Episode 06

EXchange
Please Subscribe to read the full chapter

“Kamu harus lihat ini. Respons orang-orang tidak terlalu senang terhadap kemunculan peserta baru kita,” kata Amber mendorong kursi di sebelah lelaki yang sibuk menatap layar komputer; memilih adegan mana yang harus dibuang untuk menghemat durasi.

Minho melirik sekilas dan membaca cepat komentar orang-orang di media sosial. Ada yang menulis pujian, semangat dan hal-hal kecil lain bernilai positif yang tenggelam di bawah barisan kata-kata makian. Kesal? Itu sangat jelas. Bahkan dia sendiri merasakan emosi yang sama seperti kebanyakan orang ketika dia menyunting episode yang tayang minggu lalu.

“Aku merasa kasihan dengan Tiffany. Dia tidak berusaha untuk menutupi perasaan sedihnya.”

“Respons orang-orang sangat marah dan menyalahkan mantan pacarnya.”

“Nama Taeyeon dan Yoona sering berada di puncak pencarian, kan? Aku tidak yakin apa mereka masih menyukai Taeyeon setelah menonton episode minggu ini. Dia bersikap begitu dingin terhadap mantan pacarnya.”

“Bukankah episode selanjutnya akan menayangkan hubungan mereka di masa lalu?” Amber menjatuhkan punggung pada sandaran kursi kerja dan berputar-putar sambil menatap ke langit-langit ruangan.

“Itu benar. Hyoyeon ingin menggabungkan rekaman video lama mereka dengan adegan pertemuan mereka di cafe. Pasangan lain hanya menyimpan foto sebagai kenangan mereka tetapi Taeyeon, wah.. aku tidak bisa membayangkannya. Maksudku, kalau aku putus dengan pacarku, aku akan menghapus ingatan itu untuk melanjutkan hidup tetapi Taeyeon memilih untuk menyimpan video mereka.”

“Yah Choi Minho, apa kamu tipikal pria yang pendendam?” ledek perempuan itu sambil menendang kursi di depannya.

Minho tertawa. “Bukan seperti itu. Hanya saja, kupikir lebih baik tidak berhubungan dengan mantan setelah putus.”

“Sayangnya, di sinilah kamu bekerja dan menyaksikan mereka yang ada di rumah itu berhubungan kembali dengan mantannya. Ironis sekali,” sahut Hyoyeon tidak sengaja mendengar sedikit obrolan rekan kerjanya ketika membuka pintu. Sutradara muda itu meletakkan sekotak donat serta minuman dingin di atas meja. “Sudah menyelesaikan permintaanku?”

“Ya,” jawab Minho. “Ingin melihatnya?”

Hyoyeon menggigit donat dengan taburan gula di atasnya dan bergumam, “tentu saja.”

-

Seorang wanita muda duduk dengan cemas menatap butiran air yang membasahi tepi gelas. Melirik arloji di pergelangan tangan lalu meremas buku-buku jarinya. Kemudian kepalanya mendongak cepat saat terdengar bunyi bel yang menandakan pintu terbuka.

“kenapa lama sekali?” tanya wanita yang sudah menunggu selama sepuluh menit di dalam cafe.

“Maaf. Di luar sangat dingin, bukan?”

Dia memaksakan senyum di wajah meski air menggenang di pelupuk matanya. “Aku merindukanmu.”

“Bagaimana kabarmu?”

Tiffany tidak menjawab dan hanya menatap ke depan. Mantan pacarnya terlihat jauh lebih cantik setelah mereka berpisah. Itu tidak baik untuk hatinya yang lemah.

“Apa ada tisu di sini? Berhentilah menangis. Kamu akan membuatku menangis,” kata Taeyeon mencubit ujung hidungnya yang memerah. Dia sendiri tidak bisa menahan butiran kristal yang lolos melewati sudut matanya.

“Aku bertanya-tanya apakah kamu akan tersenyum kepadaku? Terima kasih sudah melakukannya.”

“Aku juga merindukanmu. Aku ingin tahu kabarmu.”

“Kamu terlihat agak kurus. Berat badanmu turun banyak?”

“Entahlah,” balas Taeyeon menggelengkan kepala. Dia bahkan tidak menyadari bentuk tubuhnya yang mulai berubah.

“Kamu terlihat semakin cantik.”

“Bagaimana perasaanmu saat pertama kali menerima telepon?”

“Aku terkejut. Namamu tidak pernah muncul di ponselku sebelumnya tapi tiba-tiba kamu menelepon pada malam itu. Kamu masih menyimpannya?”

“Ya. Kamu menghapus nomorku?”

“Itu tidak mungkin terjadi.”

“Kamu tampak baik-baik saja. Kamu tidak terlihat gugup seperti dugaanku.”

“Aku sudah dewasa.”

“Benar. Kita menjadi tua.”

“Kita bertemu saat berusia dua puluh satu tahun dan kita sudah mencapai angka tiga puluh tahun sekarang.”

