Chapter 5

Cinderella Man Step Brother

Baekhyun terdiam di bangkunya. Ia tak melakukan apapun, hanya sekedar bernafas, mengedip dan menatap kosong. Masih terngiang-ngiang dalam otaknya pertanyaan yang Yifan lontarkan padanya, walaupun pada akhirnya, ia tak menjawabnya, dan berjalan menuju ke sekolahnya.

Hari ini sangat sepi. Mungkin karena namja dengan kelakuan heboh yang biasanya duduk di sampingnya, tidak masuk kelas. Tidak ada yang berisik, memanggilnya ‘manis’ atau ‘cantik’, atau mengganggunya selama jam belajar. Tapi bukan itu masalah utamanya. Masalah utamanya adalah kenapa Yifan bisa mengetahui hubungan Luhan dengannya, dan apakah Yifan akan memberitahu murid-murid lainnya ? Ah tidak. Baekhyun yakin betul Yifan bukan orang seperti itu.

Baekhyun menghela nafas panjangnya, dan kembali fokus ke pelajaran.

-Cinderella Man Step Brother-

“ Ayahnya orang jahat ! Sepertinya teroris !”

“ Ia hampir dijual oleh ayahnya, tidak menutup kemungkinan kan kalau dia jahat juga !”

“ Iya. Atau jangan-jangan dia pengguna narkoba ?”

“ Mana mungkin sih ? Wajahnya polos begitu—“

“ Wajah kan bisa menipu !”

“ Tch, ekspresinya benar-benar memuakkan ! Ia meminta belas kasihan dengan wajah seperti itu !”

“ Kasihan sekali ya ,”

Luhan berjalan sembari menunduk karena orang-orang terus membicarakannya, membicarakan masalalunya.

Tiba-tiba..

BRUUUUUUUUGGHH

“ AHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA !!!!!!”

Kaki Luhan tersandung karena tali yang terbentang di koridor. Murid-murid lainnya tertawa puas. Hanya beberapa orang yang sekedar menatapnya dengan iba.

Luhan membersihkan celana sekolahnya dan kembali berjalan.

“ Tch, tidak tahu malu !”

“ Muka tembok !”

“ Sok polos sekali sih !”

“ Lihat wajahnya yang menyedihkan itu !”

Luhan menatap sekelilingnya. Orang-orang yang mencacinya, menatap Luhan dengan tatapan mengintimidasi, sesekali menertawakan Luhan.

Tiba-tiba muncul sosok ayah dalam benaknya. Ayah yang selalu menyiksanya dan mencacinya, juga dengan adik dan ibunya. Luhan memejamkan matanya erat-erat. Berharap dengan begitu ia bisa menghilangkan bayangan ayahnya yang selalu menghantuinya.

“ Tidak—tidak tahu ! Bukan ! Bukan salahku bukan !” Tiba-tiba Luhan menutup kedua telinganya. Ia terus menggelengkan kepalanya seiring dengan ucapan yang terlontar dari mulutnya.

“ Hey kenapa dia ?”

“ Apa dia gila ?”

“ Hahahaha malang sekali nasibnya !”

“ Tidak bukan salahku ! Bukan salahku ! Hentikan !!”

Bukannya berhenti, murid-murid lainnya malah semakin bertambah banyak yang mengerumuni dan membicarakan Luhan.

Luhan menangis dalam keheningan. Ia masih teringat ayahnya. Orang-orang memang benar, ayahnya jahat, tidak menutup kemungkinan juga ia bisa jadi sejahat ayahnya.

“ Ada apa ini ?” Suara baritone itu berhasil membuat suasana di koridor itu menjadi hening. Seolah memberhentikan waktu.

“ Kenapa kalian berhenti membicarakannya ?” Tanya lelaki pemilik suara baritone itu dan berjalan ke tengah kerumunan, menghampiri Luhan yang masih menangis sesengukan.

“ Apa anak ini pernah berbuat salah pada kalian ? Atau kalian merasa sempurna karena itu kalian bisa menilai orang dengan seenaknya ?” Ucapan lelaki itu sukses mengalihkan perhatian Luhan. Ia memandang sosok yang kini tengah membelakanginya.

