PART 12

PERFECT HUSBAND

Author’s POV

Inoo membuka pintu apartemennya dan menemukan Nina yang bersimbah air mata. “Nina-chan??” panggil Inoo panik. “Masuk. Ayo masuk.” Ujar Inoo sambil membimbing Nina yang masih menangis. “Ada apa?” tanyanya saat Nina sudah terduduk di kursi ruang makan kecilnya. Nina masih sesegukan, namun mencoba menjawabnya.

“Aku, aku sudah mengatakan pada Keito. Mencoba menjelaskan kalau aku sendiri bingung. Bagaimana ini Inoo nii-chan? Dia justru memintaku pergi. Sepertinya aku sudah melukainya. Bagaimana ini nii-chan?” Inoo tersenyum kemudian membawa kepala Nina dalam pelukannya. “Tenanglah. Dia pasti akan mengerti. Dia akan baik-baik saja. Yang penting kau sudah jujur, kan?” ujar Inoo. Nina mengangguk.

“Sudah, jangan menangis.” Ujar Inoo berusaha menenangkan gadis dalam pelukannya. Ditepuknya pelan punggung gadis dalam pelukannya. Wajahnya tersenyum menyiratkan ketenangan dan perasaan lega gadis ini kembali mencarinya. Meskipun hanya sebagai tempat menangis. ‘Ini sudah cukup.’ Batin Inoo.

Mereka terdiam agak lama. Inoo yang selalu sabar menunggu, terutama menunggu tangisan Nina mereda. “Anoo… Nina-chan, kau benar-benar menyukai Ryuu?” tanya Inoo memecah keheningan. Nina yang sudah mulai tenang kini menatap Inoo, matanya membulat kaget. Menyadari sesuatu.

“Nii-chan.. kau… kau…” mata Nina mencari-cari sesuatu, mengkonfirmasi dugaannya.

“Iya Nina-chan, aku juga menyukaimu. Hanya saja aku tidak menunjukkannya. Lagipula Ryuu dan Keito lebih dulu memproklamirkan kalau menyukaimu. Dan yahhh kau tak menyadari kalau ciumanku waktu itu bahwa karena aku benar-benar ingin menunjukkan padamu kalau aku menyukaimu.” Inoo tersenyum menjelaskan. Kini tangannya sudah menggenggam jemari Nina yang mulai basah karena keringat dingin.

“Nii-chan… aku…”

“Shh.. aku hanya mengatakannya. Menjadi tidak penting kalau kau tak memiliki perasaan yang sama denganku. Hanya sebuah pertanyaan sambil lalu kalau kau ingin menganggapnya demikian. Aku tidak memaksamu untuk balik menyukaiku. Tidak apa-apa kalau kau menyukai Ryuu. Aku..” suara Inoo sduah lebih dulu dipotong dengan ciuman Nina. Nina mencium Inoo seakan tidak ada waktu lagi baginya untuk melakukannya, dan terlebih Inoo, dia membalasnya seakan-akan mereka tidak akan pernah melakukannya lagi nanti. Dipikiran Inoo hanya satu, dia hanya menginginkan satu orang. Nina Kaminari.

Mereka terus berbalas ciuman dan mulai saling menyentuh satu sama lain. Tangan Inoo sudah bergerak kepunggung Nina, melepaskan blazer yang dikenakan gadis itu. Dan Nina mulai melepaskan satu persatu kancing kemeja biru yang dikenakan Inoo. Keduanya hanya memiliki satu persamaan kini, mencintai apa yang didepan mereka.

 

 

Nina’s POV

Aku terbangun dengan perasaan kaget. Menyadari siapa yang memelukku kini, menyadari ada dimana aku saat ini, dan mengingat apa yang telah kami lakukan beberapa jam lalu, kami merajut cinta. Dan apartemen ini saksinya. Beberapa jam lalu yang indah dan hangat. Aku tersenyum mengingat semuanya.

Aku melirik jam digital didinding apartemen itu, waktu sudah menunjukkan pukul 4 pagi. Aku beranjak bangun perlahan. Memindahkan sepasang lengan kokoh yang melingkar dipinggangku. Mengenakan selimut untuknya. Dan untukku sendiri, aku dengan cepat meraih kemeja biru yang dikenakannya semalam. Karena aku tak menemukan pakaianku sendiri.

