Episode 10

EXchange
Please Subscribe to read the full chapter

Kencan Yoona – Yuri

“Wah, bagaimana mungkin kamu terlihat cantik saat menungguku di bawah terik matahari.”

Yoona tetap memutar bola matanya meskipun sudut bibirnya tersenyum simpul. Untuk sesaat, dia ingin melempar gelas minumannya ke arah gadis itu sehingga telinganya bisa terbebas dari kata-kata manis yang menggelikan. Andai saja Yuri mengucapkan kalimat semacam itu hanya terkhusus untuk teman sekamarnya, mungkin Yoona akan merasa jantungnya berdebar lebih cepat.

“Apa aku membuatmu menunggu lama?”

“Tidak,” balas Yoona sambil mengaitkan sabuk pengaman kemudian mengatur sandaran kursi pada posisi nyaman. “Ke mana kita akan pergi?”

“Hwalgong Land Yongin.”

“Yongin?”

“Ya. Apakah itu terlalu jauh?

“Tidak. Aku menyukainya. Aku suka bepergian ke luar kota.”

“Benarkah? Ah, pantas saja kamu membawaku ke luar kota saat terakhir kali kita berkencan. Aku juga suka mengemudi jarak jauh.”

“Di sana menyenangkan, kan? Aku penasaran tempat seperti apa yang kita kunjungi kali ini. Bisakah kamu memberi sedikit petunjuk?”

“Hwalgong Land. Itu kata kuncinya.”

“Apakah itu melibatkan aktivitas di luar?”

“Hm, ya, kita akan sangat aktif hari ini.”

“Hwalgong..” gumamnya pelan sambil berpikir sejenak sampai sebuah gagasan terbersit dalam pikirannya. “Apakah itu mengandung arti kata terbang?”

“Yah, berhentilah menebak,” kata Yuri dengan tubuh berguncang sambil tertawa keras dalam kekalahan.

“Baiklah aku mengerti.”

“Kurasa apa yang terjadi semalam dalam ruang bicara membuat semua orang merasa berat.”

“Benar. Aku terkejut melihat wajah Sooyoung dan Tiffany. Mata mereka sangat bengkak.”

“Sepertinya mereka menangis cukup lama. Lalu, bagaimana denganmu? Apa terasa sulit juga?”

“Apa itu terlihat jelas?”

“Biasanya kamu sangat ceria dan banyak bicara namun tiba-tiba kamu menjadi pendiam dalam semalam.”

“Maaf. Aku merasa tidak enak karena suasana hatiku seperti ini,” katanya terdengar gelisah. Malam itu Yoona menduga sekitar tiga orang; termasuk yang berubah pikiran, yang bertanya tentang dirinya. Namun sangat disayangkan, tak seorang pun bertanya perihal sang mantan. Itu menyakitkan.

“Matahari tidak selalu terlihat di langit.”

“Astaga, ada apa dengan pepatah itu!” pekik Yoona terperanjat dengan tawa mengejek.

“Apa maksudmu?”

“Ini seperti bukan dirimu. Tidak mungkin kamu  berkata begitu.”

“Ini bagian diriku yang lain dan jarang terlihat. Aku hanya menunjukkannya kepadamu. Jadi, pepatah mengatakan jika matahari akhirnya terbenam namun kemudian dia terbit lagi.”

“Itu hal yang sangat baik untuk dikatakan. Aku harus mengingatnya.”

“Lihat di sana,” teriak Yuri bersemangat sambil menurunkan jendela mobilnya. “Hanya berjarak satu menit lagi dan kita akan sampai di tempat tujuan.”

Yoona memandang sekelilingnya penuh kagum. Itu merupakan tempat wisata untuk bermain paralayang. “Wah, ini tidak mungkin.”

“Pasti menyenangkan. Kamu bersemangat?”

“Tentu saja.”

“Aku tidak tahu kamu akan sesenang ini.”

