PART 5

PERFECT HUSBAND

Author’s POV

Nina Kaminari mengenakan topeng yang menutup sebagian besar wajahnya, hanya memperlihatkan bagian bawah wajahnya, bagian bibir untuk berbicara. Acara Rose Masqurade Gala adalah acara yang tepat untuk turun melihat sepuluh saudara angkat dan seluruh jajaran direksi Kaminari Group lainnya. Tanpa harus menunjukkan identitasnya.

Nina meraih ponselnya, mengirimkan pesan pada sebuah email yang diterimanya tadi sore.

 

To : Yabu Kota

From : Kaminari Nina

Subject : Partner

Hi partner! I am waiting you outside. Using a purple dress with silver mask. Hope you will find me.

Regards,

Kaminari Nina

CEO Kaminari Group

 

Nina mengulum senyumnya begitu pesan itu terkirim. Sekarang dia masih menunggu disebelah mobilnya terparkir. Matanya mengawasi sekelilingnya. Orang-orang berseliweran disekitarnya, menggunakan gaun dan atau setelan bermerk dan mengenakan topeng. Seperti yang dilakukannya. Nina mengecek jam perak dipergelangan tangannya. Jam unik yang didesain khusus menyerupai gelang kecil.

“Konbanwa, Nina-san. Its my pleasure that you will become my partner tonight.” Suara laki-laki mengejutkan Nina. Nina menoleh kearah kirinya. Seseorang dalam setelan white tux yang dikenalinya keluaran dari Zegna menghampirinya. Ditangan kanan pria itu masih digenggam topeng hitam kecil yang secara simple hanya akan menutup mata kanannya. Senyum pria itu merekah. Nina pun demikian, senyumnya terulas jelas.

“Yabu Kota-san, tentu aku tidak salah menerima ajakan anda menjadi partner. Glad to be your woman tonight, handsome.” Puji Nina tulus. Yabu tertawa lalu mengecup tangan kanan Nina sebagai sopan santun. “So, kenakan topeng anda Yabu-san.” Ujar Nina sambil mengambil topeng ditangan Yabu dan membantunya mengenakan ke wajah Yabu.

“Arigatou.” Bisik Yabu halus ditelinga Nina. Nina tersenyum. ‘Vanilla. Wanginya Vanilla.’ Yabu berbisik kedirinya sendiri. Lalu dengan anggun diiringinya langkah Nina menuju ballroom. Nina mengamit lengan kokoh Yabu. ‘Aku bisa melakukan ini semua.’ Batinnya menguatkan diri.

 

 

Suasana ballroom berhiaskan warna merah dari mawar putih  yang khusus didatangkan untuk menghiasi acara ini begitu ramai dan glamour. Begitu Nina dan Yabu memasuki ruangan lampu sorot dan suara perkenalan seorang MC terdengar, diiringi dengan tepuk tangan hadirin yang riuh. “Mari kita sambut kehadiran Yabu Kota-san dan Kaminari Nina-san, pasangan pewaris Kaminari Group, meskipun harus dikoreksi disini bahwa semua belum diputuskan, bukan begitu Nona Nina?” suara itu mengingatkan Nina pada seseorang.

Chinen-kun, tentu saja itu kau.’ Nina tersenyum dengan pemikirannya dan melirik kearah panggung dimana disana berdiri Chinen dan Yamada yang menjadi sepasang MC dalam acara itu.

“Kau tampak sempurna diantara semua dekorasi indah ini. Terima kasih.” Bisik Yabu, lalu tangan Yabu menawarkan dansa pada Nina yang dibalas dengan senyuman Nina. Nina dan Yabu berdansa dengan sangat indah. Gerakan mereka seirama dan saling melengkapi. Tatapan mata Morimoto menajam melihat pasangan itu, tapi dia menyembunyikannya. Menahannya.

“Kuperkenalkan anda pada Sembilan saudara angkatku, kelak anda akan memilih satu diantara kami.” Bisik Yabu setelah dansa mereka selesai. Senyum Nina terulas kemudian dia mengangguk. Yabu mempererat genggaman tangannya dipinggang Nina, meraihnya dalam pelukan kecil dan kemudian dilepaskan pelukan itu. Mengajak Nina menuju sekelompok orang dengan Tux putih dan topeng yang semuanya serupa.

