Episode 02

EXchange
Please Subscribe to read the full chapter

Tempat itu awalnya hanya rumah kosong tak berpenghuni. Bangunan dua lantai dengan taman di bagian belakang telah Hyoyeon sulap menjadi ladang uang; bersama beberapa wanita terpilih yang akan memahami arti cinta sesungguhnya.

Saat sutradara muda itu secara gamblang mengutarakan keinginan untuk memulai acara ragam percintaan, sebagian besar anggotanya hampir menyerah. Mereka paham, kalangan remaja pada umumnya menyukai tontonan berbau romantis dengan sedikit bumbu pertengkaran dan air mata. Namun, masalah utamanya, mereka tidak yakin jika wanita yang telah bekerja sama dengan mereka selama satu dekade itu mempunyai pengalaman yang cukup dalam hal asmara. Hyoyeon sadar, dia belum pernah merasakan kupu-kupu terbang di dalam perutnya, tetapi entah bagaimana dia harus menampilkan yang terbaik.

“Kita menerima pesan. Dua peserta tidak bisa bergabung hari ini,” gumam Amber berjalan pelan sambil memeriksa sesuatu di ponselnya dengan tampang kesal.

“Apa alasannya?” tanya Hyoyeon tanpa mengalihkan pandangan dari layar monitor.

“Sang pramugari berusaha menyesuaikan jadwal penerbangan. Dia bilang baru bisa bergabung minggu depan. Kalau yang satunya, mahasiswi hukum itu ingin fokus menghadapi ujian hingga akhir pekan.”

“Tidak masalah. Kita bisa atur jadwal kedatangan mereka dengan acara kencan seperti jadwal peserta lain pada minggu depan. Kalau pemilik cafe itu bagaimana? Sudah ada kabar?”

“Oh, itu dia,” pekik Amber menunjuk pengendara sepeda motor yang terekam kamera.

“Wah, dia terlihat sangat keren. Aku jadi ingin mengikuti acara ini.” Hyomin ikut bergabung ke dalam kerumunan untuk mengagumi sosok wanita dengan rambut cokelat gelap; senada dengan warna jaket kulitnya.

Seketika suasana menjadi hening. Semua orang terdiam, terutama lima orang yang sedang duduk di lantai dua dalam rumah. Hyoyeon tanpa sadar ikut menahan nafas menyaksikan ketegangan di wajah para peserta ketika mendengar derap langkah seseorang menaiki anak tangga.

“Halo,” sapa pendatang baru itu dengan canggung sambil menggaruk-garuk ujung hidung yang tak gatal.

“Hi, silakan duduk. Aku Sunny. Siapa namamu?” jawabnya balas bertanya sambil bergeser memberi ruang.

“Yuri.”

Lalu, ritual memperkenalkan diri kembali terjadi mengikuti perputaran arah jarum jam. Disambung dengan beberapa gelak tawa hingga mengantar matahari menuju pelabuhan senja.

“Apa semua orang sudah berkumpul?” tanya Sooyoung mulai memikirkan menu makan malam.

Empat pasang mata saling bertukar pandang sementara dua pasang lainnya; Taeyeon dan Yuri, enggan untuk ambil suara meski mereka tahu persis adanya wajah yang hilang. Lagi pula aturan di sini melarang mereka untuk mengungkapkan identitas mantan kekasih.

“Kita tidak diberitahu berapa orang tapi aku penasaran dengan seluk beluk rumah ini.”

“Benar. Aku sangat penasaran dengan kamar tidurnya. Tadi aku sudah melihat  ruangan di lantai bawah. Bagaimana jika kita berkeliling bersama?”

Suasana menjadi heboh. Mereka mulai bangkit berdiri meninggalkan tempat duduk dengan rasa antusias yang sama besar.

“Lihat, ada teras di luar. Pemandangan langit dari sini terlihat indah.”

“Sangat menyenangkan jika berbaring ataupun merokok di ruangan terbuka seperti ini.”

“Kamu merokok?” tanya Yuri mendengar suara samar.

Taeyeon mengangguk. “Aku dulu perokok berat tapi sekarang sudah beralih pada rokok elektrik.”

“Aku juga seorang perokok,” balas Yuri menyambut kepalan tangan Taeyeon dengan tinju ringan.

Ada dua kamar di lantai dua yang saling berhadapan. Pertama, kamar dengan ranjang susun atas bawah. Tidak banyak perabotan. Hanya lemari pakaian, meja rias dan kaca berbentuk segi enam. Lalu, kamar kedua mempunyai dua ranjang bersebelahan dengan selimut dan bantal merah muda.

“Wah, kamar ini sangat cantik.”

“Oh, aku tidak bisa tidur di kamar ini.”

“Kenapa?” tanya Sunny heran.

Yoona mengangkat bahu ringan sambil jalan berlalu. “Nuansa kamar itu terlalu feminin. Aku lebih cocok tidur di kamar bawah.”

Kamar ketiga yang mereka kunjungi agak menjorok ke sisi belakang rumah. Lebih luas dari dua kamar sebelumnya dengan teras yang dibatasi oleh pintu kaca. Dan kamar terakhir tidak kalah menakjubkan. Hiasan di langit-langit kamar membuat ruangan itu lebih berwarna.

"Kurasa lantai pertama jauh lebih baik.”

“Aku ingin tetap tinggal di lantai bawah.”

