Chapter 7

Cinderella Man Step Brother

“ Baekhyun—adikmu ?” Chanyeol buka suara, membuyarkan semua lamunan Luhan.

Luhan hanya terdiam. Membiarkan keheningan mengintimidasi mereka berdua.

“ Kau tidak pernah mengatakan apapun kepadaku ,” Ucap Chanyeol ketus—jika boleh saat ia merasa benar-benar bodoh. Bukan karena IQ otaknya atau kemalasannya, tapi karena ia sudah dibodohi. Luhan, bagian dari masalalunya, yang pernah menorehkan luka dalam hatinya. Baekhyun, teman barunya, yang selalu berhasil membuat Chanyeol kebingungan dengan perasaannya sendiri. Dan ternyata kedua orang yang sudah menjadi bagian dari hidupnya itu ternyata adalah kakak beradik.

“ Kenapa aku harus mengatakannya padamu ? Sekarang kau sudah tahu semuanya kan ?” Ucap Luhan pada akhirnya.

“ Kau tahu, Yifan memang benar. Setidaknya kau harus belajar menghargai perasaan seseorang—jika tidak bisa, maka setidaknya hargailah perasaan orang yang menyayangimu ,” Ucap Chanyeol sebelum akhirnya berbalik dan pergi.

Kyungsoo masih berdiam di sisi gedung sekolah. Matanya membulat sempurna dengan kedua tangan yang menutupi bibir ranumnya. Chanyeol melintas tepat di hadapannya—namun sepertinya lelaki pemilik senyuman yang ceria itu tidak menyadari kehadirannya. Kyungsoo menolehkan pandangannya pada Luhan yang masih membeku di tempatnya, sebelum akhirnya berlari menghampirinya.

“ Luhan, kau tidak apa-apa ?” Kyungsoo menggoyangkan tubuh Luhan yang nampak tak lagi bernyawa itu.

“ Aku pantas menerima semua ini Kyungsoo, aku tidak apa-apa ,” Ucap Luhan dengan senyum kecil menghiasi wajahnya yang pias. Kyungsoo buru-buru menariknya ke dalam dekapan.

“ Tidak Luhan, jangan bicara seperti itu. Jika aku jadi kau, pasti aku juga akan melakukan hal yang sama, bahkan mungkin aku sudah bunuh diri atau semacamnya. Tapi kau kuat, sampai sekarang kau masih bisa bertahan. Kau yang terbaik Luhan ,” Ucap Kyungsoo sembari mengusap punggung Luhan lembut.

Luhan hanya bisa menangis dalam diam. Walaupun sebenarnya Kyungsoo sudah tahu bahwa sahabatnya itu sedang menangis, tapi ia tetap tidak ingin memperlihatkan sisi lemahnya di depan orang lain sekalipun itu sahabatnya sendiri.

.

“ Lepaskan aku ! Aku mau Luhan hyung !” Seru Baekhyun sembari meronta-ronta ingin dilepaskan.

Yifan menghempaskan tangan Baekhyun dengan kasar. “ Kau sebut dia hyung ?! Ingat apa yang ia selalu lakukan padamu ?!! Ingat apa yang baru saja ia lakukan padamu ?!! Dan kau masih memanggilnya hyung ?! Ia bahkan tidak menganggapmu adik !!!”

Baekhyun terdiam dengan air mata yang terus mengalir—masih menangis tanpa membiarkan isakan keluar dari bibir tipisnya. Murid-murid yang masih berlalu lalang di koridor sekolah berbondong-bondong menatap drama kecil di sana.

Yifan menatap Baekhyun tajam, tapi setelah melihat air mata yang terus menerus mengalir, air mukanya berubah. Ia merogoh sapu tangan berwarna biru langitnya dan menghapus jejak air mata di pipi Baekhyun. “ Aku minta maaf, aku tidak bermaksud berteriak kepadamu—“

“ Kau berteriak pada Luhan hyung—“

“ Tapi dia baru saja—“

“ Walau bagaimanapun juga ia tetap kakakku ! Aku menyayanginya dan tidak ada yang perlu diragukan lagi !” Potong Baekhyun cepat, kali ini Yifan yang terdiam.

