PART 4

PERFECT HUSBAND

Author's POV

Nina Kaminari berjalan mantap kesebuah ruang rapat kecil yang muat untuk 25 orang. Hari ini sesuai dengan email yang ia sebagai Nina Kaminari, kirimkan pagi ini, dia akan mulai menjafi Bianca Hanafiah, seorang asisten pribadi. Sebuah penyamaran yang sempurna. Dan hanya Chinenlah yang mengetahui identitasnya.

Nina atau Bianca masuk ke ruang rapat dan mengambil tempat duduk ditengah. Seolah-olah itu tempatnya (dan memang itu tempatnya bukan?). 

"Selamat pagi rekan sekalian. Mulai hari ini saya akan menjalankan tugas harian mewakili nona Kaminari. Mohon anda sekalian tidak sungkan membimbing saya." ujarnya sambil sedikit membungkukkan badan tanda hormat. 

Sesuai tradisi, Morimoto Ryutarolah yang berdiri mewakili sepuluh saudara angkat itu dan jajaran direksi lainnya. "Kami ucapkan selamat datang dan selamat bergabung untuk Nona Bianca Hanafiah. Tentu kualifikasi anda sudah laik dengan perusahaan kami. Ijinkan saya memperkenalkan jajaran direksi elite Kaminari Group.

Pertama Yabu Kota, Takaki Yuya, Inoo Kei, Yaotome Hikaru, Arioka Daiki, Okamoto Keito, Nakajima Yuto, Yamada Ryosuke, Chinen Yuuri dan saya sendiri Morimoto Ryutaro. Kami siap mengassist anda dalam segala hal.

Sedangkan jajaran komisaris besar. Ijinkan saya perkenalkan Kimura Takuya, Yamaa Tomohisa, Nishikido Ryo, Akanishi Jin, Haruma Miura, Sato Takeru, Nakamura Ken, Nakayama Yuma dan satu-satunya direksi perempuan, Kitagawa Keiko.

Kami bersembilan belas dengan senang hati menerima kehadiran anda dan mengucapkan selamat bergabung. Semoga kehadiran dan kiprah anda akan memberi keuntungan pada perusahaan ini." Morimoto mengakhiri perkenalannya. Bianca tersenyum dan mengangguk.

"Terima kasih Morimoto-san. Baiklah.. Kita mulai pemaparan target bulan ini."

 

...

 

Bianca keluar ruangan rapat yang pertama kali. Kakinya melangkah, dia tahu harus kemana. Sebuah ruangan yang lebih kecil dari ukuran ruangan direksi telah disediakan untuknya. Ada papan namanya tertulis disitu. Bianca Hanafiah. Kalau tidak salah, Chinen yang mengurusnya.

"Nona Bianca." seseorang memanggilnya. Orang yang sama yang sempat memanggilnya 3 hari yang lalu. "Ya.. Ada apa?" tanya Bianca.

Laki-laki muda itu tersenyum dan menjulurkan sebuah bolpoin yang familiar untuk bianca. Bolpoinnya. Bianca meraih bolpoin itu dari tangan laki-laki didepannya. "Arigatou." ujarnya.

Laki-laki itu tersenyum, "Saya Okamoto Keito jika anda lupa nama saya." ujarnya. Bianca mengulas senyum lalu menggeleng. "Tidak. Saya tidak lupa. Hanya saja, saya merasa belum akrab dengan anda." ujar Bianca. 

Keito hanya terkekeh geli, "Ya.. Kita baru bertemu dua kali. Salam kenal." ujar Keito. Lalu berjalan meninggalkan Bianca sendirian. Perkenalan singkat.

"Nona Bianca." panggil Keito lagi. Bianca berbalik, "Ya?" Keito nampak berpikir sekilas. "Kalau dipikir-pikir sudah dua kali bolpoin anda tertinggal. Anda berhutang dua kali minum kopi dengan saya. Bagaimana?" ujar Keito. Bianca terpengarah. Tapi belum sempat menjawab pernyataan Keito, Keito sudah berlalu begitu saja.

Bianca menatap punggung yang berlalu itu. Menyimpulkan senyumnya.

"Keito memang ramah pada siapapun." Bianca hampir saja terlonjak saat menyadari seseorang kini disampingnya. "Yamada-san! Anda mengagetkan saya." ujarnya. Yamada hanya tertawa geli.

"Lain kali jangan melamun di lorong. By the way. Hati-hati pada Keito-kun, dia salah satu dari nama pewaris wasiat. Calon suami Nina Kaminari. Bos kita." ujar Yamada. Bianca tertawa lepas. "Ya ya ya tenang saja Yamada-san, saya tahu diri kok. Mari Yamada-san. Banyak yang harus saya kerjakan." ujar Bianca mengakhiri percakapan itu.

Yamada tersenyum ditinggalkan Bianca. Lalu bahunya ditepuk. "Yama-chan.. Aku tahu kau menyukainya." goda Arioka Daiki. "Ahhh ya. Dia unik. Unik sekali." jawab Yamada.

"Dan baru tiga hari saja tidak hanya kau dan Keito yang tertarik padanya. Tapi Ryu-chan juga." kali ini Chinen juga ikut menimpali disebelah mereka.

"Benarkah?" tanya Arioka tidak percaya.