“Morning, Kei-chan.” Bisikku pada telinganya. Menyadarinya dia masih saja terlelap. Aku beranjak namun sebuah telapak tangan menahanku, menggenggam erat pergelangan tanganku, aku menoleh menemukan sepasang mata itu menatapku. Dia tersenyum, “Kau mau menjelaskan semuanya?” pintanya. Aku menggigit bibirku, bingung harus mulai dari mana. Kemudian dengan sentakan kuat dia sudah menarikku kedalam pelukannya.

“Kei-chan..” ujarku protes. Tapi dia terus menciumi daun telingaku dan meninggalkan gigitan kecil dikulit belakang telingaku. Bagian paling sensitifku, aku yakin dia mengetahuinya semalam. Dia masih membaui rambutku dan aku hanya diam menunggunya. Pelukannya dipinggangku makin erat, membawa aku dalam rengkuhannya yang hangat. Lengannya yang kokoh menghimpit lenganku, namun aku tidak menolak apa yang dilakukannya, aku menyukainya.

“Aku menyukaimu Kei-chan. Sejak pertama. Tapi kau selalu cuek padaku, ingat tidak dipesta topeng itu, kau justru seperti membela Yabu nii-chan yang marah padaku sebagai Bianca. Dan bahkan email pertamamu padaku hanya memanggilku ‘sister’. Lalu kemudian aku bingung dengan Ryuu. Aku tidak mengerti kenapa aku tidak menolaknya, tapi semua ini jujur, aku menyukaimu Inoo nii-chan sejak awal.” Ujarku berusaha meyakinkannya. Aku merasakan dia kini mulai menciumi leherku, sekali lagi meninggalkan gigitan kecil.

 “Kau milikku sekarang, mengerti! Kita katakan pada Ryuu dan yang lainnya. Kau milikku.” Ujarnya. Aku tersenyum. Dengan satu gerakan, aku membalikkan badanku menghadapinya. Dia tersenyum menatapku. Kusentuh bibirnya dengan jemariku, kutinggalkan sebuah kecupan hangat untuknya. Dia terlihat ingin melumatku, tapi aku melihatnya menahan dirinya sendiri. Dia mempererat pelukannya. Aku menenggelamkan wajahku dilehernya, mencium kulit antara leher dan dadanya.

Menyadari sentuhan kulitnya, aku jadi tahu dia masih tidak mengenakan apapun. Dia menatapku, “Aku menginginkanmu.” Ujarnya. Aku mengangguk, “Ya, kita akan mengatakan pada semuanya. Aku harap Ryuu tidak terluka. Begitupun dengan Keito.” Ujarku. Dia mencium pelupuk mataku, keduanya. Lalu hidungku dan terakhir bibirku.

“Ryuu mungkin akan marah besar dan merasa dikhianati, begitupun dengan Keito, dia mungkin akan terluka. Dan yang pasti Yabu akan marah besar, tentu saja dia akan marah besar. Dia selalu menginginkan perusahaan itu dalam kendalinya. Tapi aku rasa yang berbahaya adalah Chinen. Karena aku melihatnya dia menyukaimu.”

Aku tersenyum mendengar kalimat-kalimatnya yang selalu logis, namun intonasinya menenangkanku. Aku memeluk lehernya, “Aku siap meninggalkan semuanya, Nina. Bukan hartamu yang membuatku jatuh cinta padamu. Aku hanya ingin selalu melindungimu. Aku kini tengah merintis perusahaanku sendiri. Aku membuka lahan strawberry sendiri. Dan aku ingin menghabiskan sisa hidupku denganmu. tadinya aku hampir menyerah. Aku kira kau tak akan mencariku. Kupikir kau akan memilih Ryuu, karena kau terlihat menyukainya. Tapi sekarang aku yakin untuk mempertahankanmu.”

Aku terpengarah dengan ucapannya. Tidak percaya dia sudah sebegitu menyiapkan segalanya. Siap untuk melepaskan semuanya. “Kalau begitu sekaranglah saatnya kita menemui mereka.” Ujarku. Dia mengangguk. “Ini hari Sabtu kurasa mereka akan berkumpul diruang keluarga. Mari kita kesana.” Ujarnya.

 

 

Jam menunjukkan pukul 10 pagi. Kami turun dari mobil dan menyusuri lorong rumah milik kakek yang ditinggali 9 saudara angkatku dan Inoo. Saat Inoo membuka pintu ruang keluarga kami menemukan Sembilan saudara kami. Yabu yang sedang membaca Koran. Takaki dan Yaotome yang bermain catur. Arioka, Yamada dan Chinen tengah berdiskusi. Nakajima yang tengah memandangi Morimoto dan Okamoto yang sedang bermain game. Semuanya duduk lengkap.

