Episode 05

EXchange
Please Subscribe to read the full chapter

“Kalian masih belum tidur,” sapa Seohyun agak terkejut menyaksikan cahaya terang dari dalam rumah. Terkadang beberapa orang, terutama Yuri, mau menghabiskan waktu hingga larut malam tetapi itu tidak lebih dari tiga orang.

“Kita kedatangan teman baru. Namanya Tiffany.” Sunny melambaikan tangan dan memberi isyarat pada gadis itu untuk ikut bergabung.

Pupil matanya membesar dengan mulut yang terbuka lebar. Malu-malu Seohyun mengangkat tangan menutupi mulutnya dan berkata, “maaf aku tidak menyadari kehadiranmu.”

“Aku yang seharusnya meminta maaf karena datang pada saat tengah malam,” kata Tiffany membungkuk dengan sopan.

“Apa yang sedang kalian bicarakan?”

“Aku datang beberapa menit yang lalu jadi kami baru mulai berkenalan.”

“Bolehkah aku mengatakan sesuatu?” sela Yoona dan mendapat anggukan dari wanita di seberangnya. “Mantan kita ada di sini, bukan? Kamu tidak keberatan aku bertanya mengenai hal ini?”

“Ya. Tidak masalah.”

“Bukankah kita tidak boleh membahas tentang mantan?” Yuri teringat betapa ketat aturan yang membatasi ruang gerak mereka.

“Itu benar,” jawab Taeyeon mendukung pernyataan itu yang secara tidak langsung memberi keuntungan bagi dirinya sendiri.

“Seharusnya itu tidak menjadi masalah asalkan tidak menyebut nama.”

“Tepat sekali,” seru Yoona menjentikkan jari dengan semangat terhadap gagasan dari mantan kekasihnya. Gadis pendiam itu selalu dapat diandalkan pada situasi semacam ini seolah dia pemegang kunci jawaban dari setiap masalah yang Yoona hadapi. “Ini mungkin menjadi kontroversi tapi aku akan bertanya dengan hati-hati. Seperti yang kalian semua tahu mantan kita berada di sini. Namun, formasi yang sekarang benar-benar membingungkan. Apakah kamu datang kemari juga karena mantan kekasihmu?”

“Tentu saja.” Tiffany mengangguk, “aku adalah mantan seseorang.”

“Benarkah?” Sooyoung memperhatikan wajah temannya satu per satu. “Apa dia ada di sini?”

“Atau mantannya akan berada di sini?”

“Nah, kalau seperti itu jadi terlalu mudah ditebak.”

“Apakah mungkin satu orang membawa dua mantan?” tanya Yuri asal-asalan.

“Itu pasti kamu, kan?” tuduh Yoona.

“Astaga, kenapa kamu terus membuatku terlihat seperti seorang playgirl.”

Yoona tertawa terbahak-bahak. Demikian juga yang lainnya. Dia tidak berniat untuk meminta maaf atas tuduhan palsu itu sementara korban yang dirugikan tidak mau ambil pusing terhadap kerusakan citranya.

“Jadi, selain tidak boleh memberitahu identitas mantan kita, apakah ada aturan khusus lainnya?” tanya Tiffany.

“Membicarakan umur. Itu tidak boleh.”

“Pekerjaan juga tidak boleh.”

“Setiap minggu satu orang akan bertugas menyiram seluruh tanam di rumah ini secara bergantian.”

“Kita juga bergantian memasak makan malam. Kamu bisa memasak?”

“Tidak,” jawab Tiffany malu-malu.

“Sudah kuduga. Kita semua mempunyai level memasak yang sama kecuali Yuri dan Sooyoung. Ngomong-ngomong, aku melihatmu membawa sebuah amplop.”

“Astaga, hampir lupa. Aku menemukan ini di depan pintu,” kata Tiffany sambil meletakkan amplop abu-abu itu di atas meja.

Sunny terkikik. “Sejak tadi aku mengamati benda tersebut dan bertanya-tanya apa itu milikmu. Tapi melihat dari bentuk dan warna, sangat mirip dengan yang biasa kami terima saat mendengar bel pintu berbunyi. Bukalah, itu pasti sesuatu yang mengejutkan.”

Dan benar saja, semua orang bersorak saat Tiffany mengeluarkan dan membalik kertas itu ke hadapan mereka. Ekspresi yang dihasilkan dari campuran perasaan senang, antusias, kaget, tidak percaya; kebanyakan adalah antusias.

Kalian bisa mengungkapkan pekerjaan tapi tidak boleh membicarakan hal lain.