“ Apa kalian merasa diri kalian lebih baik daripada dia ? Apa kalian punya sesuatu yang bisa dibanggakan ? Aku tidak mengerti seperti apa orang tua kalian mendidik orang-orang seperti kalian ,” Itu adalah kalimat terakhir sebelum akhirnya lelaki itu menarik tangan Luhan dan pergi dari sana.

Luhan sendiri hanya bisa menundukkan kepalanya, tak tahu apa yang harus ia perbuat.

“ Kau tidak apa-apa ?” Tanya lelaki itu sesampainya mereka di taman belakang sekolah. Walaupun tempat itu sangat cantik, tapi jarang sekali orang yang menjamah tempat itu. Selain jaraknya cukup jauh dari gedung utama, orang-orang kebanyakan tidak mengetahui tempat itu.

Luhan mengangguk pelan. Dilihatnya lelaki tampan itu berjalan ke arah sebuah pohon rindang. Matanya yang tajam menyalang itu menerawang langit, seakan mencari sesuatu yang teduh dari sana.

“ Perkataan mereka jangan diambil hati ,” Ucap lelaki itu pada akhirnya. Lagi-lagi Luhan hanya bisa terdiam dan mengangguk walaupun lelaki itu tidak melihatnya.

“ Namaku Wu Yifan. Kau ?”

“ Lu—Luhan. Xi Luhan ,”

“ Kau murid pindahan dari China ?” Yifan buru-buru menolehkan kepalanya untuk menatap Luhan. Luhan membulatkan matanya dan mengangguk cepat.

“ Tak kusangka bahasa Korea mu cukup baik ,”

“ Mendiang ayahku adalah orang Korea, dia mengajarkanku banyak—“

“ Hm, begitu ,” Yifan mangut-mangut.

Luhan mengamati setiap titik di wajah Yifan. Hanya sebuah kata ‘sempurna’ yang bisa mendeskripsikan lelaki yang baru saja menjadi penolongnya. Matanya yang tajam, tapi bisa terlihat sangat hangat. Hidungnya yang bangir sempurna, bibir tipis dengan warna merah muda yang mampu memikat siapapun yang melihatnya. Rahang yang kuat dan suara baritone indah yang mampu membuat orang lain bergetar ketika mendengarnya.

Luhan tahu ketika orang ini berdiri di hadapannya—melindunginya, ia akan merasa aman. Bukan karena tubuh Yifan yang lebih besar dari tubuhnya, tapi kehangatan yang ia rasakan ketika lelaki itu membelanya di hadapan murid-murid yang mencacinya. Hal itu sudah cukup untuk menjelaskan semuanya.

“ Jangan menangis, nanti kau tidak terlihat manis lagi ,”

Luhan merasakan sesuatu yang hangat mengerayangi dadanya. Sesuatu yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Ia merasakan jantungnya berdegup lebih kencang dari biasanya, dan darah yang mulai naik ke wajahnya, ketika tangan besar Yifan mengacak-acak rambut kecoklatan milik Luhan dan tersenyum simpul.

Jika senyuman itu mampu membunuh orang, maka Luhan pasti sudah mati sekarang.

“ Jika kau butuh teman untuk bercerita, aku siap untuk mendengarkan ,” Ucap Yifan diiringi dengan senyum simpul.

Luhan mengangguk malu-malu.

Dan sejak saat itu ia baru merasakan cinta itu seperti apa.

-Cinderella Man Step Brother-

Luhan membuka matanya dengan susah payah ketika mendengar ketukan keras dari jendela kamarnya. Padahal ia baru saja memejamkan matanya beberapa jam yang lalu, karena insomnia yang melandanya.

Seketika sakit di kepalanya bertambah parah ketika melihat siapa yang mengetuk jendela kamarnya. Siapa lagi orang gila yang selalu melakukan hal aneh selain Park Chanyeol ?

Lelaki itu datang dengan senyum khas di wajahnya.

Luhan tidak merasa kaget kenapa Park Chanyeol bisa mencapai kamarnya yang terletak di lantai dua—mengingat Chanyeol sudah menyandang gelar ‘pembuat onar’, yang tentunya sudah berpengalaman dengan hal-hal seperti ini.

