2

Are You Afraid of Loneliness?

CHAPTER 2

 

 


Bi keluar gedungYGEntertainment tempat ia berbincang dengan Mr.
Yang. Turun dari lantai 5 menggunakan tangga bukanlah hal yang
menyenangkan. Tapi mau tak mau ia harus lewat tangga. Sejak 3 tahun lalu ia
tak pernah naik turun dengan menggunakan lift. Tiap kali ia berada di tempat
sempit dan pengap, serasa selamanya ia akan terjebak disitu, tak bisa bernafas
dan semuanya menjadi gelap. Setidaknya ia bisa berdalih sebagai olahraga
dengan naik turun tangga.


Mobil pun adalah tempat yang tak biasa ia masuki, walau ia masih bisa
menolerirnya. Tapi jarang sekali. Makanya ia jalan kaki.Masih sore , aku bisa
berjalan-jalan dulu, Pikirnya. Apartemen tempat ia tinggal hanya beberapa blok
dari gedung YG. Ia bisa menyusuri jalan-jalan yang membawanya pulang. Sejak
sebulan ia tinggal, ia hanya bepergian ke toko grocery dan beberapa kali pergi ke
club dengan temannya, Zi. Satu-satunya teman yang ia punya.


Ia sampai disebuah mini market. Persedian jus jeruknya sudah mulai
habis. Sambil membawa keranjang yang berisi beberapa botol jus jeruk, ia sibuk
mencari coklat kesukaanya, tanpa ia sadari ia menabrak seseorang. Seseorang
yang akan mengubah hidupnya, walau ia belum tahu itu.


What the…” Bi teriak kecil sambil memandangi botol jus jeruknya
berjatuhan menggelinding.


Mereka saling berpandangan. Bi sedikit pasang wajah sewot. Dalam kasus
hal tabrak menabrak, ia tak tahu siapa yang salah, karena memang ia sibuk
mencari makanan. Mungkin saja ia yang menabrak. Tapi mungkin juga pria itu
yang menabrakku
, pikir Bi. Makanya ia pasang wajah sinis, sambil memandangi
sosok yang bertabrakan dengannya itu. Memakai hooded jacket warna biru untuk
menutupi sedikit rambut dan wajahnya. Rambutnya coklat berponi yang
menutupi dahinya. Yang membuat Bi tertarik adalah celana dan sepatunya, agak
sedikit nyentrik untuk sebuah kunjungan ke mini market. Celana belel sobeksobek
dan sepatu yang sangat besar solnya, tanpa perlu menyebut lagi betapa
mengkilatnya sepatu itu.


Bi memandangi sosok itu lagi sambil berjongkok berusaha memunguti
botol-botol yang bergelindingan. Tingginya mungkin hanya selisih beberapa cm
denganku
, pikir Bi. Pria itu juga memandanginya, tapi masih kaget dengan apa
yang terjadi, jadi ia diam saja.


oh .” Kata Bi, lebih kepada botol-botol itu.


I’m sorry, do you need help?” tanya pria itu dalam bahasa Inggris.


need help?” kata Bi kaget, tentu saja butuh, apa dia tak melihat aku susah
payah jongkok-jongkok seperti orang bodoh memunguti botol-botol itu, dan dia masih
bertanya. Great.


“tidak terima kasih, biarkan saja. Kau bisa meneruskan urusanmu disini
sambil melihatku sebagai bahan tontonan.” Jawab Bi sinis dalam bahasa Korea
yang lancar, sepuluh botol dan ia seperti orang bodoh.


“maaf, tapi apa harus seperti itu? Aku tak melihat kearahmu tadi.” Jawab
pria berjaket biru itu. Sekaligus ia berjongkok dan membantu Bi memunguti sisa
botol yang masih jatuh.


Jadi ia juga tak melihat, pikir Bi. Hal tabrak menabrak ini memang
menyusahkan.


Akhirnya selesai juga berjongkok ria. “Maaf, sepertinya kita sama-sama
tak tahu kalau akan seperti ini.” Kata Bi berusaha tak sinis lagi. Dan hey, dia pria
yang manis. Suaranya tak begitu besar , tapi sangat renyah. Bi semakin respect
saat pria itu mencoba membawakan keranjang penuh botolnya.


“Tak usah terima kasih. Aku cukup kuat sebenarnya.” Kata Bi sambil
menarik lagi keranjangnya. 15 liter lebih dan ia tentu saja kuat membawanya.
Untunglah apartemen sudah tak jauh lagi.


Pria itu tersenyum. Dan Bi mengakui kalau senyumannya sangat manis.
Semanis coklat yang ia beli, mungkin. Ia tak tahu yang ada dalam pikirannya.
Setidaknya senyuman itu membayar sakit di punggungku akibat jongkok tadi,
pikirnya sambil tertawa, dalam hati.


Well, goodbye then, kau sangat manis, tapi tolong jangan tersenyum lagi,
sekali lagi kau tersenyum, aku bisa pulang kerumah dengan berlari. Nice shoes,
by the way.” Kata Bi, dalam hati ia mengutuk dirinya. Pulang kerumah dengan
berlari? What the hell was that?


Ji Yong membungkuk hormat melihat Bi berlalu. Ia tertawa mendengar
kata-kata gadis itu tadi, ia sangat lucu dan cantik. Walau ia tak begitu mengerti
apa maksudnya tentang pulang dengan berlari. Ia kembali sibuk mencari
cemilan yang sempat tertunda gara-gara hal tabrak menabrak tadi. Sambil
memilih beberapa makanan, ia berpikir gadis seperti apa ia tadi, wajahnya bule
tapi ia yakin ada raut ketimuran diwajahnya, dan juga fasih sekali bicara dalam
bahasanya. Ia tak tahu kalau aku tak sempat mengganti sepatuku di pemotretan tadi,
pikir Ji Yong sambi memandangi sepatunya yang sangat perlente. Tak heran gadis
itu memandangi sepatu dan celanaku, dia pasti menganggapku tolol pergi ke mini
market dengan dandanan seperti ini, pikirnya.

 


***
Apr,26 2011.
SpalBB.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
doraemonmojacko #1
ill just use my cp to readthis nice storuy
stefanie #2
aahhhh..seneng de hepi ending^^
tawphawt
#3
Wow, baru baca foreword aja kayaknya udah bagus! :)))
Rizuki_15 #4
Yay!! Udah selese... Sweet ending., Love it! ^.^
SPalBB #5
new chapter added.....<br />
apa aku ending disini aja yaaaaa , komen pliss
Rizuki_15 #6
Yay!! Confession!!<br />
Tapi knpa sikap Bi musti sedingn itu sih, kasian Jiyoung.. -_-
Rizuki_15 #7
aww.,, so sweet., nice chapt...
SPalBB #8
terima kasih yang udah baca FF saya ya, jangan lupa komen<br />
<br />
new chapter added!
Rizuki_15 #9
Lagi nyari fanfic yg seru, pas nemu yg ini, bahasa indonesia pula., jd makin suka + t'tarik.,<br />
well, so nice so far.., waiting 4 the next chapt! ^.^