“Ini sesuatu yang sudah lama ingin kulakukan. Aku tidak menyangka akan melakukannya di acara ini.”

“Benarkah? Aku senang mendengarnya. Ayo, kita masuk ke dalam.”

Ketika memasuki bangunan utama Hwalgong Land yang dilengkapi segudang peralatan dan seragam khusus untuk kegiatan paralayang, mereka disambut oleh dua orang lelaki yang bertugas mendampingi masing-masing dari mereka selama kegiatan berlangsung.

“Apakah seragamnya pas untukmu?” tanya Yuri sambil mengenakan pakaiannya. Dia memilih seragam berwarna biru, sedangkan temannya memakai warna merah.

“Ya, ukurannya pas. Apakah aku mirip Mario?”

Yuri tertawa kecil. “Kamu terlihat keren.”

Tidak membutuhkan waktu lama untuk sampai di hamparan rumput hijau yang luas. Kendaraan mereka berhenti dengan bunyi mengerit. Yoona menikmati pemandangan dengan binar terang dan senyum lebar di wajahnya.  

“Astaga, kamu tahu, melihat ini lebih dari yang kuharapkan.”

“Aku senang melihatmu jauh lebih bahagia. Jadi, jangan lupakan kenangan kita hari ini.”

“Terima kasih, Yuri. Ini luar biasa. Aku tidak bisa berhenti tersenyum.”

“Mengapa kamu tidak mencoba menikmati pemandangannya sebentar? Bukankah ini membuatmu bahagia?”

“Aku sangat bahagia,” balas Yoona di tengah-tengah kesibukannya mengikat tali pengaman. “Anginnya kencang sekali.”

“Benar. Di atas bukit lebih berangin. Apa kamu kedinginan?”

“Tidak. Aku baik-baik saja. Aku hanya merasa sangat gugup.”

“Tenang saja. Kita sudah berlatih dengan benar. Ingat instruksinya, maju lurus ke depan. Jangan berlari ke samping.”

“Ini gila. Aku akan terbang sekarang.” Gadis itu terus mengoceh sambil berlari dan berpegang erat pada tali pengaman. Sementara laki-laki di belakangnya menyeimbangkan langkah kakinya dengan merentangkan kain parasut untuk lepas landas.

***

Kencan Taeyeon – Jessica

Lalu lintas saat itu agak sepi dengan segelintir kendaraan melintasi jalan raya. Sebuah mobil melaju dengan kecepatan sedang dan semakin melambat di setiap detiknya, hingga kemudian berhenti sepenuhnya di tepi jalan.

“Hai,” sapa Taeyeon seraya turun dari mobil dan berjalan cepat ke sisi seberang membuka pintu penumpang.

“Kamu membuatku menunggu cukup lama,” rengek Jessica ketika pemilik mobil itu kembali duduk di belakang kemudi.

“Benarkah?” Taeyeon menduga ada yang salah pada penghitungan waktu karena rasanya arloji di pergelangan tangan kirinya berjalan dengan tepat.

“Aku bercanda.” Usahanya mencairkan suasana canggung cukup berhasil ketika mereka saling melempar senyum satu sama lain.

“Ke mana kita akan pergi?”

“Mereka tidak memberitahumu?”

“Aku sama sekali tidak tahu. Aku bahkan tidak tahu akan bertemu denganmu.”

“Benarkah?”

“Hm.”

Taeyeon menoleh dan menatap seorang wanita yang tinggal serumah tetapi tidak pernah bicara dengannya lebih dari satu menit. Wanita muda itu mengenakan gaun berwarna kuning pastel dengan potongan rendah yang memamerkan kalung bermotif bunga.

“Jadi, bagaimana rasanya bertemu denganku? Kamu terlihat tidak terlalu senang.”

“Yang benar saja.”

“Aku melihat ekspresimu tadi.”

“Jangan konyol. Tentu saja aku senang.”