-Cinderella Man Step Brother-

“ Baekhyun, bisakah kau tinggal disini untuk membantuku merekap absen kelas ?” Ucap wali kelas Baekhyun—Oh sonsaengnim—pada Baekhyun setelah kelas benar-benar kosong.

Baekhyun mendongakkan kepalanya setelah selesai memasukkan buku catatannya ke dalam tas. “ Ne sonsaengnim ,”

“ Jika sudah selesai, taruh saja di mejaku di ruang guru. Jangan tunggu aku, langsung saja pulang karena aku akan menghadiri rapat guru. Mengerti ?” Ucap Oh sonsaengnim sembari meraih mapnya di meja guru.

Baekhyun mengangguk singkat dan berucap, “ Ne, sonsaengnim.” Sebelum akhirnya Oh sonsaengnim benar-benar puas dengan jawaban Baekhyun, dan memberikan map yang berada di dalam tasnya pada namja manis itu dan keluar dari kelasnya.

Baekhyun mengeluarkan alat tulisnya dan mulai mengerjakan apa yang wali kelasnya perintahkan.

.

Baekhyun meletakkan hasil rekap absen kelasnya di atas meja Oh sonsaengnim—wali kelasnya. Ia bergegas keluar dari ruang guru, setelah menyadari tidak ada seorangpun berada disana.

Baru saja Baekhyun melangkahkan kakinya keluar, manik hitam kecoklatan miliknya menangkap seorang namja tampan yang sangat familiar—tengah menyenderkan tubuhnya di tembok dengan santai. Lelaki bermarga Park itu segera menghampiri Baekhyun yang masih terpaku di tempatnya.

Baekhyun berusaha sebisa mungkin untuk mengacuhkan lelaki yang berjalan ke arahnya. Tapi kakinya tidak mampu digerakkan sama sekali, seperti terhipnotis.

“ Byun Baekhyun ,” Panggil Chanyeol dengan suara berat khas-nya. Baekhyun dengan susah payah menelan ludahnya. Ia ingin bergerak mundur, dan berlari, namun kakinya tidak bergerak kemanapun.

“ Kenapa kau tidak pernah bilang padaku ?” Chanyeol berucap pelan, nyaris berbisik. Baekhyun mengalihkan wajahnya, ia tahu betul apa yang Chanyeol maksud, tapi ia memilih untuk berpura-pura tidak mengerti.

Kaki kecil Baekhyun bergerak mundur perlahan, beriringan dengan kaki jenjang Chanyeol yang melangkah maju. Keheningan memenuhi koridor sekolah yang sudah sepi, membuat Baekhyun semakin gugup.

“ Berhenti bergerak Baekhyun ,” Desis Chanyeol, tapi tak menghentikan langkah Baekhyun.

“ Kukatakan berhenti !” Seru Chanyeol yang akhirnya sukses membuat Baekhyun terdiam di tempatnya.

“ Aku tidak mengerti apa yang kau pikirkan. Kau dan kakakmu—maksudku kakak tirimu. Kalian selalu mengganggu pikiranku—“ Chanyeol tersenyum miris. “—kau dan Luhan selalu mengacaukan perasaanku, membuatku harus merasakan rasa sakit yang sama ,”

“ Chan—Chanyeol, a—aku tidak—aku tidak mengerti ,” Baekhyun tidak bodoh, pendengarannya pun masih bisa berfungsi dengan baik. Ia mampu menangkap apa yang baru saja dikatakan oleh Chanyeol, tapi belum bisa mencernanya.

“ Berhenti menyiksaku seperti ini Byun Baekhyun ,”

Baekhyun tidak bisa melihat kemanapun selain Chanyeol, menatap matanya yang bulat—yang saat ini sedang menyiratkan kegundahan. “ Chanyeol, a—aku harus pergi ,” Ucap Baekhyun dengan tergesa. Ia berusaha mencari celah agar Chanyeol tidak menghalanginya lagi.

