PART 10

PERFECT HUSBAND

Author’s POV

Arioka merapihkan beberapa berkas yang berserakan didepannya. Dia baru saja menyelesaikan meeting dengan salah satu direksi penting Kaminari Group, Takuya Kimura. “Ahhh… menyenangkan sekali hari ini hari jumat.” Ujarnya sambil membanting badannya dikursi empuk miliknya. Diliriknya jam digital dimejanya, sudah menunjukkan pukul 4 sore.

Tok tok

Terdengar suara ketukan dipintunya. Arioka merapihkan duduknya, “Masuk.” Ujarnya. Pintu berderit terbuka lalu nampak Nina kaminari yang tersenyum. “Dai Nii-chan, aku punya es krim. Mau minum bersama?” tanya Nina. Arioka terkekeh mendengar pernyataan childish dari adik angkatnya. “Masuklah. Duduk dulu.” Ujar Arioka. Nina hanya nyengir sambil menggaruk kepalanya.

“Ini untuk Dai nii-chan…” ujar Nina sambil menyerahkan cup es krim yang sudah dibuka. Arioka mengernyit, “Kok tahu aku suka es krim semangka?” tanyanya. Nina hanya nyengir sambil memakan es krim kiwinya. “Kau jadi spy?” tanya Arioka sambil mengacak-acak rambut Nina.

“Hahhaha ieeee… Yuto nii-chan yang memberitahuku.” Ujar Nina sambil menyuapkan sesendok es krim rasa semangka kemulut Arioka. Arioka mau tidak mau memakan es krim dari sendok Nina. “Arigatou….”

“Haiiiii….” Ujar Nina. Arioka menyuapkan es krim rasa semangka itu kemulutnya. Diliriknya Nina yang juga menikmati es krimnya. Menyelidik. "Nani Dai Nii-chan?" tanya Nina. Merasa risih dengan tatapan Arioka padanya. Arioka hanya tersenyum. Lalu berkata, "Kau ini.. Sebaiknya mantapkan hatimu. Pilih Inoo atau Keito atau Ryuu. Jangan malah sekalian flirting padaku."

"Hukk uhuk uhuk..." Nina terbatuk karena tersedak es krim akibat dari pertanyaan Arioka. Arioka terkekeh sambil mengelap es krim yang belepotan di wajah dan mulut Nina. "Nii chan... Apaan sih." ujar Nina dengan wajah memerah. Arioka masih terkekeh dan menyendokkan es krimnya lagi.

"Kau pikir mereka tidak cerita padaku? Diantara kami bersepuluh, selalu aku yang jadi tumpahan cerita mereka tahu. Mereka memang terlihat gentle dan maskulin. Padahal sebenarnya bocor dan ribet seperti perempuan. Terutama Ryuu.''

"Dai-channnn!!!" pintu ruangan Arioka terjeblak terbuka dan sudah berdiri Morimoti diambangnya. "Hukk uhuk uhuk." Nina terbatuk kembali melihat kehadiran Morimoto dihadapannya. Sama sekali tak menyangka.

"Ryuu.. Masuk." ujar Arioka santai. Masih menyendok es krimnya. Nina melirik Morimoto dengan wajah memerah. Masih malu sejak kejadian dikamarnya beberapa minggu lalu. Sejujurnya Nina agak menghindari Morimoto. Usahanya berhasil karena dikantor mereka bersikap formal dan karena ada 9 saudara angkatnya. Terutama Inoo yang sering mengantarnya pulang. Atau Okamoto yang menjemputnya untuk berangkat bekerja bersama-sama.

"Dai-chan kenapa mengatakan padanya?" ujar Morimoto masih kesal rahasianya terbeber begitu saja. Arioka tertawa. "Lah.. Kan memang kau seperti itu. Aku hanya bilang apa adanya kok." ujar Arioka membela diri. Morimoto kini sudah menarik kursi disebelah Nina yang berpura-pura fokus pada es krimnya. Sejujurnya Morimoto gemas dengan gadis yang lebih tua tujuh tahun darinya ini. "Sampai kapan kau mau menghindariku?" tanya Morimoto.

"Nani??" ujar Nina cuek. Morimoto gemas sendiri. "Kau.. Nina Kaminari. Kau menghindariku berminggu-minggu sejak kejadian dikamarmu." Nina terperanjat, menoleh kearah Arioka yanh malah mengacuhkannya. "Nani mo nain, nii-chan." ujarnya kalem. Arioka tersenyum mendengar adik angkatnya menginterogasi perempuan yang disukainya. Dia selalu tahu. "Ah.. Aku ada janji dengan Chinen mau menemaninya ke benefit. Ada investor yang diincarnya. Aku duluan ya." ujar Arioka. 

"Dai Nii-chan.. Aku ikut." kata Nina memilih tidak ingin berdua dengan Morimoto. Arioka tersenyum lalu menepuk puncak kepala Nina, satu tangannya menahan bahu Nina agar tidak beranjak dari duduknya. "Ieee... Kau harus menyelesaikan semua urusan dengan Ryuu. Ryuu antarkan putri kita ya." ujar Arioka sambil mengedip. Lalu setelah meraih ponsel dan tabletnya dia sudah melangkah pergi.

