Chapter 12

Cinderella Man Step Brother

Chapter 12

 

Hari-hari Luhan di sekolah terasa seperti di neraka. Siapa sangka ternyata murid-murid kurang kerjaan masih terus menjahilinya dengan cara apapun seolah mereka tak pernah kehabisan akal. Dari mulai loker Luhan yang dimasukkan sampah, sepatu olahraganya disiram oleh air pel, sampai permen karet yang sengaja dilemparkan tepat di kepalanya, sehingga ia harus memotong rambutnya pendek, walaupun itu tak mengubah kesan imut di wajah Luhan. Luhan terlihat lebih cerah dengan potongan rambutnya yang baru.

Anak-anak itu menjahili Luhan dengan cara-cara yang keterlaluan ketika Kyungsoo dan Minseok tidak berada disekitar Luhan. Bahkan secara sengaja mereka memisahkan Luhan dari sahabatnya, agar mereka dapat dengan leluasa membully Luhan. Beberapa orang ada yang sengaja mengikuti Luhan ke rumahnya, dan menerornya. Namun Luhan sama sekali tidak pernah berpikir untuk melaporkan mereka, karena masalahnya pasti akan melebar kemana-mana, dan ibunya akan mengetahui hal ini. Dan hari ini adalah minggu keenamnya ia hidup seperti ini.

Baekhyun terkadang menanyakan kondisi Luhan pada kedua temannya, karena pada saat di rumah, Luhan benar-benar terlihat kacau. Tubuhnya yang memang notabenenya ‘mungil’ untuk ukuran laki-laki pada umumnya, kini semakin kurus. Luhan memang anak yang penyendiri sejak dulu, namun kali ini benar-benar parah. Ia mengunci dirinya di kamarnya, dan sesekali keluar apabila perutnya benar-benar merasa kelaparan. Ia menghabiskan sebagian besar waktu di kamarnya hanya untuk belajar, dan sisanya melamun. Entah melamunkan apa.

Baekhyun sangat ingin menolong Luhan. Tetapi apa dayanya ? Apapun yang ia lakukan hanya bisa menambah beban yang dipikul oleh Luhan.

Luhan tidak pernah mengatakan apapun pada ibunya, atau paling tidak mengeluh, lebih tepatnya ia tidak bisa. Lagipula sebaiknya ia menikmati posisinya sekarang, karena sebentar lagi adalah ujian kelulusan dan ia akan lulus sesegera mungkin.

Sementara Jongdae ? Ah, lelaki jahat itu tentu saja menikmati masa-masa kejayaannya, berdiri dan tertawa penuh kemenangan di atas penderitaan Luhan. Malah ia selalu memancing-macing murid lainnya, dengan mengungkit-ungkit masalalu Luhan, dan menambah-nambah cerita yang sebenarnya tak pernah ada. Tentu saja Kyungsoo dan Minseok akan marah dan membalas setiap kata-kata Jongdae tak kalah sengitnya, namun Luhan selalu menghalangi mereka berdua, dan memilih untuk diam. Lagipula orang-orang hanya akan mendengar apa yang mereka ingin dengar, bukan ?

“ Luhan kau dipanggil oleh Im sonsaengnim ,” Ucap seorang teman kelasnya, menyela perbincangan antara Luhan, Kyungsoo dan Minseok.

“ Hn ,” Sahut Luhan pelan. Ia beringsut dari kursinya. Diikuti oleh Kyungsoo dan Minseok.

Luhan menautkan kedua alisnya. “ Kalian mau pergi kemana ?”

“ Ke ruang guru. Memangnya mau kemana lagi ?” Sahut Minseok.

“ Untuk apa ? Kalian juga dipanggil ?”

“ Untuk menemanimu Luhan. Kami sudah tahu apa yang terjadi jika kau pergi sendirian ,”

“ Tidak perlu berlebihan. Lagipula aku dipanggil guru, bukan oleh preman ,” Canda Luhan. Namun tak satupun diantara Minseok dan Kyungsoo tertawa. Mereka berdua malah menatap Luhan dengan intens.

“ Baiklah kalau begitu maumu ,” Dengus Kyungsoo pelan. “ Kau harus menelepon kami jika ada sesuatu yang terjadi ,”

Luhan memutar bola matanya kesal. “ Untuk apa ? Memangnya aku anak kecil apa ? Aku bisa mejaga diri sendiri Kyungsoo umma ,”

Kyungsoo membulatkan mata burung hantunya, “ Ya ! Siapa yang bilang kau boleh memanggilku seperti itu ?”

“ Sudah ya aku pergi  ,” Potong Luhan cepat, dan ia pun bergegas menuju ke ruang guru.