“Karena Tiffany yang membawa suratnya jadi dia bisa mengatakannya lebih dulu,” saran Sunny langsung diterima dengan anggukan kepala dari semua orang.

“Lalu berputar ke arah sana,” tambah Yuri menjelaskan urutan menjawab sesuai perputaran arah jarum jam.

“Aku tidak sabar.”

“Oh, kita harus menebak pekerjanya terlebih dahulu sebelum menjawab.”

“Aku suka itu.”

“Mari tebak pekerjaannya.”

“Kenapa semua orang jadi bersemangat,” kata Taeyeon membayangkan bagaimana mereka tidak pernah kehabisan energi untuk bersenang-senang.

“Ini sangat menarik.”

“Aku sudah memikirkannya.”

“Aku juga.”

“Wajahnya tampak familier. Menurutku Tiffany adalah bintang iklan,” kata Yoona.

Sooyoung mengetuk meja dan berkata dengan serius, “pekerja kantoran. Aku merasa gaya berpakaiannya sangat rapi.”

“Seniman?” tebak Yuri tersenyum lalu melanjutkan, “karena wajahnya sendiri sangat cantik seperti lukisan.”

Tiffany mengunci pandangannya pada satu orang, menatapnya dengan intens hingga membuat wanita itu merasa tidak nyaman di atas tempat duduk. Dia baru menjawab setelah yakin sang mantan tidak ada keinginan untuk ambil suara di dalam permainan.

“Aku bekerja sebagai pramugari dalam penerbangan domestik. Kami bekerja dengan sistem rotasi karena adanya kasus Covid-19. Saat ini aku sedang libur selama satu bulan sehingga aku bersedia hadir di acara ini.”

“Ah, begitu rupanya. Mungkin aku sering menjadi penumpang di pesawatmu jadi aku merasa wajahmu familier.”

“Aku tidak mengingat wajah penumpang dengan baik tapi kemungkinan semacam itu bisa saja terjadi.”

“Pekerjaan itu cocok untukmu.”

“Benar. Aku bisa membayangkan Tiffany di dalam pesawat menggunakan seragam dan rambut yang tertata rapi,” komentar Sooyoung diikuti dengan suara tepuk tangan. “Sekarang giliran Yuri.”

“Instruktur kebugaran? Dia mempunyai otot punggung yang sempurna.”

“Yah! Apa kamu mengintipku?”

“Itu tidak disengaja. Aku terbangun dan melihatmu sedang berganti pakaian tapi aku segera berbalik menghadap tembok.”

Lagi-lagi mereka dibuat tertawa dengan pertengkaran kecil antara Yoona dan Yuri. Apa mereka mantan kekasih, pertanyaan yang muncul di pikiran Tiffany langsung terbantah oleh kenyataan bahwa mereka adalah teman sekamar. Kecuali, mereka berdua telah kehilangan akal sehat dan memutuskan terjebak dalam satu kamar bersama seseorang dari masa lalu.

“Aku tidak terkejut jika Yuri mengambil jurusan pendidikan olahraga,” ungkap Taeyeon yang sejalan dengan pemikiran Yoona. Diam-diam dia memperhatikan bagaimana otot-otot itu melekat pada lengan temannya. Taeyeon termasuk tipe orang yang gemar berolahraga sehingga dia tahu kalau lengan semacam itu tidak akan terbentuk tanpa latihan.

“Sebenarnya aku mantan atlet nasional cabang olahraga renang.”

“Benarkah?”

“Wah, aku tidak menyangka.”

“Olahraga renang tidak terlalu populer dan jarang mendapat sorotan di televisi. Aku mengalami cedera yang serius dan memutuskan untuk berhenti. Kemudian belajar bertahun-tahun untuk menjadi barista dan membuka sebuah kafe.”

“Maukah kamu membuatkan kami kopi? Setidaknya sekali saja ketika ada waktu luang,” kata Sunny menggunakan nada manja yang berlebihan hingga membuat rambut halus di belakang leher mereka merinding.

“Aku akan membawa berbagai biji kopi.”

“Terima kasih. Kamu sangat keren,” lanjut gadis itu sambil bertepuk tangan paling keras. “Selanjutnya Yoona. Kupikir kamu seorang penari. Dia mempunyai proporsi tubuh yang ideal.”

“Oh, benar. Saat pertama kali bertemu dengannya aku langsung melihat aura bintang. Apa kamu salah satu trainee di sebuah agensi?”

“Atau mungkin seorang model.”

Yoona menggeleng pelan dan tertunduk malu. Pujian tersebut terlalu berlebihan. Selepas membuang nafas panjang gadis itu mulai bercerita, “pada awalnya aku bekerja sebagai penata rias.”

