flashback part 2

god play a game on our destiny

-2PM-

flashback part 2...

 

“Kau bilang aku akan di skors, kenapa aku malah mendapat hukuman membersihkan ruang olahraga?” Protes Junho di sela-sela kegiatannya mengepel lantai.

 

“Seharusnya kau berterima kasih padaku karena kau tidak sampai membersihkan toilet juga,” Jawab Nichkhun enteng.

 

Saat ini Nichkhun sedang mengawasi Junho menjalankan tugas konsekuensinya. Ia menggunakan kekuasaannya sebagai ketua asrama untuk mengubah keputusan kepala sekolah serta mengajukan diri sebagai pengawas Junho selama seminggu kedepan. Hal ini dimanfaatkannya dengan baik untuk mengenal lebih jauh sosok seorang Lee Junho.

 

“Apa yang akan kau lakukan kalau sampai sekolah menskorsmu?” Tanya Nichkhun.

 

“Molla…”

 

“Kenapa kau tidak mau masuk kelas Bahasa?”

 

Junho tidak menanggapi pertanyaan Nichkhun.

 

“Apa gurunya tidak menyenangkan?”

 

“Setauku Min seongsaengnim sangat baik…”

 

“Atau kau tidak bisa Bahasa?”

 

Junho berhenti mengepel, dan melihat kearah Nichkhun bosan.

 

“Kau berisik sekali, Khun.”

 

“Yach, aku ini murid senior… Panggil aku hyung.” Protes Nichkhun.

 

“Kau yang memintaku memanggilmu ‘Khun’. Kau tidak ingat?” Balas Junho memprotes balik.

 

“Maksudku panggil aku Khun-hyung, bukan Nichkhun-hyung...”

 

“Arraseo, arraseo…” Jawab Junho malas sambil lanjut mengepel. Ia sedang tidak ingin berdebat dengan orang lain.

 

“Kenapa kau men-cat rambutmu seperti itu?” Tanya Nichkhun sambil menunjuk rambut Junho.

 

“Kau ini kenapa sih, bertanya terus dari tadi. Mending bantu aku mengepel.”

 

“Hanya, penasaran saja…”

 

“Apa kau akan menjawab pertanyanku kalau kubantu mengepel?”

 

Nichkhun berjalan ke lemari yang ada di sudut ruang olahraga, mengambil pel yang tergantung disana, lalu kembali ke tempatnya semula.

 

Junho mendesah pelan, tapi Nichkhun sempat melihat sekilas senyuman dibalik itu semua.

 

“Eomma suka warna merah.” Jawab Junho.

 

Nichkhun mulai mengepel seirama dengan Junho.

 

“Kenapa kau selalu makan siang sendirian?” Tanya Nichkhun lagi.

 

“Hyung stalker ya?”

 

“Jawab saja…” Paksa Nichkhun.

 

“Karena aku tidak punya teman.”

 

“Benar juga, semua anak-anak takut padamu. Mereka pasti tidak mau-“

 

“Aku yang tidak ingin berteman dengan mereka, juga dengan siapa pun.” Potong Junho.

 

Nichkhun berhenti mengepel, “Wae?”

 

“Lebih baik tidak pernah bertemu daripada harus berpisah.” Jawab Junho.

 

Nichkhun tertegun sesaat. Sekali lagi, ia telah melihat sisi Junho yang lain.

 

 

 

“Hmm… sekarang aku mengerti kenapa kau suka makan siang dibawah pohon.” Ucap Nichkhun sambil menghampiri Junho yang sedang makan sendirian.

 

Junho menoleh sekilas melihat kedatangan Nichkhun. “Apa yang hyung lakukan disini?”

 

“Menemanimu…”

 

“Aku tidak butuh teman.” Ucap Junho singkat.

 

“Kau yakin? Tapi aku sudah menganggapmu temanku.”

 

“Terserah. Pokoknya aku tidak akan menganggapmu sebagai temanku.” Kata Junho keras kepala.

 

“Tidak masalah, karena aku menyukaimu…” Balas Nichkhun.