"Ah ya.. Yang tadi pagi ya Chinen. Ah kenapa aku tak peka." ujar Yamada.

Mereka bertiga berjalan menuju ruangan masing-masing. Tidak tahu saja sepasang telinga dibalik pintu tadi mendengarkan dengan seksama.

"Mereka bertiga? Astaga!" batin Nina Kaminari.

 

...

 

 

Nina's POV

Aku masih mempelajari berkas yang diserahkan oleh Inoo dan Yaotome perihal progress persiapan pengerukan batu baru yang akan dilakukan di daerah Phillipina. Mataku benar-benar lelah membaca grafik warna-warni yang menggambarkan seberapa bagus perkembangan proyek itu. Belum lagi akan ada prospek perluasan wilayah kilang minyak yang akan dilakukan dinegara yang sama. Aku mempelajarinya dengan hati-hati. Lalu kuletakkan bundelan laporan yang dijilid dengan rapih itu.

"Inoo-san, Yaotome-san.. Entah kenapa, saya masih kurang sreg dengan grafik ini. Perencanaannya tepat tapi kenapa ya, saya merasa ganjil. Coba diperhatikan dengan grafik peluang perluasan kilang?" tanyaku.

Dengan kompak Inoo dam Yaotome memandang grafik-grafik yang aku maksud. Keduanya nampak mengerti. "Ada saran dari anda nona Bianca?" tanya Inoo akhirnya. Aku menatap sepasang mata itu. Matanya bulat dan hitam pekat. Tapi menghanyutkan. Ah tidak. Aku harus fokus!

"Hentikan proyek ini untuk sementara. Kita hanya perlu melanjutkan proyek minyak dulu." ujarku mantap.

"Tapi proyek batu bara ini sudah satu tahun kita rencanakan. Kalau ditunda investor akan pergo begitu saja." kali ini ide Yaotome yang keluar. Aku mengangguk setuju.

"Benar sekali Yaotome-san. Tapi keputusan ini perlu meskipun tidak menguntungkan. Tidak perlu khawatir. Investor akan tau kapan waktunya melepas investasi dan tidak. Kita hanya perlu melakukan apa yang perlu. Kalau proyek ini tetap dijalankan kita hanya tidak akan mendapatkan apa-apa." aku berujar.

Kedua lelaki muda itu mengangguk lalu mohon diri. Dan mereka meninggalkan ruanganku. Sudah dua minggu aku diruangan ini. Menjadi pegawai dengan nama Bianca Hanafiah. Asisten utama CEO Kaminari Group. Padahal akulah pemiliknya.

 

Tok tok

 

Terdengar suara ketukan dipintu ruang kerjaku. Seseorang masuk setelah kupersilahkan. Aku menatap sosok tinggi menjulang itu. "Yabu-san... Silahkan duduk." ujarku ramah. Dia tersenyum lalu meletakkan sebuah undangan merah dengan aksen bunga mawar gelap.

"Rose Masqurade Gala." ujarku mengenali apa undangan itu. Yabu tersenyum dan mengangguk.

"Tolong serahkan pada Nina-san. Aku ingin menjadi patnernya." ujar Yabu sambil meletakkan korsase warna biru muda disebelah undangan itu. Aku menatap wajah tirus yang tersenyum sunringah itu.

"Baik. Nanti saya sampaikan." ujarku.

"Kalau begitu. Saya mohon diri." ujarnya lalu berjalan pergi.

Saat aku benar-benar sendiri, aku menyadari satu persatu bagaimana sifat 10 orang itu. Yang satu hanya fokus pada Nina yang meskipun tidak diketahui seperti apa. Lalu 3 orang jelas-jelas menunjukkan rasa suka pada Bianca. Satu orang hanya menganggap masa lalu. Dan yang lain memilih tidak peduli. Malam ini, aku ingin membuktikannya. Aku menyukai salah satu diantaranya, simata kelam yang menghanyutkan itu. Aku akan membutikan seberapa besar pesonaku pada mereka.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
greyrani
#1
Chapter 14: Oke, the end sudah. Aku komen jujur ya, Ciel-chan. Agak sedikit kecewa dengan development plotnya, karena awalnya berharap akan lebih dalam dan banyak twist nya, juga karena I do not condone outside a marriage. Makanya paling sedih waktu part Inoo dan Nina melakukannya dan juga hamil sebelum menikah. But well, it's not my story.
Anyway, terima kasih banyak sudah menulis cerita ini, Ciel-chan :)
greyrani
#2
Chapter 10: Maaf ya Ciel-chan... tapi aku jadi sebel sama Nina sekarang :( Aku setuju sama Daichan... Nina harusnya gak flirting begitu :o Yah, tapi semua plot ada di tanganmu, Ciel-chan. Gonna wait for the next update :)
greyrani
#3
Chapter 5: Ah, I like the last part of this chapter! Yamachan becomes a gentleman here, ahaha. Curious for what will happen next. Thanks for updating, author-san :)
greyrani
#4
Chapter 3: Woah, I like it very much. Plotnya sangat menarik dan gaya penulisannya juga indah, menurut penilaianku. Aku jarang menyukai fanfic berbahasa Indonesia, tapi cerita ini benar-benar bagus. Semoga cepat di-update XD
Thanks for writing this awesome story XD