Chanyeol terus mengetuk-ngetuk jendela kamar Luhan dan bersuara, “ Buka jendelanya !”

Luhan dengan malas bangkit dan membukakan jendela kamarnya. Ia memutar bola matanya ketika Chanyeol menyodorkan sebuket bunga aster kepadanya. “ Ini ,”

“ Terimakasih ,” Jawab Luhan singkat, dan mengamit bunga yang nyaris serupa dengan bunga matahari—namun dengan kelopak putih itu. “ Mau apa datang kemari ? Gerak-gerikmu itu seperti pencuri, bodoh—“

Chanyeol mengangkat alisnya, “ Kau sendiri kenapa tidak sekolah ?”

“ Kau tidak lihat keadaanku ?!” Gerutu Luhan. Dengan pakaian sekolah yang masih melekat di tubuh mungilnya dan rambut acak-acakan, jangan lupakan juga sakit kepalanya yang membuatnya pucat pasi seperti itu.

Chanyeol menghela nafas pelan, sebelum akhirnya berbicara, “ Kau—tidak perlu mengejar orang idiot itu lagi—“

“ Siapa ?”

“ Tch, aku tidak tahu Xi Luhan bisa sebodoh ini ,” Decak Chanyeol.

Luhan mendengus pelan, “ Yifan maksudmu ?”

“ Tentu ! Siapa lagi orang bodoh yang berani menyakiti perasaanmu seperti itu ?!”

“ Dia tidak bodoh, Chanyeol. Mata hatinya hanya tertutup—“ Ucap Luhan pelan, namun Chanyeol masih dapat mendengarnya.

“ Kau terlalu banyak memikirkannya sampai seperti ini ,” Ucap Chanyeol dengan nada bicara yang lebih lembut.

Luhan menatap lurus mata Chanyeol, “ Kenapa kau harus peduli ? Bukankah kau sendiri yang memutuu ?”

“ Hn, aku tahu—tapi aku tidak bisa berhenti peduli dengan orang bodoh sepertimu ,” Chanyeol menyentil dahi Luhan. Luhan meringis pelan.

“ Hanya kau yang berani memanggilku bodoh ,” Dengus Luhan sembari mengusap-usap dahinya.

“ Hahaha ! Itulah kelebihanku !”

“ Apanya yang kelebihan ?” Gerutu Luhan. Ia berjalan menuju ke vas bunga di sebelah ranjangnya, mengambil bunga aster yang nyaris layu itu, dan menggantinya dengan aster segar yang diberikan Chanyeol. Luhan tersenyum kecil ketika menata bunga-bunga cantik itu.

Chanyeol yang sedari tadi berjongkok di jendela kamar Luhan pun mulai memposisikan dirinya untuk duduk.

“ Kenapa kau suka sekali bunga aster ?” Chanyeol membuka pembicaraan lagi.

“ Bukan aku, tapi adikku ,” Jawab Luhan tanpa sedikitpun mengalihkan pandangannya dari aster-aster itu. Ia mengumpulkan kelopak-kelopak yang nyaris layu itu di tangannya.

“ Adik ? Aku tidak pernah tahu kau punya adik—“

“ Adikku sudah pergi bertahun-tahun yang lalu ,”

“ Kemana ?”

“ Tidak tahu ,”

“ Huh ? Kenapa kau tidak tahu ? Dia kan adikmu !”

“ Kalau aku tahu dia dimana—“ Luhan menghela nafas panjang, “—aku pasti sudah bersama dengannya sekarang ,”

“ Kau tidak mencarinya ?”

“ Kenapa kau terus bertanya ?!” Dengus Luhan. Ia berjalan menuju ke jendela kamarnya, dan berhenti tepat di sisi Chanyeol.

Angin berhembus pelan, menyibakkan rambut Luhan yang sedikit berantakan. Ia membuka kedua telapak tangannya. Membiarkan kelopak aster itu terbawa angin.

Chanyeol menatap Luhan intens.