Sesampainya di ruang guru, yang Luhan dapatkan hanyalah ruangan kosong. Tak ada satupun guru di sana termasuk Im sonsaengnim. Luhan hanya menghela nafas panjang. Sebenarnya sejak awal ia tahu ia dikerjai lagi. Tapi ia tidak mau ambil pusing. Yang perlu ia lakukan adalah membuat anak-anak yang selalu membully-nya termasuk Jongdae, merasa senang karena berhasil mengerjainya. Lagipula lama kelamaan pasti mereka akan merasa bosan dengan sendirinya.

Saat dijalan menuju ke kelasnya, tubuh Luhan ditarik secara paksa masuk ke kamar mandi. Ia bahkan tidak sempat melihat wajah orang yang menariknya karena dirinya langsung dikunci di dalam toilet.

“ Hey buka pintunya !” Seru Luhan walaupun ia sendiri tahu ia hanya membuang-buang waktunya. Yang ia dengar hanyalah suara tawa beberapa anak laki-laki, dan salah satunya adalah suara Jongdae. Ia mendudukkan dirinya di atas toilet, menyerah. Yang ia harapkan saat ini hanyalah ada orang baik yang menyadari kehadirannya di sini dan membuka pintu toiletnya. Namun angan-angannya seakan-akan menguap ke awang-awang tatkala semprotan air dari atas pintu membasahi tubuhnya.

Luhan menggigit bibirnya kuat-kuat, menahan air mata yang nyaris tumpah. Namun semua itu sia-sia karena air mata itu tetap menerobos kelopak matanya. Memangnya apa salahnya pada Jongdae dan teman-temannya sampai-sampai ia harus diperlakukan seperti sampah ? Percuma saja ia memikirkan semua ini karena ia tak akan pernah mencapai titik terang.

“ Hey apa yang kalian lakukan !” Seru seorang pria yang tiba-tiba masuk mengganggu kesenangan mereka. Anak-anak itu pun dengan terburu-buru keluar dari toilet pria. Dan sosok lelaki yang diketahui adalah Wu Yifan itu segera mematikan air dari wastafel, dan menarik selang air dari toilet itu. Ia membeku ketika mendapati sosok Luhan yang terlihat begitu mengenaskan, dengan badan yang sudah basah kuyup, setelah ia membuka kunci pintunya.

“ Han—kau—“

“ Tidak apa-apa ,” Ucap Luhan buru-buru. “ Terimakasih ,” Ucapnya sebelum akhirnya berjalan keluar.

“ Tunggu—aku akan mengantarmu—“

“ Tidak ,” Luhan menghentikan langkah kakinya. “ Jangan katakan apapun pada Kyungsoo dan Minseok tentang ini. Anggap saja tidak ada apapun yang terjadi ,” Dan akhirnya ia benar-benar menghilang dari pandangan Yifan, meninggalkan Yifan yang masih termangu di tempatnya.

.

“ Dia lama sekali ,” Gerutu Minseok setelah berulang kali ia melihat arlojinya. “ Sepertinya kita harus mengeceknya ,”

“ Mungkin ada sesuatu yang penting yang harus ia urus Minseok. Dia tidak selemah itu kau tahu ?” Ucap Kyungsoo berusaha menenangkan.

Tiba-tiba saja Jongdae dan kawanannya masuk ke dalam kelas dengan tergesa-gesa. Duduk di bangku masing-masing sembari mencoba mengatur nafas mereka agar kembali normal. “ Apa dia melihat wajah kita ?” Tanya salah satu diantara kawanan tersebut.

“ Tidak mungkin. Kita segera kabur sesaat setelah ia muncul ,” Sahut Jongdae. “ Kuharap anak itu kapok karena telah berani-beraninya meremehkanku ,”

Minseok menyipitkan matanya, “ Ada yang aneh ,” Ucapnya, diikuti dengan anggukkan kepala Kyungsoo.

Kyungsoo dengan segera mengeluarkan ponselnya dan mendial nomor ponsel Luhan.

“ Luhannie ?!” Seru Kyungsoo setelah beberapa saat mendengar suara Luhan dari seberang sana.

“ Ia mengangkat teleponnya ?” Tanya Minseok diikuti anggukkan Kyungsoo.

“ Kau ada dimana sekarang ?” Tanya Kyungsoo.

“ Aku sedang mengerjakan tugas yang diberikan oleh Im sonsaengnim ,”

“ Tugas apa ? Sebentar lagi Kim sonsaengnim akan segera masuk, kau harus bergegas ,”

“ Ini tugas rahasia. Katakan pada Kim sonsaengnim aku sangat meminta maaf karena aku tidak bisa mengikuti kelasnya ,”

“ Tugas apa ?”

Terdengar suara kekehan pelan dari bibir Luhan. “ Kau selalu ingin tahu urusan orang lain. Sudah ya. Sampai jumpa ,”

PIP

Sambungan pun terputus secara sepihak.

“ Apa katanya ?” Minseok langsung menghamburi Kyungsoo dengan pertanyaan sesaat setelah panggilan terputus.

“ Ia bilang sedang mengerjakan tugas dari Im sonsaengnim ,”

“ Tugas apa ?”