“Kamu pasti tidak menyangka, bukan? Di antara semua orang tiba-tiba aku memilih kamu untuk menjadi teman kencan.”

“Itu mengejutkan. Apa alasannya?”

“Tunggu. Kamu bisa mengemudikan mobilnya sambil tetap mengobrol. Aku akan tunjukkan jalannya.”

“Baiklah.” Perlahan Taeyeon mulai menginjak pedal gas setelah mengubah posisi persneling. “Aku mengikuti rencanamu hari ini.”

“Pertama, kita akan pergi makan. Apa kamu merasa lapar?”

“Aku belum memakan apa pun.”

“Sudah kuduga. Kamu pasti sibuk hari ini. Apa karena ada kencan lain?” kata Jessica dengan cerdik melempar pertanyaan yang menjebak namun tentu saja Taeyeon tidak bodoh untuk menjawabnya.

“Aku tidak sesibuk itu. Jadi, katakan, apa alasan kamu mengajakku berkencan?”

“Kamu tahu, mungkin ini hanya perasaanku saja tetapi aku tidak bisa berhenti berpikir jika kamu mungkin juga merasakannya. Apa kamu sengaja bersikap dingin kepadaku?”

“Bukankah kamu yang memulainya?”

“Apa?” katanya pura-pura kaget dan berlagak bodoh. Dia mengubah pesonanya menjadi gadis polos yang tidak berdosa.

“Saat itu hari keduamu di rumah. Aku mencoba berbagi makanan untuk sarapan tetapi kamu menolak dan pergi begitu saja.”

“Ah, aku mengingatnya sekarang. Maafkan aku, tapi itu tidak seperti yang kamu pikirkan.”

“Bukankah itu keterlaluan?”

“Aku benar-benar minta maaf. Sejujurnya aku bertindak demikian karena suatu alasan. Aku bisa menebak siapa mantan pacarmu dan itu membuatku merasa bersalah.”

“Siapa?” tanya Taeyeon gusar. “Mengapa kamu merasa bersalah?”

“Kurasa aku tidak boleh menyebut namanya.”

“Tidak apa-apa. Hanya ada kita berdua di sini.”

“Ah, aku tidak bisa. Aku akan menyimpannya untuk diriku sendiri.”

“Baiklah. Aku mengerti. Tapi, aku ingin tahu mengapa kamu merasa bersalah.”

“Karena kami berteman dekat.”

“Maksudmu, kamu dan mantanku?”

Jessica mengangguk. “Ya. Kupikir sebaiknya aku menjaga jarak darimu karena dia terlihat masih menyukaimu.”

“Dia masih menyukaiku?”

 “Benar. Itu semakin jelas ketika kami berbicara kemarin.”

Kendaraan mulai melambat seiring perubahan warna lampu lalu lintas dari kuning menjadi merah. Taeyeon mengetuk ujung jarinya pada setir mobil dan berkata, “bisa saja dugaanmu salah.”

“Aku percaya dengan firasatku. Bagaimana jika kamu berada di posisi tersebut? Anggap saja kamu menyukai seseorang tetapi dia adalah mantan teman dekatmu. Selain itu temanmu masih menyimpan perasaan untuk mantannya.”

“Rasanya pasti tidak nyaman. Tapi menurutku jangan terlalu memikirkan perasaan orang lain. Bisa saja orang yang kamu suka juga memiliki perasaan yang sama denganmu. Tidak ada yang tahu, kan? Jangan sia-siakan kesempatan. Akan lebih menyakitkan saat kamu sudah terlambat mengetahuinya.”

Jessica diam, merenungkan pemikiran itu dalam benaknya yang kalut. Dia memandang keluar jendela pada apa pun yang melintas di jalanan.

“Apa kamu menyesal telah mengganti teman kencanmu?” sambung Taeyeon dengan suara parau yang berusaha memecah keheningan.

“Tidak. Justru sebaliknya, aku merasa jika kamu orang yang tepat. Oh tunggu, itu restorannya ada di seberang jalan.”

