BAB 9

In a Blue Moon
Please Subscribe to read the full chapter

BAB 9

 

”Ayolah, Changmin,” desak Alison dengan nada merajuk. ”Tidak bisakah kau meneleponnya dan bertanya?”

Rajukan itu sudah berlangsung selama beberapa saat sejak Changmin tiba di Jump Start pagi ini. Tidak hanya dari Alison, tapi juga dari beberapa anak lain. Juga beberapa staf dan sukarelawan di sana. Mereka semua ingin Changmin menelepon Jung Yunho dan mengundangnya ke acara brunch sederhana yang akan mereka adakan hari ini untuk merayakan ulang tahun Miss Mabel, pendiri Jump Start.

Changmin mendesah sambil menuangkan secangkir teh untuk dirinya sendiri di dapur umum Jump Start, tempat para staf sedang sibuk menyiapkan bahan makanan untuk acara brunch bersama ini. ”Aku yakin dia sangat sibuk, Alison. Aku tidak ingin mengganggunya,” jawabnya dengan nada sabar.

Kemungkinan besar Jung Yunho masih tidur saat ini karena Changmin menduga pesta di The Plaza kemarin berlangsung sampai dini hari. Ketika Changmin dan Julien meninggalkan pesta lewat tengah malam, Yunho dan Jaejong masih ada di sana, mengobrol dengan beberapa orang. Changmin tidak ingin mengganggu obrolan mereka, tetapi ia juga tidak ingin pergi begitu saja tanpa mengucapkan apa-apa. Jadi ia terus menatap Yunho dan berharap Yunho menoleh ke arahnya.

Harapannya terkabul. Seolah-olah menyadari tatapan Changmin, Yunho menoleh dan langsung menatap Changmin dari seberang ruangan. Alisnya terangkat, bertanya. Changmin tersenyum canggung, lalu mengangkat tangan kanannya sedikit, mengucapkan selamat tinggal. Aku harus pulang sekarang, gumam Changmin tanpa suara, berharap Yunho memahami gerakan mulutnya.

Sepertinya Yunho mengerti, karena laki-laki itu tersenyum, mengangkat gelas sampanyenya, dan mulutnya bergerak membentuk kata oke.

”Dia tunanganmu.”

Suara Alison menyentakkan Changmin kembali ke masa kini.

”Hm?” gumamnya sambil menyesap tehnya.

”Dia tunanganmu,” desak Alison. ”Kalau dia mencintaimu, dia pasti akan langsung datang begitu kau minta.”

Oh, anak-anak remaja dan khayalan mereka yang idealistis, batin Changmin sambil menyesap tehnya. Ia tidak mengoreksi Alison yang menganggap Jung Yunho sebagai tunangannya karena ia telah mencoba mengoreksinya berkali-kali tanpa hasil.

”Undang saja dia, Changmin,” timpal salah seorang relawan yang sedang berada di dapur saat itu. ”Dia sudah berbaik hati mengajar kita membuat sandwich yang sangat lezat hari itu. Setidaknya kita bisa berterima kasih kepadanya dengan cara ini. Ya, kan?”

Alison mengangguk-angguk.

Changmin menggeleng-geleng.

”Oh, Changmin, ayolah. Telepon Yunho,” desak Alison dengan wajah memohon. ”Ya? Changmiiiiiiin... Chaaaaangmin...”

Changmin mengembuskan napas dengan keras dan meletakkan cangkir tehnya di meja. Kalau ia tidak melakukan apa yang diminta, Alison pasti akan terus mengekorinya, merajuk, dan menguji kesabaran Changmin. Ia menatap Alison dan berkata, ”Baiklah, Alison. Aku akan mencoba meneleponnya satu kali. Satu kali.” Ia mengacungkan jari telunjuk untuk menekankan.

”Kalau dia tidak menjawab telepon, berarti dia sedang sibuk dan aku tidak akan meneleponnya lagi. Kalau dia berkata dia tidak bisa datang, aku juga tidak akan memaksanya. Mengerti?”

Alison bertepuk tangan penuh semangat. ”Oh, aku yakin dia akan datang,” katanya gembira. ”Dia akan datang karena kau yang memintanya.”

Dengan enggan, Changmin mengeluarkan ponsel dan menghubungi Yunho. Saat ini masih pagi dan ia tidak tahu apakah Yunho masih tidur atau sudah bangun. Ia benar-benar tidak ingin mengganggu Yunho apabila laki-laki itu masih tidur.

