13

Are You Afraid of Loneliness?

 

Setelah kejadian itu, Bi tak datang ke YG ataupun menerima tawaran catwalk. Semua telepon yang masuk tak ia terima. Hanya telepon Seungri yang ia angkat, itupun tak membuat ia menjawab pertanyaan-pertanyaan Seungri tentang apa yang terjadi padanya.

            Jiyong cemas, tapi ia tak menghubungi Bi. Ia tahu itu hanya akan membuat dia tak mau keluar.

 

            Seminggu sudah ia berdiam diri di rumah. Ia tahu ia harus keluar, karena ia punya tanggung jawab. Mr. Yang menghubunginya dan ia mengiyakan tawarannya untuk sebuah peragaan busana.

            Menatap dirinya sendiri dibalik cermin, ia melihat seorang perempuan kusut dan kantung matanya sudah parah. Selama dirumah, ia menolak siapapun yang mendatanginya. Walau siapapun itu berarti Zi dan Seungri saja. Ia juga tak repot-repot membereskan rumah, merawat diripun tidak.

            Pergi ke salon dan memanjakan dirilah solusinya. Ia mau tubuhnya dari atas sampai bawah dimanjakan sebelum pergi ke gedung YG. Tak lupa ia mematikan handphonenya, ia tak mau Zi atau siapapun menguhubunginya.

            Sesampai di YG, ia menyibukkan diri di studio dengan Teddy . Mixing lagu dan lain sebagainya. Ia dan Teddy oppa tak terlalu dekat tapi cukup kenal satu sama lain. Bi suka dengannya karena ia orang yang tidak neko-neko. Dan pertemanan mereka murni karena masalah pekerjaan. Bi nyaman dengan itu.

            Tiba-tiba ada yang menepuk pundaknya, sebelum menoleh ia sudah dapat mencium parfum khas orang itu. Padahal ia berusaha menghindarinya seminggu ini. Jiyong.

            Bi memutuskan kalau Jiyong adalah teman yang berbahaya, pengalamannya di dalam lift cukup membuat ia syok. Tapi ia tak bisa melepas Jiyong dari bayangannya, ia terus memikirkannya. Ia takut kalau ia punya perasaan tertentu dengan pria itu. Bi tahu ia bermaksud baik dan Jiyong benar-benar pria yang menawan. Ia takut akan jatuh padanya.

            “Halo, cewek. Sudah puas istirahatnya?” Jiyong tersenyum lebar.

            Pria ini. Apa dia tak ingin meminta maaf sudah menyiksaku waktu itu? Batinnya.

            “hmm.” Jawabnya singkat.

            “bisa kita bicara berdua?” tanyanya.

            “tanya saja sekarang, aku masih banyak pekerjaan.”

            Tiba-tiba Teddy menyauti, “Jiyong ah, dia sudah tak ada pekerjaan lagi. Kau bisa membawanya.” Ia berkata sambil nyengir.

            “Oppa.”

            Teddy malah cekikikan.

            “terima kasih , hyung.” Jiyong berkata sambil menarik tangan Bi.

            Ia diseret menuju cafetaria. Ditempat itu sedang sepi orang. Jiyong mendudukkan Bi di sebuah kursi di pojokan. Mereka berhadapan.

            “Ada apa, Jiyong ah?” kelihatan ia risih dengan perlakuan pria itu.

            “Ah, tidak. Aku hanya ingin menunjukkanmu sesuatu. Tolong dinilai ya?” ia mengeluarkan handphonenya, dan memainkan  sebuah video. Bi melihat sebuah video Bigbang yang sedang manggung. Ia mengamati kalau Jiyong memakai syal pemberiannya.

            “bagus.”

            “syalmu memang bagus, tapi bagaimana penampilan kami?”

            “iya, maksudku penampilan kalian. Itu bagus. Aku sering melihatmu memakai syal itu, hampir setiap saat, apa tak pernah kau cuci, i wonder what it smells like.”

            “itu karena kau yang memberiku. Jadi kupakai terus, kau tau kan aku menyukaimu.” Ia bicara sambil tersenyum. Menawan dan menggoda. Oh tidak. Apa ia juga suka padanya?

            “simpan ucapanmu pada yang mempercayainya.”

            “kau tak percaya? Aku kecewa sekali.”

            “kau membawaku kesini hanya untuk ini? Sebaiknya aku pulang.”

            “eit, tentu saja tidak. Ayo ikut aku.” Jiyong seudah menarik lagi tangannya dan membawa ia pergi.

            Mereka menuju tempat parkir dan Jiyong membuka kunci mobilnya. Ia membuka pintu depan, dan menyuruh Bi masuk.

            “Jiyong ah, apa-apan kau. Menyeretku dan menyuruhku masuk ke mobilmu. “

            “masuk saja.”