“ Tidak tahu. Ia malah tertawa lalu menutup teleponnya. Dasar aneh ,” Dengus Kyungsoo. “ Tidak tahu apa temannya itu hanya khawatir pada dirinya ? Bagaimana kalau ada orang jahat yang lagi-lagi mengganggunya ?”

“ Hm. Habis, mau bagaimana lagi ?”

.

Luhan tersenyum kecil saat melihat layar ponselnya, sambungan telah terputus. “ Maafkan aku, aku terpaksa berbohong padamu ,” Gumamnya seolah Kyungsoo sedang berada didekatnya dan mendengarkannya.

Langkahnya gemetaran karena menggigil kedinginan. Ia telah melewati gerbang sekolahnya yang sangat sepi karena murid-murid sedang sibuk belajar. Beberapa pasang mata orang yang berlalu lalang di sekitarnya memandangnya aneh. Dengan tubuh basah kuyup, tidak ada hujan maupun air bah, apa yang terjadi pada anak malang  itu ? Luhan sama sekali tak mengindahkan tatapan-tatapan yang dihujamkan ke arahnya.

Dengan kaki yang gemetaran, ia terus memaksakan dirinya agar tetap berdiri. Menunggu bus yang menuju ke rumahnya. Gigi-giginya saling beradu menimbulkan suara gemerutuk, dengan bibir yang hampir berwarna ungu. Wajah kurusnya semakin memucat. Yang ia lupakan adalah bahwa ia memiliki alergi terhadap dingin. Sebelum Luhan sempat mengingat alergi yang dideritanya, tubuhnya langsung terjembab di atas tanah, seluruh pandangannya memudar, dan akhirnya ia pun kehilangan kesadarannya.

“ Luhan !” Seru Yifan yang ternyata sejak tadi mengekori Luhan diam-diam. Ia dengan tergesa berlari menuju ke arah Luhan yang baru saja terhuyung dan terjatuh di lorong. Beruntung bel masuk telah berbunyi sehingga tidak ada murid yang berkeliaran.

Yifan mengguncang tubuh Luhan pelan. “ Hey, bangun ! Astaga, kau berlagak sok kuat tetapi lihat kan ? Pada akhirnya kau hanya menyiksa dirimu sendiri ,” Ucap Yifan seolah Luhan mendengarnya. Belum sempat Yifan menggendong tubuh mungil Luhan, sebuah suara menginterupsinya.

“ Luhan !” Seru Chanyeol yang langsung berlari dari arah yang berlawanan dengan Yifan. Yifan mendongakkan wajahnya hanya untuk mendapati mata bulat Chanyeol yang memandangnya dengan sengit.

“ Jangan sentuh Luhan dengan tangan kotormu itu Wu Yifan !” Sungut Chanyeol yang langsung berjongkok dan menggendong Luhan.

“ Lihat siapa yang bicara disini ,” Yifan mendengus sebelum akhirnya berdiri. Ia memasukkan kedua tangannya di saku celananya. “ Kau sudah dibuang oleh Luhan ,”

Chanyeol memutar bola matanya dengan kesal. “ Lantas apa urusanmu ? Kau sendiri membuangnya seperti sampah, lalu sekarang kau berlagak seperti pahlawan kesiangan untuknya. Sebenarnya apa maumu ? Kau mau mengatakan bahwa kau merasa bersalah setelah apa yang terjadi padanya sekarang ? Kau sudah benar-benar terlambat ,”

Yifan cukup tersentak mendengar penuturan Chanyeol padanya.

.

Kelopak mata Luhan membuka secara perlahan. Ia merasa tubuhnya benar-benar ringan, seperti melayang. Luhan mengerjapkan matanya berkali-kali, sebelum akhirnya pandangannya bertemu degan rahang tegas Chanyeol, dan akhirnya ia menyadari bahwa dirinya tengah digendong oleh pemuda jangkung itu. “ Turunkan aku Park Chanyeol ,”

“ Kau sudah bangun rupanya ,” Ucp Chanyeol sama sekali tidak mengindahkan permintaan atau lebih tepatnya perintah dari Luhan. “ Sebenarnya kau makan apa sih ? Tubuhmu tidak berat sama sekali ,”

“ Park Chanyeol, turunkan aku. Aku bisa jalan sendiri ,”

“ Lalu membiarkanmu terjatuh untuk yang kedua kalinya ? Bagaimana kalau ada mobil yang menabrakmu lalu kau mati ?”

Luhan terkekeh pelan. “ Kau berlebihan ,”

“ Siapa yang melakukan ini padamu ? Tidak kusangka the great Xi Luhan bisa juga dibenci orang ,”

“ Turunkan aku Chanyeol. Kau menggendongku seperti menggendong perempuan ,” Kali ini Luhan yang tidak mengindahkan pertanyaan Chanyeol. Chanyeol menghembuskan nafas kasar sebelum akhirnya memutuskan untuk menurunkan Luhan. Chanyeol membiarkan Luhan berjalan di depannya, terhuyung-huyung.