“ Kau tidak akan pergi kemana-mana !” Sergah Chanyeol sembari menarik pergelangan tangan Baekhyun.

“ Lepaskan aku—“

Chanyeol mendorong Baekhyun hingga punggung kecilnya membentur tembok. Ia mengunci tangan kiri Baekhyun dan membiarkan tangan kanan Baekhyun yang bebas meronta ingin dilepas.

“ Park Chanyeol !” Seru Baekhyun. Matanya menangkap mata Chanyeol yang telah penuh dengan emosi.

“ Mantra apa yang kau berikan padaku ?” Ucapan Chanyeol sukses membuat Baekhyun kembali membeku di tempatnya. Berhenti melawan.

Baekhyun tidak angkat bicara, karena ia tidak tahu apa yang harus dikatakan. Terlebih saat ia mendapati setetes cairan bening mulai member jejak di pipi mulus Chanyeol. “ Kenapa kau membuatku seperti ini ? Apa kau senang mempermainkan perasaanku ?”

“ Kau datang dan memasuki kehidupanku, tersenyum dengan mata yang berbinar. Merampas hatiku dengan paksa, bahkan kau tidak pernah berpikir untuk mengembalikannya. Kau dan Luhan memang sama saja ,” Ucap Chanyeol sebelum akhirnya melepaskan tangan kiri Baekhyun.

“ Mungkin aku sudah terlalu terlambat untuk menyadari bahwa aku sudah jatuh cinta padamu—“ Ucap Chanyeol pelan, nyaris berbisik. Baekhyun membulatkan mata sipitnya.

“ Ah, apa yang baru saja kukatakan ? Aku memang bodoh. Percuma aku mengatakan semuanya padamu, kau tidak akan pernah peduli padaku ,” Ucap lelaki jangkung itu sebelum akhirnya menghilang dari hadapannya, sebelum Baekhyun sempat berkata-kata.

-Cinderella Man Step Brother-

Mungkin memang sudah saatnya aku menyerah. Chanyeol benar, aku tidak perlu mengejarnya lagi. Sudah jelas ia tidak pernah menyukaiku, kenapa aku masih berharap ? Aku akan mundur teratur, walaupun pada kenyataannya ada tidaknya kehadiranku, tak mengubah apapun dalam kehidupannya.

Meskipun begitu, aku harap suatu saat nanti kau bisa menyadari kehadiranku, Yifan.

Kaki jenjang Luhan membawanya masuk ke dalam toko bunga yang beberapa hari terakhir ini sering ia kunjungi. Seperti biasanya, ia selalu membeli bunga aster dan lily untuk ditaruh di makam mendiang ayahnya.

Meskipun ia memiliki kebun kecil yang dipenuhi dengan bunga aster, tapi ia lebih suka untuk membeli bunga aster di toko bunga, daripada harus memotong aster-asternya untuk di simpan di vas kamarnya. Kebun bunga kecilnya hanya ia amati dari jendela kamarnya.

“ Selamat sore ,” Sapa Luhan sembari tersenyum pada wanita paruh baya yang tengah merangkai bunga di sudut toko itu.

Wanita itu mendongakkan kepalanya dan tersenyum sumringah. “ Kau datang ,”

Luhan hanya mengangguk singkat. “ Aku mau bunga—“

“ Aster dan lily ,” Ucap wanita itu. Tak sedikitpun menghilangkan senyum di wajahnya. “ Sudah kusiapkan khusus untuk namja manis sepertimu disana ,” Lanjutnya seraya memacu kursi rodanya menuju ke sudut ruangan, tempat dimana sebuah meja kecil dengan ranjang penuh aster, dan sebuket bunga lily.

Luhan membiarkan senyuman manis menghiasi wajahnya. “ Terimakasih. Ini indah sekali ,” Ucapnya seraya mengamit setangkai aster putih dan menghisap aroma khas-nya.