Ketika telepon belum juga dijawab pada deringan ketiga, Changmin melirik Alison dan berkata, ”Dia tidak menjawab telepon, Alison. Kurasa...”

”Tunggulah sebentar lagi, Changmin,” pinta Alison. ”Jangan diputus.”

Changmin mendesah. ”Alison, aku benar-benar...”

”Ya, Changmin?”

Suara Yunho yang menyapanya di ujung sana membuat Changmin tersentak. ”Oh, h-hei,” katanya agak tergagap. ”Ini... ini aku.”

”Aku tahu itu kau, Changmin.” Suara Yunho terdengar geli.

Changmin memejamkan mata dan mengutuk diri dalam hati.

Alison yang berdiri di hadapannya terlihat berbinar-binar dan nyaris melompat-lompat saking senangnya. Changmin berbalik memunggunginya dan berkata pelan di ponsel, ”Maaf karena mengganggumu pagi-pagi begini.”

”Kau tidak mengganggu,” sahut Yunho santai. ”Justru kau menyelamatkanku dari keharusan mendengarkan keluhan harian kakekku tentang pengaruh cuaca dingin di New York pada tulang-tulangnya yang sudah tua.”

”Oh, kakekmu ada bersamamu? Kalau begitu, sampaikan salamku padanya.”

”Changmin menanyakan kabarmu, Haraboji,” kata Yunho kepada kakeknya. Lalu ia kembali berbicara kepada Changmin, ”Jadi ada apa? Ada yang bisa kubantu?”

Changmin menoleh ke balik bahu dan melihat Alison masih berdiri di sana dengan raut wajah penuh harap. ”Begini,” katanya kepada Yunho. ”Aku sedang berada di Jump Start dan orang-orang di sini ingin tahu apakah kau bisa meluangkan waktu untuk datang ke sini siang nanti. Kami akan mengadakan brunch sederhana untuk merayakan ulang tahun Miss Mabel, pendiri Jump Start, dan kau juga diundang sebagai ucapan terima kasih atas usahamu waktu itu.”

”Oh, begitu,” gumam Yunho. ”Oke, aku akan ke sana nanti.”

Changmin cepat-cepat melanjutkan, ”Acaranya sederhana saja. Tidak ada yang mewah. Jadi jangan mengharapkan makanan seperti yang biasa kau makan.”

”Tidak ada foie gras? Gawat. Tapi tidak apa-apa. Kurasa aku bisa bertahan,” kata Yunho kering.

Changmin memutar bola matanya. ”Kau tidak harus datang kalau tidak sempat,” lanjutnya, walaupun dengan suara lebih pelan. ”Maksudku, aku tahu JungKnow selalu ramai...”

Yunho mendesah di ujung sana. ”Kau mau aku pergi ke sana atau tidak?” tanyanya.

Changmin mencibir tanpa menjawab.

”Sudah kuduga,” kata Yunho, seolah-olah bisa membaca pikian Changmin. ”Jadi apakah aku perlu membawa sesuatu?”

”Tidak,” gumam Changmin dengan nada bersungut-sungut.

”Baiklah. Kalau begitu sampai jumpa nanti siang.”

”Oke.”

”Oh, Changmin?”

”Ya?”

”Kau harus lebih sering melakukannya.”

”Melakukan apa?”

”Meneleponku.”

”Eh... Oke. Baiklah. Sampai jumpa.” Changmin buru-buru menutup telepon, berdeham dan berbalik menghadap Alison.

”Dia akan datang nanti. Puas?”

Senyum Alison begitu cerah dan ia mengangguk-angguk begitu keras sampai Changmin takut kepala gadis itu akan terlepas dari lehernya. ”Akan kuumumkan kepada semua orang sekarang juga!” pekiknya penuh semangat. ”Terima kasih Changmin!”

Changmin nyaris terjengkang ke belakang ketika Alison melompat memeluknya. ”Oke, Alison. Kendalikan dirimu,” kata Changmin sambil tertawa.

Alison melepaskannya dan bertepuk tangan, lalu melesat dari dapur untuk mengumumkan rencana kedatangan idola barunya.

***

 

Walaupun Changmin menyuruhnya tidak perlu membawa apa-apa, Jung Yunho muncul di Jump Start sambil memeluk sebuket bunga tulip berbagai warna yang sangat indah. Ia menyerahkannya kepada Miss Mabel diikuti kecupan di kedua pipi dan berhasil membuat Miss Mabel yang sudah berumur tahun tersipu-sipu seperti gadis remaja.

