PART 8

PERFECT HUSBAND

Author’s POV

Morimoto mengetuk pintu kamar Nina sekali lagi. Sudah lima belas menit dia menunggu gadis muda itu membuka pintunya, tapi tidak kunjung terjadi. “Sepertinya Nona sedang mandi. Tuan muda bisa menunggu didalam atau silahkan menunggu dimana saja. Nanti saya beritahukan pada Nona.” Ujar Rosa, kepala rumah tangga Kaminari Nina.

Morimoto tersenyum, “Saya tunggu didalam. Seharusnya dia tidak lama bukan?” ujarnya. Rosa mengangguk, “Saya akan siapkan kopi untuk tuan muda.” Ujar Rosa lagi.  “Domo Arigatou, Rosa.” Ujar Morimoto. Perempuan setengah baya berbaju hitam dengan apron putih itu tersenyum dan berlalu menuju dapur utama, menyiapkan kopi sesuai dengan yang dikatakannya. Morimoto membuka pintu bercat pink pucat didepannya. Kamar itu kosong dan suara alunan music klasik dari arah kamar mandi. Sepertinya Nina benar-benar sedang mandi.

Kamar Nina sangat khas sentuhan perempuan. Disana-sini didominasi dengan warna pink dan beberapa boneka panda warna pink. Morimoto tersenyum menyentuh salah satu boneka panda disana, memeluknya sebentar lalu meletakkannya kembali. Lalu bergerak ke meja rias Nina yang tertata rapih dengan peralatan make-up khas perempuan.

Lalu disalah satu sudut ruangan terdapat sebuah gantungan pakaian yang berdiri kokoh. Sepertinya untuk meletakkan pakaian yang disiapkan. Saat itu disitu tergantung setelan blazer dan rok pendek selutut warna peach, Morimoto menyentuh labelnya, menemukan sebuah nama familiar diingatannya sepanjang dunia fashion. Oscar de La Renta.

Kemudian Morimoto memilih duduk di sofa lipat didepan TV plasma 52 inch, menyalakannya dengan remote yang ada didepannya. Memilih-milih salah satu saluran televisi.

Ceklik

Terdengar suara pintu terbuka.

“Arghhhhhh!!!!” suara Nina berteriak. Morimoto menoleh kearah Nina yang hanya mengenakan selembar handuk menyelimutinya, ditubuhnya masih terdapat beberapa tetes air bekasnya mandi. Morimoto membelalak melihat tubuh Nina yang tidak seluruhnya terbungkus, untunglah bagian tertentu saja yang penting sduah tertutup dengan handuknya. Morimoto memalingkan wajahnya. Wajahnya memerah karena malu.

“Gomen, Nina-chan. Gomen. Aku akan segera keluar.” Ujar Morimoto. Nina sendiri sudah berlari kearah kamar mandinya.

“Kau ambilkan pakaianku yang digantung.” Teriak Nina dari dalam kamar mandi. Dia sudah kepalang malu, dan dia sendiri terjebak sendiri dikamar mandinya. Morimoto menggaruk kepalanya yang tidak gatal, lalu meraih satu stel pakaian yang disentuhnya tadi. Membawanya kearah kamar mandi Nina, menyerahkannya setelah mengetuk pintunya.

Tangan Nina keluar meraih pakaiannya. “Kau, tunggu diluar dulu. Tutup pintunya.” Ujar Nina. Mendengar suara Nina yang panik justru membuat Morimoto ingin sedikit berbuat jahil. Senyum nakalnya tersungging disudut bibirnya.

“Aku tunggu disini ya, sampai kau selesai.” Ujar Morimoto. Nina panik, “Ah!!! Ngapain?? Sana keluar dulu.” Teriak Nina. Morimoto terkekeh.

“Lagipula kita akan menjadi suami istri. Atau mau ‘DP’ dulu?” canda Morimoto menggoda Nina. Wajah Nina memucat, dia sendiri melihat refleksinya dicermin dengan tidak percaya. Baru satu bulan dia menerima mereka menjadi bagian dari hidupnya, kini salah satu dari mereka sudah berani masuk ke kamarnya.

Tidak mendengar respon dari Nina membuat Morimoto makin bersemangat menggodanya. Dengan iseng didorongnya pintu kamar mandi Nina yang ternyata terbuka. Morimoto panik serta kaget, begitupun dengan Nina, lalu dengan brutal Nina memukuli Morimoto dengan botol shampoo yang ada didekatnya. Sampai salah satu pukulannya mengenai pipi Morimoto.

“Ahhhh gomen Ninaaaa… aku bercanda. Aku bercanda.” Ujar Morimoto sambil menangkap tangan Nina. Gerakan tangan Nina berhenti. Wajahnya kini menatap wajah Morimoto yang sedikit meringis karena dipukulnya dengan botol Shampoo. Pipi Morimoto yang putih sempurna sudah membiru karena pukulan Nina. Jantung Nina berdebar, begitupun dengan Morimoto.

Tak pernah mereka bayangkan mereka akan menghadapi situasi ini. Nina yang kini sudah tidak berbalut handuk karena sudah mengenakan pakaian kerjanya, kecuali blazernya. Morimoto yang menggunakan setelan Zegna hitam dengan dasi pink pucat. Mata mereka saling menatap. Tubuh Morimoto yang lebih tinggi dari Nina perlahan membungkuk. Dan…

 

….