 

Junho terdiam, tangannya mengepal pelan. Ia melirik ke arah Nichkhun yang membuka bekal makan siangnya. Seseorang telah mengetuk pintu hatinya yang tertutup rapat namun ia belum berani membukanya, ia hanya bisa mengintip melalui lubang kunci.

 

“Apa kau selalu makan roti setiap hari?” Tanya Nichkhun.

 

Tanpa Junho sadari, Nichkhun sudah duduk tepat disebelahnya. Ia mengangguk menjawab pertanyaan Nichkhun. Dengan gerakan cepat, Nichkhun mengambil sebungkus roti yang baru dimakan setengah oleh Junho. Ia menukarnya dengan bekalnya.

 

“Jangan berpikir aneh-aneh, aku hanya sedang ingin makan roti.” Ucap Nichkhun grogi. Dengan segera ia menggigit roti di tangannya, supaya Junho tidak menukar makanannya lagi.

 

 

 

Usaha Nichkhun mendekati Junho membuahkan hasil. Meskipun Junho masih sering menolak Nichkhun dengan kata-kata, tapi gerak tubuhnya tidak mengartikannya seperti itu. Junho sudah mulai terbuka dengan Nichkhun.

 

Berbicara hampir sepanjang hari dengan Junho membuat Nichkhun sadar bahwa Junho sebenarnya anak yang cerdas. Nilai akademisnya buruk karena ia malas, bukan karena ia tidak bisa. Sesuatu di dalam diri Nichkhun ingin membantunya. Nichkhun ingin melakukan sesuatu untuk Junho tanpa alasan yang jelas.

 

“Ini catatan pelajaranku tahun lalu, kau bisa belajar dari sini untuk mengejar ketertinggalanmu di kelas.”

 

Nichkhun memberikan sebuah buku catatannya. Saat ini jam menunjukkan pukul sebelas malam. Seharusnya semua anak sudah berada di dalam kamar masing-masing. Tapi Nichkhun diam-diam menyelinap ke kamar Junho. Ia memanjat jendela kamar Junho untuk masuk.

 

“Tidak perlu, aku tidak tertinggal apapun kok.” Meski Junho menolak, tangannya tetap menerima buku dari Nichkhun.

 

“Makanya jangan terlalu sering membolos kelas…” Perintah Nichkhun sambil menjitak kepala Junho pelan.

 

“Seharusnya hyung tidak berada disini. Ini melanggar aturan.” Sindir Junho.

 

Nichkhun mendekatkan dirinya kearah Junho, mempersempit jarak diantara keduanya. Ia mensejajarkan kepalanya di hadapan Junho.

 

“Sejak kapan kau peduli dengan aturan Junho-ssi?” Nichkhun menunjukkan smirk-evil-nya.

 

“Uhm, Se-sejak…” Mendadak Junho merasa gugup berada di dalam kamarnya hanya berdua saja dengan Nichkhun.

 

Junho melangkah mundur namun Nichkhun tetap mempersempit jarak diantara mereka sampai punggung Junho menabrak dinding di sebelah tempat tidurnya. Ia memejamkan matanya tanpa sadar, merasa terlalu gugup menatap wajah Nichkhun sedekat ini.

 

Sebuah kecupan lembut dari Nichkhun di bibirnya membuat reflex Junho kembali. Ia meninju pipi kiri Nichkhun kencang. Nichkhun terhuyung beberapa langkah kebelakang. Kedua tangannya memegangi pipinya.

 

“Apa yang kau lakukan, Khun-hyung?” Desis Junho.

 

“Sepertinya aku terlalu terburu-buru.” Ucap Nichkhun pelan, lebih kepada dirinya sendiri.

 

Junho menyesali tindakannya barusan. Ia melihat setitik darah mengalir di sudut bibir Nichkhun. Sepertinya ia meninjunya terlalu keras.

 

“Maaf aku tidak bermaksud melukai hyung…”

 

“Tidak apa-apa, ini karena kesalahanku sendiri. Wajar saja kalau kau tidak suka dan reflex memukulku.”