Changmin bertanya-tanya apakah laki-laki itu terlahir dengan sikap menawan seperti itu. Lalu ia mengingatkan diri sendiri bahwa Jung Yunho yang dikenalnya di masa SMA jauh dari menawan.

”Hei, maaf aku agak terlambat.”

Changmin mengerjap membuyarkan lamunannya tentang masa lalu dan menoleh menatap Jung Yunho yang tiba-tiba saja sudah duduk di sampingnya di salah satu meja bundar di ruang makan. Changmin tidak sempat langsung membalas sapaannya karena Yunho dengan segera dikerumuni para staf dan anggota Jump Start yang ingin menyapanya dan menawarkan casserole sosis kepadanya. Changmin terpaksa menarik kursinya menjauh agar tidak didorong-dorong oleh para penggemar Yunho, lalu duduk menunggu dengan sabar sampai semua orang mendapat sedikit perhatian dari laki-laki itu.

”Giliranku mendapatkan perhatianmu?” tanya Changmin sambil bertopang dagu di atas meja setelah kerumunan di sekitar Yunho mulai bubar.

Yunho menoleh menatapnya dengan senyum lebar dan mata berbinar-binar. ”Kau selalu mendapatkan perhatianku, Changmin. Jangan khawatir.”

Changmin mengeluarkan suara setengah mendengus setengah tertawa.

Yunho mencicipi casserole-nya dan mengangguk-angguk.

”Mm, lezat.”

”Omong-omong, kau tidak sibuk hari ini?” tanya Changmin.

”Sibuk,” sahut Yunho. ”Banyak yang harus dikerjakan sebelum aku pergi ke Seoul besok.”

”Sudah kubilang kau tidak perlu datang kalau sibuk,” gumam Changmin.

”Tidak apa-apa,” kata Yunho ringan. ”Aku bisa meluangkan waktu.”

Changmin menatap Yunho sejenak. ”Jadi kau akan berangkat besok?”

”Mm-hm.”

”Kapan kau akan kembali?”

Changmin sudah berusaha menanyakannya dengan nada sambil lalu, tetapi sepertinya tidak terlalu berhasil, karena Yunho menoleh menatapnya dan sudut bibirnya terangkat membentuk senyuman. ”Well, well, well. Apakah itu artinya kau akan merindukanku?”

”Oh, yang benar saja,” gerutu Changmin. ”Aku hanya ingin memastikan kapan George harus mulai bekerja di JungKnow.”

Yunho terlihat tidak percaya, tetapi ia menjawab, ”Manajer restoranku akan menelepon George untuk memberitahunya secara langsung. Tapi kalau kau ingin tahu, George bisa mulai bekerja setelah Tahun Baru walaupun aku belum kembali dari Seoul. Anak-anak buahku akan mengurusnya dengan baik.”

”Hm.”

”Kau tidak ingin tahu kapan aku kembali ke New York?”

”Tidak juga,” sahut Changmin tak acuh.

Yunho terkekeh. ”Baiklah,” gumamnya ringan. ”Omong-omong, apakah kau atau anggota keluargamu memiliki alergi pada makanan tertentu?”

Changmin mengangkat alis. ”Kenapa?”

”Karena aku tidak ingin menyajikan sesuatu yang bisa membuat kalian jatuh terkapar di restoranku malam ini.”

Changmin menggeleng. ”Tidak ada alergi apa pun.”

”Bagus—Oh, tunggu sebentar.” Yunho merogoh saku bagian dalam jaketnya dan mengeluarkan ponselnya yang bergetar. Ia melirik layarnya, lalu menempelkannya ke telinga. ”Ya, Jared?”

Nama itu tidak asing bagi Changmin. Ah, benar. Jared adalah manajer JungKnow yang pernah ditemuinya. Changmin kembali bertopang dagu di atas meja dan mendengarkan pembicaraan Yunho.

Yunho mendengarkan sejenak, lalu melirik jam tangannya dan berkata, ”Aku akan ke sana satu jam lagi... Aku...? Sedang bersama tunanganku.”

Changmin melotot dan menyikut lengan Yunho. Sungguh, Changmin benar-benar tidak mengerti kenapa Yunho suka sekali memberitahu orang lain bahwa Changmin adalah tunangannya.

Yunho mengernyit menatap Changmin dan mulutnya membuka membentuk kata ‘aduh’ tanpa suara. ”Ya, dia memintaku datang menemuinya dan aku tidak bisa menolak,” Yunho kembali berbicara di telepon.

Sebelum Changmin sempat bereaksi, Jung Yunho menggenggam sebelah tangan Changmin dan menahannya di atas meja.