Dasar kepala batu… Pikir Chanyeol.

Chanyeol menahan tubuh Luhan agar tidak ambruk lagi. Ia menyentil dahi Luhan pelan. “ Kepalamu terbuat dari apa sih ? Batu ?”

Luhan meringis pelan sembari mengusap-usap dahinya, sementara Chanyeol sudah berjongkok membelakanginya. “ Cepat naik ,”

“ Tapi aku bisa—“

Chanyeol menolehkan pandangannya hanya untuk menatap Luhan dengan tajam. “ Bisakah kau terima saja bantuanku ? Apa dengan menerima bantuanku harga dirimu terinjak-injak, huh ?”

“ Bukan begitu—“

“ Naik. Aku tidak menerima penolakan ,”

Luhan menghembuskan nafas pelan dan akhirnya memutuskan untuk mengalah. Setidaknya ia bersyukur Chanyeol masih berada disisinya, setelah segala hal yang telah ia lalui hari ini.

Chanyeol merasakan tangan mungil Luhan melingkari lehernya, dan ia menempatkan kedua kakinya di pinggang Chanyeol, sementara Chanyeol menahan kedua kaki Luhan dengan tangannya dan mulai berjalan. Chanyeol nampak sama sekali tidak kesulitan menggendong Luhan mengingat tubuh Luhan yang seringan kapas.

“ Aku tidak mau naik bus ,” Ucap Luhan memecah keheningan di antara mereka berdua. Chanyeol terkekeh pelan. “ Kau ini merepotkan ,”

Luhan menenggelamkan kepalanya di antara bahu dan leher Chanyeol.

“ Baekhyun mungkin akan memarahiku karena aku membolos lagi ,” Ucap Chanyeol. “ Ini semua karena kau ,”

“ Aku tidak pernah memintamu untuk menolongku ,”

“ Tapi jika kau tidak kutolong, maka si naga gi—“ Chanyeol merutuki kebodohannya sendiri. Ia selalu berbicara terlalu banyak, ia selalu mengatakan hal yang tidak perlu. Chanyeol dapat merasakan perubahan yang terjadi pada Luhan meskipun ia tidak melihatnya sama sekali. “ Ma—maksudku—“

“ Aku tahu ,” Ucap Luhan pelan. “ Kesadaranku tidak sepenuhnya hilang tadi. Harusnya kau katakan saja yang sejujurnya. Bukan aku yang membuangmu, tapi kau yang membuangku ,” Luhan tertawa sinis.

“ Sudahlah, itu kan sudah berlalu ,” Potong Chanyeol cepat. Chanyeol berdehem pelan, sebelum akhirnya mengganti topik pembicaraannya menjadi sedikit lebih sensitif. “ Jadi—um—apa yang dikatakan oleh artikel itu benar ?”

Luhan menghembuskan nafas kasar. Bisakah orang-orang berhenti menanyakan semua tentang kehidupannya ?

“ Kau mau tahu detilnya ?” Tanya Luhan pada akhirnya. Chanyeol tidak berani menjawab apapun, walaupun sebenarnya ia sangat ingin mengetahuinya dari Luhan sendiri, bukan dari artikel gila yang disebarkan oleh orang yang tidak kalah gilanya.

“ Seperti yang bisa kau lihat sendiri hubunganku dengan Baekhyun memang tidak berjalan dengan mulus setelah kematian ayahku—ayahnya. Aku dan ibuku sangat terpukul, namun aku melupakan fakta bahwa Baekhyun adalah anak kandung ayah, Baekhyun menghabiskan waktu bertahun-tahun lebih lama dibandingkan denganku, tentu ia lebih sakit. Aku sibuk menyembuhkan rasa sakit hatiku dan mengabaikan Baekhyun. Aku memang memperlakukannya dengan buruk, tapi aku juga masih punya hati—“

“ Jadi tentang penyiksaan itu bohong ?” Potong Chanyeol.

“ Kau bisa nilai sendiri ,”

“ Lalu bagaimana tentang ayah kandungmu—“

“ Itu juga benar ,” Luhan memotong sebelum Chanyeol sempat menyelesaikan kalimatnya. “ Ayahku memang seorang kriminal. Selalu berjudi, mabuk-mabukan, meninggalkan hutang disana sini, dan menyiksaku juga ibuku ,”

Chanyeol memutuskan untuk diam, isyarat ia mendengarkan cerita Luhan tentang segala masalalunya.

“ Bahkan aku masih harus menerima siksaan di sekolah oleh teman-temanku, setelah apa yang kudapat di rumah. Ayahku bahkan menjual adikku satu-satunya. Ibuku melaporkan ayahku ke kantor polisi, dan polisi berhasil menangkapnya dan memenjarakannya. Ayahku mengancam kami bahwa ia akan terus mengejar kami dan membalaskan dendamnya karena membuatnya harus mendekam di penjara. Karena itulah aku dan ibuku kabur, dan bertemu dengan ayahnya Baekhyun, ayahku ,” Chanyeol merasakan tubuh Luhan bergetar pelan. Mungkin pria manis itu sedang berusaha untuk menelan tangisnya. Lihat betapa kuatnya ia.

