Chapter 3

Cinderella Man Step Brother

Baekhyun berlari turun dari tangganya dengan tergesa-gesa. Tiba-tiba kakinya terpeleset dan membuatnya terjatuh dengan debuman keras di lantai. Luhan yang masih menikmati rotinya, hanya melirik Baekhyun lewat ekor matanya, sebelum akhirnya kembali meneruskan kegiatannya.

“ Ow ,” Baekhyun meringis kesakitan. Hidungnya mengeluarkan cairan merah pekat, karena hidungnya yang terlebih dahulu menghantam lantai. Ia menghapus jejak darah dari hidungnya, tanpa sadar darah itu telah mengotori seragamnya.

“ Tuan muda !” Seru Joonmyeon panik dan buru-buru membantu Baekhyun untuk berdiri. “ Tuan muda tidak apa-apa ?”

Baekhyun menggeleng cepat dan tersenyum simpul.

“ Astaga ! Darahnya mengotori seragammu ! Biar kuambilkan seragam lain !” Ucap Joonmyeon, sebelum akhirnya ia merasakan jemari lentik Baekhyun menarik pergelangan tangannya. Ia menolehkan kepalanya kepada sang majikan.

“ Tidak apa-apa, aku tidak mempunyai banyak waktu lagi ,” Ucap Baekhyun dan menghampiri meja makan.

“ Sayang, kenapa kau tidak bilang kalau ada pertemuan orang tua di sekolah ?” Ucap seorang wanita cantik pada Luhan yang masih asik mengunyah rotinya. Wanita cantik itu melirik anak tirinya, Baekhyun—yang terlihat sangat berantakan—dan buru-buru mengalihkan pandangannya pada anaknya.

Luhan menelan habis roti di mulutnya, dan menjawab, “ Ibu tidak perlu kesana ,”

“ Loh kenapa ? Akhir-akhir ini setiap ada pertemuan orang tua kau tidak mau ibu datang ? Lagipula kapan lagi ibu bisa pergi ke sekolahmu dan membicarakan perkembanganmu dengan wali kelas, sejak ibu sibuk bekerja, hn ?” Wanita itu mengelus  rambut Luhan.

“ Tidak apa-apa. Aku tidak pernah berbuat onar, atau prestasiku pun tidak ada yang turun. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan di sekolah, jadi ibu tidak perlu datang—“ Jawab Luhan cepat. Walaupun sebenarnya ada jawaban yang lebih di dalam hati Luhan.

“ Baekhyun rapihkan seragammu. Kau terlihat berantakan—“ Kritik wanita yang diketahui adalah Xi Jiangyi, ibu tiri Baekhyun.

Baekhyun menolehkan pandangannya pada seragamnya yang belum ia masukkan ke dalam celananya. Sebuah senyum mengembang di wajah manisnya. Ia senang karena untuk pertama kalinya ibu tirinya itu memperhatikan penampilannya.

“ Berhenti tersenyum seperti itu. Kau terlihat seperti orang bodoh ,” Dengus Luhan tanpa sedikitpun menoleh kepada Baekhyun.

“ Ma—maaf ,” Ucap Baekhyun pelan. Walaupun pada akhirnya ia tetap tersenyum. Baekhyun mengingat-ngingat sesuatu yang janggal dalam otaknya, sebelum ia bersuara, “ Astaga ! Tasku !”

“ Tuan muda ,” Panggil Joonmyeon sembari membawakan tas sekolah Baekhyun. Baekhyun tersenyum lega. Sebuah kalimat “ Terimakasih ,” terucap dari bibir Baekhyun. Joonmyeon hanya mengangguk singkat.

“ Aku pergi ,” Ucap Luhan dan segera bangkit dan berjalan menuju keluar.

“ Aku juga !” Seru Baekhyun dan mengamit tasnya.

“ Tuan muda kau belum sarapan ,” Ucap Joonmyeon pada Baekhyun yang masih berkutat dengan tasnya.

“ Tapi kalau tidak buru-buru aku akan terlambat. Aku tidak mungkin berlari menuju ke sekolah ,” Baekhyun menggembungkan pipinya.

“ Kenapa tidak berangkat bersama dengan tuan muda Luhan ?” Saran Joonmyeon.

Baekhyun membulatkan matanya. “ I—itu, ti—tidak mu—“

“ Tuan muda Luhan !” Panggil Joonmyeon dan lelaki yang dipanggil pun menghentikan langkahnya dan menoleh.

“ Hn ?”

“ Maukah kau berangkat bersama dengan tuan muda Baekhyun ? Dia akan terlambat jika ia harus berjalan lagi ke sekolahannya ,”

Baekhyun menatap Joonmyeon dan Luhan bergantian.

“ Siapa yang menyuruhnya bangun terlambat ?” Ucap Luhan ketus. Baekhyun menghela nafas. Sebenarnya jika Luhan tidak menyuruhnya mengerjakan tugas matematikanya—yang Baekhyun rasa sangat rumit dan ia tahu sebenarnya Luhan pasti bisa mengerjakannya sendiri—ia pasti akan tidur lebih awal.

“ Tidak apa-apa, Joonmyeon. Aku—“

“ Anak bodoh itu harus membiasakan diri bangun pagi ! Dasar pemalas !” Dengus Luhan dan membalikkan tubuhnya.

Baekhyun terdiam, kata-kata Luhan yang baru saja terucap, sukses membuat hati Baekhyun terkoyak. Walaupun pada dasarnya ia sudah terbiasa mendengar kata-kata atau umpatan kasar dari kakak tirinya itu kepadanya, setiap hari. Tapi selalu saja ia merasakan hatinya benar-benar hancur.

“ Hanya kali ini saja, tuan muda. Saya pasti akan membangunkannya lebih awal, ini bukan sepenuhnya salah tuan muda—“

“ Kalau begitu kenapa tidak kau saja yang mengantarkannya ke sekolah ? Kenapa harus aku yang repot-repot ?”

“ Tuan muda, saya masih memiliki banyak pekerjaan di sini. Lagipula kalian bersekolah di tempat yang sama kan ?”

Luhan mendengus pelan, “ Yayaya !”

Ia menolehkan pandangannya pada Baekhyun. “ Baekhyun, kau mau terus diam disana, atau berangkat ke sekolah ?”

Baekhyun membelakkan matanya. Seulas senyuman kembali mengembang di wajahnya. “ Ba—baik !”

Baekhyun menoleh kepada Joonmyeon, dan membisikkan kata “ Terimakasih”, dan disambut oleh anggukkan oleh kepala pelayan itu. “ Aku berangkat !”

“ Hati-hati tuan muda ,”

.

Sepanjang perjalanan, baik Baekhyun maupun Luhan tidak ada yang membuka suara. Mereka hanya terdiam, sambil memandangi keluar jendela, sementara Baekhyun sibuk mengancingkan blazernya untuk menutupi noda darah yang mengotori seragam putih dan dasinya.

“ Berhenti ,” Ucap Luhan, sukses membuat Baekhyun mengernyit.

“ Ada apa ?” Tanya sang supir.

“ Sudah, berhenti saja !” Dengus Luhan. Dan akhirnya mobilnya pun berhenti.

“ Kau turun disini ,” Ucap Luhan tanpa memandang Baekhyun sedikitpun. Sang supir memandang majikannya itu dari kaca spion mobilnya. “ Aku tidak mau orang-orang tahu kalau kau adalah saudara tiriku ,”

Baekhyun membelakkan matanya. Ia menghela nafas pelan, “ Baik hyung ,”

Dan mobil pun kembali melaju setelah Baekhyun turun dari mobil. Baekhyun menatap mobil yang telah menghilang dari kejauhan.

“ Sebenci itukah Luhan hyung padaku ?” Gumam Baekhyun lirih. Ia menyeka air mata yang nyaris mengalir di pipinya—ia tersenyum kecut sebelum pada akhirnya berjalan menuju ke sekolahnya.

-Cinderella Man Step Brother-

“ Hello cantik !” Chanyeol melambaikan tangannya ketika melihat Baekhyun memasuki ruang kelas. Sebenarnya adalah suatu keajaiban jika seorang Park Chanyeol tidak datang terlambat di kelas. Baekhyun mendongakkan kepalanya ke sumber suara dan buru-buru melangkahkan kakinya ke bangkunya.

“ Err—aku minta maaf karena kemarin meninggalkanmu. Aku ada urusan mendadak, hehe—“ Chanyeol menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Baekhyun melirik Chanyeol dari ekor matanya, dan segera membereskan buku-bukunya di meja. “ Tidak apa-apa ,”

“ Kau marah padaku ?” Chanyeol memposisikan dirinya berada di antara Baekhyun dan buku-bukunya, berusaha untuk mendapatkan perhatian dari Baekhyun.

Baekhyun menelan ludahnya. “ Kenapa aku harus marah padamu ?”

“ Iya—itu—itu karena—“

“ HEY TEMAN-TEMAN !! LIHAT MAJALAH DINDING SEKOLAH KITA ! PANGERAN ES DAN PANGERAN DARI DINASTI WU !!” Tiba-tiba seorang anak lelaki memasuki kelas dengan hebohnya, dan berteriak menginterupsi pembicaraan Chanyeol dan Baekhyun.

“ Ada apa ? Ada apa ?” Murid lainnya ikut heboh berhamburan menuju ke pintu tempat murid yang baru saja berteriak itu. Baekhyun melirik lelaki itu, sedangkan Chanyeol ? Ia buru-buru berlari keluar, entah kenapa.

Baekhyun mengernyit. “ Ada apa ?”

“ ADA FOTO LUHAN DAN YIFAN TERTANGKAP BASAH SEDANG BERPELUKAN !!”

DEG

“ Kau bisa panggil aku Yifan ,”

“ Lu—Luhan hyung ?” Baekhyun bergumam pelan sebelum akhirnya kedua kakinya menuntunnya untuk menuju ke tempat dimana majalah dinding berada—gedung serbaguna.

.