Taeyeon memperhatikan kaca spion mobilnya sebelum berpindah haluan ke tengah kemudian membanting roda kemudi pada putaran penuh.

“Ah, sangat mengagumkan.”

“Apa?”

“Kamu melakukan putar balik hanya dengan menggunakan satu tangan.”

“Aku sengaja melakukannya. Apa itu berhasil?”

Jessica tertawa. “Kamu terlihat keren.”

Begitu masuk ke dalam restoran, yang lebih tua sangat terkesan pada tampilan mewah di depan matanya. Taeyeon mengagumi aula depan yang bergaya, dengan lantai berkarpet, dinding yang berlapis kayu berkualitas bagus serta meja kursi bergaya klasik yang memukau.

“Aku suka suasananya.”

“Benar, bukan? Aku tidak salah memilih tempat ini. Kita akan memanjakan diri dengan makanan mewah.”

“Kedengarannya bagus.”

Jessica membaca dengan teliti nama masakan yang tercatat dalam daftar menu. “Mari pesan steik, selada dan hidangan pasta masing-masing satu jenis,” katanya sambil menunjuk gambar.

“Aku memikirkan hal yang sama.”

Makanan di restoran itu memang seperti yang terbayang dalam angan-angan. Taeyeon nyaris mengerang bahagia saat mencicipi hidangan yang disajikan.

“Kamu mengizinkan wanita dalam kehidupan pacarmu?” tanya Jessica dengan nada sambil lalu.

“Maksudmu teman wanita?”

“Hm,” gumamnya menganggukkan kepala.

“Aku tidak keberatan.”

“Sungguh?”

“Aku bekerja dengan banyak orang, baik pria ataupun wanita. Kepercayaan sangat penting. Kedua pihak harus berusaha menghilangkan kekhawatiran.”

“Itu bisa dimengerti sekarang tetapi dulu aku masih muda. Aku bahkan cemburu pada anjing mantanku. Kenapa dia tidak lebih menyukaiku, bukankah aku juga terlihat manis.”

Taeyeon tertawa. “Ah, lucu sekali. Dia lebih menyukai anjingnya daripada pacarnya sendiri.”

“Tepat sekali. Aku mudah terharu karena hal-hal kecil dan memiliki banyak kecemburuan. Kamu harus tahu itu.”

“Baiklah. Aku akan mengingatnya.”

Jessica melepas pisau dan garpunya kemudian berkata, “lihat aku.” Dengan punggung tegap dia menghadap ke arah temannya. “Aku akan memberi petunjuk tentang tempat berikutnya. Pakaianku mengandung petunjuk itu.”

Taeyeon mengalihkan perhatian kepadanya. Dengan kikuk dia menatap dari ujung rambut dan perlahan-lahan turun ke bawah. Wajahnya berpaling cepat ketika tertuju pada bagian yang menonjol. Demi Tuhan, dia tidak bermaksud kurang ajar tetapi bukan salahnya jika gadis itu mengenakan gaun berpotongan rendah. Ya, itu terlihat cocok dipadukan dengan kulit putihnya dan—

“Cukup. Waktunya habis. Berhenti melihat.”

“Apa?” Sialan.

“Kamu hanya punya satu kesempatan untuk menjawab. Ini sesuatu yang sangat kunikmati.”

“Benarkah?”

“Itu hobiku.”

“Apa itu berkaitan dengan bunga?”

Jessica menahan tawa seraya menggelengkan kepalanya. Percuma saja, itu usaha yang buruk. Gelagatnya terlihat sangat aneh.

“Ah, itu pasti merangkai bunga.”

“Tidak.” Akhirnya dia tertawa lepas.

“Haruskah aku memeriksamu sekali lagi?”

“Baiklah, aku menyerah. Bagaimana kamu bisa menemukannya dengan mudah?”

“Kamu memakai kalung berbentuk bunga. Lalu, anting-antingmu juga bermotif sama.”

