Episode 03

EXchange
Please Subscribe to read the full chapter

Orang-orang berdatangan menduduki kursi kosong di sekeliling meja. Laptop di depan mata dengan secangkir kopi di sisi kanan. Cemas sekaligus menegangkan. Akhir pekan ini acara mereka akan tayang perdana di layar televisi. Itu artinya hanya tersisa tiga hari lagi.

“Siapa pasangan yang akan kita ungkap pada episode pertama?” tanya Minho selaku editor yang sedang menyusun ulang potongan video agar mendapatkan durasi yang tepat sesuai naskah.

“Interaksi Yuri dan Yoona terlihat sangat mencurigakan sehingga akan memicu dugaan bahwa mereka sepasang kekasih. Jadi, sepertinya lebih baik mereka berada di urutan terakhir.”

Hyoyeon melingkari daftar nama kedua pasangan; Yoona dan Seohyun di posisi ketiga, sementara Yuri dan Jessica berada di urutan terakhir. Dia harap penampilan Yuri yang atraktif dapat mendongkrak popularitas acaranya.

“Bagaimana dengan Taeyeon?”

“Ah, kita tidak boleh menayangkan kisah percintaan sentimental pada episode perdana. Emosi penonton akan terkuras habis setelah mendengar delapan tahun mereka berpacaran.”

“Itu benar,” sahut Minho menyandarkan punggung pada sandaran kursi. Tubuhnya berayun pelan sambil berkata, “rasanya menyesakkan setelah melihat rekaman video mereka. Delapan tahun; sangat disayangkan hubungan itu berakhir.”

“Kalau begitu kita akan mengungkap hubungan Sunny dan Sooyoung.”

“Putar ulang video pertemuan mereka di cafe. Aku ingin melihat rekaman mereka sekali lagi.”

-

Perlahan Sooyoung mendorong pintu kaca dan melihat seorang wanita duduk dengan canggung. Di dalam cafe tersebut terdapat lima meja kosong. Tidak ada orang lain, hanya beberapa kamera yang berdiri tegak di setiap sudut ruang.

“Bagaimana kabarmu?” sapa Sunny.

“Baik. Sudah lama sekali, bukan?”

“Benar. Hampir lebih dari tiga tahun.”

“Kukira kita tidak akan pernah bertemu lagi. Aku bertanya-tanya apa yang akan aku kukatakan saat pertama bertemu. Banyak hal yang kupikirkan, termasuk penampilanku hari ini.”

“Aku tidak mengira kita akan bertemu dengan cara seperti ini.”

“Sesekali kenangan kita terlintas begitu saja,” gumam Sooyoung dengan kepala tertunduk rendah. “Kamu juga datang di mimpiku.”

“Benarkah?” Sunny tertawa kering. Dia tidak tahu harus merasa senang atau sedih.

“Tentu saja. Aku tidak asal bicara. Kalau kamu? Juga memikirkan aku?”

“Hm,” balasnya mengangguk cepat. “Aku masih ingat merayakan ulang tahunmu saat kita menjadi relawan di pedesaan.”

“Ah, aku mengingatnya.”

“Banyak kenangan masih teringat jelas di dalam kepalaku.”

-

“Berhenti di sana.”

Rekaman video terhenti. Minho menekan tombol jeda sesuai permintaan sutradara. “Kamu mau menyisipkan potongan video dari rekaman individu mereka?” Setelah sekian lama bekerja sama, Minho nyaris bisa membaca jalan pikiran wanita itu.

“Benar. Masukkan rekaman video dari Sooyoung dahulu, kemudian dilanjutkan dengan sudut pandang Sunny.”

“Baiklah. Aku mengerti.”

-

• SOOYOUNG CAM •

Pada saat itu ketua angkatan di fakultas meminta aku untuk menjadi pemimpin dalam program layanan sukarelawan. Siapa saja boleh bergabung termasuk yang berasal dari luar fakultas. Karena jumlah pesertanya banyak, aku membagi mereka menjadi beberapa kelompok kecil berjumlah empat orang. Begitulah awal mulanya.

Setelah acara sukarelawan itu berakhir Sunny menghubungi aku. Dia meminta aku mengirimi semua dokumentasi foto yang kumiliki. Sejak saat itu aku mencoba untuk mengenalnya lebih dekat. Sering kali aku mengirimkan pesan lebih dulu karena aku menyukainya.

Setiap hari aku berangkat ke kampus satu jam lebih awal dari jadwal kuliahku. Dia bergabung dalam klub paduan suara jadi aku ingin melihatnya.

Ketika pertama kali mendengar suaranya bernyanyi, rasanya jantungku ingin copot. Suaranya sangat manis dan indah. Pada saat itulah aku sadar bahwa aku akan menyukainya. Atau mungkin, aku sudah jatuh cinta kepadanya.