Baekhyun berjingkrak-jingkrak di tengah kerumunan. Padatnya siswa yang memenuhi ruangan itu, membuat Baekhyun cukup kesulitan untuk menangkap sebuah foto—foto kakak tirinya yang dikabarkan berpelukan dengan Yifan—lelaki yang kemarin menendang kaleng minuman tepat mengenai kepalanya yang malang.

“ Cintanya ditolak lagi ya ?”

“ Kasihan sekali ,”

“ Padahal dia manis, pintar, dan terkenal. Kenapa Yifan tidak menerimanya saja ya ?”

“ Yifan itu sangat populer, dan kaya. Mungkin ia sudah dijodohkan dengan wanita yang sangat cantik dan kaya raya juga ,”

“ Kudengar Luhan menyimpan perasaan pada Yifan sejak kelas 10 ,”

“ Wajar saja Yifan tidak menerimanya. Dasar lelaki genit ,”

“ Kenapa Luhan sangat menyukainya ya ? Sudah jelas-jelas Yifan selalu menolaknya. Padahal banyak namja dan yeoja yang menyukainya dan menyatakan cinta padanya, tapi semuanya ditolak hanya demi Yifan ,”

“ Hn, kudengar ia berpisah dengan Chanyeol pun gara-gara Yifan kan ?”

“ Chanyeol ? Maksudmu anak berandalan itu ?”

“ Hah ? Park Chanyeol si pembuat onar ?!”

“ Mereka berpacaran ?”

“ Kalian ketinggalan berita. Ini berita lama tahu !”

“ Siapa ya yang menyebarkan foto ini ?”

“ Kasihan Luhan, dia pasti sangat malu ,”

“ Tch, untuk apa dikasihani ? Dia kan tidak punya hati !”

Pendengaran Baekhyun merasa tercemar mendengar gunjingan-gunjingan yang tidak menyenangkan untuk kakak tirinya, walaupun Luhan sendiri bisa dikatakan membenci adik tirinya. Ia tidak peduli. Luhan tetap seorang kakak baginya.

Ia mencari sosok Luhan di sekitar sana, tapi nihil. Sosok yang dicarinya tak menampakan sedikitpun batang hidungnya.

“ BISAKAH KALIAN BERHENTI ?! ATAU KALIAN INGIN AKU MENJAHIT MULUT-MULUT KALIAN HAH ?!” Baekhyun menoleh ke sumber suara, suara yang sangat ia kenali, pemilik suara itu baru saja menjadi temannya kemarin. Lelaki jangkung, dengan senyum yang cerah, juga sangat bersahabat—Park Chanyeol.

Dilihatnya lelaki itu berjalan melewatinya dan menerobos kerumunan. Chanyeol menyobek foto yang di tempelkan di mading itu dan meremasnya tanpa ampun. Dalam hitungan beberapa detik, ruangan tersebut menjadi hening. Gadis-gadis yang sedari tadi berkata kasar, bungkam, tanpa suara sedikitpun.

Chanyeol menatap sekitarnya dengan nyalang. Seolah siap menerkam siapapun yang bernafas disana.

Ia melangkahkan kaki jenjangnya keluar dari kerumunan. Murid-murid di kerumunan itu secara otomatis membuka jalan untuk Chanyeol.

“ Apa yang kalian lihat ?! PERGI !!” Seruan Chanyeol menggema ke seluruh ruangan.

Dan sukses. Kalimat terakhir Chanyeol, mampu membubarkan kerumunan yang nyaris menyamai dengan separuh murid sekolah.

Baekhyun masih terpaku disana. Menatap Chanyeol, tanpa mengeluarkan suara sedikitpun.

Chanyeol menolehkan kepalanya pada satu-satunya lelaki yang masih terdiam disana. Ia menghela nafas panjangnya, sebelum akhirnya tersenyum simpul. “ Ayo kembali ke kelas ,”

Baekhyun terdiam, sebelum akhirnya ia merasakan tangan raksasa itu menggenggam pergelangan tangannya, dan menariknya bersama dengannya.

Baekhyun menatap Chanyeol dalam diam. Hanya derap kaki yang mengisi keheningan diantara Baekhyun dan Chanyeol. Ia menatap jemari yang menggenggam pergelangan tangannya, terasa hangat.

BUGH

Tanpa sadar Baekhyun menabrak tubuh raksasa Chanyeol yang ternyata sudah menghentikan langkahnya. Ia mengerjapkan matanya, dan menyadari bahwa mereka bukan berada di depan kelas. Melainkan, depan gedung olahraga.

Baekhyun melemparkan pandangannya pada objek yang menarik perhatian Chanyeol. Siapa lagi selain Luhan—dan Yifan.

“ Aku minta maaf, tidak seharusnya aku melakukan itu. Aku malah membuatmu terjebak dalam masalah. Tapi benar, aku tidak bermaksud—“ Ucap sosok yang diyakini adalah Luhan, kepada sosok lelaki yang masih asyik mendribble bola basketnya. Tangan-tangannya yang lihai melemparkan bola itu ke ring basket dengan sekuat tenaga.

BRAAAAAK

Bola memantul kembali, melesat tepat di sisi kepala Luhan, dan akhirnya memantul di permukaan lantai. Yifan membalikkan tubuhnya. Wajahnya yang dinilai orang banyak—god like—itu tak memperlihatkan ekspresi apapun, seperti biasanya.

“ Kenapa kau terus mengangguku ?” Sebuah kalimat tanya terlontar dari bibir Yifan seiring dengan tatapan mengintimidasinya.

Luhan menelan ludahnya mentah-mentah. Ia sudah bisa memastikan Yifan pasti mengatakan hal ini.

“ Aku minta maaf. Aku tidak bermaksud—“

“ Jangan ganggu aku lagi ,” Yifan berniat melangkahkan kakinya keluar, sebelum sebuah suara menginterupsinya. “ Aku tidak bisa !”

Yifan menolehkan pandangannya pada Luhan. Lelaki manis yang masih berdiri tegak, seperti batu karang yang kokoh dihantam ombak, walaupun Yifan terus mengatakan hal-hal yang buruk untuknya. Ia tidak peduli. Seolah mata dan telinganya sudah tertutup rapat, seolah dirinya sudah merasa kebal akan hinaan dan tatapan mengintimidasi.

“ Bi—biarkan aku membuat se—nyum itu kembali di—wajahmu ,” Gumam Luhan pelan, namun terdengar cukup lantang bagi Chanyeol dan Baekhyun yang secara ‘tidak sengaja’ menguping di luar.

“ Kenapa kau harus bersikap bahwa kau peduli jika kau sendiri tahu kaulah alasan di balik semua ini ,” Yifan akhirnya melangkahkan kakinya keluar. Pandangannya menangkap sosok Chanyeol dan Baekhyun yang masih diam terpaku di tempatnya.

“ Kau mau menyebarkan hal ini agar diketahui oleh satu sekolah ? Kalau begitu sebarkanlah. Aku tidak akan merasa terganggu ,” Ucap Yifan yang sukses membuat Chanyeol menarik kerah kemeja sekolah Yifan.

“ Jaga bicaramu tuan sok sempurna !” Geram Chanyeol.

Yifan menyunggingkan sebuah seringaian tipis. “ Tch, orang brengsek sepertimu tahu apa, hn ?”

Gigi-gigi Chanyeol bergemerutuk keras. “ Setidaknya aku masih tahu cara memperlakukan orang yang menyukaiku !”

“ Kalau begitu ajarkan dia untuk memperlakukanmu selayaknya seorang kekasih, Park Chanyeol—“ Ucap Yifan dengan penekanan pada kata ‘dia’, sembari melirik ke arah Luhan yang masih terdiam membelakangi mereka.

Chanyeol mengepalkan tangannya kuat-kuat. “ JAGA MULUTMU BRENGSEK !!!”

“ Chanyeol hentikan !” Seru Baekhyun dan menarik Chanyeol mundur.

“ Aku harus menghajarnya, Baekhyun ! Lepaskan aku !”

“ Kau pikir masalah bisa diselesaikan dengan emosi huh ?! Kau bisa terkena masalah !”

“ Aku tidak peduli !”

“ Tahan emosimu Chanyeol !”

“ Tapi ia mengatakan, kalau Luhan—“

“ Apa yang kukatakan memang benar. Kenapa kau masih menyangkalnya ? Luhan tidak berniat sedikitpun untuk menjadikanmu kekasihnya—“ Timpal Yifan dengan seringaian khasnya.

“ KUSOBEK MULUT SIALMU ITU WU YIFAN !!” Seru Chanyeol.

Baekhyun menarik tangan Chanyeol. Sukses membuat lelaki itu menolehkan pandangan padanya. Matanya yang berapi, bertemu dengan mata Baekhyun yang setenang samudera.

“ Chanyeol dengarkan aku, kumohon—“

Chanyeol mendesah pelan, akhirnya mengangguk.

“ Baekhyun, kurasa kau harus mencari teman yang lebih baik ,” Ucap Yifan dan melenggang dari tempat itu. Kata-katanya masih bisa membuat Chanyeol naik darah, namun lagi-lagi Baekhyun membuatnya tenang.

Mata Chanyeol menangkap sosok yang berdiri jauh dibelakang Baekhyun, membelakanginya. Chanyeol menghempaskan tangan Baekhyun pelan sebelum melangkahkan kakinya menuju ke arah Luhan.

“ Berhenti disitu ,” Ucap Luhan, tanpa nada sedikitpun.

“ Tidak mau ,” Jawab Chanyeol dan terus melangkahkan kakinya.

“ Kukatakan berhenti sampai disitu !”

“ Aku sudah bilang tidak mau !”

“ Jangan pikir aku akan menjelaskan semua ini, Park Chanyeol. Apa yang dikatakan Yifan memang benar. Seharusnya kau membuka matamu ,”

“ Kalau begitu seharusnya kau juga membuka matamu. Yifan tidak menyukaimu ,”

“ Aku akan membuatnya menyukaiku ! Dan aku akan membuatnya tersenyum ! Tidak peduli apapun yang terjadi !” Seru Luhan dan akhirnya berlari keluar.

Nafas Baekhyun tercekat di tenggorokannya. Ia bahkan tidak merasakan kakinya menapak di bumi.

