8

Are You Afraid of Loneliness?

 

 

CHAPTER 8

 

 

“Kau suka makan diluar?” tanya Jiyong pada Bi. Ketika itu mereka sedang berdua di studio. Dia dan co-produser baru itu selesai dengan satu lagu untuk album solo Jiyong. Menurutnya, Bi gadis luar biasa. Ia menyumbang banyak ide di lirik dan beat yang ia buat, aransemennya untuk lagu ini juga sangat pas. Ia puas dengan hasil mereka berdua. Dan sepertinya akan menyenangkan mengajaknya keluar.

            Bi mendongak sedikit mendengarnya. “diluar mana?” Bi balik bertanya. Setiap Bi ngobrol dengan Jiyong, ia berusaha tak terlalu memandang mata pria itu. Itu akan mengingatkannya akan mimpi aneh waktu itu.

            “di kafe atau restoran mungkin.” Jawab Jiyong.

            “kau mengajakku?” tanya Bi lagi.

            “iya. Bukan kencan lo, tapi karena kau sudah sangat membantuku.” Katanya buru-buru.

            “tenang, aku juga tak menganggapnya kencan. Aku akan senang dengan ajakanmu.” Kata Bi tersenyum. Cantik, batin Jiyong.

            “bagus. Besok jam 7 malam? Aku tak ada jadwal besok.” Kata Jiyong. Ia akan sibuk dipagi hari, tapi malamnya ia tak ada kegiatan.

            “oke. Bagaimana kalau kuusulkan kita makan sambil minum soju  di tempat makan yang aku tahu. Bukan apa-apa, tapi kau adalah G-Dragon. Bagaimana kalau fansmu tahu kau sedang makan dengan seorang perempuan? Aku baca di internet fans disini tak sama dengan fans tempat aku biasa dibesarkan.” Kata Bi, akan menyusahkan kau fans tahu.

            “that will be great. Akan kutelepon kau besok.” Jawab Jiyong semangat.

 

            Esok malamnya, Jiyong bersiap. Ia mengenakan pakaian casual. Jaket merah dan celana jeans biru, tak lupa memakai syal. Toh ini hanya makan biasa. Dia merasa yakin kalau Bi adalah gadis yang sangat pengertian dan kelihatan seperti orang yang asyik. Itu bagus.

            Mereka berjanji bertemu didepan gedung YG. Bi sempat bertanya di telepon apa ia akan menjemputnya dengan mobil. Tentu ia membawa mobil, agar tak terlihat menyolok. Ia melihat gadis itu sudah menunggu. Gadis itu terlihat sangat cantik. Ia memakai boot selutut dan skinny jeans warna yang hampir sama dengan celana yang ia pakai. Coat abu-abu dan syal hitam, rambut panjangnya ia tutupi dengan beanie hat warna warni. 

            “sudah lama menunggu? Masuklah, maaf aku tak membukakan pintu dari luar ya.”kata Jiyong sambil kedua tangannya berpose meminta maaf.

            “tentu-tentu. Jiyong ah, apa boleh aku yang menyetir? Kau bisa duduk disebelah. Lagipula aku yang tahu tempatnya kan?” Bi memintanya.

            “oke, tak apa.” Ia angsung pindah kesebelah bangku kemudi tanpa keluar dari mobil.

            “terima kasih.” Bi duduk di kursi kemudi dan meluncur menuju tempat makan.

            Malam itu mereka makan-makan dan minum soju dengan santainya di tempat makan yang sangat nyaman. Tempatnya tak terlalu ramai. Dan walaupun Jiyong tak memakai kacamata atau apapun yang bisa menutupi wajahnya, tak ada yang mengenalinya. Ia pikir ini tempat yang pas untuk Bi yang tak suka ramai, ia juga suka dengan suasana disini. Sudah kuduga ia gadis yang asyik, pikirnya.

            “suka tempatnya? Aku beberapa kali kesini dengan Zi, tempatnya tak terlalu ramai, orangnya ramah dan murah. Atau kau terbiasa di tempat mewah yang menyuguhkan anggur? Tapi bir dan soju disini sangat enak.” Kata Bi menjelaskan.