“ Hidup kami sangat bahagia, mungkin banyak keluarga yang iri dengan keharmonisan keluarga kami. Aku belum pernah merasakan kasih sayang seorang ayah seperti yang ayah Baekhyun berikan padaku. Sampai akhirnya kejadian naas itu tiba—“ Luhan menghapus lelehan air mata yang baru saja mengalir di pipinya dengan kasar. “—Baekhyun ingin ayahnya datang pada saat pertemuan orang tua, karena ibuku pergi ke pertemuan orang tua di sekolahku. Ayah menyetir sambil menelepon Baekhyun, tanpa menyadari ada truk yang dari arah yang berlawanan dengan mobilnya. Ayah menghindari truk tersebut sehingga menabrak pembatas jalan dan akhirnya jatuh ke jurang—“

Sebuah isakan pelan lolos dari bibir tipis Luhan. “ Aku sangat menyesal, aku belum sempat mengucapkan terimakasih pada ayah. Aku belum sempat mengatakan seberapa berharganya ia untuku. Dan sekarang aku malah membuat anaknya tersiksa. Ayah pasti sangat marah padaku ,” Luhan tertawa pelan. “ Kejadian selama seminggu terakhir ini—aku yakin adalah bentuk hukuman dari Tuhan. Karma sedang menggerogotiku secara perlahan ,”

“ Kau bicara seperti orang frustasi ,” Ucap Chanyeol terdengar seperti mengejek, Luhan tau ia tidak bermaksud untuk seperti itu, ia hanya ingin mencairkan suasana.

“ Jaga adikku, Park Chanyeol ,” Ucap Luhan yang seolah menjadi pukulan telak di wajah Chanyeol. “ Jika adikku menangis karenamu, aku akan mengejarmu meski kau berlari ke ujung dunia sekalipun ,”

“ Kakakku adalah kakak terbaik sedunia. Ia selalu menjagaku dan akan selalu seperti itu. Mungkin kau tidak akan percaya, tapi ia sangat menyayangiku. Hanya sesuatu yang terjadi membuatnya sedikit berubah. Namun aku percaya ia akan kembali ke dirinya yang semula ,”

Perkataan Baekhyun terus berputar-putar di dalam pikirannya bagaikan kaset rusak. Ia tidak pernah lupa bagaimana binar mata Baekhyun ketika menceritakan masa kecilnya yang bahagia dengan Luhan dulu. Dan apa yang dikatakan Baekhyun memang benar adanya. Luhan memang menyayanginya meskipun ia tidak pernah menunjukkannya lagi.

“ –ngin… Dingin—“ Ucap Luhan berulang-ulang. Chanyeol akhirnya kembali pada dunianya, menyadari tubuh mungil Luhan menggigil. Ia baru menyadari bahwa Luhan basah kuyup sejak tadi. Betapa bodohnya ia.

Chanyeol menurunkan Luhan sebelum akhirnya melepaskan jas seragamnya dan menyampirkannya di tubuh Luhan. Luhan memeluk tubuhnya sendiri, wajahnya pucat pasi, bibirnya pun bergetar dan warnanya hampir keunguan. Dingin yang dirasakannya benar-benar menusuk tulang, tidak salah lagi pasti alerginya kambuh.

Chanyeol segera menghentikan taksi, dan menggendong Luhan masuk ke dalam. Setelah mengatakan alamat rumah Luhan, Chanyeol segera merapatkan tubuhnya dengan tubuh Luhan, dan mengusap-usap bahu Luhan, berharap setidaknya hal itu sedikit menghangatkan Luhan.

“ Sebentar lagi, Luhan. Sebentar lagi ,” Ucap Chanyeol.

.

“ Astaga tuan muda, apa yang terjadi ?” Pekik Junmyeon saat Chanyeol memasuki rumah Luhan.

“ Sepertinya alerginya kambuh. Kau punya obatnya ?” Tanya Chanyeol sembari membaringkan Luhan di ranjangnya. “ Disini ada pemanas ruangan kan ? Bisa tolong kau nyalakan ?”

Junmyeon segera menyalakan pemanas ruangan itu, dan membuka laci nakas di samping ranjang Luhan. Ia hafal betul obat yang digunakan majikannya ketika alerginya kambuh.

“ Luhan kau harus mengganti bajumu dulu ,” Ucap Chanyeol. Namun tidak ada respon dari Luhan. Tubuhnya semakin menggigil.

“ Biar saya—“

“ Tidak apa-apa, biar aku saja ,” Ucap Chanyeol sebelum Junmyeon sempat meneruskan kalimatnya.

“ Kalau begitu saya akan memanggil dokter Lee ,” Junmyeon pun bergegas untuk menelepon dokter pribadi keluarga Byun.