Untuk pertama kalinya—setelah kematian ayahnya tentunya—Baekhyun melihat sosok Luhan, yang lemah. Ia merasa sangat ingin melindungi kakak tirinya itu.

Tapi bukankah seharusnya Baekhyun sadar, bahwa ia tidak akan mungkin meraih Luhan. Ia tertinggal jauh di bawah Luhan. Luhan punya segalanya. Sedangkan Baekhyun ? Sudah diberi nyawa, dan tetap hidup di dunia pun menurutnya sudah lebih dari cukup.

Baekhyun memejamkan matanya, dan meremas dadanya kuat-kuat. Ia merasakan sesuatu yang sakit disana. Ia tidak tahu apa. Panas yang bergejolak di dadanya, getar dalam genggaman tangannya, juga merasakan kesulitan bernafas.

Ia menghela nafas panjang. Membuka matanya, dan mendapati sosok Chanyeol sudah berdiri di hadapannya, dengan sebuah senyum—tapi senyuman yang berbeda.

“ Ayo kembali ke kelas, aku tidak ingin kau kena marah gara-gara aku ,” Chanyeol tersenyum lembut, disambut dengan anggukan pelan dari Baekhyun. Dan mereka berjalan beriringan menuju ke kelas mereka, sebelum bel pertanda pelajaran pertama dimulai, berbunyi.

-Cinderella Man Step Brother-

Jam sekolah telah usai, waktu terasa berjalan lambat dan lebih melelahkan dibandingkan dengan biasanya, karena Luhan selalu mendengarkan gunjingan-gunjingan tentangnya, baik di kelas, maupun diluar kelas. Walaupun pada akhirnya ia memang tidak pernah benar-benar mendengarkan apa yang murid lain katakan.

Luhan berjalan dengan lambat, entah kemana karena ia sendiri tak tahu kemana kakinya akan membawanya.

Tak berapa lama, ia menghentikan langkahnya tepat di sebuah toko bunga tua di pinggiran kota. Ia belum pernah melihat toko bunga ini sebelumnya.

Luhan mengintip lewat jendela kayu yang sudah lapuk itu. Tokonya sangat bersih dan terawat. Banyak rangkaian bunga-bunga cantik di dalamnya. Tanpa ragu Luhan segera memasuki toko itu. Ia menghirup udara yang sangat menyejukkan hatinya yang sedang kalut.

Pandangannya tertuju pada sebuket bunga putih yang berada di antara bunga mawar dan bunga matahari—bunga aster. Bunga aster, ya aster. Bunga kesukaan adiknya, Sehun.

Ia mengamit setangkai bunga aster itu dan menghirupnya, merasakan harumnya merasuki rongga pernafasannya. Ia tersenyum simpul. Teringat akan sang adik, yang kini entah dimana keberadaannya, entah bagaimana keadaannya.

“ Ada yang bisa kubantu ?” Tiba-tiba suara seorang wanita paruh baya menginterupsi kegiatan Luhan. Luhan menengok dan mengangguk. “ Aku mau sebuket aster, dan sebuket lili ,”

“ Silahkan ditunggu tuan ,” Ucap wanita itu ramah. Luhan baru menyadari satu hal, wanita itu duduk di kursi roda. Kedua kakinya masih utuh dan sempurna, logikanya mengira-ngira bahwa wanita itu lumpuh atau mungkin ringan ?

“ Ada lagi tuan muda ?” Tanya wanita itu ketika selesai merangkai bunga yang Luhan pesan. Luhan menggeleng pelan. Ia mengamit bunga-bunga itu, dan mengeluarkan beberapa lembar uang dari dompetnya.

“ Ini bibi, ambil kembaliannya—“

“ Eh ? Ti—tidak bisa tuan, ini terlalu banyak—“ Ucap wanita itu.

“ Tidak apa-apa, aku tidak membutuhkannya. Kau yang lebih membutuhkan ,” Ucap Luhan sembari tersenyum simpul.

“ Terimakasih tuan muda, semoga tuhan memberkatimu ,” Ucap wanita paruh baya itu dengan senyuman yang mengembang di wajahnya yang masih terlihat cantik.

Luhan hanya menyambutnya dengan anggukan kecil dan segera keluar dari toko bunga itu.

“ Ibu ! Kan aku sudah bilang biar aku saja yang jaga toko, ibu masih belum pulih betul !” Ucap seorang lelaki jangkung dengan kulit putih susu. Wajahnya sangat tampan, hanya sayang, garis wajahnya tak menampakkan bahwa ia sering tersenyum.

Wanita paruh baya itu mendongak. “ Sehunnie, ibu tidak suka kau manjakan seperti itu. Ibu bosan hanya berbaring seharian, ibu juga ingin membantumu ,”

Lelaki tampan yang dipanggil ‘Sehunnie’ itu pun segera berjongkok di hadapan ibunya. Ia mendengus pelan. Walaupun wajahnya nyaris tak bereskpresi, namun terlihat jelas ada setitik kekhawatiran tersirat di matanya.

“ Ibu—“

“ Sehun coba lihat, barusan ada pelanggan baik hati yang memberikan tip kepada ibu. Uang ini mungkin bahkan tiga kali lipat dari harga bunga aster dan lily yang ia pesan. Sungguh baik hati—“ Ucap wanita paruh baya itu dengan mata yang berbinar-binar.

“ Syukurlah kalau begitu. Nah sekarang waktunya ibu istirahat—“

“ Sehunnie, kau tidak mau melihat ibumu senang ya ?” Ucap wanita itu sembari mencibil. Sehun menghela nafas panjang atas tingkah kekanakkan ibunya.

“ Apapun itu, asalkan ibu sehat, aku tidak masalah. Ibu istirahat ya ? Aku tidak mau ibu terlalu lelah dan jatuh sakit lagi. Ibu bilang tidak mau dibawa ke rumah sakit ,”

“ Tapi—“

“ Ayooo !” Potong Sehun cepat, sebelum ibunya sempat meneruskan perkataannya. Ia berdiri dan bergegas mendorong kursi roda yang diduduki ibunya menuju ke rumah, sebelum akhirnya ia kembali untuk menjaga took itu lagi.

.

Luhan bersimpuh di sebuah batu nisan yang diyakini pemiliknya adalah Byun Taesung—ayah tirinya.

“ Aku merindukanmu ,” Bisik Luhan pelan. “—juga Sehun ,”

Luhan menaruh buket lily itu di samping batu nisan ayah tirinya. “ Aku tidak pernah bisa melupakan kejadian naas itu. Setiap malam aku selalu teringat ayah, dan Sehun. Walaupun ayah tidak tahu siapa Sehun—“

Luhan menatap sebuket bunga aster yang berada di pangkuannya. Ia tersenyum kecil, “ Sehun suka sekali bunga aster, ayah.. Saat di Beijing, walaupun rumah kami sangat kecil, tapi kami memiliki taman yang cukup untung menampung bunga-bunga indah ini. Sehun yang menyiraminya. Aku masih ingat—“

Luhan membiarkan cairan yang bening itu jatuh di pipinya begitu saja, “—Aku masih ingat bagaimana ekspresi ketakutan Sehun, saat lelaki itu membawa kabur Sehun dari aku dan ibu. Aku masih ingat, saat aku mengejarnya, saat lelaki itu memukulku keras-keras—dan bekasnya tak akan pernah hilang ..”

“ Aku berharap Sehun baik-baik saja, seperti keadaan ayah disana. Apakah surga itu menyenangkan ?”

Luhan tersenyum kecut, “ Aku ingin ayah membawaku pergi saja saat itu. Agar aku tidak perlu ketakutan akan dikejar, dan ditemukan lagi oleh lelaki gila itu. Mungkin dengan begitu beban di bahuku bisa berkurang, dan aku tidak akan membebani hidup ibu lagi. Dia terus bekerja demi aku. Aku benci melihat ibu kelelahan, tapi aku bisa apa ? Sebagai anak aku hanya harus belajar dengan baik kan, ayah ?”

“ Seandainya saja saat itu anak sial itu tidak menyuruhmu untuk datang ke pertemuan orang tua, pasti saat ini aku masih bisa mendengar lembut suaramu, merasakan hangatnya pelukan seorang ayah ,”

Luhan menyentuh permukaan bunga aster itu dengan hati-hati, seolah ketakutan kelopaknnya akan tersobek atau lepas dari mahkotanya.

“ Sudah hampir tiga tahun aku memperhatikan seseorang. Namanya Wu Yifan, dia adalah seorang atlit basket yang tampan, ayah. Walaupun ekspresi wajahnya sangat datar, tapi aku bisa merasakan ada kehangatan disana. Pernah suatu hari ia melindungiku dari ejekan murid-murid di sekolah, tentang ayah kandungku yang jahat, ia bilang akan melindungiku—“ Luhan tersenyum, “—aku sendiri tidak tahu pernah berbuat apa, sampai-sampai ia menjauhiku seperti itu. Bahkan ia jadi orang yang sangat dingin. Tapi tidak apa-apa, aku akan membuatnya tersenyum lagi ,”

“ Aku yakin ,”

TES

Luhan merasakan ada setetes cairan yang jatuh dari langit membasahi punggung tangannya. Ia menengadahkan kepalanya ke langit, hujan itu semakin deras.

Luhan menyipitkan matanya, ia mengecup singkat batu nisan itu sebelum akhirnya berkata, “ Ayah, sekarang hujan. Padahal aku masih memiliki banyak cerita yang ingin kuceritakan.. Maaf aku tidak bisa berlama-lama menemani ayah. Sampai jumpa ! Aku selalu menyayangimu !”

Luhan mengamit buket aster itu dan berlari sekuat tenaga, keluar dari kompleks pemakaman umum dengan tergesa.

.

Luhan melangkahkan kakinya dengan tergesa. Walaupun ia tahu ia sudah terlanjur basah kuyup, tapi jika berlama-lama di luar, ia pasti akan terserang flu dan ibunya akan sangat khawatir. Namun pandangannya menangkap suatu objek yang membuatnya terpaksa menghentikan langkahnya.