            “aku suka kok. Bukan berarti aku seorang idola, selalu pergi ke tempat mewah. Ini jadi seperti kau yang mengajakku pergi.” Katanya sambil tersenyum.

            “tak apa, kita kan teman. Makan yang banyak.” Kata Bi, ia juga tersenyum sambil menaruh daging sapi panggang yang masih panas ke mangkuk miliknya.

            “Ya.” Jawab Jiyong. Ia memandangi Bi yang sibuk dengan makanannya, satu hal yang pasti ia punya selera makan yang sangat bagus. Kenapa sepertinya aku tertarik dengan gadis ini ya? Batinnya. Aku sering bergaul dengan gadis-gadis cantik. Tapi yang satu ini sangat menyenangkan. Satu saat ia bisa terlihat angkuh dan dewasa. Satu saat lain ia  bisa menjadi gadis yang sangat manis dan polos.

            Mereka menghabiskan 2 jam berikutnya dengan berbincang-bincang tentang apa saja. Tentang kecintaan mereka pada musik, Jiyong bercerita tentang Gaho, anjingnya. Bi ingin sekali anjing untuk ia pelihara, seumur hidup ia tak pernah punya, walaupun ingin sekali. Jiyong cukup banyak bercerita, tapi ia menganggap Bi masih tertutup, ia tak banyak cerita tentang dirinya, keluarganya atau hal pribadi lain. Ia hanya bercerita tentang musik dan hal-hal diluar dirinya. Jiyong tak ingin merusak suasana dengan menyanyai Bi macam-macam, ia cukup senang dengan keakraban mereka.

 

 

           

 

“Jiyong ah, mau mampir sebentar? Aku ada sesuatu untukmu, atau kau tunggu disini aku akan lari mengambilnya.” Kata Bi saat tiba didepan apartemennya. Jiyong mengantarnya pulang setelah mereka lebih dari 3jam ngobrol.

            “Eh? Sesuatu apa?” tanyanya tak menyangka.

            “Tunggu saja. Aku tak tahu sih kau akan suka atau tidak. “ kata Bi.

            “Aku ikut kedalam kalau begitu.” Jawabnya. Ia sedikit deg-degan. Bukan apa-apa, tapi Bi adalah satu-satunya gadis yang sangat pede mengajak seorang pria masuk ke tempatnya. Tapi Jiyong tak merasa ia gadis yang gampangan. Mungkin karena Bi lama tinggal di negara barat.

            Ia masuk ke apartemen Bi. Ribuan buku memenuhi dinding apartemennya. Tak heran ia sangat pintar, pikirnya. Suasananya pun nyaman dan homy. Cocok untuk seorang yang tak suka keramaian. Ia melihat Bi naik keatas menuju kamar tidurnya. Ia bisa melihat kamar tidur itu berdinding kaca, seleranya cukup unik.

            Bi turun dengan membawa kotak warna biru seukuran kotak sepatu. Waktu ia buka, terdapat sebuah lembaran kain panjang yang sangat halus dan apik berwarna abu-abu tua, diujung kain itu terdapat motif seperti tanaman sulur yang sangat indah dan elegan. Bi tanpa meminta ijin mengalungkan kain itu ke leher Jiyong dan menatanya rapi sebagai syal. Bi tersenyum.

            “Waktu aku dan ayahku menetap di Indonesia selama beberapa bulan, kami tinggal dirumah penduduk desa yang membuat kesenian bernama batik. Aku iseng-iseng ikut membuatnya. Menurutku bahannya sangat bagus, karena aku tak suka keramaian dan kemampuan gambarku tidak begitu cemerlang, jadi aku hanya menggambar ini dibagian ujungnya. Ini karya pertamaku waktu disana. Menurutku ini sangat bagus dilehermu. Kau tak suka?” tanya Bi tersenyum menatap wajah dan leher Jiyong.

            “Ini ... bagus.” Jiyong menjawab singkat. Apa-apan gadis ini. Kenapa aku merasa jantungku berdebar cepat, sangat canggung, pikirnya.