Sejak dulu mereka bersepuluh selalu berpakaian identik. Kesembilan cucu angkat Kaminari mengangkat gelas champagne menyambut kehadiran Yabu dan Nina kearah mereka. Nina mendentingkan gelas yang baru diserahkan padanya oleh Chinen. “Bersulang untuk Kaminari Group saudara-saudaraku.” Ujarnya.

“Bersulang!” ujar mereka.

 

….

 

Nina’s POV

Ternyata tidak seburuk yang aku khawatirkan. Semenjak tadi aku mampu berbicara ringan dikelilingi sepuluh orang saudara angkatku. Mereka begitu antusias membicarakan apa saja. Mulai dari si bungsu Morimoto yang membicarakan acara mabil balap terbaru, lalu Chinen yang membicarakan lukisan, Yamada yang membicarakan soal memancing, Nakajima yang mengangkat topic masak-memasak, hingga si sulung Yabu yang lebih tertarik membicarakan pergerakan saham Kaminari.

Semua berjalan normal, asalkan tidak menyinggung soal wasiat. Mereka bersepuluh nampak bersahabat dan akrab satu sama lain. Satu hal yang tidak pernah kumiliki sejak dulu, saudara. Sejak dulu aku terlahir sebagai anak tunggal, tanpa kerabat selain kedua orang tuaku dan kakek Kaminari. Meskipun di Indonesia aku punya keluarga besar Hanafiah, namun rasanya berbeda saat bersama mereka bersepuluh.

Bruk!!! Prang!!

Seseorang menabrakku dan mengakibatkan aku terjatuh dan membuat topeng limited editionku hasil rancangan Vera Wang yang terbuat dari kaca terpecah menjadi dua. Aku panik, lalu serta merta menutup wajahku dengan kedua tanganku. Lalu sepasang tangan mengulurkan sebuah sapu tangan putih dan mengikatkan pada wajahku. ‘Chinen. Tentu saja Chinen.’ Batinku.

“Bianca?”

“Hanafiah?”

Namun sepertinya terlambat, beberapa dari sepuluh orang saudara angkatku ini sempat mengenali wajahku. Aku menoleh kearah Chinen yang mematung menatapku, wajahnya menyiratkan bahwa dia juga bingung dengan apa yang harus diperbuatnya. Aku menghela nafasku, melepaskan ikatan sapu tangan Chinen diwajahku. Menghadapi Sembilan wajah yang terkejut, ah tidak, hanya delapan wajah. Karena wajah Morimoto tampak tenang dan tersenyum.

Morimoto menghampiriku, “Tentu saja. Aku mengenalimu sejak awal, Bianca Hanafiah. Sejak awal kaulah Nina Kaminari.” Ujarnya sambil meraih tanganku, mengecupnya singkat dan tersenyum. Wajah Yabu dan yang lain masih kaget dan sanksi. “Kau membohongi kami, Nona Bianca.” Ujar Inoo mendahului yang lain.

“Bagaimana kau bisa membuktikan kalau kau memanglah cucu kakek Kaminari?” tanya Yabu dingin. Sepertinya dia menjadi pemimpin antagonis disini. Aku tersenyum. “Aku hafal semua tanggal kalian diangkat menjadi cucu angkat kakek. Tanggal itu sendiri hanya diketahui oleh kakek, bukan?” ujarku. Berharap mereka mempercayaiku.

“Yabu-kun, kaulah yang pertama dibawa kakek kerumahnya, ditemukan saat kakek dalam perjalanan menuju kantor. Usiamu 10 tahun saat itu. Tapi saat itu, kau tidak sendirian. Kau bersama Inoo Kei. Benar bukan?”

“Dia benar, Yabu.” Inoo berujar lirih, tangannya mengepal disamping tubuhnya, apakah ini hayalanku atau memanglah demikian, wajahnya terlihat lega?

“Kalau begitu, sebutkan tanggal berapa aku diangkat oleh kakek?” tanya Takaki. Dia sepertinya memutuskan untuk berada di kubu Yabu. Aku tersenyum, “Tentu saja mudah. Kakek menemukanmu saat kakek kembali dari Swiss, beliau menemukanmu di Bandara saat kau baru pulang dari kota kelahiranmu, Kau berusia 11 tahun saat itu.” Ujarku.

Mata Takaki membulat, sepertinya dia tidak mempercayai apa yang aku katakan. “Dia benar. Astaga dia benar.” Ujar Takaki. Aku tersenyum lega. Aku beruntung punya ingatan fotografis, karena tiap ucapan kakek bisa kuhafal sedemikian rupa. Inilah yang membuatku mampu menguasai ilmu bisnis diusia semudaku.