“Oh, kemarin aku bertanya apakah kamu merias dirimu sendiri,” kata Sooyoung menggebu-gebu.

“Benar.”

“Aku bertanya karena riasanmu tampak mengagumkan. Itu sangat cocok dengan bentuk wajahmu.”

“Terima kasih. Aku bekerja selama lima tahun di sebuah salon kemudian menjadi penata rias independen. Aku lebih sering bekerja di lokasi pembuatan film daripada di salon. Terkadang aku juga mendapat tawaran sebagai model tetapi aku tidak melepas pekerjaanku sebagai penata rias. Aku menjalani dua pekerjaan sekaligus, sebagai model dan juga penari rias.”

“Itu luar biasa.”

“Kamu mengagumkan.”

Setelah suara tepuk tangan mereda, tiba giliran mereka untuk menebak pekerjaan Sooyoung.

“Aku yakin kamu seorang model. Tinggi badanmu sangat cocok untuk pekerjaan tersebut.”

Yoona menggeleng. “Aku masih yakin jika dia adalah pembaca berita. Intonasi nada bicaranya terdengar seperti dia sedang membacakan ramalan cuaca.”

“Aku ingin menyampaikan sesuatu tetapi aku ragu apakah aku boleh mengatakan hal ini.”

“Apa?” tanya Sooyoung penasaran.

“Kamu mungkin seorang pengangguran yang kaya raya,” kata Yuri dengan suara rendah tapi penuh percaya diri. Asumsi itu berasal dari hobi Sooyoung bermain golf dan gaya berpakaiannya yang modis.

“Yoona, tolong pukul kepalanya untuk aku,” perintah Sooyoung yang diterima dengan senang hati.

“Maaf,” kata Yuri sambil cekikikan setelah mendapat pukulan ringan di belakang tengkorak kepalanya.

“Sejak awal kamu bilang suaraku seperti pembaca berita, kan?”

“Apa aku benar?” kata Yoona kegirangan.

Sooyoung mengangguk. “Itu benar. Aku adalah penyiar berita olahraga khususnya golf. Aku memandu acara golf di mana para pemain golf profesional mengajari mereka yang masih amatir. Setiap akhir bulan aku mewawancarai para pemain golf yang memenangkan kejuaraan.”

“Hobimu adalah golf jadi kamu mendapat kesenangan dalam bekerja.”

“Benar. Aku sangat beruntung.”

“Itu hebat.”

“Kamu keren sekali.”

Permainan terus berjalan menyisakan tiga orang yang belum terungkap. Taeyeon menggigit ujung jarinya, bertanya-tanya apakah sang mantan akan ikut bersuara saat tiba gilirannya.

“Mungkin seorang penyanyi,” kata Tiffany menjadi orang pertama yang membuka mulut. Bukan jawaban yang benar tetapi tidak sepenuhnya salah. Bagaimanapun gadis itu pernah menjadi penyanyi dalam hubungan masa lalunya. “Dia mempunyai suara yang indah meski hanya berbicara.”

“Kupikir Taeyeon bekerja di perusahaan besar sebagai manajer muda. Dia terlihat berbeda saat menggunakan kacamata.”

“Karismanya menjadi dua kali lipat.”

“Itu benar.”

“Aku sering merokok dengan Taeyeon di lantai atas. Kami mempunyai pemikiran yang mirip dalam mengembangkan bisnis jadi mungkin dia berprofesi sama seperti aku; pemilik kafe terkenal.”

“Baiklah. Aku bukan seorang penyanyi. Aku tidak bekerja di perusahaan besar. Dan aku juga tidak memiliki kafe.”

“Lalu apa pekerjaanmu?”

“Aku mempunyai studio yang bergerak di bidang multimedia seperti membuat iklan atau video musik. Aku bekerja mengawasi perencanaan, merekam, menyutradarai hingga mengedit hasil video. Aku terlibat hampir di keseluruhan produksi karena aku membangun semuanya dari nol. Yah, bisa dibilang studio itu merupakan rumah keduaku.”

“Wah, kita sama-sama mengembangkan bisnis sendiri meskipun pada bidang yang berbeda,” kata Yuri mengulurkan tinju ke depan yang disambut Taeyeon dengan pukulan ringan.

“Kalian semua memiliki pekerjaan yang keren,” komentar Sunny ditutup dengan tepuk tangan yang meriah.

“Biar aku tebak pekerjaanmu.” Taeyeon menghadap ke kanan lalu melanjutkan, “kamu terlihat cocok menjadi guru TK.”