            “kalau aku tak mau?”

            “please, masuk ya.”

            “aku tak bisa.” Kata Bi sambil memandangi mobil Jiyong.

            “tentu kau bisa, waktu itu aku kan yang mengantarmu pulang waktu kau mabuk. Dan aku yang menyetir”

            “ah, waktu kau menyiksaku di dalam lift itu ya. Oke, aku pulang saja.”

            “Tolong, Bi. Sekali ini saja, setelah ini dan kau masih tak mau, aku akan pergi.”

            Bi menurut, dan ajaibnya ia bisa berada dalam mobil dan bukan ia yang menyetir. Mereka berkendara  menuju arah  yang tak ia kenal.

            “kita kemana?”

            “kerumahku.”

            “apa? Untuk apa kita kesana? Tolong Jiyong ah, kita pulang saja.”

            “sudah terlanjur sampai sini. Bi, bisakah kau sedikit tenang. Kau tahu kan aku sangat menyukaimu saat tersenyum dan tidak sewot begitu.”

            “sudah kubilang simpan ucapanmu pada yang mempercayainya. Aku lebih suka seperti ini.”

            “buat apa kusimpan lagi. Karena aku akan selalu mengucapkan itu padamu.” Kali ini suaranya terdengar serius, dan sesekali Jiyong menoleh pada Bi dengan tatapan yang dalam. Bi hanya terdiam .

            “apa hari ini kau tak punya rencana kemana-mana?”tanya Jiyong.

            “rencanaku pulang dan tidur sampai kau mengacaukannya.”

Kenapa ia harus gugup berhadapan dengan pria ini? Oke dia memang keren, tidak jelek dan sebagainya. Bukan berarti aku jatuh cinta kan? Aku sudah sering bertemu yang lebih tampang dan lebih terkenal dari dia.Ia hanya melihat lurus ke jalan.

Mereka sampai disebuah rumah besar. Bi memperhatikan dalamnya, ia bisa melihat kalau dirumah itu tak hanya Jiyong yang menghuninya. Mungkin Bigbang yang lain juga tinggal disini. Tapi ia tak melihat tanda-tanda ada orang lain saat ini.

Dari dalam sebuah kamar, keluar seekor anjing berkulit coklat dan keriput tapi lucu sekali. Dia menggonggong ke Jiyong, yang Bi ketahui sebagai majikannya. Ayah anjing itu tepatnya.

“Gaho, kau tidak nakal kan? Kenalkan ini Bi. Dia cantik bukan?”

Bi mengulurkan tangannya. Anjing itu menghampirinya dan membiarkan Bi mengelus kepalanya.

Jiyong melihat wajah Bi yang seketika berbinar melihat seekor anjing.

“Kelihatannya ia menyukaimu.”

“Ya.” Bi tersenyum gembira menggendong Gaho.

“tunggu disini dan jangan kemana-mana.” Kata Jiyong mempersilahkan Bi duduk setelah mengambilkannya segelas air.

 

“kemarilah.” Jiyong melambaikan tangan padanya untuk masuk ke kamar.

“terima kasih, disini saja.” Jawabnya dingin, untuk apa ia masuk kamarnya? Apa ia selalu mengajak teman wanitanya masuk ke dalam ruang pribadinya?

“ayolah kesini.” Untuk kesekian kalinya ia diseret Jiyong.

Mereka masuk kedalam kamar. Bi baru kali ini tahu kamar seorang pria. Ia termasuk pria yang rapi dan bersih. Ia tahu bagaimana menata kamarnya agar terlihat elegan tapi juga nyaman. Tapi Bi tetap waspada, ia akan siap jika terjadi sesuatu padanya. Bi pernah belajar kung fu dulu.

Ia tak tahu apa yang mereka lakukan dalam kamar sampai sesuatu menarik perhatiannya. Ada sebuah kotak besar di samping tempat tidur, dan bergerak. Gaho disamping kotak besar itu dan menyalak. Karena penasaran ia mennghampirinya. Di dalam kotak besar itu terdapat anak anjing berwarna putih, sangat lucu. Jenis labrador retriever , matanya masih belum sepenuhnya terbuka, sepertinya ia baru lahir.

Bi menggendong anak anjing itu dan ia elus-elus kepalanya. Di lehernya sudah terpasang kalung , ditengahnya ada liontin hitam.

“bukalah.” Kata Jiyong.

Bi membukanya. Sebuah liontin yang dua sisinya bisa dipasangi foto. Ia melihat fotonya sendiri sedang tersenyum. Ia perhatikan foto itu diambil waktu ia didalam studio. Walau kecil ia masih bisa melihatnya. Dan sisi lain terdapat sebuah tulisan berlatar belakang hitam dan tinta emas. Untuk Bi. Agak kebawah terdapat inisial GD.