Kediaman Wu.

“ Lulu gege !!!!!!” Panggil seorang remaja laki-laki dengan rambut hitam, dan kelopak panda. Tubuhnya kurus dan tinggi. Ia berada di balik pagar yang mirip jeruji besi berwarna hitam mengkilap. Ia tertawa senang ketika melihat Luhan menghentikan langkah untuknya.

“ Ta—Tao ? Kenapa bermain di luar ?!” Seru Luhan karena jika tidak, suaranya pasti akan lenyap terbawa suara derasnya air hujan.

“ Tao masih menunggu Yifan gege ,” Ucap lelaki yang bernama Tao itu. Piyama birunya benar-benar kotor, entah karena ia berguling lumpur atau makanan yang (selalu) dengan sengaja ia tumpahkan ke atas bajunya.

“ Yifan gege masih latihan basket ! Mungkin ia pulang larut ! Ayo cepat masuk ! Nanti kedinginan !” Seru Luhan lagi.

Tao menggeleng cepat. “ Lulu gege juga masih di luar !”

“ Lulu gege sekarang mau pulang kerumah, ayo cepat masuk ! Nanti sakit !”

“ Tidak mau ! Pokoknya harus sama Lulu gege !!”

“ Tao—“

“ Huaaaaaaaaaaa !!!!” Tiba-tiba anak itu menangis kencang, membuat Luhan kelimpungan sendiri.

“ Ta—Tao, jangan menangis ya ? Lulu gege akan masuk, tunggu sebentar ya—“ Dengan tergesa Luhan berlari dan membukakan pagar rumah—ah bahkan tidak bisa dibilang rumah karena saking besarnya.

Luhan menghampiri Tao yang sudah tersenyum ceria.

“ Tuan Li mana ? Kenapa ia tidak mengurusmu ?” Luhan menarik Tao menuju ke teras mansion untuk berteduh.

“ Tidak tahu ,” Jawab Tao seadanya.

“ Bibi Feng ?”

“ Tidak tahu ,”

“ Tuan Hong ?”

“ Kata Yifan gege ia sudah keluar dari rumah ini dan jangan di pedulikan lagi—“

“ Kenapa ?” Luhan mengernyit.

“ TUAN MUDA !! YA TUHAN, KENAPA BISA BASAH KUYUP BEGINI ?!!” Tiba-tiba seorang wanita tua menginterupsi.

Luhan menolehkan pandangannya pada wanita tua itu, sedangkan Tao ? Ia asyik memandang Luhan.

“ Bibi Feng, kemana saja ? Tao kehujanan menunggu Yifan ,” Luhan mencibil.

“ Ya Tuhan, ini kau tuan muda Luhan ? Sudah lama sekali sejak terakhir kali kau kesini err—“

“ Dua tahun yang lalu ,” Ucap Luhan cepat.

“ Ya, dua tahun yang lalu. Ayo masuk, keringkan badan kalian. Nanti sakit—“

“ Tidak usah bibi, aku akan langsung pulang. Ibu pasti akan khawatir—“

“ Tidak ! Pokoknya Lulu gege bersamaku !”

“ Tao—“

“ Tidak mau ! Pokoknya Tao mau sama Lulu gege !!!!” Rengek Tao. Wanita tua yang diketahui bernama bibi Feng itu menghela nafas pelan, sedangkan Luhan tersenyum kecil dan mengacak-acak rambut Tao lembut.

“ Baiklah baik, dasar anak manja. Ayo masuk—“ Luhan menarik Tao untuk masuk ke rumahnya.

.

Seperti biasa, keadaan di kediaman Wu ini selalu sepi. Apalagi orang tuanya yang selalu sibuk dengan bussiness trip. Yifan dan Tao hanya ditemani oleh kepala pelayan, koki, tukang kebun, pelayan-pelayan, juga terkadang Yifan menyewa baby sitter untuk menjaga Tao—walaupun pada dasarnya umurnya sudah 15 tahun. Dan terkadang baby sitter itu kewalahan, karena Tao yang tidak mau diatur selain oleh bibi Feng, Yifan, dan Luhan.

“ Tuan muda, air hangatnya sudah siap. Ayo mandi ,” Ajak bibi Feng. Tao menggeleng cepat. “ Aku mau Lulu gege ,”

“ Tuan muda, kasihan tuan muda Luhan, ia pasti juga mau mandi, nanti kalau dia sakit bagaimana ?” Bujuk bibi Feng.

“ Tidak mau ! Pokoknya Luhan gege !!” Rengek Tao. Luhan hanya tertawa kecil. “ Iya-iya, ayo cepat masuk kamar mandi ,”

Tao buru-buru mencopot semua bajunya, terkecuali celana boxer panda kesayangannya, yang ia selalu gunakan sekalipun mandi, jika tidak, ia pasti akan merengek, bahkan mengamuk.

Tao memasukkan kakinya ke dalam bath tub yang sudah berisi air hangat yang penuh dengan busa sabun anak yang Tao sangat sukai harumnya.

Luhan menyingsingkan lengan baju panjangnya dan menggosok punggung Tao.

“ Maafkan kami tuan muda. Tuan muda jadi direpotkan begini—“ Bibi Feng membungkuk.

“ Tidak apa-apa. Aku senang kok, sudah lama tidak bermain dengan Tao—“

“ Aku bahkan belum sempat menanyakan kabar tuan muda Luhan—“

“ Aku baik ,” Ucap Luhan cepat. “—Ngomong-ngomong, kenapa tuan Hong tidak bekerja lagi disini ?”

“ Tuan muda Yifan yang memecatnya ,”

“ Ke—kenapa ?” Luhan mengernyit. Tangannya masih menggosok punggung Tao dengan sabun, sedangkan Tao ? Ia asyik sendiri bermain dengan bebek karetnya.

“ Kejadian ini memang sudah lama. Tuan Hong berniat menculik tuan muda Zitao, dan meminta tebusan. Untungnya Tuan Li yang sudah mengetahui hal ini langsung melaporkannya pada tuan muda Yifan. Jadi sebelum Hong melancarkan aksinya, tuan muda Yifan sudah memanggil polisi, dan polisi membekuk Hong dan komplotannya yang juga pekerja disini—“

“ Ya Tuhan—“ Luhan membelakkan matanya. “ Lalu sekarang bagaimana ?”

“ Masalahnya sudah selesai, dan Hong dipenjara 10 tahun masa percobaan. Awalnya tuan muda Yifan tidak terima, dan berniat menyewa kuasa hokum—tapi kami berpikir untuk apa hal itu dilakukan, selama tuan muda Zitao masih selamat. Ya kan ?”

“ Hn. Yifan pasti benar-benar sangat menyanyangi Zitao ,” Luhan tersenyum kecil. Ia mengambil shampoo dan menggosokkannya ke rambut Tao yang berwarna hitam mengkilau.

“ Err—bibi Feng ,”

“ Ya tuan muda ?”

“ Jangan katakan pada Yifan aku datang kemari ,”

“ Kenapa ?”

“ Aku tidak tahu. Ada sesuatu hal yang membuatnya marah besar kepadaku. Bahkan ia sama sekali tidak mau berbicara denganku ,” Luhan tersenyum kecut.

“ Aku turut menyesal mendengarnya. Tidak apa-apa tuan muda, tuan muda Yifan tidak akan marah terlalu lama ,”

“ Hn, mungkin dua tahun bukan waktu yang lama baginya..”

“ Sudah ayo ,” Ajak Luhan setelah membersihkan sisa-sisa sabun yang menempel di tubuh Tao.

Bibi Feng memakaikan piyama bernuansa merah dengan garis-garis putih. Kemudian membaringkan Tao di ranjang ukuran king size nya, dan membawakan boneka panda raksasa untuk Tao peluk. Tao tersenyum riang, namun matanya tidak pernah terlepas dari Luhan.

“ Tuan muda, saya tinggal sebentar ,” Ucap bibi Feng dan segera keluar dari kamar Zitao, setelah Luhan mengangguk pelan.

“ Kenapa kau terus menatapku seperti itu, hn ?” Luhan mengacak-acak rambut Tao.

Tao hanya tersenyum manis, sebelum berkata, “ Wajah Lulu gege seperti malaikat yang selalu menemaniku bermain. Aku suka Lulu gege ,”

“ Aku juga menyukaimu Tao ,” Ucap Luhan dan tersenyum. “ Nah sekarang tidur ,”

“ Lulu gege ?”

“ Lulu gege tidak akan tidur. Lulu gege mau menjaga Tao, agar tidak ada monster yang mengganggu bayi panda raksasa ini ,” Luhan duduk di sisi ranjang Tao.

Tao mengangguk dan memejamkan matanya.

Tak berapa lama kemudian Luhan dapat mendengar sebuah dengkuran halus. Ia tersenyum kecil, “ Selamat tidur Tao, mimpi indah ,”

Berjalan tanpa menimbulkan sedikitpun suara, dan akhirnya sampai di ambang pintu. Ia melihat wajah Tao yang benar-benar damai. Sebuah ucapan “ Sampai jumpa ,” tertinggal dari bibir Luhan.

-TO BE CONTINUED-

Baekhyun berlari turun dari tangganya dengan tergesa-gesa. Tiba-tiba kakinya terpeleset dan membuatnya terjatuh dengan debuman keras di lantai. Luhan yang masih menikmati rotinya, hanya melirik Baekhyun lewat ekor matanya, sebelum akhirnya kembali meneruskan kegiatannya.

“ Ow ,” Baekhyun meringis kesakitan. Hidungnya mengeluarkan cairan merah pekat, karena hidungnya yang terlebih dahulu menghantam lantai. Ia menghapus jejak darah dari hidungnya, tanpa sadar darah itu telah mengotori seragamnya.

“ Tuan muda !” Seru Joonmyeon panik dan buru-buru membantu Baekhyun untuk berdiri. “ Tuan muda tidak apa-apa ?”

Baekhyun menggeleng cepat dan tersenyum simpul.