“ Ibu, aku tidak menemukan semprotannya dimanapun—“ Seru suara anak lelaki yang baru saja memasuki toko.

Luhan menolehkan pandangannya pada lelaki manis—dengan wajah yang nyaris tak berekspresi itu—begitupula dengan lelaki itu. Mereka saling memandang dalam diam.

“ Ada di atas lemari. Cari lagi dengan teliti ,” Wanita itu menghela nafas panjang, seolah mengisyaratkan ia sudah bosan memberitahu anak lelaki yang diketahui adalah anak semata wayangnya itu.

“ Ah iya, ini laki-laki yang ibu ceritakan kemarin. Ia tampan kan ?” Ucap wanita itu sembari menepuk lengan Luhan pelan.

Anak laki-laki dengan kisaran umur lima belas tahun itu, menyunggingkan senyum pada Luhan. Luhan pun hanya bisa membalasnya.

“ Ibuku selalu membicarakanmu setiap hari, dan berharap kau datang lagi. Aku sampai bosan mendengarnya ,” Dengus namja itu kelewat dingin. Luhan tertawa kecil, sedangkan wanita itu hanya mendengus kesal sembari mencubit lengan namja itu.

“ Ouch ! Appo !” Dengus lelaki itu sembari mengusap-usap lengannya.

“ Jangan dengarkan dia. Bicaranya memang agak kasar, sebenarnya ia anak yang baik kok ,” Ucap wanita itu. Luhan hanya mengangguk pelan.

Lelaki itu memutar bola matanya malas. “ Ya sudah, aku harus ke kebun. Masih banyak yang aku kerjakan. Ingat ya bu, jangan terlalu memaksakan. Jika sudah merasa lelah, istirahatlah—“

“ Baiklah dokter Oh ,” Ucap wanita itu sembari tertawa ringan.

Lelaki itu tersenyum kecil, sebelum akhirnya menatap Luhan dan berkata. “ Aku permisi ,”

Lagi-lagi Luhan hanya mengangguk dan mengamati lelaki itu dari belakang, sampai ia menghilang dari balik pintu.

“ Sehun ,” Bisik Luhan. Ya, lelaki itu memang mengingatkannya pada adiknya yang sudah menghilang genap sepuluh tahun lamanya. Mungkin Sehun sudah sebesar lelaki itu sekarang.

“ Kau mengatakan sesuatu ?” Tanya wanita itu, yang ternyata samar-samar mendengar ucapan Luhan.

Luhan buru-buru menggelengkan kepalanya. “ Tidak ,” Ia bukan Sehun. Mungkin memang wajah dan rambut itu, mirip dengan Sehun, caranya berjalan juga. Tapi tidak mungkin, ia bukan Sehun.

“ Berapa harganya ?” Luhan berusaha mengalihkan perhatian wanita itu. Ia mengeluarkan beberapa lembar won dari dompet kulit mahalnya.

Wanita itu menggeleng dan tersenyum. “ Itu gratis untukmu ,”

Luhan mengernyit. “ Kenapa ?”

“ Kau memberiku uang yang sangat banyak kemarin. Aku sangat berterimakasih, tapi aku tidak bisa memberikan apaapun kepadamu. Jadi, terimalah—“

“ Tapi aku akan merasa tidak enak jika aku tidak membayarnya ,”

“ Tidak apa-apa kok. Malah aku yang merasa tidak enak karena tidak bisa memberikan sesuatu yang berharga padamu ,”

“ Baiklah kalau kau memaksa ,” Luhan memasukkan kembali lembaran-lembaran uang itu ke dalam saku celananya.

“ Terimakasih bibi. Aku akan datang lagi ,” Ucap Luhan sembari tersenyum.

“ Baiklah, tuan aster dan lily ,” Wanita itu terkekeh pelan. “ Sampai jumpa ,”

Luhan membungkukkan badannya, sebelum akhirnya keluar dari toko bunga itu.