“ini untukku? Anjing ini?”

“yup. Kau suka?”

“suka sekali.”

“bagus.” Jiyong menghampirinya, tangan kanan pria itu menyembunyikan sesuatu dibelakangnya. Setelah mendekat ke Bi, sebuah buket bunga kecil muncul dari balik punggungnya. Sambil tersenyum, ia serahkan bunga itu pada Bi.

“selamat bertambah umur. ” Jiyong tersenyum lebar.

“eh? Ulang tahun?”

Ia menoleh kanan kiri mencari kalendar. Ternyata benar hari ini adalah hari kelahirannya. Biasanya Zi dan Seungri selalu mengganggunya dengan ucapan-ucapan itu. Ia ingat kalau telah mematikan handphonenya sejak tadi.

Seumur hidup ia hanya merayakan ulang tahunnya sekali. Waktu ia menggoda ayahnya dengan memakai kostum badut sedih. Setelah itu  ia lewatkan ulang tahun lainnya begitu saja. Kesibukan ayahnya membuat ia tak bisa merayakan lagi. Zi dan keluarga Seungri biasanya menelepon untuk mengucapkan selamat. Tapi sebisa mungkin ia hindari.

“kau tak ingat ulang tahunmu sendiri?”

Jiyong merapat semakin dekat ke tubuh Bi. Ia mengelus rambut Bi, menunggu gadis itu menerima bunga pemberiannya.

“Bi, kau tahu aku menyukaimu. Kau mau jadi pacarku?”

“terima kasih. Eh? Apa?” bunga itu masih menunggu untuk diterima Bi.

“kita pacaran. Kau mau?”wajah Jiyong berbinar.

“tidak. Ini... kau tahu.. kita baru kenal.. dan aku..”

Bi canggung, tanpa sadar ia memegang anak anjing labrador itu dan mengelusnya. Ia menghindari mata Jiyong.

Jiyong kaget, “eh, kenapa? Aku menyayangimu, apa harus kenal lama dulu. Dan aku tahu kau juga suka padaku.”

“tidak. Tidak.”

“apa aku berbuat salah? Apa aku salah menyukaimu? Apa karena kejadian di lift? Aku minta maaf, Bi. Aku hanya ingin membantumu, aku ingin jadi pelindungmu.”

“bukan. Bukan. Pelindung? Apa aku terlihat separah itu? aku tak bisa, Jiyong ah. Aku benar-benar ... tidak... aku ... hanya saja... itu... kau tahu.. takut.. tolong , Jiyong ah. Aku mau pulang.”

Ia tak siap akan kata-kata Jiyong yang tiba-tiba. Tanpa alasan, ia canggung. Ia menyukai Jiyong. Tapi selama ini ia belum pernah dekat dengan pria. Selama ini ia terbiasa dengan kesendiriannya. Ia takut akan dirinya sendiri. Ia takut ia tak bisa menjadi dirinya sendiri.

“Kukira... kau.. kau tak mau?” Jiyong tertular oleh kepanikan Bi. Ia merasa tak enak. Melihat Bi seperti itu semakin membuat ia ingin mendekapnya, menciumnya, melindunginya dan meringankan apapun beban yang sedang ia alami.

“tolong, aku mau pulang saja.”

Jiyong menatap gadis itu, “baiklah, aku antar kau.”

 

Sepanjang perjalanan pulang, Bi hanya diam. Bunga dan anjing pemberian Jiyong tak ia bawa serta. Pikirannya terlalu penuh dengan masalah hubungan pria-wanita ini. Buku setebal dan sesusah apapun akan ia lahap dan cerna dengan baik. Hal seperti ini walaupun terlihat gampang akan merusak pencernaanya.

 

***

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
doraemonmojacko #1
ill just use my cp to readthis nice storuy
stefanie #2
aahhhh..seneng de hepi ending^^
tawphawt
#3
Wow, baru baca foreword aja kayaknya udah bagus! :)))
Rizuki_15 #4
Yay!! Udah selese... Sweet ending., Love it! ^.^
SPalBB #5
new chapter added.....<br />
apa aku ending disini aja yaaaaa , komen pliss
Rizuki_15 #6
Yay!! Confession!!<br />
Tapi knpa sikap Bi musti sedingn itu sih, kasian Jiyoung.. -_-
Rizuki_15 #7
aww.,, so sweet., nice chapt...
SPalBB #8
terima kasih yang udah baca FF saya ya, jangan lupa komen<br />
<br />
new chapter added!
Rizuki_15 #9
Lagi nyari fanfic yg seru, pas nemu yg ini, bahasa indonesia pula., jd makin suka + t'tarik.,<br />
well, so nice so far.., waiting 4 the next chapt! ^.^