Episode 07

EXchange
Please Subscribe to read the full chapter

“Yuri,” seru Sooyoung menaiki anak tangga menuju kamar di lantai atas. Dia mengetuk pintu sesaat sebelum mendorongnya sedikit. “Kamu sudah siap?”

“Tunggu sebentar,” katanya menoleh sekilas sembari mengancingkan bulatan hitam ke dalam masing-masing lubang. “Aku perlu berpakaian.”

“Baiklah,” balasnya menutup pintu kamar dan memilih untuk menunggu di teras luar.

Saat itu jarum jam menunjukkan pukul enam pagi. Beberapa orang sudah berangkat kerja sementara sebagian lagi masih meringkuk di bawah selimut. Biasanya Yuri adalah orang terakhir yang meninggalkan rumah. Namun, karena suatu alasan tertentu, kedua wanita itu memutuskan untuk berangkat bersama setelah mengetahui tempat tujuan mereka cukup dekat.

“Kita pergi sekarang?”

Sooyoung mendongak lalu bangkit perlahan. “Ya, kapan pun kamu siap. Aku tidak terlalu terburu-buru.”

“Kawasan itu cukup padat, kan? Sebaiknya kita berangkat sekarang.”

“Aku harus memakai ponselku untuk GPS jadi aku tidak bisa membiarkanmu memakai pengisi daya,” kata pemilik mobil itu sambil menarik sabuk pengaman melewati dada dan perutnya.

“Tidak apa-apa. Kita harus menggunakannya untuk terhindar dari kemacetan.”

Di dalam mobil, alunan musik terus berputar di sepanjang perjalanan. Sooyoung berseru dan membesarkan volume audio saat salah satu lagu favoritnya bermain. Sedangkan Yuri terus memukul-mukul atap mobil saat mencoba bernyanyi dengan nada tinggi.

“Wah, pita suaraku nyaris putus.”

Sooyoung tertawa. “Ini lagu yang sulit tapi kamu menyanyikannya dengan sangat baik.”

“Bagaimana kencanmu kemarin? Apakah itu menyenangkan?”

“Kami menyantap makanan mewah dengan anggur berkualitas premium.”

“Itu bagus, bukan?”

“Bagus sekali sampai celahnya terasa sangat besar,” katanya disertakan tawa canggung. “Aku menikmati acara kencannya tapi butuh sesuatu yang lebih. Kalau kamu?”

“Aku merasakan banyak emosi. Kami sangat bahagia dan jantungku berdebar cepat. Tapi, yang sangat buruk tentang diriku adalah aku merasa cemburu terhadap mantanku.”

Sooyoung terkejut, “benarkah?”

Yuri seharusnya tidak boleh merasakan hal itu tetapi setiap kali matanya menangkap dua gadis keturunan Amerika yang saling berbisik, seketika aliran darahnya langsung mendidih.

“Hm, kemarin mereka melakukan sesuatu yang membuatku cemburu. Aku merenung dan bertanya-tanya mengapa aku merasa seperti itu padahal aku bersenang-senang dengan semua orang jadi kupikir aku orang yang jahat. Aku sungguh berharap mantanku bisa bahagia.”

“Aku bisa mengerti. Aku merasakan hal yang sama. Beberapa dari kita mungkin masih ada yang menyukai mantannya. Mereka yang masih punya perasaan bisa terluka dalam situasi apa pun.”

“Tepat sekali. Apa pun yang kita lakukan bisa saja melukai perasaan seseorang.”

“Benar. Bahkan saat kita tersenyum kepada orang lain, mungkin juga akan membuatnya terluka. Saat pendatang baru itu datang kita harus menyambutnya dengan ramah, kan? Kita tidak bisa menghindari situasi semacam itu.”

“Aku berempati kepada mereka. Namanya Jessica, bukan? Dia tidak mendapat banyak perhatian,” celoteh Yuri yang berpura-pura mengalami amnesia hingga tidak mengingat nama mantan kekasihnya.

“Dia pasti sangat lelah dan putus asa.”