“Apa ini karena tinggi badanku?” balas Sunny sambil mencubit ringan pinggang gadis di sebelahnya.

Taeyeon meringis. “Kamu selalu keluar di hari kerja jadi sepertinya itu berkaitan dengan pemerintah.”

“Guru piano,” kata Sooyoung sambil menggerak-gerakkan jari seolah sedang bermain alat musik.

“Itu manis tetapi guru TK terlihat lebih cocok untuknya.”

“Tebakan kalian sangat mendekati. Bukan sebagai guru TK ataupun piano melainkan guru Bahasa Inggris. Aku juga membuka kursus untuk anak-anak di sekolah dasar hingga menengah atas.”

“Kamu hebat.”

“Itu sangat cocok untukmu.”

“Terima kasih.”

“Bisakah kalian berdua saling berbicara menggunakan Bahasa Inggris?” Seohyun menatap temannya bergantian, Tiffany di samping kanan dan Sunny di sebelah kiri.

“Jangan konyol. Itu pasti terdengar lucu karena percakapannya tidak alami. Lalu bagaimana denganmu?”

“Aku paling penasaran dengan pekerjaan Seohyun.”

“Aku tidak bisa menebaknya.”

“Kita tidak tahu usia masing-masing tapi sepertinya Seohyun yang paling muda di sini. Jika menebak dari usianya, apakah kamu seorang mahasiswa?”

Seohyun tampak terkejut sesaat sebelum menganggukkan kepala malu-malu. Dia tidak pandai menyembunyikan sesuatu.

“Nah, tebakanku benar. Boleh aku tahu jurusanmu?”

“Administrasi bisnis.”

“Kelak dia akan menjadi pekerja kantoran di perusahaan besar.”

“Luar biasa. Kamu hebat.”

Obrolan mereka menjadi lebih ringan dan tanpa arah. Sesekali disertai lelucon yang mengundang gelak tawa. Taeyeon tidak menyia-nyiakan waktu lebih lama untuk menghabiskan minumannya kemudian berjalan menuju dapur. Setelah mencuci gelas dan mengeringkan tangannya, gadis itu kembali ke meja makan dan berkata, “maaf aku akan tidur lebih dulu.”

“Kamu sudah mengantuk?” tanya teman sekamarnya.

“Tiga hari ini aku kurang tidur jadi rasanya sangat lelah,” katanya berbohong. Wanita itu merasakan ada sepasang mata yang mengawasinya.

“Kalau begitu aku akan menemanimu di kamar,” balas Sooyoung mendorong kursi ke belakang.

“Selamat malam semua.”

“Sampai jumpa besok.”

Tiffany tidak pernah berpaling dan terus memandang. Berharap sekali; sekali saja, perempuan itu akan melihat ke arahnya. Namun, itu tidak pernah terjadi sampai bayangan hitamnya menghilang di balik lorong yang gelap. Dia terabaikan. Sejak awal dia tidak pernah terlihat di matanya.

“Apa ada yang akan bekerja besok pagi?” tanya Tiffany tersenyum lemah. Jika dia berusa

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
kwonyy #1
Chapter 10: Moga yulsic bisa kembali bersama kkkkk
Dan jgn sampai sica ama taeng. Sory thor tp aku g suka taengsic 😂
kimkimsara
#2
Chapter 10: Akhirnyaaa update lagiii
Makin penasaran. Semoga aja ngga ada yg tersakitiii
kimkimsara
#3
Chapter 9: Setiap ada chapter baru, pasti bikin kepo chapter berikutnya bakalan kaya gimana. Semangat Author!
kwonyy #4
Chapter 9: Apakah sica memilih yoona??
kimkimsara
#5
Chapter 8: Gemeeeszsssssss gtiap chapter bikin penasaran kelanjutannya gimana
kwonyy #6
Chapter 8: Yg tabah ya yulk. Kamu juga g ngirim sica pesan kan
onesleven
#7
Chapter 7: Woaah kirain umurnya bakal sama ma asli, eh ternyata beda, Sica malah lebih mudah wkwks
Bakal ada drama gak ya episode selanjutnya, soalnya Taeng mulai spik-spik sama Sica walaupun sasaran utamanya Yoona 🤭
kwonyy #8
Chapter 7: Dasar yulk kirain dia orang cool gtu ternyata sifat player nya g hilang"
kimkimsara
#9
Chapter 7: Yuri Om-Om Buaya!!! hahahahahaha
kimkimsara
#10
Chapter 6: Serius deh, asik banget baca cerita iniii <3
Paling suka bagian mereka ngirim pesan untuk orang lain unyumunyushabidubidam!