“ Astaga ! Darahnya mengotori seragammu ! Biar kuambilkan seragam lain !” Ucap Joonmyeon, sebelum akhirnya ia merasakan jemari lentik Baekhyun menarik pergelangan tangannya. Ia menolehkan kepalanya kepada sang majikan.

“ Tidak apa-apa, aku tidak mempunyai banyak waktu lagi ,” Ucap Baekhyun dan menghampiri meja makan.

“ Sayang, kenapa kau tidak bilang kalau ada pertemuan orang tua di sekolah ?” Ucap seorang wanita cantik pada Luhan yang masih asik mengunyah rotinya. Wanita cantik itu melirik anak tirinya, Baekhyun—yang terlihat sangat berantakan—dan buru-buru mengalihkan pandangannya pada anaknya.

Luhan menelan habis roti di mulutnya, dan menjawab, “ Ibu tidak perlu kesana ,”

“ Loh kenapa ? Akhir-akhir ini setiap ada pertemuan orang tua kau tidak mau ibu datang ? Lagipula kapan lagi ibu bisa pergi ke sekolahmu dan membicarakan perkembanganmu dengan wali kelas, sejak ibu sibuk bekerja, hn ?” Wanita itu mengelus  rambut Luhan.

“ Tidak apa-apa. Aku tidak pernah berbuat onar, atau prestasiku pun tidak ada yang turun. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan di sekolah, jadi ibu tidak perlu datang—“ Jawab Luhan cepat. Walaupun sebenarnya ada jawaban yang lebih di dalam hati Luhan.

“ Baekhyun rapihkan seragammu. Kau terlihat berantakan—“ Kritik wanita yang diketahui adalah Xi Jiangyi, ibu tiri Baekhyun.

Baekhyun menolehkan pandangannya pada seragamnya yang belum ia masukkan ke dalam celananya. Sebuah senyum mengembang di wajah manisnya. Ia senang karena untuk pertama kalinya ibu tirinya itu memperhatikan penampilannya.

“ Berhenti tersenyum seperti itu. Kau terlihat seperti orang bodoh ,” Dengus Luhan tanpa sedikitpun menoleh kepada Baekhyun.

“ Ma—maaf ,” Ucap Baekhyun pelan. Walaupun pada akhirnya ia tetap tersenyum. Baekhyun mengingat-ngingat sesuatu yang janggal dalam otaknya, sebelum ia bersuara, “ Astaga ! Tasku !”

“ Tuan muda ,” Panggil Joonmyeon sembari membawakan tas sekolah Baekhyun. Baekhyun tersenyum lega. Sebuah kalimat “ Terimakasih ,” terucap dari bibir Baekhyun. Joonmyeon hanya mengangguk singkat.

“ Aku pergi ,” Ucap Luhan dan segera bangkit dan berjalan menuju keluar.

“ Aku juga !” Seru Baekhyun dan mengamit tasnya.

“ Tuan muda kau belum sarapan ,” Ucap Joonmyeon pada Baekhyun yang masih berkutat dengan tasnya.

“ Tapi kalau tidak buru-buru aku akan terlambat. Aku tidak mungkin berlari menuju ke sekolah ,” Baekhyun menggembungkan pipinya.

“ Kenapa tidak berangkat bersama dengan tuan muda Luhan ?” Saran Joonmyeon.

Baekhyun membulatkan matanya. “ I—itu, ti—tidak mu—“

“ Tuan muda Luhan !” Panggil Joonmyeon dan lelaki yang dipanggil pun menghentikan langkahnya dan menoleh.

“ Hn ?”

“ Maukah kau berangkat bersama dengan tuan muda Baekhyun ? Dia akan terlambat jika ia harus berjalan lagi ke sekolahannya ,”

Baekhyun menatap Joonmyeon dan Luhan bergantian.

“ Siapa yang menyuruhnya bangun terlambat ?” Ucap Luhan ketus. Baekhyun menghela nafas. Sebenarnya jika Luhan tidak menyuruhnya mengerjakan tugas matematikanya—yang Baekhyun rasa sangat rumit dan ia tahu sebenarnya Luhan pasti bisa mengerjakannya sendiri—ia pasti akan tidur lebih awal.

“ Tidak apa-apa, Joonmyeon. Aku—“

“ Anak bodoh itu harus membiasakan diri bangun pagi ! Dasar pemalas !” Dengus Luhan dan membalikkan tubuhnya.

Baekhyun terdiam, kata-kata Luhan yang baru saja terucap, sukses membuat hati Baekhyun terkoyak. Walaupun pada dasarnya ia sudah terbiasa mendengar kata-kata atau umpatan kasar dari kakak tirinya itu kepadanya, setiap hari. Tapi selalu saja ia merasakan hatinya benar-benar hancur.

“ Hanya kali ini saja, tuan muda. Saya pasti akan membangunkannya lebih awal, ini bukan sepenuhnya salah tuan muda—“

“ Kalau begitu kenapa tidak kau saja yang mengantarkannya ke sekolah ? Kenapa harus aku yang repot-repot ?”

“ Tuan muda, saya masih memiliki banyak pekerjaan di sini. Lagipula kalian bersekolah di tempat yang sama kan ?”

Luhan mendengus pelan, “ Yayaya !”

Ia menolehkan pandangannya pada Baekhyun. “ Baekhyun, kau mau terus diam disana, atau berangkat ke sekolah ?”

Baekhyun membelakkan matanya. Seulas senyuman kembali mengembang di wajahnya. “ Ba—baik !”

Baekhyun menoleh kepada Joonmyeon, dan membisikkan kata “ Terimakasih”, dan disambut oleh anggukkan oleh kepala pelayan itu. “ Aku berangkat !”

“ Hati-hati tuan muda ,”

.

Sepanjang perjalanan, baik Baekhyun maupun Luhan tidak ada yang membuka suara. Mereka hanya terdiam, sambil memandangi keluar jendela, sementara Baekhyun sibuk mengancingkan blazernya untuk menutupi noda darah yang mengotori seragam putih dan dasinya.

“ Berhenti ,” Ucap Luhan, sukses membuat Baekhyun mengernyit.

“ Ada apa ?” Tanya sang supir.

“ Sudah, berhenti saja !” Dengus Luhan. Dan akhirnya mobilnya pun berhenti.

“ Kau turun disini ,” Ucap Luhan tanpa memandang Baekhyun sedikitpun. Sang supir memandang majikannya itu dari kaca spion mobilnya. “ Aku tidak mau orang-orang tahu kalau kau adalah saudara tiriku ,”

Baekhyun membelakkan matanya. Ia menghela nafas pelan, “ Baik hyung ,”

Dan mobil pun kembali melaju setelah Baekhyun turun dari mobil. Baekhyun menatap mobil yang telah menghilang dari kejauhan.

“ Sebenci itukah Luhan hyung padaku ?” Gumam Baekhyun lirih. Ia menyeka air mata yang nyaris mengalir di pipinya—ia tersenyum kecut sebelum pada akhirnya berjalan menuju ke sekolahnya.

-Cinderella Man Step Brother-

“ Hello cantik !” Chanyeol melambaikan tangannya ketika melihat Baekhyun memasuki ruang kelas. Sebenarnya adalah suatu keajaiban jika seorang Park Chanyeol tidak datang terlambat di kelas. Baekhyun mendongakkan kepalanya ke sumber suara dan buru-buru melangkahkan kakinya ke bangkunya.

“ Err—aku minta maaf karena kemarin meninggalkanmu. Aku ada urusan mendadak, hehe—“ Chanyeol menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Baekhyun melirik Chanyeol dari ekor matanya, dan segera membereskan buku-bukunya di meja. “ Tidak apa-apa ,”

“ Kau marah padaku ?” Chanyeol memposisikan dirinya berada di antara Baekhyun dan buku-bukunya, berusaha untuk mendapatkan perhatian dari Baekhyun.

Baekhyun menelan ludahnya. “ Kenapa aku harus marah padamu ?”

“ Iya—itu—itu karena—“

“ HEY TEMAN-TEMAN !! LIHAT MAJALAH DINDING SEKOLAH KITA ! PANGERAN ES DAN PANGERAN DARI DINASTI WU !!” Tiba-tiba seorang anak lelaki memasuki kelas dengan hebohnya, dan berteriak menginterupsi pembicaraan Chanyeol dan Baekhyun.

“ Ada apa ? Ada apa ?” Murid lainnya ikut heboh berhamburan menuju ke pintu tempat murid yang baru saja berteriak itu. Baekhyun melirik lelaki itu, sedangkan Chanyeol ? Ia buru-buru berlari keluar, entah kenapa.

Baekhyun mengernyit. “ Ada apa ?”

“ ADA FOTO LUHAN DAN YIFAN TERTANGKAP BASAH SEDANG BERPELUKAN !!”

DEG

“ Kau bisa panggil aku Yifan ,”

“ Lu—Luhan hyung ?” Baekhyun bergumam pelan sebelum akhirnya kedua kakinya menuntunnya untuk menuju ke tempat dimana majalah dinding berada—gedung serbaguna.

.

Baekhyun berjingkrak-jingkrak di tengah kerumunan. Padatnya siswa yang memenuhi ruangan itu, membuat Baekhyun cukup kesulitan untuk menangkap sebuah foto—foto kakak tirinya yang dikabarkan berpelukan dengan Yifan—lelaki yang kemarin menendang kaleng minuman tepat mengenai kepalanya yang malang.

“ Cintanya ditolak lagi ya ?”

“ Kasihan sekali ,”

“ Padahal dia manis, pintar, dan terkenal. Kenapa Yifan tidak menerimanya saja ya ?”

“ Yifan itu sangat populer, dan kaya. Mungkin ia sudah dijodohkan dengan wanita yang sangat cantik dan kaya raya juga ,”

“ Kudengar Luhan menyimpan perasaan pada Yifan sejak kelas 10 ,”

“ Wajar saja Yifan tidak menerimanya. Dasar lelaki genit ,”

“ Kenapa Luhan sangat menyukainya ya ? Sudah jelas-jelas Yifan selalu menolaknya. Padahal banyak namja dan yeoja yang menyukainya dan menyatakan cinta padanya, tapi semuanya ditolak hanya demi Yifan ,”

“ Hn, kudengar ia berpisah dengan Chanyeol pun gara-gara Yifan kan ?”