-

• SUNNY CAM •

Temanku mengajak untuk berpartisipasi dalam layanan sukarela. Begitulah kami bertemu dan menjadi dekat.

Pada suatu hari Sooyoung berkata ingin mengatakan sesuatu kepadaku. Dia sosok  yang humoris dan suka bercanda. Jadi ketika mendengar nada suaranya yang serius, aku menebak apakah dia akan mengungkapkan perasaannya.

‘Apakah kita hanya akan berteman?’ itu yang dikatakan. Lalu aku balik bertanya, “bagaimana denganmu?” Jadi, Sooyoung mengatakan bahwa dia tidak mau jika hanya berteman saja.

Banyak orang tertarik dengan hubungan kami. Itu karena dia sangat terkenal di fakultasnya. Kami menghabiskan waktu bersama hampir setiap hari. Tidak ada perencanaan untuk acara kencan. Hanya melalui waktu bersama.

Sooyoung selalu duduk di sampingku saat aku membaca buku di perpustakaan. Dia juga mengantarku pulang setiap hari. Dia tetap mengantarku bahkan setelah kami bertengkar.

-

 “Cukup,” suara Hyoyeon terdengar serak. Dia meraih secangkir kopi yang bukan miliknya. “Astaga, rasanya pahit sekali.”

“Gula hanya akan merusak rasa kopi yang sudah enak,” celoteh Amber mengangkat bahu ringan.

“Dari sini gabungkan dengan kelanjutan video yang di cafe.”

Minho menggeleng. “Durasinya terlalu panjang. Kita harus menghapus beberapa bagian. Kurasa bagian terpenting berada pada menit-menit terakhir.”

“Baiklah.”

-

“Kudengar kamu mengencani orang lain setelah kita putus.”

Sunny memutar sedotan, mengaduk-aduk minuman di dalam gelas. Cairan terus berputar seperti perasaannya yang bercampur aduk; cemas dan gelisah.

“Ya. Aku berkencan dua kali.”

“Mereka memperlakukanmu dengan baik?”

“Hm.” Sooyoung mengangguk samar.

“Tentu saja mereka memperlakukanmu dengan baik. Jika tidak, kamu tidak akan mau berpacaran dengan mereka. Astaga, aku mengajukan pertanyaan yang sudah jelas jawabannya.”

Sunny menertawakan kebodohannya sendiri. Dia tidak sedang bergurau tetapi dia terpaksa harus tertawa. Setidaknya dengan begitu dia tidak terlalu tampak menyedihkan.

“Kamu sudah berpacaran dengan orang lain tapi tiba-tiba kamu meneleponku. Itu aneh. Kenapa harus aku?” Sesungguhnya gadis itu tidak merasa keberatan untuk datang ke acara ini tetapi hati kecilnya ingin mengetahui alasan sang mantan.

“Aku merindukanmu. Wajahmu terlintas begitu saja. Aku merasa bersalah telah meneleponmu untuk hal ini.”

“Aku terus berusaha untuk melupakan kamu. Namun, tiba-tiba kamu kembali dan memaksaku untuk memikirkanmu lagi.”

“Mungkin kehadiranku saat ini membuat kamu kebingungan. Kukira kamu akan menolak untuk datang kemari, tapi kamu terlihat baik-baik

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
kwonyy #1
Chapter 10: Moga yulsic bisa kembali bersama kkkkk
Dan jgn sampai sica ama taeng. Sory thor tp aku g suka taengsic 😂
kimkimsara
#2
Chapter 10: Akhirnyaaa update lagiii
Makin penasaran. Semoga aja ngga ada yg tersakitiii
kimkimsara
#3
Chapter 9: Setiap ada chapter baru, pasti bikin kepo chapter berikutnya bakalan kaya gimana. Semangat Author!
kwonyy #4
Chapter 9: Apakah sica memilih yoona??
kimkimsara
#5
Chapter 8: Gemeeeszsssssss gtiap chapter bikin penasaran kelanjutannya gimana
kwonyy #6
Chapter 8: Yg tabah ya yulk. Kamu juga g ngirim sica pesan kan
onesleven
#7
Chapter 7: Woaah kirain umurnya bakal sama ma asli, eh ternyata beda, Sica malah lebih mudah wkwks
Bakal ada drama gak ya episode selanjutnya, soalnya Taeng mulai spik-spik sama Sica walaupun sasaran utamanya Yoona 🤭
kwonyy #8
Chapter 7: Dasar yulk kirain dia orang cool gtu ternyata sifat player nya g hilang"
kimkimsara
#9
Chapter 7: Yuri Om-Om Buaya!!! hahahahahaha
kimkimsara
#10
Chapter 6: Serius deh, asik banget baca cerita iniii <3
Paling suka bagian mereka ngirim pesan untuk orang lain unyumunyushabidubidam!