Indah. Hanya itu yang bisa Chanyeol deskripsikan dari Luhan. Semua yang ada pada dirinya benar-benar sempurna. Mata, hidung, bibir, bentuk wajah, rambut, warna kulit, semuanya. Hanya satu hal yang ia sayangkan, ia tidak pernah bisa memiliki hati lelaki yang sedang berada di sisinya itu.

Karena memang, hati Luhan sudah terkunci—untuk cinta pertama dan mungkin terakhirnya. Hanya akan ada satu nama yang diukir dalam-dalam di ceruk hati Luhan. Siapa lagi selain Wu Yifan ?

Memikirkan itu sudah membuatnya sesak. Mengapa Luhan tidak melihat dirinya saja ? Yang sudah jelas-jelas menyukainya. Dibandingkan dengan orang berhati dingin yang selalu menyakiti perasaan Luhan. Mengapa Luhan terus mempertahankannya ? Mengapa Luhan selalu melihatnya ? Melihat orang yang belum tentu mampu membalas cintanya. Untuk apa ?

Chanyeol menghela nafas pelan, ia melangkahkan kakinya menuju ke balkon kamar Luhan, dan menaiki pagar pembatasnya. “ Jika kau sudah sembuh nanti, cepatlah masuk sekolah, dan kembali seperti Luhan yang kukenal ,” Ucapnya sebelum akhirnya meloncat ke bawah.

Luhan menatap Chanyeol dari jendela kamarnya. Lelaki itu kini tengah berjalan diantara pekarangan rumahnya, dan memanjat pagar.

Anak itu.. Untuk apa ia memanjat pagar jika sudah disediakan pintu gerbang untuk masuk ? Selalu saja mencari kesulitan walaupun sudah diberikan kemudahan.

Luhan tersenyum simpul.

Setidaknya walaupun hanya sebentar, ia tidak merasa sendiri lagi.

-Cinderella Man Step Brother-

Jam sekolah baru saja usai, Baekhyun buru-buru mengemasi buku-bukunya dan bergegas pulang. Sebenarnya ada beberapa alasan mengapa ia ingin cepat pulang. Yang pertama, ia belum memiliki teman lain untuk diajak bermain selayaknya anak seusianya—lagipula ia tidak suka menghabiskan waktunya diluar rumah—kecuali bersama keluarganya, itupun saat keluarga kecilnya masih utuh, mendiang ayahnya-mendiang ibunya-dan Baekhyun. Alasan yang kedua ia ingin mengetahui keadaan kakak tirinya dirumah, apakah ia sudah makan ? Apakah ia baik-baik saja ? Baekhyun tahu kalau ia adalah satu-satunya alasan mengapa kakaknya bersikap seperti itu, maka dari itu ia berniat untuk minta maaf walaupun ia tidak tahu seperti apa respon yang akan ia dapatkan. Dan alasan yang ketiga, yang terpenting dari segalanya, ia ingin menghindari Wu Yifan—terutama karena kejadian pagi tadi. Kejadian dimana lelaki terpopuler di sekolah itu bertanya apakah hubungannya dengan Luhan ?

Apa yang terjadi jika Yifan benar-benar mengetahui bahwa ada ikatan diantara Luhan dan Baekhyun sebagai kakak adik ? Hanya memikirkan itu saja Baekhyun sudah merasa ingin mati saja.

BUUUGH

“ Maaf !” Ucap Baekhyun cepat diiringi dengan kepala yang ia dongakkan untuk melihat siapa orang yang baru saja ia tabrak. Matanya membulat sempurna. Orang yang ia sangat hindari di sekolah, selain Luhan. Wu Yifan.

“ Kau mau kemana ?” Tanya Yifan dengan suara beratnya.

“ A—aku buru-buru ! Maaf ,” Ucap Baekhyun gugup. Bukan hanya karena orang di hadapannya, tapi karena tatapan-tatapan murid yang masih berkeliaran di koridor utama, di lantai satu.

Dengan sangat terpaksa Baekhyun menghentikan langkahnya ketika ia merasakan jemari-jemari besar itu menangkap pergelangan tangannya.

“ Aku belum selesai bicara ,”

“ Bi—bicara apa ?”