“ Chanyeol ? Maksudmu anak berandalan itu ?”

“ Hah ? Park Chanyeol si pembuat onar ?!”

“ Mereka berpacaran ?”

“ Kalian ketinggalan berita. Ini berita lama tahu !”

“ Siapa ya yang menyebarkan foto ini ?”

“ Kasihan Luhan, dia pasti sangat malu ,”

“ Tch, untuk apa dikasihani ? Dia kan tidak punya hati !”

Pendengaran Baekhyun merasa tercemar mendengar gunjingan-gunjingan yang tidak menyenangkan untuk kakak tirinya, walaupun Luhan sendiri bisa dikatakan membenci adik tirinya. Ia tidak peduli. Luhan tetap seorang kakak baginya.

Ia mencari sosok Luhan di sekitar sana, tapi nihil. Sosok yang dicarinya tak menampakan sedikitpun batang hidungnya.

“ BISAKAH KALIAN BERHENTI ?! ATAU KALIAN INGIN AKU MENJAHIT MULUT-MULUT KALIAN HAH ?!” Baekhyun menoleh ke sumber suara, suara yang sangat ia kenali, pemilik suara itu baru saja menjadi temannya kemarin. Lelaki jangkung, dengan senyum yang cerah, juga sangat bersahabat—Park Chanyeol.

Dilihatnya lelaki itu berjalan melewatinya dan menerobos kerumunan. Chanyeol menyobek foto yang di tempelkan di mading itu dan meremasnya tanpa ampun. Dalam hitungan beberapa detik, ruangan tersebut menjadi hening. Gadis-gadis yang sedari tadi berkata kasar, bungkam, tanpa suara sedikitpun.

Chanyeol menatap sekitarnya dengan nyalang. Seolah siap menerkam siapapun yang bernafas disana.

Ia melangkahkan kaki jenjangnya keluar dari kerumunan. Murid-murid di kerumunan itu secara otomatis membuka jalan untuk Chanyeol.

“ Apa yang kalian lihat ?! PERGI !!” Seruan Chanyeol menggema ke seluruh ruangan.

Dan sukses. Kalimat terakhir Chanyeol, mampu membubarkan kerumunan yang nyaris menyamai dengan separuh murid sekolah.

Baekhyun masih terpaku disana. Menatap Chanyeol, tanpa mengeluarkan suara sedikitpun.

Chanyeol menolehkan kepalanya pada satu-satunya lelaki yang masih terdiam disana. Ia menghela nafas panjangnya, sebelum akhirnya tersenyum simpul. “ Ayo kembali ke kelas ,”

Baekhyun terdiam, sebelum akhirnya ia merasakan tangan raksasa itu menggenggam pergelangan tangannya, dan menariknya bersama dengannya.

Baekhyun menatap Chanyeol dalam diam. Hanya derap kaki yang mengisi keheningan diantara Baekhyun dan Chanyeol. Ia menatap jemari yang menggenggam pergelangan tangannya, terasa hangat.

BUGH

Tanpa sadar Baekhyun menabrak tubuh raksasa Chanyeol yang ternyata sudah menghentikan langkahnya. Ia mengerjapkan matanya, dan menyadari bahwa mereka bukan berada di depan kelas. Melainkan, depan gedung olahraga.

Baekhyun melemparkan pandangannya pada objek yang menarik perhatian Chanyeol. Siapa lagi selain Luhan—dan Yifan.

“ Aku minta maaf, tidak seharusnya aku melakukan itu. Aku malah membuatmu terjebak dalam masalah. Tapi benar, aku tidak bermaksud—“ Ucap sosok yang diyakini adalah Luhan, kepada sosok lelaki yang masih asyik mendribble bola basketnya. Tangan-tangannya yang lihai melemparkan bola itu ke ring basket dengan sekuat tenaga.

BRAAAAAK

Bola memantul kembali, melesat tepat di sisi kepala Luhan, dan akhirnya memantul di permukaan lantai. Yifan membalikkan tubuhnya. Wajahnya yang dinilai orang banyak—god like—itu tak memperlihatkan ekspresi apapun, seperti biasanya.

“ Kenapa kau terus mengangguku ?” Sebuah kalimat tanya terlontar dari bibir Yifan seiring dengan tatapan mengintimidasinya.

Luhan menelan ludahnya mentah-mentah. Ia sudah bisa memastikan Yifan pasti mengatakan hal ini.

“ Aku minta maaf. Aku tidak bermaksud—“

“ Jangan ganggu aku lagi ,” Yifan berniat melangkahkan kakinya keluar, sebelum sebuah suara menginterupsinya. “ Aku tidak bisa !”

Yifan menolehkan pandangannya pada Luhan. Lelaki manis yang masih berdiri tegak, seperti batu karang yang kokoh dihantam ombak, walaupun Yifan terus mengatakan hal-hal yang buruk untuknya. Ia tidak peduli. Seolah mata dan telinganya sudah tertutup rapat, seolah dirinya sudah merasa kebal akan hinaan dan tatapan mengintimidasi.

“ Bi—biarkan aku membuat se—nyum itu kembali di—wajahmu ,” Gumam Luhan pelan, namun terdengar cukup lantang bagi Chanyeol dan Baekhyun yang secara ‘tidak sengaja’ menguping di luar.

“ Kenapa kau harus bersikap bahwa kau peduli jika kau sendiri tahu kaulah alasan di balik semua ini ,” Yifan akhirnya melangkahkan kakinya keluar. Pandangannya menangkap sosok Chanyeol dan Baekhyun yang masih diam terpaku di tempatnya.

“ Kau mau menyebarkan hal ini agar diketahui oleh satu sekolah ? Kalau begitu sebarkanlah. Aku tidak akan merasa terganggu ,” Ucap Yifan yang sukses membuat Chanyeol menarik kerah kemeja sekolah Yifan.

“ Jaga bicaramu tuan sok sempurna !” Geram Chanyeol.

Yifan menyunggingkan sebuah seringaian tipis. “ Tch, orang brengsek sepertimu tahu apa, hn ?”

Gigi-gigi Chanyeol bergemerutuk keras. “ Setidaknya aku masih tahu cara memperlakukan orang yang menyukaiku !”

“ Kalau begitu ajarkan dia untuk memperlakukanmu selayaknya seorang kekasih, Park Chanyeol—“ Ucap Yifan dengan penekanan pada kata ‘dia’, sembari melirik ke arah Luhan yang masih terdiam membelakangi mereka.

Chanyeol mengepalkan tangannya kuat-kuat. “ JAGA MULUTMU BRENGSEK !!!”

“ Chanyeol hentikan !” Seru Baekhyun dan menarik Chanyeol mundur.

“ Aku harus menghajarnya, Baekhyun ! Lepaskan aku !”

“ Kau pikir masalah bisa diselesaikan dengan emosi huh ?! Kau bisa terkena masalah !”

“ Aku tidak peduli !”

“ Tahan emosimu Chanyeol !”

“ Tapi ia mengatakan, kalau Luhan—“

“ Apa yang kukatakan memang benar. Kenapa kau masih menyangkalnya ? Luhan tidak berniat sedikitpun untuk menjadikanmu kekasihnya—“ Timpal Yifan dengan seringaian khasnya.

“ KUSOBEK MULUT SIALMU ITU WU YIFAN !!” Seru Chanyeol.

Baekhyun menarik tangan Chanyeol. Sukses membuat lelaki itu menolehkan pandangan padanya. Matanya yang berapi, bertemu dengan mata Baekhyun yang setenang samudera.

“ Chanyeol dengarkan aku, kumohon—“

Chanyeol mendesah pelan, akhirnya mengangguk.

“ Baekhyun, kurasa kau harus mencari teman yang lebih baik ,” Ucap Yifan dan melenggang dari tempat itu. Kata-katanya masih bisa membuat Chanyeol naik darah, namun lagi-lagi Baekhyun membuatnya tenang.

Mata Chanyeol menangkap sosok yang berdiri jauh dibelakang Baekhyun, membelakanginya. Chanyeol menghempaskan tangan Baekhyun pelan sebelum melangkahkan kakinya menuju ke arah Luhan.

“ Berhenti disitu ,” Ucap Luhan, tanpa nada sedikitpun.

“ Tidak mau ,” Jawab Chanyeol dan terus melangkahkan kakinya.

“ Kukatakan berhenti sampai disitu !”

“ Aku sudah bilang tidak mau !”

“ Jangan pikir aku akan menjelaskan semua ini, Park Chanyeol. Apa yang dikatakan Yifan memang benar. Seharusnya kau membuka matamu ,”

“ Kalau begitu seharusnya kau juga membuka matamu. Yifan tidak menyukaimu ,”

“ Aku akan membuatnya menyukaiku ! Dan aku akan membuatnya tersenyum ! Tidak peduli apapun yang terjadi !” Seru Luhan dan akhirnya berlari keluar.

Nafas Baekhyun tercekat di tenggorokannya. Ia bahkan tidak merasakan kakinya menapak di bumi.

Untuk pertama kalinya—setelah kematian ayahnya tentunya—Baekhyun melihat sosok Luhan, yang lemah. Ia merasa sangat ingin melindungi kakak tirinya itu.

Tapi bukankah seharusnya Baekhyun sadar, bahwa ia tidak akan mungkin meraih Luhan. Ia tertinggal jauh di bawah Luhan. Luhan punya segalanya. Sedangkan Baekhyun ? Sudah diberi nyawa, dan tetap hidup di dunia pun menurutnya sudah lebih dari cukup.

Baekhyun memejamkan matanya, dan meremas dadanya kuat-kuat. Ia merasakan sesuatu yang sakit disana. Ia tidak tahu apa. Panas yang bergejolak di dadanya, getar dalam genggaman tangannya, juga merasakan kesulitan bernafas.