            “Kalau kau tak suka tak apa. Aku hanya berfikir kau suka sekali fashion. Aku pun begitu, walau selera kita tak sama. Dan aku juga berfikir kau akan menyukai ini.” Kata Bi sambil masih menatapnya dengan tersenyum, ia juga membenarkan posisi syal itu agar terlihat lebih baik, seperti seseorang yang membenarkan posisi dasi. Ia terlihat agak malu-malu, tapi sangat manis.

            “Kenapa kau memberiku ini?” tanya Jiyong menatap dalam-dalam kepada Bi.

            “Ah..eh... kita kan teman, jadi kupikir...ehm  sebenarnya kau adalah satu-satunya teman pria yang kumiliki, selama ini dengan pria aku hanya berhubungan dengan Seunghyun dan ayahku. Kau adalah teman pria yang dekat denganku... kurasa.” jawab Bi malu-malu. Baru pertama ia melihat Bi seperti ini.

            Dan selanjutnya pun tak terduga. Bibir Jiyong sudah menempel di bibir Bi. ia menutup matanya dan mencium gadis itu dengan lembut. Bi yang kaget hanya bisa diam, matanya masih terbuka. Bibirnya tak bergerak, ia merasakan bibir Jiyong menekan bibirnya, ia tak membalasnya. Setelah beberapa saat, ia pun menutup matanya, menikmati apa yang terjadi. Dan ia pun mencoba membalas ciuman itu. Mereka seperti itu selama semenit, Jiyong masih menutup matanya dan ia merasa nyaman dengan aroma tubuh Bi.

            Akhirnya Bi mendorong Jiyong menjauh. Mereka terdiam, Jiyong merasa tak enak dengan kejadian barusan. Ia tak tahu apa yang terjadi padanya. Terjadi begitu saja.

            “Maaf.” Kata itu yang keluar dari mulutnya.

            “Tak apa. Ehm, kalau begitu semoga kau suka dengan syal itu. Kau bisa pulang Jiyong ah, terima kasih tumpangannya.” Kata Bi sambil tak menatap Jiyong, wajahnya memerah.

            “Ah, baik. Terima kasih untuk ini. Aku pergi dulu.”

            Jiyong menatap Bi, gadis itu mencoba melihatnya dan senyum setengah hati padanya. Ia membuat gerakan akan merangkul padanya. Tapi tak jadi, dan mengulurkan tangan padanya. Bi pun membuat gerakan yang sama, hanya terbalik. Akhirnya Bi merangkul Jiyong seadanya sambil tersenyum tipis.

            “See you , then.” Kata Bi sambil mengantarnya keluar apartemen. Jiyong bisa mendengar bunyi pintu ditutup dibelakangnya. Gadis itu tak repot-repot menunggu sampai Jiyong tak terlihat.

            Jiyong menuju mobilnya sambill memegangi syal barunya. kejadian tadi masih terasa dalam dirinya, ia tersenyum. Sudah lama tak mearasakan kehangatan seperti itu. Semoga ia tak marah akan kelancanganku, pikirnya. Ia pun berlalu.

 

***

 

 

Apr,28 2011.

SPalBB.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
doraemonmojacko #1
ill just use my cp to readthis nice storuy
stefanie #2
aahhhh..seneng de hepi ending^^
tawphawt
#3
Wow, baru baca foreword aja kayaknya udah bagus! :)))
Rizuki_15 #4
Yay!! Udah selese... Sweet ending., Love it! ^.^
SPalBB #5
new chapter added.....<br />
apa aku ending disini aja yaaaaa , komen pliss
Rizuki_15 #6
Yay!! Confession!!<br />
Tapi knpa sikap Bi musti sedingn itu sih, kasian Jiyoung.. -_-
Rizuki_15 #7
aww.,, so sweet., nice chapt...
SPalBB #8
terima kasih yang udah baca FF saya ya, jangan lupa komen<br />
<br />
new chapter added!
Rizuki_15 #9
Lagi nyari fanfic yg seru, pas nemu yg ini, bahasa indonesia pula., jd makin suka + t'tarik.,<br />
well, so nice so far.., waiting 4 the next chapt! ^.^