 

Nina’s POV

Wajahnya bergerak kearahku, dan perlahan dia sudah mengecup bibirku. Aku ingin menolak, tapi entah kenapa sekujur tubuhku kaku. Mungkin ini karena pesonanya. Entahlah, yang jelas perlahan aku mulai membalasnya dan memejamkan mataku, menikmatinya. Nafasnya naik turun dapat kurasakan menyapu kulitku. Lalu tangan kanan kirinya yang bebas, perlahan meraih pinggangku. Merapatkan tubuhku padanya. Tanganku? Jangan ditanya aku sendiri tak sadar kalau sudah meletakkannya dipunggungnya, seakan tak mau melepaskannya.

“Ehemmm..” suara Rosa mengejutkan kami berdua. Kontan aku dan Morimoto saling melepaskan diri. Morimoto membuang muka kearah jendela dan aku menatap Rosa, mengerlingnya. Rosa tersenyum mengerti. “Saya hanya ingin meletakkan kopi tuan muda. Maaf.” Ujar Rosa sambil meletakkan kopi dimeja didepan televisi lalu berlalu pergi.

Aku menatap Morimoto yang berdiri canggung dan menggaruk-garuk kepalanya, yang berani taruhan pasti sama sekali tidak gatal. “Ryuu nii-chan…” panggilku. Dia menoleh dan tersenyum ganjil. “Gomen soal yang barusan. Tidak sengaja.” Ujarnya sambil masih menggaruk-garuk kepalanya. Aku mengangguk.

“IYa.. aku mengerti. Lain kali jangan bercanda seperti itu.” Ujarku sambil meninju bagian perutnya. Dia sedikit melompat kebelakang, matanya mengerling kearahku.

“Atau mau dilanjutkan? Kurasa tidak apa-apa datang terlambat ke kantor.” Ujarnya. Aku tau dia menggodaku. Sekalian saja aku menggodanya balik, “Silahkan kalau berani.” Ujarku sambil mencubit perutnya yang ternyata six pack, karena aku merasakan otot perut keras yang kucubit. Dia terkekeh.

“Jangan pernah menawarkan apa yang tidak bisa kau atasi loh.” Katanya sambil kemudian menarik pinggangku. Merapatkan tubuhku ke tubuhnya. Sekali lagi aku merasa gugup, kupikir dia tidak akan berani melakukannya. Lalu wajahnya bergerak menyusuri wajahku. Saat hampir dia menyentuh bibirku tiba-tiba dia mengetukkan dahinya ke dahiku dengan keras.

“Awww… itaiiiii..” teriakku sambil memukulnya. Dia menangkap tanganku, mengecup singkat punggung tanganku kemudian pipi kananku. “Cepat dandan. Aku tunggu diluar.” Ujarnya sambil mengacak-acak rambutku. Kemudian dia beranjak meninggalkan kamarku sebelumnya mengambil cangkir berisi kopinya.

Begitu dia menutup pintu kamarku, aku langsung mengatur nafasku. Apa yang telah aku lakukan? Tadi ituuuuu aku menggoda salah satu saudara angkatku? Aku mengetuk-ketukkan jariku kekepalaku, merasa bodoh dengan yang aku lakukan. Aku bergegas berdandan dan merapihkan pakaianku. Tidak sampai 15 menit aku sudah turun dan menemukan Rosa tengah berbincang ringan dengan Morimoto.

“Ryu Nii-chan… mari berangkat.” Ujarku.

“Nona, Tuan Muda, saya sudah siapkan sarapan.” Ujar Rosa.

“Kami sudah terlambat, Rosa. Maaf.” Ujar Morimoto sembari menarik tanganku. Aku melambai pada Rosa yang dibalas dengan lambaian tangan tuanya. Morimoto membawaku menuju mobil sportnya yang berwarna biru lalu memasangkan seat belt padaku. Aku tersenyum melihat perhatiannya.

“Lets go!” ujarku. Dia tersenyum dan hanya membelai puncak kepalaku sekali.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
greyrani
#1
Chapter 14: Oke, the end sudah. Aku komen jujur ya, Ciel-chan. Agak sedikit kecewa dengan development plotnya, karena awalnya berharap akan lebih dalam dan banyak twist nya, juga karena I do not condone outside a marriage. Makanya paling sedih waktu part Inoo dan Nina melakukannya dan juga hamil sebelum menikah. But well, it's not my story.
Anyway, terima kasih banyak sudah menulis cerita ini, Ciel-chan :)
greyrani
#2
Chapter 10: Maaf ya Ciel-chan... tapi aku jadi sebel sama Nina sekarang :( Aku setuju sama Daichan... Nina harusnya gak flirting begitu :o Yah, tapi semua plot ada di tanganmu, Ciel-chan. Gonna wait for the next update :)
greyrani
#3
Chapter 5: Ah, I like the last part of this chapter! Yamachan becomes a gentleman here, ahaha. Curious for what will happen next. Thanks for updating, author-san :)
greyrani
#4
Chapter 3: Woah, I like it very much. Plotnya sangat menarik dan gaya penulisannya juga indah, menurut penilaianku. Aku jarang menyukai fanfic berbahasa Indonesia, tapi cerita ini benar-benar bagus. Semoga cepat di-update XD
Thanks for writing this awesome story XD