Ia menghela nafas panjang. Membuka matanya, dan mendapati sosok Chanyeol sudah berdiri di hadapannya, dengan sebuah senyum—tapi senyuman yang berbeda.

“ Ayo kembali ke kelas, aku tidak ingin kau kena marah gara-gara aku ,” Chanyeol tersenyum lembut, disambut dengan anggukan pelan dari Baekhyun. Dan mereka berjalan beriringan menuju ke kelas mereka, sebelum bel pertanda pelajaran pertama dimulai, berbunyi.

-Cinderella Man Step Brother-

Jam sekolah telah usai, waktu terasa berjalan lambat dan lebih melelahkan dibandingkan dengan biasanya, karena Luhan selalu mendengarkan gunjingan-gunjingan tentangnya, baik di kelas, maupun diluar kelas. Walaupun pada akhirnya ia memang tidak pernah benar-benar mendengarkan apa yang murid lain katakan.

Luhan berjalan dengan lambat, entah kemana karena ia sendiri tak tahu kemana kakinya akan membawanya.

Tak berapa lama, ia menghentikan langkahnya tepat di sebuah toko bunga tua di pinggiran kota. Ia belum pernah melihat toko bunga ini sebelumnya.

Luhan mengintip lewat jendela kayu yang sudah lapuk itu. Tokonya sangat bersih dan terawat. Banyak rangkaian bunga-bunga cantik di dalamnya. Tanpa ragu Luhan segera memasuki toko itu. Ia menghirup udara yang sangat menyejukkan hatinya yang sedang kalut.

Pandangannya tertuju pada sebuket bunga putih yang berada di antara bunga mawar dan bunga matahari—bunga aster. Bunga aster, ya aster. Bunga kesukaan adiknya, Sehun.

Ia mengamit setangkai bunga aster itu dan menghirupnya, merasakan harumnya merasuki rongga pernafasannya. Ia tersenyum simpul. Teringat akan sang adik, yang kini entah dimana keberadaannya, entah bagaimana keadaannya.

“ Ada yang bisa kubantu ?” Tiba-tiba suara seorang wanita paruh baya menginterupsi kegiatan Luhan. Luhan menengok dan mengangguk. “ Aku mau sebuket aster, dan sebuket lili ,”

“ Silahkan ditunggu tuan ,” Ucap wanita itu ramah. Luhan baru menyadari satu hal, wanita itu duduk di kursi roda. Kedua kakinya masih utuh dan sempurna, logikanya mengira-ngira bahwa wanita itu lumpuh atau mungkin ringan ?

“ Ada lagi tuan muda ?” Tanya wanita itu ketika selesai merangkai bunga yang Luhan pesan. Luhan menggeleng pelan. Ia mengamit bunga-bunga itu, dan mengeluarkan beberapa lembar uang dari dompetnya.

“ Ini bibi, ambil kembaliannya—“

“ Eh ? Ti—tidak bisa tuan, ini terlalu banyak—“ Ucap wanita itu.

“ Tidak apa-apa, aku tidak membutuhkannya. Kau yang lebih membutuhkan ,” Ucap Luhan sembari tersenyum simpul.

“ Terimakasih tuan muda, semoga tuhan memberkatimu ,” Ucap wanita paruh baya itu dengan senyuman yang mengembang di wajahnya yang masih terlihat cantik.

Luhan hanya menyambutnya dengan anggukan kecil dan segera keluar dari toko bunga itu.

“ Ibu ! Kan aku sudah bilang biar aku saja yang jaga toko, ibu masih belum pulih betul !” Ucap seorang lelaki jangkung dengan kulit putih susu. Wajahnya sangat tampan, hanya sayang, garis wajahnya tak menampakkan bahwa ia sering tersenyum.

Wanita paruh baya itu mendongak. “ Sehunnie, ibu tidak suka kau manjakan seperti itu. Ibu bosan hanya berbaring seharian, ibu juga ingin membantumu ,”

Lelaki tampan yang dipanggil ‘Sehunnie’ itu pun segera berjongkok di hadapan ibunya. Ia mendengus pelan. Walaupun wajahnya nyaris tak bereskpresi, namun terlihat jelas ada setitik kekhawatiran tersirat di matanya.

“ Ibu—“

“ Sehun coba lihat, barusan ada pelanggan baik hati yang memberikan tip kepada ibu. Uang ini mungkin bahkan tiga kali lipat dari harga bunga aster dan lily yang ia pesan. Sungguh baik hati—“ Ucap wanita paruh baya itu dengan mata yang berbinar-binar.

“ Syukurlah kalau begitu. Nah sekarang waktunya ibu istirahat—“

“ Sehunnie, kau tidak mau melihat ibumu senang ya ?” Ucap wanita itu sembari mencibil. Sehun menghela nafas panjang atas tingkah kekanakkan ibunya.

“ Apapun itu, asalkan ibu sehat, aku tidak masalah. Ibu istirahat ya ? Aku tidak mau ibu terlalu lelah dan jatuh sakit lagi. Ibu bilang tidak mau dibawa ke rumah sakit ,”

“ Tapi—“

“ Ayooo !” Potong Sehun cepat, sebelum ibunya sempat meneruskan perkataannya. Ia berdiri dan bergegas mendorong kursi roda yang diduduki ibunya menuju ke rumah, sebelum akhirnya ia kembali untuk menjaga took itu lagi.

.

Luhan bersimpuh di sebuah batu nisan yang diyakini pemiliknya adalah Byun Taesung—ayah tirinya.

“ Aku merindukanmu ,” Bisik Luhan pelan. “—juga Sehun ,”

Luhan menaruh buket lily itu di samping batu nisan ayah tirinya. “ Aku tidak pernah bisa melupakan kejadian naas itu. Setiap malam aku selalu teringat ayah, dan Sehun. Walaupun ayah tidak tahu siapa Sehun—“

Luhan menatap sebuket bunga aster yang berada di pangkuannya. Ia tersenyum kecil, “ Sehun suka sekali bunga aster, ayah.. Saat di Beijing, walaupun rumah kami sangat kecil, tapi kami memiliki taman yang cukup untung menampung bunga-bunga indah ini. Sehun yang menyiraminya. Aku masih ingat—“

Luhan membiarkan cairan yang bening itu jatuh di pipinya begitu saja, “—Aku masih ingat bagaimana ekspresi ketakutan Sehun, saat lelaki itu membawa kabur Sehun dari aku dan ibu. Aku masih ingat, saat aku mengejarnya, saat lelaki itu memukulku keras-keras—dan bekasnya tak akan pernah hilang ..”

“ Aku berharap Sehun baik-baik saja, seperti keadaan ayah disana. Apakah surga itu menyenangkan ?”

Luhan tersenyum kecut, “ Aku ingin ayah membawaku pergi saja saat itu. Agar aku tidak perlu ketakutan akan dikejar, dan ditemukan lagi oleh lelaki gila itu. Mungkin dengan begitu beban di bahuku bisa berkurang, dan aku tidak akan membebani hidup ibu lagi. Dia terus bekerja demi aku. Aku benci melihat ibu kelelahan, tapi aku bisa apa ? Sebagai anak aku hanya harus belajar dengan baik kan, ayah ?”

“ Seandainya saja saat itu anak sial itu tidak menyuruhmu untuk datang ke pertemuan orang tua, pasti saat ini aku masih bisa mendengar lembut suaramu, merasakan hangatnya pelukan seorang ayah ,”

Luhan menyentuh permukaan bunga aster itu dengan hati-hati, seolah ketakutan kelopaknnya akan tersobek atau lepas dari mahkotanya.

“ Sudah hampir tiga tahun aku memperhatikan seseorang. Namanya Wu Yifan, dia adalah seorang atlit basket yang tampan, ayah. Walaupun ekspresi wajahnya sangat datar, tapi aku bisa merasakan ada kehangatan disana. Pernah suatu hari ia melindungiku dari ejekan murid-murid di sekolah, tentang ayah kandungku yang jahat, ia bilang akan melindungiku—“ Luhan tersenyum, “—aku sendiri tidak tahu pernah berbuat apa, sampai-sampai ia menjauhiku seperti itu. Bahkan ia jadi orang yang sangat dingin. Tapi tidak apa-apa, aku akan membuatnya tersenyum lagi ,”

“ Aku yakin ,”

TES

Luhan merasakan ada setetes cairan yang jatuh dari langit membasahi punggung tangannya. Ia menengadahkan kepalanya ke langit, hujan itu semakin deras.

Luhan menyipitkan matanya, ia mengecup singkat batu nisan itu sebelum akhirnya berkata, “ Ayah, sekarang hujan. Padahal aku masih memiliki banyak cerita yang ingin kuceritakan.. Maaf aku tidak bisa berlama-lama menemani ayah. Sampai jumpa ! Aku selalu menyayangimu !”

Luhan mengamit buket aster itu dan berlari sekuat tenaga, keluar dari kompleks pemakaman umum dengan tergesa.

.

Luhan melangkahkan kakinya dengan tergesa. Walaupun ia tahu ia sudah terlanjur basah kuyup, tapi jika berlama-lama di luar, ia pasti akan terserang flu dan ibunya akan sangat khawatir. Namun pandangannya menangkap suatu objek yang membuatnya terpaksa menghentikan langkahnya.

Kediaman Wu.

“ Lulu gege !!!!!!” Panggil seorang remaja laki-laki dengan rambut hitam, dan kelopak panda. Tubuhnya kurus dan tinggi. Ia berada di balik pagar yang mirip jeruji besi berwarna hitam mengkilap. Ia tertawa senang ketika melihat Luhan menghentikan langkah untuknya.

“ Ta—Tao ? Kenapa bermain di luar ?!” Seru Luhan karena jika tidak, suaranya pasti akan lenyap terbawa suara derasnya air hujan.

“ Tao masih menunggu Yifan gege ,” Ucap lelaki yang bernama Tao itu. Piyama birunya benar-benar kotor, entah karena ia berguling lumpur atau makanan yang (selalu) dengan sengaja ia tumpahkan ke atas bajunya.

“ Yifan gege masih latihan basket ! Mungkin ia pulang larut ! Ayo cepat masuk ! Nanti kedinginan !” Seru Luhan lagi.

