yang gegabah memberikan harapan pada Keito dan Ryuu, menginginkan Ryuu tetap berada disampingkun dan bahkan membuat Keito bingung dengan sikapku. Aku yang ceroboh. Tapi aku bahagia saat dia, Inoo Kei, yang ada selalu untukku. Kami berpelukan lama. Lalu aku menyadari sesuatu, "Kei-chan.. Aku akan mencuri namamu dong nanti. Namaku akan jadi Inoo Nina?" ujarku menggodanya. Dia tertawa dan melepaskan pelukannya.

"Sesuai wasiat Kakek Nobu.. Kalau kau sudah menikah dengan salah satu dari kami. Nama kami bersepuluh akan resmi menyandang sebagai Kaminari. Tapi aku bersedia tidak menyandang nama itu. Dannnn aku akan sangat bersyukur kalau kau jadi Inoo Nina." ujarnya. Aku tersenyum kemudian mengecup sudut bibirnya yang terluka. "Dengan senang hati aku akan membawamu menjadi bagian dari Kaminari. Meskipun aku ingin menjadi bagian dari Inoo. Anyway.. Namamu akan jadi Kaminari Kei kalau sesuai wasiat. Namanya kerennnn."

Dia terkekeh kemudian dengan wajah jahilnya dia berujar "Susah sih. Namaku sudah keren dari sananya. Jadi pakai marga apa saja cocok." aku tertawa kemudian mencubiti perutnya. "Itaiii.. Itaiiiii..." kami hanya perlu tertawa seperti ini. Selalu.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
greyrani
#1
Chapter 14: Oke, the end sudah. Aku komen jujur ya, Ciel-chan. Agak sedikit kecewa dengan development plotnya, karena awalnya berharap akan lebih dalam dan banyak twist nya, juga karena I do not condone outside a marriage. Makanya paling sedih waktu part Inoo dan Nina melakukannya dan juga hamil sebelum menikah. But well, it's not my story.
Anyway, terima kasih banyak sudah menulis cerita ini, Ciel-chan :)
greyrani
#2
Chapter 10: Maaf ya Ciel-chan... tapi aku jadi sebel sama Nina sekarang :( Aku setuju sama Daichan... Nina harusnya gak flirting begitu :o Yah, tapi semua plot ada di tanganmu, Ciel-chan. Gonna wait for the next update :)
greyrani
#3
Chapter 5: Ah, I like the last part of this chapter! Yamachan becomes a gentleman here, ahaha. Curious for what will happen next. Thanks for updating, author-san :)
greyrani
#4
Chapter 3: Woah, I like it very much. Plotnya sangat menarik dan gaya penulisannya juga indah, menurut penilaianku. Aku jarang menyukai fanfic berbahasa Indonesia, tapi cerita ini benar-benar bagus. Semoga cepat di-update XD
Thanks for writing this awesome story XD