“Kita harus bersikap lebih ramah kepadanya agar dia merasa nyaman.”

“Sepertinya dia agak pendiam.”

“Dibandingkan dengan Tiffany yang sama-sama pendatang baru, Jessica memang tidak banyak bicara. Aku sering bertemu orang seperti ini. Biasanya mereka banyak bicara kalau bersama orang yang tepat.”

“Aku tidak bisa membayangkan jika Jessica bersama Seohyun ataupun Taeyeon dalam satu ruangan. Maksudku, mereka bertiga sama-sama pendiam.”

Yuri tertawa. “Aku tidak akan terkejut jika golongan darah mereka juga sama.”

Anehnya, entah bagaimana situasi di dalam rumah itu bisa menjadi sama persis dengan apa yang mereka bicarakan. Itulah sebabnya ada pepatah yang menyebutkan agar selalu berhati-hati dalam berbicara. Mungkin saja malaikat terlalu bosan di atas sana hingga ikut campur dalam dunia manusia. Tapi, ya, siapa yang peduli.

“Kamu beristirahat dengan baik?” tanya Taeyeon saat berpapasan dengan wanita termuda di rumah itu.

“Hm, aku ingin tidur lebih lama. Tapi aku juga tidak boleh melewatkan jadwal kuliah di pagi hari. Kamu tidak bekerja?”

“Aku akan pergi setelah sarapan,” balasnya sambil memeriksa isi dalam kulkas kemudian mendengus keras. “Kita kehabisan bahan makanan. Hanya ada apel. Kamu mau?”

“Tidak apa-apa. Aku akan membeli sarapan di jalan. Lagi pula aku harus mengejar waktu agar tidak terlambat,” kata Seohyun melirik jam dinding sebelum melambaikan tangan.

“Sampai jumpa.”

Suasana kembali hening. Itu bukan sesuatu yang baru. Kebanyakan dari mereka terlalu malas menyiapkan sarapan atau akan lebih praktis jika membelinya dalam perjalanan. Namun Taeyeon berbeda, dia tidak akan meninggalkan rumah sebelum mencicipi kopi buatannya sendiri.

“Selamat pagi,” sapa Taeyeon saat melihat seseorang menuruni anak tangga.

Jessica menarik ujung hoodie ke atas kepala agar menutupi rambutnya yang berantakan. “Pagi,” jawabnya dengan nada suara rendah. Dia jelas membutuhkan segelas air sebelum pita suaranya menjadi kering.

“Tidurmu nyenyak?”

“Tidak terlalu. Aku terus merasa gelisah. Aku belum terbiasa dengan ranjangnya.”

“Hm, kamu pasti merasa sangat lelah. Kamu mau apel? Saat ini kulkas kita benar-benar kosong.”

“Tidak.”

“Kopi?”

“Tidak. Aku hanya perlu minum air mineral,” katanya mengangkat gelasnya yang sudah kosong dan melangkah pergi begitu saja meninggalkan gadis lain yang tercengang.

Sialan, Taeyeon mengumpat dalam hati.

***

“Hai, kamu baru pulang?” sapa Sooyoung menoleh ke belakang dan tersenyum hangat ketika telinganya menangkap suara langkah kaki yang terdengar semakin jelas.

“Ya,” jawab Jessica sambil melepas alas kaki. “Apa aku terlambat?”

“Tentang apa?”

“Makan malam.”

“Ah, biasanya mereka pulang kerja setelah pukul delapan malam.”

“Bukankah kita harus memasak dahulu? Itu berarti waktu makan kita agak terlambat.”

“Kita mempunyai jam kerja yang berbeda jadi hampir mustahil untuk berkumpul pada waktu tertentu di setiap harinya. Jadi, siapa pun yang pulang lebih cepat akan memasak makan malam.”

“Rumah ini sepi sekali. Sepertinya belum ada yang pulang. Bagaimana jika semua orang beralasan untuk pulang terlambat agar tidak memasak?”