 

“Bukan seperti itu…” Junho menundukkan kepalanya.

 

“Jun-“

 

“Pergilah hyung, aku tidak bisa berpikir jernih saat ini.” Usir Junho tanpa melihat kearah Nichkhun.

 

Nichkhun melangkah kembali mendekati Junho. Ia mengangkat kepala Junho dengan lembut.

 

“Junho-ya, lihat aku…” Perintah Nichkhun.

 

“Aku mencintaimu Junho-ya, tidak bisa kah kau melihat itu? Aku akan menjadi pelindungmu, penyembuhmu, pelita dalam hidupmu, segala-galanya. Karena itu, jadilah namjachingu-ku. Aku berjanji tidak akan pernah meninggalkanmu.” Ucap Nichkhun serius.

 

“Aku tidak akan memaafkanmu apabila kau pergi dariku, hyung…” Ucap Junho pelan.

 

End Flashback.

-2PM-

 

Dirumah Nichkhun, Wooyoung menggenggam gagang telepon. Tangannya menekan kombinasi angka. Pembicaraan dirinya dengan Nichkhun semalam memantapkan hatinya.

 

Tuuttt… Tuuttt…

 

"Semoga saja nomornya masih sama…"

 

Tuuttt… Tuuttt…

 

‘yeoboseyo?’

 

Suara itu… Sudah lama sekali ia tidak mendengar suara itu.

 

‘yeoboseyo??’

 

Wooyoung tersenyum merindukan suara husky itu.

 

“Chansung-ah…”

 

‘….’

 

‘Wooyoungie?!’

 

Chansung masih saja memanggilnya dengan nama itu. Nama panggilannya sejak kecil.

 

“Bisa kita bertemu?” Pinta Wooyoung.

 

‘Tentu saja… Kapan?’

 

“Bagaimana jika besok pagi?” Tawar Wooyoung.

 

‘Emm, besok pagi…’ Chansung terdengar ragu.

 

“Kalau kau tidak bisa kita bisa mencari jadwal yang lain.” Ucap Wooyoung cepat-cepat.

 

‘…’

 

‘Besok pagi saja.’

 

“Oke, jemput aku di …”

 

Wooyoung memberitahukan Chansung alamat rumah Nichkhun. Setelah memutuskan sambungan telepon, Wooyoung merebahkan dirinya diatas Kasur.

 

“Jang Wooyoung, kau telah melakukan hal yang benar.” Ucapnya pada dirinya sendiri.

 

-2PM-


Hallo semuanya~ Adakah yang merindukan tulisan author disini? kkkk ^o^

Author kembali dengan chapter yang singkat hehe author lagi ga sanggup nulis banyak-banyak T.T #SyukurSyukurAuthorBisaUpdate

Byebye, see you soon :D

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
eyessmile14
#1
I dont have karmas yet to vote this fic up btw T^T
eyessmile14
#2
Chapter 13: Seriously, suka banget sama ff ini, author kid. Baru nemu :"D kapan lg bikin ff kaya gini. Kalo boleh kasi kritik, saya rasa alurnya agak sedikit cepat thor penyelesaian masalah chanwoo khunho. But overall, this is good. <3
sabrinanunneo #3
Chapter 13: AHHH SO SWEET BANGEYYYYSSS. UNTUNGLAH TAK ADA YG TERSAKITI DISINI... BTW CHAP NYA KURANGBPANJANG BUAT ENDING LOL... THOR GUD JOBB DEH... THOR EEQUEST DONK.. BUAT CERITA SEGITIGA TAPI OBJEK PREBUTANNYA SI JUNHO.... PLEASEEE.. KHUN WOO RIVAL SERU JUGA.... HEHHEHE
shaxobyarm #4
Chapter 13: khunwoo! chanho! horee!!

so sweet ending
HottestKY #5
Chapter 12: what is this? -_- i want khunyoung!
myrajunho
#6
Chapter 12: I vote forKhunHo ♡
casslah #7
cam back and upvoted! weehoooooooo!