“Aku menjadi saksinya. Dia Nina Kaminari. Kalau kalian ingin tes DNA, silahkan kalian cari dokter atau rumah sakitnya. Bisa kupastikan 100% dia Nina Kaminari. Karena sejujurnya yang kusembunyikan dari kalian adalah fakta bahwa hanya aku yang pernah bertemu dengannya.” Ujar Chinen membuka rahasia kami. Aku tersenyum kemudian menepuk pelan bahu Chinen. “Arigatou, Chinen-kun.”

“Lalu kenapa kau bersembunyi menjadi Bianca Hanafiah? Membuatku jatuh cinta pada Bianca Hanafiah.” Kali ini Okamoto yang berbicara. Aku menatapnya, aku merasa bersalah karena hal ini.

“Aku minta maaf Okamoto-kun.”

“Aku bahkan tidak peduli dengan warisan yang sejak dulu aku idamkan. Aku benar-benar melupakan sosok Nina. Karena..karena..karena aku jatuh cinta padamu, Bianca Hanafiah.” Ujar Okamoto. Rasanya sesak mendengar pengakuan itu.

“Aku benar-benar minta maaf. Aku hanya ingin melihat kalian apa adanya. Tanpa kalian tahu bahwa akulah Nina. Maafkan aku. Bianca Hanafiah adalah nama resmiku dikota kelahiranku, nama pemberian ayahku. Aku tak berbohong untuk namaku. Aku..aku hanya menjadi sosok yang bukan Nina Kaminari.” Ujarku. Hanya itu yang sanggup aku katakan.

“Sudahlah. Toh, Nina-san sudah jujur. Sekarang bukankah tinggal kita yang menyikapinya. Menerima atau tidak kembali ke masing-masing kita. Hei.. jangan memandangku solah-olah aku terlihat baik agar terpilih menjadi suaminya. Tidak sama sekali. Aku sudah puas dengan apa yang aku dapatkan sekarang. Tidak masalah aku jadi pewaris atau tidak. Aku siap melepaskan semuanya kapanpun.” Kali ini Arioka yang dipandangi oleh Yabu dan Yaotome dan keito.

Mau tak mau aku tersenyum melihat mereka. “Arioka benar. Terserah kalian mau marah atau apa. Aku sudah minta maaf bukan. Dan Yabu-kun, it was a great night for me. Biasanya aku ke Ballroom selalu sendirian. Terima kasih menjadi partnerku malam ini. Sepertinya aku harus pergi. Sampai jumpa di kantor hari senin nanti.” Ujarku sambil berlalu.

Aku benar-benar merasa lelah. Aku meninggalkan ballroom.

“Nina-san… mau kuantar?” kali ini suara Yamada akhirnya terdengar. Menahanku yang baru berjalan beberapa langkah. Aku menoleh dan mengangguk. Bukankah tidak baik menolak tawaran dari pria ganteng? Batin kecilku tertawa jahat. Sudahlah!

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
greyrani
#1
Chapter 14: Oke, the end sudah. Aku komen jujur ya, Ciel-chan. Agak sedikit kecewa dengan development plotnya, karena awalnya berharap akan lebih dalam dan banyak twist nya, juga karena I do not condone outside a marriage. Makanya paling sedih waktu part Inoo dan Nina melakukannya dan juga hamil sebelum menikah. But well, it's not my story.
Anyway, terima kasih banyak sudah menulis cerita ini, Ciel-chan :)
greyrani
#2
Chapter 10: Maaf ya Ciel-chan... tapi aku jadi sebel sama Nina sekarang :( Aku setuju sama Daichan... Nina harusnya gak flirting begitu :o Yah, tapi semua plot ada di tanganmu, Ciel-chan. Gonna wait for the next update :)
greyrani
#3
Chapter 5: Ah, I like the last part of this chapter! Yamachan becomes a gentleman here, ahaha. Curious for what will happen next. Thanks for updating, author-san :)
greyrani
#4
Chapter 3: Woah, I like it very much. Plotnya sangat menarik dan gaya penulisannya juga indah, menurut penilaianku. Aku jarang menyukai fanfic berbahasa Indonesia, tapi cerita ini benar-benar bagus. Semoga cepat di-update XD
Thanks for writing this awesome story XD