Nina nampak gelisah ditinggal berdua saja dengan Morimoto. Morimoto tersenyum melihat gadis didepannya. 'Seperti kucing. Aku tak bisa menahan untuk tidak membelaimu.' batin Morimoto.

 

...

 

Nina's POV

Aku merasa risih saat dia menatapku lalu sedetik kemudian sudah membelai rambutku. Rasa seperti tersengat listrik menghanpiriku. 'Aduhhhh aku tidak bisa hanya berdua dengannya.' batinku berteriak.  "Kau kenapa sih? Kenapa menghindariku?" tanyanya membuatku menoleh. Aku menggelengkan kepalaku, "Aku tidak menghindarimu kok." dia tersenyum tampak tidak puas dengan jawabanku. Tangannya sudah berhenti membelaiku. Namun kini malah menangkup dua pipiku dengan telapak tangannya.

"Jelas-jelas kau menghindariku, Nina Kaminari." ujarnya. Senyumnya penuh intimidasi. Aku makin gugup. Berusaha berpaling darinya. Tapi tangannya kuat mengunciku. Aku menatap matanya. Dia tersenyum. Lalu perlahan wajahnya mendekat. Aku tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Kupejamkan mataku, menunggu apa yang dia lakukan. Tanganku meremas blazer yang aku kenakan. Lalu bibirku merasakan bibir hangat Morimoto. Dia mengecupku. Tidak terburu-buru dan terasa lembut.

Perlahan aku membalas ciumannya. Membalas lumatan bibirnya padaku. Aku dapat merasakan tangan hangat Morimoto bergerak dari pipiku ke leher dan punggungku. Merasakan dia mulai mengunci tubuhku kearah tubuhnya. Aku mendekatkan diriku. Karena aku memang menginginkannya. Lama kami berpagut dan semua terlepas saat kami sama-sama kehabisan nafas. Aku membuka mataku, menghadapi wajahnya yang tersenyum penuh kemenangan. Aku merasa wajahku memerah. Karena malu tentu saja. Bagaimanapun kini dia tau kalau aku menikmati ciumannya.

"Aku mau pulang!" ujarku gugup sambil beranjak dari dudukku, meraih handbagku. Dia tersenyum jahil. Aku mengenali senyuman itu. "Itu undangan untuk melanjutkan yang tadi ya?" ujarnya sambil meraih pinggangku, dia memelukku dari belakang. Tuh kan... Dia pasti menjahiliku. Aku berbalik sambil memukuli dadanya yang bidang.

"Awas saja kalau berani." ujarku sambil mencoba melepaskan diri. Aku mendengarnya terkekeh. Lalu dengan cepat dia sudah mengecup pipiku. "Aku antar pulang kali ini. Jangan menghindar. Kita simpan main course untuk nanti." ujarnya pede sembari merengkuh pinggangku dan mengecup puncak kepalaku. Aku yakin wajahku merah sekali karena kalimat dan tingkahnya. ‘Dengan senang hati.’ Teriak hatiku, tanganku menggenggam balik tangannya yang dipinggangku. Enggan melepasnya.

 

...

 

Author's POV

Nina dan Morimoto berjalan keluar ruangan Arioka. Yang tidak mereka ketahui adalah ada tiga orang yang sempat mengintip apa yang mereka lakukan tadi. Arioka melirik ke dua adiknya. "Chinen.. Keito.. Yuk jalan." ujarnya mencoba mengabaikan apa yang mereka lihat barusan.

Chinen tersenyum. "Yuk." ujarnya. 'Kenapa rasanya aku patah hati?' batinnya.

"Duluan saja. Ponselku tertinggal." ujar Okamoto. Sejujurnya dia hanya berpura-pura. 'Kenapa rasanya sakit begini?' batin Okamoto.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
greyrani
#1
Chapter 14: Oke, the end sudah. Aku komen jujur ya, Ciel-chan. Agak sedikit kecewa dengan development plotnya, karena awalnya berharap akan lebih dalam dan banyak twist nya, juga karena I do not condone outside a marriage. Makanya paling sedih waktu part Inoo dan Nina melakukannya dan juga hamil sebelum menikah. But well, it's not my story.
Anyway, terima kasih banyak sudah menulis cerita ini, Ciel-chan :)
greyrani
#2
Chapter 10: Maaf ya Ciel-chan... tapi aku jadi sebel sama Nina sekarang :( Aku setuju sama Daichan... Nina harusnya gak flirting begitu :o Yah, tapi semua plot ada di tanganmu, Ciel-chan. Gonna wait for the next update :)
greyrani
#3
Chapter 5: Ah, I like the last part of this chapter! Yamachan becomes a gentleman here, ahaha. Curious for what will happen next. Thanks for updating, author-san :)
greyrani
#4
Chapter 3: Woah, I like it very much. Plotnya sangat menarik dan gaya penulisannya juga indah, menurut penilaianku. Aku jarang menyukai fanfic berbahasa Indonesia, tapi cerita ini benar-benar bagus. Semoga cepat di-update XD
Thanks for writing this awesome story XD