“Rumah ini mempunyai empat kamar dengan dua tempat tidur. Itu berarti ada delapan kasur, kan? Sekarang kita hanya berenam. Apa mungkin ada dua orang lagi yang belum datang?”

Oh, rekor baru telah tercatat. Seohyun, gadis yang kehilangan pita suaranya tiba-tiba dapat berbicara panjang lebar. Itu merupakan rangkaian kalimat terpanjang yang pernah dia ucapkan.

“Benar sekali.” Sunny bertepuk tangan dengan keras. “Aku dari tadi memikirkan hal itu.”

“Maaf tapi aku tidak bisa berpikir apa-apa karena lapar.”

Mereka tertawa bersama. Satu hal yang harus diakui, Sooyoung adalah sosok yang humoris. Mungkin karena itulah beberapa pasang mata mulai menaruh perhatian pada wanita jangkung tersebut.

“Kalau begitu kita tentukan siapa yang tetap tinggal di rumah untuk memasak dan siapa yang akan pergi berbelanja. Tapi sebelumnya dapatkah kita membagi kamar terlebih dahulu?”

“Bagaimana caranya?”

“Bersuten,” kata Taeyeon mengusulkan. “Siapa yang jadi pemenang boleh memilih kamar lebih dulu.”

“Terdengar bagus. Aku selalu beruntung dalam permainan ini.” Yuri menggosok-gosok telapak tangannya bersiap untuk melempar tembakan. Dan benar saja, dia menjadi pemenang pertama. “Aku pilih kamar di lantai dua agar mudah pergi ke teras saat ingin merokok.”

“Oh, kamar yang memiliki selimut merah muda?” ledek Yoona.

“Tentu saja tidak.”

“Terkadang aku bisa berangkat kerja pagi-pagi buta dan juga pulang larut malam jadi aku tidur di lantai satu saja. Jika di lantai dua, tidur kalian akan terganggu karena mendengar suara orang naik turun tangga.”

Satu hal yang mereka sukai dari Taeyeon adalah kedewasaan dan pola pikir wanita itu yang mendahulukan kebutuhan orang banyak di atas kepentingan pribadi.

“Aku juga ingin tidur di kamar lantai satu. Bisakah kita menjadi teman sekamar?” pinta Sooyoung sambil menyeret koper besar.

“Tentu saja,” balas Taeyeon. “Kamu butuh bantuan?”

“Tidak. Terima kasih. Ini bukan masalah. Aku sudah terbiasa pergi liburan dengan koper sebesar ini.”

“Aku memilih kamar yang tersisa di lantai satu.”

“Aku juga,” sambung Sunny mengikuti jejak kaki Seohyun.

Kini hanya Yoona yang berada di urutan terakhir. Sayangnya tidak banyak pilihan yang tersisa; tinggal satu kamar bersama Yuri atau tidur di kamar yang dia benci.

“Aku sekamar dengan Yuri.”

***

“Haruskah kita memesan taksi?” tanya Seohyun pada dua wanita yang berjalan di sampingnya.

“Aku membawa mobil.”

“Aku juga tapi bisakah kita menggunakan mobilmu saja?” Sunny merogoh satu per satu kantong pakaian. Lalu mengobrak-abrik isi dalam tas. “Sepertinya kunci mobilku tertinggal di kamar.”

Taeyeon mengangguk. Sesungguhnya dia memang berniat menawarkan diri untuk membawa mobil. Dia lebih senang duduk di balik kursi kemudi melihat kendaraan yang berlalu-lalang.

Setelah lampu berkedip disertai bunyi alarm, Taeyeon membuka pintu mobil kemudian berkata, “kamu mau duduk di depan? Kamu bisa melihat pemandangan sekaligus belajar mengemudi.”

“Terima kasih.” Seohyun tersenyum simpul. Selang lima menit perjalanan dia berbicara, “sepertinya aku tidak bisa mengemudi di sini meskipun punya SIM.”

“Ken

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
kwonyy #1
Chapter 10: Moga yulsic bisa kembali bersama kkkkk
Dan jgn sampai sica ama taeng. Sory thor tp aku g suka taengsic 😂
kimkimsara
#2
Chapter 10: Akhirnyaaa update lagiii
Makin penasaran. Semoga aja ngga ada yg tersakitiii
kimkimsara
#3
Chapter 9: Setiap ada chapter baru, pasti bikin kepo chapter berikutnya bakalan kaya gimana. Semangat Author!
kwonyy #4
Chapter 9: Apakah sica memilih yoona??
kimkimsara
#5
Chapter 8: Gemeeeszsssssss gtiap chapter bikin penasaran kelanjutannya gimana
kwonyy #6
Chapter 8: Yg tabah ya yulk. Kamu juga g ngirim sica pesan kan
onesleven
#7
Chapter 7: Woaah kirain umurnya bakal sama ma asli, eh ternyata beda, Sica malah lebih mudah wkwks
Bakal ada drama gak ya episode selanjutnya, soalnya Taeng mulai spik-spik sama Sica walaupun sasaran utamanya Yoona 🤭
kwonyy #8
Chapter 7: Dasar yulk kirain dia orang cool gtu ternyata sifat player nya g hilang"
kimkimsara
#9
Chapter 7: Yuri Om-Om Buaya!!! hahahahahaha
kimkimsara
#10
Chapter 6: Serius deh, asik banget baca cerita iniii <3
Paling suka bagian mereka ngirim pesan untuk orang lain unyumunyushabidubidam!