“Ohayooo..” suara Inoo cukup keras untuk menghentikan semua kegiatan disana. Aku mendekatkan tubuhku kearah Inoo, mengeratkan tautan jari-jari kami, aku berusaha mengirimkan kekuatan pada Inoo, dan aku pun merasakan dia juga melakukan hal yang sama.

“Ada apa ini?” yang pertama bereaksi adalah Morimoto. Dia sudah berdiri dari sofa nyaman warna hijau yang didudukinya. Tangannya menunjuk kearah tanganku dan Inoo yang saling bertautan. Aku dapat merasakan Inoo menarik nafasnya, kemudian dia menoleh padaku dan tersenyum, meraihku dalam rengkuhannya dengan tangan kirinya. Pelukan hangat yang menenangkan sekaligus posesif. Aku menelan  ludahku, mempersiapkan yang terburuk terjadi.

“Kami ingin meminta restu dari kalian. Kami memutuskan untuk menikah.” Ujar Inoo tegas dan lugas. Prang!!! Aku menahan nafasku saat melihat Morimoto membanting game sticknya  ke meja kaca didepannya sehingga berakibat pecahnya meja menjadi beberapa bagian. Sebenarnya meja itu cukup kuat, kalau sampai pecah seperti itu berati kekuatan Ryuu benar-benar besar. Aku menelan ludahku. “Apa maksudmu nii-chan?” tanyanya, suaranya bergetar. Aku memejamkan mataku. ‘Gomen ne Ryuu.’ Batinku mulai menangis.

“Aku mencintai Kei-chan sejak awal. Aku menyukainya, dan kami sudah..”

“Kami sudah memutuskan untuk saling mencintai dan melindungi satu sama lain.” Inoo memotong kalimatku dan rengkuhannya menguat. Aku menoleh padanya, dia tersenyum kearahku lalu menatap kembali Sembilan saudaranya. “Mungkin ini terlalu mendadak dan tidak masuk akal, tapi kami ingin meminta restu dari kalian.” Tambahnya. Lututku lemas melihat reaksi Sembilan saudara angkat kami yang masih mematung. Terlebih reaksi Morimoto yang sangat marah, aku berani bertaruh dia sangat marah padaku.

Kuedarkan pandanganku pada Okamoto dan yang lainnya. Okamoto nampak sedih, senyumnya tidak berhasil menyembunyikan rasa sakit yang dirasakannya. ‘Gomen ne Kei nii-chan.’ Aku membatin. Lalu aku menatap Chinen yang balik menatapku sedih. Aku tahu dia merasa kecewa, aku tahu dia menyukaiku sejak kami kecil, tapi perasaanku padanya hanyalah sebatas untuk seorang kakak meskipun dia tidak lebih tua dariku. ‘Gomen ne Chii nii-chan.’

Belum lagi pandangan Yamada yang kosong, aku mendengar sendiri kala itu dia mengatakan menyukaiku saat berbicara dengan Chinen dan Arioka, tapi kemudian aku melihat senyumnya merekah, mungkinkah dia memaafkanku. ‘Gomen ne Yama nii-chan.’ Aku mengedarkan pandanganku pada yang tersisa, “Gomen ne nii-chan, aku mencintai Inoo nii-chan.” Hanya kalimat itu yang keluar dari mulutku.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
greyrani
#1
Chapter 14: Oke, the end sudah. Aku komen jujur ya, Ciel-chan. Agak sedikit kecewa dengan development plotnya, karena awalnya berharap akan lebih dalam dan banyak twist nya, juga karena I do not condone outside a marriage. Makanya paling sedih waktu part Inoo dan Nina melakukannya dan juga hamil sebelum menikah. But well, it's not my story.
Anyway, terima kasih banyak sudah menulis cerita ini, Ciel-chan :)
greyrani
#2
Chapter 10: Maaf ya Ciel-chan... tapi aku jadi sebel sama Nina sekarang :( Aku setuju sama Daichan... Nina harusnya gak flirting begitu :o Yah, tapi semua plot ada di tanganmu, Ciel-chan. Gonna wait for the next update :)
greyrani
#3
Chapter 5: Ah, I like the last part of this chapter! Yamachan becomes a gentleman here, ahaha. Curious for what will happen next. Thanks for updating, author-san :)
greyrani
#4
Chapter 3: Woah, I like it very much. Plotnya sangat menarik dan gaya penulisannya juga indah, menurut penilaianku. Aku jarang menyukai fanfic berbahasa Indonesia, tapi cerita ini benar-benar bagus. Semoga cepat di-update XD
Thanks for writing this awesome story XD