“ Astaga, aku lupa menanyakan siapa namanya ,” Ucap wanita itu sembari menepuk dahinya pelan. “ Ah sudahlah, anak itu bilang dia akan datang lagi kemari ,”

-Cinderella Man Step Brother-

Chanyeol menghempaskan tubuhnya di ranjang king size-nya, tak berniat sedikitpun untuk sekedar mandi atau mengganti pakaiannya. Ia menutupi kedua matanya dengan lengan kanannya. Kepalanya terasa berat dan semuanya berputar, semua kejadian hari ini, berputar dalam ingatannya.

Sebelum akhirnya pendengarannya menangkap suara berisik dari lantai bawah, ruang keluarga tepatnya.

TOK TOK TOK

“ Masuk ,” Ucap Chanyeol malas. Ia sudah tahu siapa yang datang, karena ayah, ibu dan kakaknya tidak mungkin mau repot-repot mengetuk pintu kamarnya.

“ Permisi, tuan muda. Saya hanya ingin mengganti handuk anda ,” Ucap pelayan wanita itu setelah membuka pintu kamar Chanyeol.

“ Hn ,” Jawab Chanyeol asal-asalan.

Pelayan wanita itu buru-buru masuk ke kamar mandi pribadi Chanyeol dan mengganti handuknya dengan yang baru. “ Saya permisi tu—“

“ Tunggu sebentar ,” Sergah Chanyeol yang sudah membuka matanya lebar-lebar. “ Ayah dan ibu, ada disini ?”

Dengan ragu pelayan itu menganggukkan kepalanya pelan.

“ Pantas saja ribut. Seharusnya aku sadar dari awal keributan ini pasti ulah mereka. Biar aku lihat—“

“ Jangan !” Seruan pelayan itu menginterupsi langkah kaki Chanyeol yang sudah hampir berada di ambang pintu.

Chanyeol mengernyit. “ Kenapa memangnya ?”

“ Ti—tidak tu—an muda ,” Ucap pelayan itu bingung seraya menundukkan wajahnya. “ Tuan muda istirahatlah, pasti tuan muda lelah sepulang sekolah tadi ,”

“ Memangnya apa salahnya keluar kamar untuk sekedar melihat wajah ayah dan ibu yang sudah la—“

“ LIHAT ANAKMU ! KAU PIKIR GARA-GARA SIAPA ANAK ITU JADI SERING BERULAH BEGITU HUH ?!”

“ SEHARUSNYA AKU YANG BICARA SEPERTI ITU ! LIHAT ANAK KURANG AJAR ITU ! BERBEDA SEKALI DENGAN YURA !”

“ KAU SELAMA INI KEMANA SAJA HUH ?! BISANYA HANYA MENYALAHKANKU SAJA ! ORANG TUA CHANYEOL BUKAN HANYA AKU, TAPI KAU JUGA !”

“ AKU TIDAK MAU PUNYA ANAK PEMBUAT ONAR SEPERTINYA !”

“ INI SEMUA KARENA KAU ! AKU SUDAH LELAH MENAHAN MALU KARENA HARUS MENEMUI WALI KELASNYA SETIAP BULAN KARENA IA MEMBOLOS DAN NILAI-NILAINYA YANG BURUK ! SEDANGKAN KAU SIBUK MENGURUSI WANITA-WANITA SIMPANANMU ITU !”

“ JANGAN ASAL TUDUH KAU PARK HYERI ! INI TIDAK ADA HUBUNGANNYA DENGAN CHANYEOL !”

“ AKU TIDAK PERNAH ASAL MENUDUHMU PARK BEOMSOO ! AKU SENDIRI YANG MELIHATMU BERSAMA DENGAN WANITA ITU ! KAU PIKIR AKU BODOH ?! KAU PIKIR AKU AKAN DIAM SAJA ?!!”

“ HENTIKAN OMONG KOSONGMU ITU ! AKU SUDAH LELAH DENGAN SEMUA TUDUHANMU ITU ! AKU AKAN SEGERA MENGURUS PERCERAIAN KITA !”