Sementara Chanyeol mengambil baju Luhan yang berada di lemari pakaiannya acak, dengan cepat membuka kancing kemeja Luhan, dan menggantinya dengan sweater tebal. Ia segera menarik selimut untuk menyelimuti tubuh mungil Luhan. Tak lama kemudian Junmyeon datang bersama dengan dokter Lee.

Chanyeol dan Junmyeon memberikan ruang agar dokter Lee dapat memeriksa Luhan.

-Cinderella Man Step Brother-

“ Yah ! Kim Jongdae ! Kau dipanggil Oh sonsaengnim !” Ucap Eunbi yang sukses menarik perhatian seluruh murid di kelas, tak terkecuali Kyungsoo dan Minseok. “ Oh iya, Kim Hanbin, Yoon Sihoo dan Han Jiwon juga ,”

GLEK

Jongdae dan teman-temannya menelan ludah. Ini bukan pertanda baik.

Sementara Minseok dan Kyungsoo saling bertatapan. Sepertinya ada sesuatu yang tidak beres.

Dengan enggan Jongdae dan kawan-kawan berjalan menuju ke ruang guru, (diikuti oleh Minseok dan Kyungsoo, namun mereka tidak menyadarinya karena mereka sibuk tenggelam dalam pemikiran buruknya masing-masing).

Diruang guru Oh sonsaengnim tengah duduk dengan wajah yang tertekuk dalam, sementara di hadapannya ada seorang pemuda jangkung yang tadi ditemuinya di toilet saat menjahili Luhan. Pandangan mereka berdua sontak langsung teralih pada Jongdae dan teman-temannya pada saat pintu ruang guru dibuka. Jongdae dan teman-temannya langsung berdiri di hadapan Oh sonsaengnim, sejajar dengan Yifan.

Minseok dan Kyungsoo berdiri di luar, menguping pembicaraan mereka.

“ Kim Jongdae, sebenarnya apa yang ada di dalam pikiranmu huh ?” Tanya Oh sonsaengnim.

“ Se—sebenarnya ada apa—saem ?” Tanya Jongdae—berlagak polos.

Rahang Yifan mengeras. Jika saja mereka tidak berada di sekolah, Yifan pasti sudah menghajar mereka berempat habis-habisan.

“ Kau benar-benar keterlaluan. Kau ini belum lama berada di sekolah ini dan kau sudah membuat masalah. Apa alasanmu membully Xi Luhan ?” Tanya Oh sonsaengnim yang langsung membuat jantung Jongdae berhenti selama sepersekian detik. Sementara di luar sana, Minseok dan Kyungsoo saling bertatapan. Ada sesuatu yang mereka tidak ketahui di sini.

“ Tapi saem—“

“ Wu Yifan sudah menjelaskan semuanya ,”

“ Tapi ia tidak memiliki bukti apapun, bukan ?”

“ Kalau memang tidak ada bukti, sekarang kau bisa panggil Luhan kemari ,” Ucap Oh sonsaengnim telak.

“ Ia tidak masuk sejak istirahat ,” Ucap Jongdae setelah diam selama beberapa saat. “ Tapi mungkin saja ia sakit. Tubuhnya kan memang lemah seja dulu ,” Jongdae berusaha membuat kebohongan lain.

“ Tentu saja ia tidak masuk. Bagaimana mungkin ia bisa masuk kelas dengan badan yang basah kuyup ?” Ucap Yifan dengan nada yang mengejek.

Jongdae menggeram pelan. Ia benar-benar harus membuat orang di hadapannya ini mengunci mulutnya rapat-rapat.
“ Kenapa masih mengelak ? Aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri. Chanyeol sudah mengantarnya pulang karena ia pingsan di lorong ta—“

BRAAAAAAAAAAKKKK

Minseok menerobos masuk, sebelum Kyungsoo dapat menahan tangannya.

“ Kau benar-benar brengsek !” Seru Minseok yang langsung menyambar wajah Jongdae dengan tinjunya yang kuat. Jongdae langsung terduduk di lantai sementara teman-temannya membantunya untuk berdiri. Pipi kirinya kini terhiasi lebam yang samar-samar mulai terlihat.

“ Yah ! Kim Minseok !” Kyungsoo segera menarik pergelangan tangan Minseok sebelum ia berhasil menghujani Jongdae dengan pukulannya.

“ Kim Minseok, Do Kyungsoo ! Apa yang kalian lakukan di sini ?! Kalian mau mendapat hukuman juga, huh ?!” Seru Oh sonsaengnim yang sukses membuat seisi ruang guru hening.

Namun sepertinya Minseok sama sekali tidak mendengarkan perkataan Oh sonsaengnim, karena ia langsung berseru, “ Bajingan ini pasti sengaja melakukan itu pada Luhan ! Ia tahu Luhan memiliki alergi terhadap dingin !”