“ Tentang hubungan antara kau dan Lu—“

“ AAAAAH ! ITU ! IYA IYA AKU TAHU !” Seru Baekhyun tiba-tiba. Yifan mengernyit. “ Err—tapi maaf, aku buru-buru, a—ayahku sakit !”

Baekhyun cepat-cepat memacu langkahnya. Tapi Yifan terus mengikutinya dengan langkah santai karena dengan kakinya yang jenjang itu, satu kali ia melangkah, hampir sama dengan dua kali langkah Baekhyun.

Setelah sampai di area parkir dekat gerbang, Baekhyun menghentikan langkahnya dan berbalik. “ Maumu apa sih ?!”

“ Kau belum jawab pertanyaanku ,” Ucap Yifan kelewat santai.

“ Pertanyaan apa ?” Baekhyun berusaha sebisa mungkin agar terlihat natural.

“ Jangan pura-pura. Aku tanya, kau itu adiknya Luhan kan ?”

“ Si—siapa Luhan ?” Baekhyun menjungkir balikkan otaknya, mencari alasan jika Yifan  melontarkan pertanyaan lain.

“ Kau bukan pembohong yang baik, Byun Baekhyun—“ Ucap Yifan sembari menyunggingkan senyum meremehkannya. “ Jawab saja ,”

Baekhyun menghela nafas pelan. “ Kenapa kau sangat yakin ?”

“ Bagaimana bisa orang yang tidak saling kenal berada di rumah yang sama ?” Ucap Yifan yang sukses mengenai topik utamanya.

Nafas Baekhyun tercekat, ia mendengus pelan. Menyerah—karena tidak ada gunanya ia berbohong lagi. “ Aku mohon jangan beritahu orang lain ,”

“ Jadi benar ?”

Baekhyun mengangguk.

“ Kenapa kau tidak ingin aku memberitahu orang lain ?”

“ Umm—itu—“ Baekhyun menelan ludahnya, berpikir keras. “—kau tidak perlu tahu lebih jauh lagi ,” Ucap Baekhyun pada akhirnya dan berbalik kembali berjalan.

“ Kenapa ? Kau takut Luhan akan marah padamu ?”

Baekhyun menghentikan langkahnya. Sebuah kata “ Bukan urusanmu ,” menjadi hal terakhir yang Yifan dengar sebelum akhirnya lelaki itu berlari meninggalkannya.

-Cinderella Man Step Brother-

“ Park Chanyeol !” Panggil seorang lelaki yang berumur kisaran 47 tahun, dengan postur tubuh tinggi tegap dengan wajah oriental yang sangat kental. Chanyeol menolehkan pandangannya pada lelaki yang baru saja menaruh korannya di atas meja dan mencopot kaca matanya. Lelaki itu berjalan menghampiri Chanyeol yang masih mematung di tempatnya.

“ Tumben sekali, ada perihal apa sampai ayah mau repot-repot berbicara denganku ?” Tanya Chanyeol dengan nada bicara mengintimidasi, tapi tak akan mempan pada ayahnya.

“ Aku tak mengerti, kenapa kau sangat suka sekali mempermalukan orang tua mu ?” Ucap lelaki itu sembari mengeluarkan sebuah kertas dari saku celananya. “ Ini untuk ke-enam kalinya wali kelasmu memberikan surat panggilan orang tua ,”

“ Kalau malu ya tidak usah datang. Bukankah jika aku dikeluarkan dari sekolah itu lebih bagus ? Jadi aku tidak perlu membebanimu lagi ,”

“ Katakan sekali lagi ,”

Chanyeol memutar bola matanya dengan malas. “ Bukankah jika aku dikeluar—“

PLAAAAAAAAK

Sebuah tamparan keras mendarat di pipi kiri Chanyeol, ah—mungkin tak hanya pipinya, tapi hatinya. Ia sudah sering diperlakukan seperti ini oleh orang tuanya, terutama ayahnya yang berprofesi sebagai kepala polisi Seoul itu. Ia sudah sering tidak dipedulikan oleh orang tuanya, kemudian saat mereka kembali, mereka pasti memarahi Chanyeol atas kesalahannya, walau sekecil apapun itu. Belum lagi ayah dan ibunya seringkali membandingkan dirinya dan Yura—kakaknya, yang sudah jelas-jelas berbeda.