“ LAKUKANLAH ! AKU TIDAK TAKUT !”

“ Sudahlah. Ayah, ibu. Hentikan pertengkaran kalian ! Bisakah kalian bersikap dewasa ?! Kalian bukan lagi anak kecil ! Kalian sudah punya anak. Aku dan Chan—“ Yura menghentikan pembicaraannya ketika melihat Chanyeol sudah berdiri di anak tangga paling bawah, terpaku disana sambil terus menjadi pendengar yang baik.

“ Chanyeol ?” Panggil Yura, namun adiknya masih tidak bergeming.

“ Jadi, kalian akan bercerai ?” Tanya Chanyeol. Ia belum pernah merasakan hatinya sesakit ini sebelumnya. Ia tidak akan terlalu memperkarakan masalah ayah dan ibunya yang lebih membanggakan kakaknya, dibandingkan dengan dirinya, atau mengatakan bahwa Chanyeol anak pembuat onar atau sejenisnya, karena ia sudah terbiasa dengan semua itu. Tapi perceraian orang tuanya ? Ia tidak pernah membayangkan keluarganya akan terpecah belah dan ia diharuskan untuk memilih untuk tinggal bersama dengan ibu atau ayahnya.

“ INI SEMUA KARENA KAU ! DASAR ANAK TIDAK BERGUNA !” Sungut ayahnya.

“ Ayah ! Hentikan !” Seru Yura.

“ Ayah boleh menyalahkanku, mengatakan aku pembuat onar atau anak tidak berguna. Ibu juga boleh membanding-bandingkan aku dengan kakak. Aku tidak akan mempermasalahkannya, aku sudah biasa begitu. Aku juga sadar kalau apa yang ayah dan ibu katakan tentangku memang benar. Aku tidak secerdas dan sebaik kakak, yang selalu menurut pada kalian. Aku hanya anak bodoh yang tidak tahu diuntung. Bahkan untuk memikirkan hal seperti ini pun, sampai harus membuat kalian berpisah ,” Lirih Chanyeol. Untuk pertama kalinya dalam seumur hidup ia tinggal di rumah ini—bersama dengan orang-orang yang ia sebut keluarga—ia mengutarakan semua hal yang ia ingin katakan sebelumnya.

“ Aku minta maaf. Aku mengerti sekarang. Aku bahkan tidak pantas untuk diperhatikan atau berada di dalam keluarga ini. Ayah dan ibu boleh bercerai, lakukan apapun yang kalian inginkan. Terimakasih karena telah memberikanku kesempatan untuk menjadi bagian dari keluarga ini, terutama Yura noona, yang selalu menasehatiku. Aku pergi ,” Ucap Chanyeol. Ia menyunggingkan senyum nanar di wajahnya yang tampan.

“ Chanyeol !” Seru Yura. Ia sudah siap melangkahkan kakinya pergi sebelum suara ayahnya menginterupsinya. “ Biarkan saja anak tidak tahu diuntung itu pergi. Apa yang dikatakannya memang benar ,”

“ Ayah ,” Yura membalikkan tubuhnya untuk menghadap ke arah ayahnya. “ Setidaknya kau harus menghargai perasaan anakmu sekalipun ia adalah pembuat onar,” Ucapnya sebelum akhirnya berlari memasuki kamarnya.

-Cinderella Man Step Brother-

“ Selamat sore, ayah—“ Ucap Luhan setelah meletakkan sebuket bunga lily itu di atas batu nisan ayahnya. “ Tadi bibi penjaga toko bunga itu memberikan bunga ini dan sekeranjang aster untukku. Ia benar-benar baik ,”

“ Ia memiliki seorang anak laki-laki, aku tidak tahu apakah ia memiliki anak lain, tapi anak itu benar-benar mirip dengan Sehun. Ia mengingatkanku padanya, caranya berjalan, raut wajah bahkan rambutnya yang kecokelatan pun sama percis dengannya. Tapi aku tahu ia pasti bukan Sehun, aku juga tidak akan berharap kalau itu Sehun. Aku cukup meyakini bahwa Sehun ada di suatu tempat di dunia ini, dan ia dalam keadaan baik-baik saja sekarang. Aku sangat merindukannya dan juga ayah ,” Luhan merasakan bibirnya bergetar saat mengucapkan kalimat terakhirnya.