-

“Apakah kita perlu menyensor bagian itu? Mereka semua belum berbicara tentang umur,” kata Amber sambil menggoyang-goyangkan es batu di dalam gelas plastik. Minumannya habis sejak lima menit yang lalu.

“Bagaimana kalau mengungkap pasangan ini pada menit ke tiga puluh lima? Saat Tiffany mengatakan kalau dia tidak senang melihat kedekatan mantan pacarnya dengan wanita lain.

“Oh, apakah itu setelah mereka menerima pesan dan secara bergantian memberi tahu umur masing-masing?”

Hyoyeon mengangguk. “Benar.”

Tangan lelaki itu bergerak cepat menggeser kursor dan menyusun ulang potongan video sesuai permintaan sutradara. Tidak lupa dia menyelipkan rekaman video lama Taeyeon di sela-sela durasi untuk membangun alur cerita yang menyedihkan.

-

• TIFFANY CAM •

Aku tidak pernah memikirkan mengencani seseorang sampai usiaku dua puluh satu tahun. Dia menyatakan perasaannya di tepi Sungai Han. Aku merasa tidak yakin dan meminta waktu untuk memikirkannya jadi aku berjalan sendirian di sepanjang aliran sungai. Aku kembali menemuinya setelah dua jam. Dia memegang tanganku lalu memasukkannya ke dalam saku jaket. Ada penghangat di sana. Aku masih mengingat kehangatan itu dan hatiku tersentuh. Dia adalah cinta pertamaku.

Aku ingin mewujudkan impianku menjadi pramugari. Itu merupakan keraguan yang terbesar karena menempatkan hubungan dalam jarak jauh. Kami berkencan sambil menangis selama tiga bulan sampai aku berangkat menjalani masa pendidikan. Dia datang setiap akhir pekan. Itu tidak mudah tapi aku tidak pernah bisa meminta putus pada hari dia berkunjung.

Saat aku bersiap menjadi pramugari, itu masa tersulit dalam hidupku. Aku tidak bisa membicarakan hal itu dengannya jadi aku menghilang. Dia bilang, “baiklah aku akan menunggu. Hubungi aku saat kamu siap.” Akhirnya aku menjadi seorang pramugari. Aku bilang, “mari bertemu, ada yang ingin kukatakan.”

Lalu dia muncul dengan membawa bunga. Dia bisa merasakan bahwa aku lulus. Dia berusaha keras meluangkan waktu dan itu membekas dalam diriku sebagai kenangan indah.

Saat itu hubungan kami sudah berakhir tapi aku menahannya. Jika aku lepas, semuanya berakhir. Kami putus pada bulan Februari 2020. Dia mulai banyak berubah. Dia tidak penasaran ke mana aku pergi atau yang sedang kulakukan. Aku menerima kenyataan hubungan itu sudah berakhir karena aku merasa lebih kesepian saat kami bersama.

Cara dia menatapku atau cara dia berbicara kepadaku. Kami tidak berpegangan tangan, aku memegang tangannya sendirian. Itu kenangan yang menyakitkan. Sejak saat itu aku membenci musim dingin. Aku tidak punya tenaga untuk menghentikannya.

-

• TAEYEON CAM •

Maaf mengatakan ini tapi maukah kamu berkencan denganku; seperti itulah yang aku katakan saat memintanya menjadi pacarku. Aku tahu dia ragu-ragu tapi aku tidak mau memaksanya. Aku hanya bisa menunggu dan berharap dia tidak pergi diam-diam. Aku senang ketika melihatnya kembali. Dia menjadi pacar pertamaku saat berusia dua puluh satu tahun.

Aku datang bolak-balik setiap hari Sabtu dan Minggu. Butuh sekitar tiga jam perjalanan. Aku merasa antusias sampai kesulitan tidur di malam hari. Kami hanya bisa bertemu selama dua hari dalam sepekan tetapi aku sangat bahagia. Aku selalu merindukannya.

Kami senang melakukan liburan bersama setidaknya sekali dalam setahun. Dia adalah pusat duniaku. Dia yang pertama dalam segala hal. Rasanya menyenangkan memiliki video tentang kenangan kami jadi aku selalu merekamnya. Dia punya senyum yang ceria. Bersamanya merupakan masa-masa paling menyenangkan.

Dia hanya menelepon saat aku sakit parah. Dia tidak menemaniku di rumah sakit. Aku pingsan karena sibuk mengerjakan video musik. Kami punya banyak masalah. Aku tahu hubungan kami tidak akan berhasil jadi aku meneleponnya. Aku bilang bahwa kami harus putus di telepon. Begitulah akhirnya. Aku sangat kecewa. Aku kesulitan secara mental.

Udara di musim dingin membuat hatiku juga dingin. Aku bersikap dingin kepadanya. Dia mungkin membenciku karena hal itu. Aku masih menyesalinya karena semua salahku. Aku belum dewasa. Itu sebabnya aku lebih menyesalinya.

-

“Ya Tuhan, aku tidak tahan menontonnya,” gerutu Amber sambil memasukkan donat ke mulut. Dia cenderung makan lebih banyak ketika merasa sedih.