“Kamu pernah melakukannya?”

“Merangkai bunga? Aku belum pernah.”

“Kamu bisa mencobanya. Kuharap kamu akan menikmati kegiatan ini.”

“Terdengar menarik. Kita pergi sekarang?”

“Kamu sudah selesai?”

“Ya. Ini enak. Aku jarang makan sebanyak ini di siang hari. Tapi lihat, aku makan dengan lahap dan menghabiskan semuanya saat makan bersamamu.”

“Syukurlah kamu menikmati makanannya. Kita pergi sekarang.” Jessica mengangkat tangannya memanggil seorang pelayan. Dia menyelipkan kartu kredit setelah membaca jumlah tagihan.

“Kita bisa berbagi.”

“Tidak. Biar aku yang traktir.”

“Wah, pacar yang kaya adalah yang terbaik.”

“Apa kamu bilang? Pacar?”

“Kenapa? Jantungmu berdebar cepat?” kata Taeyeon sambil berjalan cekikikan. Dia semakin tertawa lepas ketika Jessica menyembunyikan wajah merahnya.

“Apa kamu selalu seperti ini? Membuka pintu untuk orang lain.” Alih-alih mengucapkan kata terima kasih, Jessica justru terus mengoceh sambil memasang sabuk pengaman.

“Aku suka melakukannya.”

“Pacarmu bisa saja cemburu jika kamu selalu membukakan pintu mobil untuk wanita lain.”

“Tapi saat ini aku tidak punya pacar.”

“Ya, kamu benar.” Jessica mengangkat kedua tangannya ke atas sebagai tanda penyerahan.

Perjalanan mereka tidak memakan waktu lama. Hanya beberapa blok dari restoran sebelumnya. Mereka bisa saja berjalan kaki jika mau namun Jessica terlalu malas untuk membakar kalori sementara Taeyeon tidak ingin meninggalkan mobil kesayangannya tanpa pengawasan.

“Selamat datang.” Pemilik toko bunga tersebut adalah wanita berusia lebih dari setengah abad dengan potongan rambut pendek sebahu. Dia bicara dengan suara ramah dan terkesan muda, bertentangan dengan garis keriput halus yang muncul di sudut matanya saat tersenyum.

“Kami datang untuk membuat buket bunga.”

Please Subscribe to read the full chapter

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
kwonyy #1
Chapter 10: Moga yulsic bisa kembali bersama kkkkk
Dan jgn sampai sica ama taeng. Sory thor tp aku g suka taengsic 😂
kimkimsara
#2
Chapter 10: Akhirnyaaa update lagiii
Makin penasaran. Semoga aja ngga ada yg tersakitiii
kimkimsara
#3
Chapter 9: Setiap ada chapter baru, pasti bikin kepo chapter berikutnya bakalan kaya gimana. Semangat Author!
kwonyy #4
Chapter 9: Apakah sica memilih yoona??
kimkimsara
#5
Chapter 8: Gemeeeszsssssss gtiap chapter bikin penasaran kelanjutannya gimana
kwonyy #6
Chapter 8: Yg tabah ya yulk. Kamu juga g ngirim sica pesan kan
onesleven
#7
Chapter 7: Woaah kirain umurnya bakal sama ma asli, eh ternyata beda, Sica malah lebih mudah wkwks
Bakal ada drama gak ya episode selanjutnya, soalnya Taeng mulai spik-spik sama Sica walaupun sasaran utamanya Yoona 🤭
kwonyy #8
Chapter 7: Dasar yulk kirain dia orang cool gtu ternyata sifat player nya g hilang"
kimkimsara
#9
Chapter 7: Yuri Om-Om Buaya!!! hahahahahaha
kimkimsara
#10
Chapter 6: Serius deh, asik banget baca cerita iniii <3
Paling suka bagian mereka ngirim pesan untuk orang lain unyumunyushabidubidam!