“ Hari ini sangat melelahkan, menurutku. Yifan membentakku lagi, tapi kali ini berbeda, ini karena Baekhyun. Aku tidak tahu kenapa, tapi yang selalu kurasakan adalah apa yang kusayangi, apa yang seharusnya menjadi milikku, selalu direbutnya. Terkadang aku merasa sangat iri padanya, ia selalu mendapat perhatian dari semua orang dengan mudah. Sedangkan aku ? Tidak ada ingin memperhatikanku. Setelah semua yang terjadi hari ini, aku sadar, aku memang pantas mendapatkan semuanya setelah apa yang kuperbuat pada Baekhyun, aku tahu ayah juga pasti marah kepadaku. Tapi ini tidak akan mengubah apapun, sekalipun aku harus membawa rasa benci ini hingga aku mati. Ayah, maafkan aku—“ Ucapnya sembari menghapus setitik gerimis yang turun dari matanya yang indah.

“ Aku juga sadar, aku tidak boleh terlalu berharap pada Yifan. Seharusnya sejak ia pertama kali menolongku, aku sadar, ia tidak memiliki perasaan apapun kepadaku. Jika dari awal aku tidak pernah berharap apapun padanya, maka rasa sakitnya tidak akan seperti ini—“ Luhan meremas dadanya yang dirasanya sesak. “—aku akan mundur perlahan. Aku harap dengan begitu, ia bisa bahagia ,”

Luhan mengusap batu nisan yang berukirkan nama ‘Byun Taesung’ itu dengan sayang, sebelum akhirnya berdiri. “ Ayah, aku pulang dulu. Aku akan datang lagi nanti. Sampai jumpa ,” Dan dengan kalimat itu, Luhan pun membawa langkahnya pergi dari area pemakaman itu.

Tanpa disadari, dari balik pohon peneduh, seseorang tengah berdiri sembari membawakan bunga lily putih. Ia menatap Luhan dengan nanar. “ Hyung—“

Namja manis itupun segera menghampiri makam yang sebelumnya Luhan kunjungi.

.

“ Tiketnya sudah dipesankan ? Baiklah kalau begitu. Atur saja keberangkatannya ,” Ucap Jiangyi dengan seseorang di seberang sana.

“ Iya, aku mengerti. Baiklah kalau begitu, sampai jumpa ,”

PIP

Jiangyi memasukkan ponselnya ke dalam saku celana pantaloon hitamnya. Ia melepaskan kacamata yang bertengger manis di hidungnya, dan memijat keningnya yang dirasanya pening. Ia baru saja menyelesaikan tugas-tugas kantornya, di ruang kerja pribadinya di rumah.

Ia buru-buru berdiri, dan segera keluar dari ruangannya. Ia memacu langkahnya menuju ke kamar anak kesayangannya, Luhan.

“ Sayang ? Apa kau ada di dalam ?” Ucapnya setelah mengetuk pintu.

“ Masuklah ibu ,” Ucap Luhan dari dalam kamarnya. Tanpa menunggu apapun lagi, Jiangyi langsung membuka pintu kamar anaknya itu.

Ia melihat anaknya memunggunginya sembari menaruh beberapa bunga aster putih ke dalam vas bunganya, untuk mengganti aster yang sudah kering.