Chanyeol merasakan hawa panas menjalari pipinya. Pandangannya menangkap netra ayahnya yang tajam.

“ Ayah sudahlah ,” Sergah Yura yang entah sejak kapan sudah berdiri di antara Chanyeol dan ayahnya.

“ Yura, lihat kelakuannya ! Dia bahkan melawanku sebagai ayahnya !”

“ Tapi ayah—“

“ Puas kau ?” Chanyeol menyunggingkan senyuman getir pada kakak perempuan satu-satunya itu. “ Puas kan kau sekarang ? Kau mengadukan semuanya pada pria tua ini kan ?!”

“ Chanyeol, aku tidak mengerti apa maksudmu—“

“ Jangan pura-pura bodoh, noona. Kau bilang aku melawanmu agar pria tua ini bisa memarahiku, iya kan ?!”

“ Aku tidak pernah !”

“ Pembohong !”

“ PARK CHANYEOL JAGA BICARAMU PADA KAKAKMU !” Lelaki yang berstatus ayah dari Chanyeol dan Yura itu mengepalkan tangannya kuat-kuat, sudah bersiap untuk mendaratkan tinjuan di wajah anaknya yang pembangkang.

“ PUKUL SAJA AKU ! AKU TIDAK PERNAH BERHARAP DILAHIRKAN DI KELUARGA SEPERTI INI ! AKU TIDAK PERNAH INGIN DILAHIRKAN SEBAGAI ADIKNYA APALAGI SEBAGAI ANAKMU !” Seru Chanyeol.

“ PARK CHANYEOL ! AKU TIDAK PERNAH MENGAJARKANMU UNTUK MENJADI PEMBANGKANG !”

“ YA, KAU TIDAK PERNAH MENDIDIKKU UNTUK JADI ANAK PEMBANGKANG DAN SUKA MEMBOLOS SEKOLAH, KARENA KAU TIDAK PERNAH MENDIDIKKU APAPUN ! ATAU MUNGKIN KAU TIDAK PERNAH MENGANGGAPKU SEBAGAI ANAKMU !” Seru Chanyeol tak kalah sengit dari ayahnya. Chanyeol membalikkan tubuhnya dan berlari keluar dari rumahnya.

“ HEY ! PARK CHANYEOL ! KEMBALI KAU DASAR ANAK TIDAK BERGUNA !”

Yura menghela nafas pelan dan memijit kepalanya yang kembali terasa sakit. Kedua kakinya yang jenjang dilangkahkannya menuju ke kamarnya, meninggalkan ayahnya yang tengah membantingkan tubuhnya ke sofa besar di ruangan itu.

-Cinderella Man Step Brother-

Sore hari, waktu yang sangat tepat untuk menyirami tumbuhan—selain di pagi hari. Karena tumbuhan memerlukan air untuk berfotosintesis—selain karbon dioksida dan cahaya matahari tentunya.

Luhan masih asyik menyirami bunga-bunga aster yang ia tanam sejak kepindahannya dari China, di taman kecil di belakang rumahnya. Pikirannya berkeliaran kemana-mana, sebelum akhirnya disadarkan oleh langkah kaki yang berjalan mendekatinya. Sebelum ia melihat dengan jelas, ia sudah tahu betul siapa orang itu.

Luhan buru-buru berdiri, sebelum akhirnya jemari lentik Baekhyun menarik pergelangan tangannya.

“ Hyung ,” Panggil Baekhyun, berharap mendapatkan jawaban. Namun sayang, hal itu hanyalah sekedar harapan belaka. Luhan bahkan tidak menolehkan pandangannya sedikitpun.

“ –Aku minta maaf ,” Ucap Baekhyun. Dan lagi-lagi tak ada respon apapun.

“ Hyung—“ Baekhyun menelan ludahnya, “—Katakan apa yang harus kulakukan agar kau mau memaafkanku ?”