”Oke, aku akan ke sana sebentar lagi,” kata Yunho di telepon.

Setelah menyimpan kembali ponselnya ke saku, ia menoleh menatap Changmin dan berkata, ”Tenagamu benar-benar kuat, kau tahu?”

Changmin mencibir.

”Katakan padaku, apakah kau selalu melampiaskan tenagamu pada orang lain atau hanya padaku?”

Changmin bertopang dagu di atas meja dengan tangannya yang bebas. ”Hanya padamu seorang,” balasnya dengan nada manis dan dengan senyum yang lebih manis lagi.

Yunho tertawa lepas. Dan saat itu Changmin yakin tawa memang menular, karena sedetik kemudian ia juga ikut tertawa.

Klik!

Changmin dan Yunho menoleh ke arah suara jepretan kamera itu dan melihat Alison sedang menurunkan kamera digitalnya sambil tersenyum lebar. ”Aw, kalian benar-benar pasangan yang serasi, berpegangan tangan dan bertatapan seperti itu,” kata gadis itu sambil mengamati layar kameranya. ”Kurasa aku mendapat foto yang bagus. Akan kucetak selembar untuk kalian nanti.” Setelah itu ia pun melompat pergi untuk memotret orang-orang lain.

Changmin mengerjap, lalu menunduk menatap tangannya yang masih berada dalam genggaman Jung Yunho. Nah, bagaimana ia bisa lupa bahwa laki-laki itu masih memegang tangannya? Namun, sebelum ia sempat memutuskan apakah ia harus menarik tangannya atau menyuruh laki-laki itu melepaskan pegangan, Jung Yunho sudah melepaskan tangan Changmin dan kembali merogoh saku bagian dalam jasnya. Ternyata ponselnya bergetar lagi.

”Ya, Jaejong?” kata Yunho setelah menempelkan ponsel ke telinga.

Changmin harus menahan desakan untuk memutar bola matanya ketika mendengar nama itu.

***

 

Yunho melirik pemuda yang duduk di sampingnya di dalam mobil sambil tersenyum kecil. Shim Changmin sedang sibuk menekannekan tombol remote control, mencari saluran radio yang menarik. Keningnya sesekali berkerut ketika lagu yang terdengar dari pengeras suara tidak sesuai seleranya.

Seolah-olah menyadari dirinya ditatap, Changmin mengangkat wajah dan balas menatap Yunho. ”Apa?” tanyanya.

”Tidak apa-apa,” sahut Yunho cepat dan kembali menatap lurus ke jalanan padat di hadapannya.

”Orang aneh,” gerutu Changmin dan kembali sibuk dengan remote control-nya.

Senyum Yunho melebar. Ternyata Changmin bersungguh-sungguh ketika berkata bahwa mereka kini sudah berteman. Lihat saja apa yang terjadi hari ini. Pemuda itu menelepon Yunho dan mengundangnya menghadiri acara ulang tahun Miss Mabel di Jump Start. Kemudian Changmin menerima tawaran Yunho untuk mengantarnya kembali ke toko kuenya.

Mengherankan, bukan, bagaimana hal-hal kecil seperti itu bisa terasa menyenangkan?

Akhirnya Changmin berhenti menekan tombol remote control ketika ia menemukan saluran musik instrumental.

”Kau serius?” tanya Yunho begitu mendengar alunan music piano yang mendayu-dayu.

”Apa?” Changmin balas bertanya.

”Kau mau aku tertidur saat menyetir?”

”Tidak ada pilihan lain yang menarik,” protes Changmin. ”Kau tahu aku hanya mendengar lagu-lagu musikal.”

”Otakku mengantuk begitu mendengar musik klasik.”

”Oh, baiklah,” gerutu Changmin sambil kembali meraih remote control.

Yunho mengulurkan tangan dan menahan tangan Changmin yang memegang remote control. ”Begini saja,” katanya. ”Kau boleh mendengar musik ini, tapi kau harus terus berbicara kepadaku supaya aku tidak mengantuk.”

Changmin mengangkat sebelah bahu. ”Apa yang ingin kau bicarakan?”

Yunho menyadari Changmin tidak langsung menarik tangannya. Entah pemuda itu menyadarinya atau tidak, Shim Changmin membiarkan Yunho memegang tangannya, sama seperti ketika di Jump Start tadi.