“ Ada sesuatu yang ingin ibu katakan padamu ,”

“ Katakan saja bu ,”

Jiangyi menghela nafas panjang sebelum akhirnya bertutur, “ Ibu akan pergi dinas ke Jepang mungkin enam bulan. Tapi kalau kau tidak mengizinkan ibu pergi, maka ibu tidak—“

“ Pergilah ,” Luhan berkata tanpa menolehkan sedikitpun pandangannya pada anggota keluarga satu-satunya—yang ia anggap tentunya. “ Itu kan urusan kantor juga. Ibu harus belajar professional. Tidak perlu memikirkanku, aku tidak apa-apa ,”

“ Baiklah kalau begitu—“ Jiangyi tersenyum lega. “—minggu depan ibu akan pergi. Ibu minta maaf karena tidak bisa menemanimu selama ujian kelulusan nanti, tapi ibu pasti akan selalu menghubungimu ,”

Tak ada jawaban apapun dari Luhan.

“ Baiklah kalau begitu, ibu keluar ya. Maaf mengganggumu ,” Ucap Jiangyi yang sudah bersiap di ambang pintu.

Luhan mengangguk pelan mengiyakan.

KLIK

Jiangyi menutup pintu kamar Luhan, tanpa mengetahui bahwa anaknya tengah menangis dalam diam.

Wanita paruh baya itu menghela nafas pelan mendengar jawaban anaknya tadi. Ia tahu sebenarnya Luhan sangat membutuhkannya, tapi ia juga tidak bisa meninggalkan pekerjaannya begitu saja kan ?

“ Luhan, ibu janji, ibu akan kembali secepat yang ibu bisa ,” Ucapnya seraya melangkahkan kakinya kembali ke ruang kerja pribadinya.

-TO BE CONTINUED-

A/N: Yaaaaah finnally :) aku bisa update lagi he..he.. hari ini temanku meninggal karena kecelakaan mini bus di tol cipularang. dan entah kenapa yah hatiku 3 udah sulit banget berkata-kata. dia suka EXO, dan dia ngedance cover-in jadi Do Kyungsoo. saat ini sih cuman bisa berdoa aja semoga dia diberikan tempat terindah di sisi-Nya. minta doanya juga yah, semoga dia bisa tidur nyenyak disana.. saya persembahkan fic ini buat dia(?) ya walaupun dia cowok dan gasuka , tapi yah seengganya persembahan terakhir.. maaf jadi curcol hehe..

terimakasih komentar komentarnya. aku seneng bacanya dan semoga bisa ngebikin fic ini semakin berkembang lagi ^^ mind to leave your subscribe and comment?

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
ReLif_53 #1
Chapter 12: Ini udah 2018 dan authornya belom update.. Aku penasaran tau thor..
Everybodyluvbaekhyun #2
Chapter 12: Miin. Mana janjinya min. Katanya gamau bikin kita nunggu lama :')
blackladybird0990 #3
Chapter 12: lanjutin.. lanjutinn.. huaaa...
cheonsa_19 #4
Chapter 12: baekhyun tabah banget jadi orang.. T_T
sempet agak kesel ama sikap lulu ke baek. .✌
tpi aku suka ffnya ada percintaan keluarga persahabatan uu keren pokoknya..
ReLif_53 #5
Chapter 12: AAAAAAAA...
Akhirnyaaaaa lahir juga chap 12 ini.. Hehehe.. #tumpengan
kereeennn...
Luhan udah mulai depresi nie,, ayo authornim buat dia lebih menderita lagi..
Nextnya ditunggu.. Jangan lama2 Oke..
Semangattttt........!!!!!!!!!
keyhobbs
#6
Chapter 12: Aigoo...chen sejahat itu?ya ampun, aku gk bisa byangin, btw,suka bnget sama scene yg pas luhan d gendong ama chanyeol hihi, terus terus yifan yg udh mulai peduli lg sama luhan^^
akaeru #7
Chapter 12: baru nemu... langsung baca maraton... huaaa ceritanya seru.. tulisannya juga rapi.. Daebak lah pokoknya.. lanjut ya ... Fighting (๑و•̀ω•́)و
fulgensius #8
Chapter 12: Wahh keren :'v akhirny ad ff krishan lgi :'v trnyta krishan ship blo punah :'v keep writing thor ! I will wait ur next chap
siensien
#9
Chapter 12: akhirnya updet juga... chanlu momentnya cukup sweet hahahahaha...