Jessica melepas kardigan yang menggantung di bahunya sambil berjalan ke ruang dapur. Cuaca panas hari ini benar-benar mencekik tenggorokannya. Dia melihat tidak ada yang berubah dari ruangan itu kecuali kulkas yang sudah terisi penuh. Jessica bertanya-tanya siapa yang pergi berbelanja. Setidaknya dia harus berterima kasih karena mengisi lemari pendingin dengan minuman bersoda.

“Itu mungkin saja terjadi tapi kurasa mereka tidak akan beralasan begitu. Maksudku, kita jarang bertemu karena sibuk bekerja jadi ketika ada waktu luang, meskipun dengan kemampuan memasak yang buruk sekali pun, kesempatan itu tidak akan terbuang begitu saja.”

“Aku benar-benar kesulitan dalam memasak jadi aku tidak yakin itu akan membantu atau justru mengacaukannya.”

“Kita akan baik-baik saja asalkan kamu tidak membakar dapurnya. Sudah melihat-lihat isi rumah ini?”

“Hampir seluruhnya kecuali kamar tidur.”

“Mau melihat kamarku?”

“Jika kamu tidak keberatan.”

“Tentu saja,” kata Sooyoung membuka pintu kamar dan mempersilakan wanita itu untuk masuk bersama. “Tidak banyak perbedaan tapi kurasa kamar di lantai satu sedikit lebih besar. Maaf kasurku sangat berantakan. Aku tidak sempat merapikannya pagi ini.”

“Tidak apa-apa, kamarku juga seperti kapal pecah. Boleh melihat kamar mandinya?”

“Hm,” gumam Sooyoung menganggukkan kepala dan membiarkan teman barunya berjalan seorang diri menuju sudut kamar.

“Eh, maaf!” jeritnya tiba-tiba begitu terkejut hingga praktis membanting pintu dengan keras. Jessica merasa wajahnya memanas. Rona kemerahan menyebar hingga ke ujung telinganya.

“Ada apa?” tanya Sooyoung penasaran.

“Aku tidak tahu kalau ada orang di kamar mandi.”

“Benarkah? Ya ampun, Kim Taeyeon! Kamu harus mengunci pintu saat berada di kamar mandi.”

Taeyeon menahan nafas. Dia merasa seolah-olah baru saja ditelanjangi walaupun pada kenyataannya dia sudah berpakaian lengkap saat momen memalukan itu berlangsung. Dia sangat yakin gadis kurang ajar itu akan menjadi kematiannya suatu saat nanti.

Persetan. Taeyeon me

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
kwonyy #1
Chapter 10: Moga yulsic bisa kembali bersama kkkkk
Dan jgn sampai sica ama taeng. Sory thor tp aku g suka taengsic 😂
kimkimsara
#2
Chapter 10: Akhirnyaaa update lagiii
Makin penasaran. Semoga aja ngga ada yg tersakitiii
kimkimsara
#3
Chapter 9: Setiap ada chapter baru, pasti bikin kepo chapter berikutnya bakalan kaya gimana. Semangat Author!
kwonyy #4
Chapter 9: Apakah sica memilih yoona??
kimkimsara
#5
Chapter 8: Gemeeeszsssssss gtiap chapter bikin penasaran kelanjutannya gimana
kwonyy #6
Chapter 8: Yg tabah ya yulk. Kamu juga g ngirim sica pesan kan
onesleven
#7
Chapter 7: Woaah kirain umurnya bakal sama ma asli, eh ternyata beda, Sica malah lebih mudah wkwks
Bakal ada drama gak ya episode selanjutnya, soalnya Taeng mulai spik-spik sama Sica walaupun sasaran utamanya Yoona 🤭
kwonyy #8
Chapter 7: Dasar yulk kirain dia orang cool gtu ternyata sifat player nya g hilang"
kimkimsara
#9
Chapter 7: Yuri Om-Om Buaya!!! hahahahahaha
kimkimsara
#10
Chapter 6: Serius deh, asik banget baca cerita iniii <3
Paling suka bagian mereka ngirim pesan untuk orang lain unyumunyushabidubidam!