Tao menggeleng cepat. “ Lulu gege juga masih di luar !”

“ Lulu gege sekarang mau pulang kerumah, ayo cepat masuk ! Nanti sakit !”

“ Tidak mau ! Pokoknya harus sama Lulu gege !!”

“ Tao—“

“ Huaaaaaaaaaaa !!!!” Tiba-tiba anak itu menangis kencang, membuat Luhan kelimpungan sendiri.

“ Ta—Tao, jangan menangis ya ? Lulu gege akan masuk, tunggu sebentar ya—“ Dengan tergesa Luhan berlari dan membukakan pagar rumah—ah bahkan tidak bisa dibilang rumah karena saking besarnya.

Luhan menghampiri Tao yang sudah tersenyum ceria.

“ Tuan Li mana ? Kenapa ia tidak mengurusmu ?” Luhan menarik Tao menuju ke teras mansion untuk berteduh.

“ Tidak tahu ,” Jawab Tao seadanya.

“ Bibi Feng ?”

“ Tidak tahu ,”

“ Tuan Hong ?”

“ Kata Yifan gege ia sudah keluar dari rumah ini dan jangan di pedulikan lagi—“

“ Kenapa ?” Luhan mengernyit.

“ TUAN MUDA !! YA TUHAN, KENAPA BISA BASAH KUYUP BEGINI ?!!” Tiba-tiba seorang wanita tua menginterupsi.

Luhan menolehkan pandangannya pada wanita tua itu, sedangkan Tao ? Ia asyik memandang Luhan.

“ Bibi Feng, kemana saja ? Tao kehujanan menunggu Yifan ,” Luhan mencibil.

“ Ya Tuhan, ini kau tuan muda Luhan ? Sudah lama sekali sejak terakhir kali kau kesini err—“

“ Dua tahun yang lalu ,” Ucap Luhan cepat.

“ Ya, dua tahun yang lalu. Ayo masuk, keringkan badan kalian. Nanti sakit—“

“ Tidak usah bibi, aku akan langsung pulang. Ibu pasti akan khawatir—“

“ Tidak ! Pokoknya Lulu gege bersamaku !”

“ Tao—“

“ Tidak mau ! Pokoknya Tao mau sama Lulu gege !!!!” Rengek Tao. Wanita tua yang diketahui bernama bibi Feng itu menghela nafas pelan, sedangkan Luhan tersenyum kecil dan mengacak-acak rambut Tao lembut.

“ Baiklah baik, dasar anak manja. Ayo masuk—“ Luhan menarik Tao untuk masuk ke rumahnya.

.

Seperti biasa, keadaan di kediaman Wu ini selalu sepi. Apalagi orang tuanya yang selalu sibuk dengan bussiness trip. Yifan dan Tao hanya ditemani oleh kepala pelayan, koki, tukang kebun, pelayan-pelayan, juga terkadang Yifan menyewa baby sitter untuk menjaga Tao—walaupun pada dasarnya umurnya sudah 15 tahun. Dan terkadang baby sitter itu kewalahan, karena Tao yang tidak mau diatur selain oleh bibi Feng, Yifan, dan Luhan.

“ Tuan muda, air hangatnya sudah siap. Ayo mandi ,” Ajak bibi Feng. Tao menggeleng cepat. “ Aku mau Lulu gege ,”

“ Tuan muda, kasihan tuan muda Luhan, ia pasti juga mau mandi, nanti kalau dia sakit bagaimana ?” Bujuk bibi Feng.

“ Tidak mau ! Pokoknya Luhan gege !!” Rengek Tao. Luhan hanya tertawa kecil. “ Iya-iya, ayo cepat masuk kamar mandi ,”

Tao buru-buru mencopot semua bajunya, terkecuali celana boxer panda kesayangannya, yang ia selalu gunakan sekalipun mandi, jika tidak, ia pasti akan merengek, bahkan mengamuk.

Tao memasukkan kakinya ke dalam bath tub yang sudah berisi air hangat yang penuh dengan busa sabun anak yang Tao sangat sukai harumnya.

Luhan menyingsingkan lengan baju panjangnya dan menggosok punggung Tao.

“ Maafkan kami tuan muda. Tuan muda jadi direpotkan begini—“ Bibi Feng membungkuk.

“ Tidak apa-apa. Aku senang kok, sudah lama tidak bermain dengan Tao—“

“ Aku bahkan belum sempat menanyakan kabar tuan muda Luhan—“

“ Aku baik ,” Ucap Luhan cepat. “—Ngomong-ngomong, kenapa tuan Hong tidak bekerja lagi disini ?”

“ Tuan muda Yifan yang memecatnya ,”

“ Ke—kenapa ?” Luhan mengernyit. Tangannya masih menggosok punggung Tao dengan sabun, sedangkan Tao ? Ia asyik sendiri bermain dengan bebek karetnya.

“ Kejadian ini memang sudah lama. Tuan Hong berniat menculik tuan muda Zitao, dan meminta tebusan. Untungnya Tuan Li yang sudah mengetahui hal ini langsung melaporkannya pada tuan muda Yifan. Jadi sebelum Hong melancarkan aksinya, tuan muda Yifan sudah memanggil polisi, dan polisi membekuk Hong dan komplotannya yang juga pekerja disini—“

“ Ya Tuhan—“ Luhan membelakkan matanya. “ Lalu sekarang bagaimana ?”

“ Masalahnya sudah selesai, dan Hong dipenjara 10 tahun masa percobaan. Awalnya tuan muda Yifan tidak terima, dan berniat menyewa kuasa hokum—tapi kami berpikir untuk apa hal itu dilakukan, selama tuan muda Zitao masih selamat. Ya kan ?”

“ Hn. Yifan pasti benar-benar sangat menyanyangi Zitao ,” Luhan tersenyum kecil. Ia mengambil shampoo dan menggosokkannya ke rambut Tao yang berwarna hitam mengkilau.

“ Err—bibi Feng ,”

“ Ya tuan muda ?”

“ Jangan katakan pada Yifan aku datang kemari ,”

“ Kenapa ?”

“ Aku tidak tahu. Ada sesuatu hal yang membuatnya marah besar kepadaku. Bahkan ia sama sekali tidak mau berbicara denganku ,” Luhan tersenyum kecut.

“ Aku turut menyesal mendengarnya. Tidak apa-apa tuan muda, tuan muda Yifan tidak akan marah terlalu lama ,”

“ Hn, mungkin dua tahun bukan waktu yang lama baginya..”

“ Sudah ayo ,” Ajak Luhan setelah membersihkan sisa-sisa sabun yang menempel di tubuh Tao.

Bibi Feng memakaikan piyama bernuansa merah dengan garis-garis putih. Kemudian membaringkan Tao di ranjang ukuran king size nya, dan membawakan boneka panda raksasa untuk Tao peluk. Tao tersenyum riang, namun matanya tidak pernah terlepas dari Luhan.

“ Tuan muda, saya tinggal sebentar ,” Ucap bibi Feng dan segera keluar dari kamar Zitao, setelah Luhan mengangguk pelan.

“ Kenapa kau terus menatapku seperti itu, hn ?” Luhan mengacak-acak rambut Tao.

Tao hanya tersenyum manis, sebelum berkata, “ Wajah Lulu gege seperti malaikat yang selalu menemaniku bermain. Aku suka Lulu gege ,”

“ Aku juga menyukaimu Tao ,” Ucap Luhan dan tersenyum. “ Nah sekarang tidur ,”

“ Lulu gege ?”

“ Lulu gege tidak akan tidur. Lulu gege mau menjaga Tao, agar tidak ada monster yang mengganggu bayi panda raksasa ini ,” Luhan duduk di sisi ranjang Tao.

Tao mengangguk dan memejamkan matanya.

Tak berapa lama kemudian Luhan dapat mendengar sebuah dengkuran halus. Ia tersenyum kecil, “ Selamat tidur Tao, mimpi indah ,”

Berjalan tanpa menimbulkan sedikitpun suara, dan akhirnya sampai di ambang pintu. Ia melihat wajah Tao yang benar-benar damai. Sebuah ucapan “ Sampai jumpa ,” tertinggal dari bibir Luhan.

-TO BE CONTINUED-

A/N: Another chapter ^^ Hope you like it~

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
ReLif_53 #1
Chapter 12: Ini udah 2018 dan authornya belom update.. Aku penasaran tau thor..
Everybodyluvbaekhyun #2
Chapter 12: Miin. Mana janjinya min. Katanya gamau bikin kita nunggu lama :')
blackladybird0990 #3
Chapter 12: lanjutin.. lanjutinn.. huaaa...
cheonsa_19 #4
Chapter 12: baekhyun tabah banget jadi orang.. T_T
sempet agak kesel ama sikap lulu ke baek. .✌
tpi aku suka ffnya ada percintaan keluarga persahabatan uu keren pokoknya..
ReLif_53 #5
Chapter 12: AAAAAAAA...
Akhirnyaaaaa lahir juga chap 12 ini.. Hehehe.. #tumpengan
kereeennn...
Luhan udah mulai depresi nie,, ayo authornim buat dia lebih menderita lagi..
Nextnya ditunggu.. Jangan lama2 Oke..
Semangattttt........!!!!!!!!!
keyhobbs
#6
Chapter 12: Aigoo...chen sejahat itu?ya ampun, aku gk bisa byangin, btw,suka bnget sama scene yg pas luhan d gendong ama chanyeol hihi, terus terus yifan yg udh mulai peduli lg sama luhan^^
akaeru #7
Chapter 12: baru nemu... langsung baca maraton... huaaa ceritanya seru.. tulisannya juga rapi.. Daebak lah pokoknya.. lanjut ya ... Fighting (๑و•̀ω•́)و
fulgensius #8
Chapter 12: Wahh keren :'v akhirny ad ff krishan lgi :'v trnyta krishan ship blo punah :'v keep writing thor ! I will wait ur next chap
siensien
#9
Chapter 12: akhirnya updet juga... chanlu momentnya cukup sweet hahahahaha...