“ Minseok, sudahlah—“ Kyungsoo berusaha menenangkan Minseok, namun yang ia dapatkan hanyalah tangannya yang dihempaskan dengan kasar oleh Minseok.

“ Bagaimana mungkin aku bisa diam ? Kau sendiri tahu bagaimana jika alergi Luhan kambuh, kan ? Luhan bisa sekarat !”

Kedua manik kembar milik Oh sonsaengnim membulat dengan sempurna mendengar penuturan Minseok. Pandangannya beralih pada Jongdae dan teman-temannya yang kini menundukkan kepalanya. “ Benar itu, Kim Jongdae ?”

Tidak ada jawaban apapun dari Jongdae, maupun teman-temannya.

Oh sonsaengnim memijat pelipisnya. “ Lalu bagaimana sekarang ? Apa kalian mau tanggung jawab jika benar-benar terjadi hal buruk pada Luhan ?”

Jongdae menghembuskan nafas kasar. Jelas saja ia memang sengaja melakukan hal itu pada Luhan. Ia juga mengetahui bahwa Luhan memiliki alergi terhadap dingin. Dan pada saat sekolah dasar dulu juga Luhan seringkali tidak masuk sekolah karena alerginya kambuh setelah dijahili oleh Jongdae. Namun dari dulu ia tidak pernah mendapatkan hukuman apapun karena kekuatan ayahnya yang luar biasa saat itu di Beijing. Namun kali ini lain ceritanya.

“ Skorsing selama dua minggu mulai dari minggu depan. Dan aku harap kalian membawa orang tua kalian kemari besok. Jika tidak, skorsing kalian akan kutambah ,” Ucap Oh sonsaengnim mutlak.

“ Tapi saem—“

“ Aku tidak akan menerima protes apapun dari kalian. Sekarang sebaiknya kalian pergi sebelum kutambah hukuman untuk kalian ,” Potong Oh sonsaengnim dengan cepat.

Jongdae dan teman-temannya membungkuk sebelum akhirnya pergi dari ruang guru.

“ Saem, maaf kami telah menimbulkan keributan ,” Ucap Kyungsoo sembari menepuk punggung Minseok untuk ikut membungkuk bersamanya.

Oh sonsaengnim menganggukkan kepalanya pelan, “ Tidak apa-apa. Aku mengerti bagaimana perasaan kalian sebagai orang terdekat Luhan. Dan kau Kim Minseok, sebaiknya kau belajar bagaimana mengontrol emosimu agar kau tidak terkena masalah di masa depan nanti ,”

“ Dan Wu Yifan terimakasih telah memberitahukan hal ini. Aku tidak tahu bagaimana sekolah nantinya jika murid-murid saling membully. Aku tidak akan membiarkan hal ini berkelanjutan nantinya ,”

Yifan hanya mengangguk sebelum akhirnya pamit undur diri, diikuti oleh Minseok dan Kyungsoo.

“ Hey ,” Panggil Minseok setelah mereka berada di luar ruang guru. Namun yang dipanggil sendiri sama sekali tidak menggubris dan terus berjalan menuju ke kelasnya.

“ Yah ! Wu Yifan !” Panggil Minseok sekali lagi. Kali ini Yifan menghentikan langkahnya dan berbalik, hanya untuk mendapati wajah Minseok yang tertekuk dalam, sementara Kyungsoo hanya menghela nafas pelan.

Minseok langsung berjalan ke hadapan Yifan, dan menatap matanya lurus-lurus. Tidak peduli akan perbedaan tinggi yang begitu kontras.

“ Sebenarnya apa yang ada di otakmu, huh ? Rasanya baru kemarin kau menyakiti perasaan Luhan, dan sekarang kau berlagak seperti pahlawan ,”

Yifan memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya, seperti biasa, “ Jangan salah sangka dulu. Aku hanya tidak suka pembully-an ,” Ucap Yifan dengan tenang. Ia sudah bersiap untuk kembali ke kelasnya, sebelum akhirnya sebuah kalimat lolos dari bibirnya, “ Jangan katakana apapun pada Luhan tentang ini ,”

Dengan itu Yifan meninggalkan Minseok dan Kyungsoo di lorong, mematung.

-Cinderella Man Step Brother-

Chanyeol memutuskan untuk pulang setelah mengetahui keadaan Luhan dari dokter Lee. Dokter Lee berkata bahwa tidak ada yang perlu ditakutkan. Luhan hanya perlu meminum obatnya, dan makan secara teratur. Dokter Lee juga mengatakan bahwa Luhan mengalami sedikit depresi karena terlalu banyak beban yang ia pikirkan (terutama karena hal-hal yang terjadi belakangan ini), karena itu dokter Lee hanya menganjurkan Luhan untuk istirahat di rumahnya selama beberapa hari.

.

“ Aku pu—“ Belum sempat Baekhyun meneruskan kalimatnya, ia langsung terpaku melihat sosok pemuda jangkung yang belakangan ini telah mencuri hatinya, berdiri di ujung anak tangga.