“ Kenapa kau minta maaf ?” Luhan menghempaskan tangan Baekhyun dari pergelangan tangannya dengan kasar. “ Kau boleh ambil ayahku, kau boleh sita perhatian semua orang, kau boleh ambil Chanyeol, tapi Yifan—“

“ Hyung, aku—aku tidak—“

“—Aku tidak tahu apa maumu. Mungkin suatu saat kau akan mengambil semua orang yang aku punya, dan membuatku sendirian—“

“ Luhan hyung, aku tidak pernah bermaksud seperti itu ! Yifan yang—“

“ Kau mau bilang Yifan yang mendekatimu duluan huh ?” Luhan membalikkan tubuhnya, menghadap Baekhyun dengan sempurna.

Baekhyun menahan nafasnya, sebelum akhirnya mengangguk pelan.

“ Kau tidak perlu melakukan apapun. Kau yang terbaik dan berhak mendapatkan segalanya, segalanya yang aku punya. Tidak perlu minta maaf padaku—“ Luhan membalikkan tubuhnya dan mulai berjalan, sebelum akhirnya ia merasakan kedua tangan Baekhyun menggenggam kakinya. Luhan menolehkan pandangannya pada lelaki yang kini tengah bersujud di kakinya.

“ Hyung, aku minta maaf. Aku janji aku akan menjauhi Yifan sunbae, sungguh. Aku tidak berma—“

BRUUUUGGH

Luhan mendorong Baekhyun dengan segenap kekuatan yang ia punya, membuat lelaki itu jatuh tersungkur.

“ Aku muak melihat wajahmu yang sok polos itu. Enyah dari hadapanku—“ Itulah kata terakhir yang Baekhyun dengar, sebelum Luhan menghilang dari pandangannya.

Untuk kesekian kalinya Baekhyun menangis dalam keheningan. Bukankah takdir selalu mempermainkannya ? Apa salahnya sampai-sampai Tuhan begitu kejam padanya ? Selalu disalahkan atas sesuatu yang bukan kesalahannya—tentu adalah hal yang tidak diinginkan siapapun, termasuk Byun Baekhyun.

Lagi-lagi netra yang biasanya cerah dan berbinar-binar itu redup. Tidak ada cahaya disana. Hanya tersisa sebuah kepedihan yang amat mendalam.

“ Hyung—“ Isak Baekhyun pelan sebelum akhirnya memejamkan matanya.

-TO BE CONTINUED-

a/n: sorry for late update :( comment and subscribe if possible ^^

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
ReLif_53 #1
Chapter 12: Ini udah 2018 dan authornya belom update.. Aku penasaran tau thor..
Everybodyluvbaekhyun #2
Chapter 12: Miin. Mana janjinya min. Katanya gamau bikin kita nunggu lama :')
blackladybird0990 #3
Chapter 12: lanjutin.. lanjutinn.. huaaa...
cheonsa_19 #4
Chapter 12: baekhyun tabah banget jadi orang.. T_T
sempet agak kesel ama sikap lulu ke baek. .✌
tpi aku suka ffnya ada percintaan keluarga persahabatan uu keren pokoknya..
ReLif_53 #5
Chapter 12: AAAAAAAA...
Akhirnyaaaaa lahir juga chap 12 ini.. Hehehe.. #tumpengan
kereeennn...
Luhan udah mulai depresi nie,, ayo authornim buat dia lebih menderita lagi..
Nextnya ditunggu.. Jangan lama2 Oke..
Semangattttt........!!!!!!!!!
keyhobbs
#6
Chapter 12: Aigoo...chen sejahat itu?ya ampun, aku gk bisa byangin, btw,suka bnget sama scene yg pas luhan d gendong ama chanyeol hihi, terus terus yifan yg udh mulai peduli lg sama luhan^^
akaeru #7
Chapter 12: baru nemu... langsung baca maraton... huaaa ceritanya seru.. tulisannya juga rapi.. Daebak lah pokoknya.. lanjut ya ... Fighting (๑و•̀ω•́)و
fulgensius #8
Chapter 12: Wahh keren :'v akhirny ad ff krishan lgi :'v trnyta krishan ship blo punah :'v keep writing thor ! I will wait ur next chap
siensien
#9
Chapter 12: akhirnya updet juga... chanlu momentnya cukup sweet hahahahaha...