“Video ini diambil tahun 2018 saat mereka liburan ke Thailand. Mereka tampak sangat manis dan bahagia,” kata Minho mengambil sedikit bagian dari rekaman lama Taeyeon yang diberikan kepada rumah produksi lalu menyisipkannya di tengah-tengah durasi.

Tiba-tiba Amber membanting dompet di atas meja dan mengatakan, “aku bertaruh pada pasangan Taeyeon dan Tiffany. Aku yakin hubungan mereka akan kembali,”

“Yah!” Hyoyeon memukul kepala gadis itu dengan main-main.

“Kenapa kamu memukul kepalaku? Minho memasang taruhan untuk pasangan Yoona dan Yuri,” balasnya dengan wajah cemberut.

“Apa? Yang benar saja. Wah, kalian bermain taruhan di belakangku.” Hyoyeon menepuk-nepuk dadanya seolah merasa dikhianati. Dia mengetuk meja dengan sebuah tongkat yang entah bagaimana ada di tangannya. “Mereka semua memiliki kisah cinta tulus dan murni jadi sebaiknya jauhkan uang kotor kalian sebelum aku membakarnya.”

“Ah, ya, tentu saja. Hal semacam itu tidak pantas dilakukan,” bujuk Minho dengan hati-hati sementara yang lain hanya bisa menundukkan kepala. “Ayo kita lanjutkan menonton videonya.”

-

“Aku tidak percaya  kamu ada di depanku. Jika bukan karena ini, kamu tidak akan mau makan bersamaku.”

“Aku tidak menyangka kamu setuju untuk datang di acara ini.” Taeyeon adalah pihak yang mengusulkan untuk bergabung dalam program acara bertajuk cinta. Meski sudah mempunyai tiga orang mantan pacar tetapi pilihannya jatuh pada yang pertama.

“Ya, karena kita sudah lama berpacaran. Aku tidak pernah bisa melupakanmu.”

“Benar. Ke mana pun aku pergi, akan ada kenangan tentang kita.”

“Ada banyak hal yang belum kita lakukan. Aku menyesali hal-hal yang tidak kulakukan untukmu di hari jadi kita.”

“Aku bahagia.”

“Benarkah?” tanya Tiffany ingin mendengar pengakuannya meski dia tahu gadis itu tidak pernah berbohong.

“Ya,” jawab mantan kekasihnya tersenyum.

“Terkadang aku memikirkan kenangan masa lalu kita dan aku merasa kasihan padamu. Ada sebuah kutipan yang mengatakan, ‘jika seseorang memikirkan mantan pacarnya, dia akan merasa bersalah dan bersyukur.’ Mungkin itu yang mereka rasakan tapi aku lebih merasa kasihan kepadamu.”

Taeyeon termenung. Dia tidak tahu harus berkomentar apa seolah kenangan pahit itu datang bertubi-tubi dan menghancurkan isi kepalanya.

“Itu masa tersibukmu.”

“Benar.”

“Aku terlalu banyak merengek. Itu pasti sulit bagimu. Aku merasa bersalah soal itu.”

“Aku memahaminya.”

“Kamu satu-satunya orang yang memberiku pengaruh baik. Aku bertanya-tanya apa aku juga orang yang baik bagimu karena kamu sangat baik dan mengajariku banyak hal.”

“Hm, kamu juga punya banyak pengaruh padaku.”

“Benarkah? Apa itu pengaruh bahwa kamu harus berhati-hati agar tidak bertemu lagi dengan wanita sepertiku?”

Please Subscribe to read the full chapter

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
kwonyy #1
Chapter 10: Moga yulsic bisa kembali bersama kkkkk
Dan jgn sampai sica ama taeng. Sory thor tp aku g suka taengsic 😂
kimkimsara
#2
Chapter 10: Akhirnyaaa update lagiii
Makin penasaran. Semoga aja ngga ada yg tersakitiii
kimkimsara
#3
Chapter 9: Setiap ada chapter baru, pasti bikin kepo chapter berikutnya bakalan kaya gimana. Semangat Author!
kwonyy #4
Chapter 9: Apakah sica memilih yoona??
kimkimsara
#5
Chapter 8: Gemeeeszsssssss gtiap chapter bikin penasaran kelanjutannya gimana
kwonyy #6
Chapter 8: Yg tabah ya yulk. Kamu juga g ngirim sica pesan kan
onesleven
#7
Chapter 7: Woaah kirain umurnya bakal sama ma asli, eh ternyata beda, Sica malah lebih mudah wkwks
Bakal ada drama gak ya episode selanjutnya, soalnya Taeng mulai spik-spik sama Sica walaupun sasaran utamanya Yoona 🤭
kwonyy #8
Chapter 7: Dasar yulk kirain dia orang cool gtu ternyata sifat player nya g hilang"
kimkimsara
#9
Chapter 7: Yuri Om-Om Buaya!!! hahahahahaha
kimkimsara
#10
Chapter 6: Serius deh, asik banget baca cerita iniii <3
Paling suka bagian mereka ngirim pesan untuk orang lain unyumunyushabidubidam!