“ Apa yang kau lakukan disini ?” Baekhyun menghampiri Chanyeol. “ Kenapa kau membolos lagi, huh ? Bukannya kau sudah berjanji—“

“ Aku baru saja mengantar kakakmu pulang ,” Potong Chanyeol.

Baekhyun membulatkan mata sipitnya, “ Apa yang terjadi pada Luhan hyung ?”

“ Seseorang sepertinya membully-nya. Tubuhnya basah kuyup dan ia pingsan di lorong setelah istirahat selesai. Naga gila itu hampir saja membawanya, namun aku tidak akan pernah membiarkannya menyentuh Luhan setelah apa yang terjadi selama ini—“

“ Naga gila ?”

“ Wu Yifan—maksudku ,”

Apa Chanyeol masih memiliki perasaan khusus pada Luhan hyung ? Entah kenapa dada Baekhyun terasa sesak apabila memikirkannya. Namun sepertinya Chanyeol dapat membaca pikirannya, dengan mudah.

“ Tenang saja, aku sudah benar-benar melupakan Luhan—“

Baekhyun memalingkan wajahnya, berusaha menyembunyikan fakta bahwa pipinya kini bersemu merah karena Chanyeol dapat membaca apa yang baru saja ia pikirkan.

“ Isi hatimu itu benar-benar mudah ditebak. Aku seperti sedang membaca buku ,” Ucap Chanyeol sembari mengacak-acak rambut Baekhyun. “ Aku hanya tidak ingin Yifan membawanya terbang, lalu menjatuhkannya seperti yang ia lakukan dulu. Luhan terlalu banyak tersakiti olehnya. Aku hanya ingin melindungi kakakmu ,”

“ Hm, aku mengerti ,” Baekhyun tersenyum lirih. “ Lalu bagaimana keadaan Luhan hyung sekarang ? Apa dia baik-baik saja ? Atau ada luka serius ? Dokter Lee sudah datang belum ?”

Chanyeol terkekeh sesaat setelah Baekhyun menghujaninya dengan pertanyaan. “ Kau ini seperti ibunya saja. Luhan sudah berada di kamarnya sekarang. Ia sedang tidur, dan dokter Lee sudah datang ,”

Pipi Baekhyun kembali bersemu, malu.

“ Kalau begitu aku akan pulang. Tugasku di sini sudah selesai. Dan sebaiknya kau jangan merindukanku ya, nona manis ,” Ucap Chanyeol sembari mengecup pipi Baekhyun dan bergegas pergi.

“ Yah ! Aku ini namja tahu !” Seru Baekhyun. Namun nampaknya Chanyeol tidak berniat untuk mendengarkannya, sementara Baekhyun menyentuh pipinya lalu tersenyum kecil.

-TBC-

A/N: MAAAAAAAAAAAAAFFFFFFF *bow* karena membuat kalian tersiksa karena terlalu lama menunggu cerita ini sudah mulai pada puncak permasalahannya. Dan beberapa chapter lagi akan tamat. Aku janji ga akan membuat kalian menunggu lagi huhuhu. Terimakasih banyak karena telah membaca ^^

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
ReLif_53 #1
Chapter 12: Ini udah 2018 dan authornya belom update.. Aku penasaran tau thor..
Everybodyluvbaekhyun #2
Chapter 12: Miin. Mana janjinya min. Katanya gamau bikin kita nunggu lama :')
blackladybird0990 #3
Chapter 12: lanjutin.. lanjutinn.. huaaa...
cheonsa_19 #4
Chapter 12: baekhyun tabah banget jadi orang.. T_T
sempet agak kesel ama sikap lulu ke baek. .✌
tpi aku suka ffnya ada percintaan keluarga persahabatan uu keren pokoknya..
ReLif_53 #5
Chapter 12: AAAAAAAA...
Akhirnyaaaaa lahir juga chap 12 ini.. Hehehe.. #tumpengan
kereeennn...
Luhan udah mulai depresi nie,, ayo authornim buat dia lebih menderita lagi..
Nextnya ditunggu.. Jangan lama2 Oke..
Semangattttt........!!!!!!!!!
keyhobbs
#6
Chapter 12: Aigoo...chen sejahat itu?ya ampun, aku gk bisa byangin, btw,suka bnget sama scene yg pas luhan d gendong ama chanyeol hihi, terus terus yifan yg udh mulai peduli lg sama luhan^^
akaeru #7
Chapter 12: baru nemu... langsung baca maraton... huaaa ceritanya seru.. tulisannya juga rapi.. Daebak lah pokoknya.. lanjut ya ... Fighting (๑و•̀ω•́)و
fulgensius #8
Chapter 12: Wahh keren :'v akhirny ad ff krishan lgi :'v trnyta krishan ship blo punah :'v keep writing thor ! I will wait ur next chap
siensien
#9
Chapter 12: akhirnya updet juga... chanlu momentnya cukup sweet hahahahaha...