Saat itu Yunho juga menyadari ada hal lain yang sama mengherankannya. Ia tidak pernah menganggap dirinya termasuk dalam kelompok orang-orang yang suka berpegangan tangan. Ia bahkan sangat jarang berpegangan tangan dengan siapapun yang pernah dekat dengannya. Ia membiarkan mereka menggandeng lengannya, ya, tetapi ia tidak suka berpegangan tangan. Berpegangan tangan membuatnya risi. Tangannya pasti akan terasa panas, lembap, berkeringat, tidak menyenangkan. Tetapi sekarang...

Yunho menarik tangannya dengan cepat dan kembali mencengkeram kemudi. Mengherankan.

”Apa yang ingin kau bicarakan?” tanya Changmin sekali lagi, menyela jalan pikiran Yunho.

Yunho menghentikan mobilnya di depan lampu merah dan menoleh menatap Changmin sekilas. ”Ceritakan sesuatu tentang dirimu.”

Sebelah alis Changmin terangkat. ”Sebagai gantinya aku juga akan bercerita tentang diriku sendiri,” tambah Yunho ringan.

Changmin tertawa lepas. ”Kau benar-benar berpikir itu tawaran yang menarik?”

Yunho tertegun menatap pemuda yang duduk di sampingnya. Tawa Changmin membuat dadanya diliputi sesuatu yang aneh. Aneh dan hangat. Ia pernah melihat Changmin yang tertawa sepuluh tahun silam, ketika pemuda itu mengajarinya cara membuat kue yang benar untuk bazar sekolah. Tawa itulah yang sebenarnya membuat Yunho lupa bahwa ia seharusnya mendekati Im Yoona saat itu. Dan melihat Changmin tertawa sekarang membuatnya...

”Yunho, sudah lampu hijau.”

Yunho tersentak dan bergegas melajukan mobilnya, diiringi klakson tidak sabar dari mobil-mobil di belakangnya.

Changmin bergumam pelan mengikuti alunan piano dari radio. ”Baiklah,” katanya kemudian sambil tersenyum kecil.

”Apa?” tanya Yunho. Ia lupa apa yang sedang mereka bicarakan sebelumnya begitu melihat Changmin tertawa.

”Mm... Coba kupikir.” Changmin mengetuk-ngetukkan jari telunjuk ke dagu. ”Aku tidak suka film bioskop. Yang kutonton hanya pertunjukan teater. Aku tidak mendengar lagu-lagu di luar lagu-lagu dari petunjukan musikal.” Ia mengacungkan ponselnya dan

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
crystalice02
Ini ff remake lg ya guys dari novel dengan judul yang sama (readers: nggak mutu banget sih x_x)

Biarin ;p

salahin hominchan yang setelah selese wamil tambah nggak tau malu pamer kemesraan >,<

jadi jangan salahkan diriku yang tiap baca novel yang dibayangin selalu hominchan hahaha xD

Comments

You must be logged in to comment
cecilyuu
#1
Chapter 13: Min... plis buat remake novel lagiiii hehehehe
yasmin2015 #2
Chapter 13: Oh...so sweet....aku suka banget sama karakter yunho and changmin disini. Sayang aja, changmin gak pernah tahu kl yunho sdh jatuh cinta sama dia sejak sma. Harusnya ada momen ktka yunho mengakui apa yg sebenarnya terjadi. Changmin manis banget sih....mudah sekali memaafkn yunho. Tp siapa coba yg gak terpesona sama karismanya yunho...???
vitachami
#3
Chapter 13: Sadiss crystal..
Ini benar2 bagus ceritanya..
Sweet banget ini hubungan yun dan chami..
Terus berkarya yaa
Di tunggu fanfict selanjutnyaa
Bigeast88 #4
Chapter 13: Amphuuuuuunnn hahaha poto imin di ending soooo cuuuteeeee oh my gawd
Mashiroio #5
Chapter 13: Terima kasih sudah membagikan cerita yang manis ini. Saya cinta homin dan kehidupan mereka :)
Dilian
#6
Chapter 13: wuah bunga bunga cinta bertaburan di sekeliling homin, haha, cuuutee and sweeet bget ini, tpi jdi penasaran klo yunho pas lgi d ancem sm siwon sm kangta tnpa ad changmin ny, hahaha
Tika_choi
#7
Chapter 13: Sweet ending >< btw "in a blue moon" ini maksudnya minuman kesukaan Changmin yaa?? Blue moon??
Udah habis aja T^T thanks for the remake kakak ^^ ditunggu ff selanjutnya, Fighto ^^b

Ps: Perjuangan mu terlalu "mudah" Yun *ditabok Yunho*
niyalaw
#8
Chapter 13: ADOOOH AKU BISA2 KENA DIABETES INI TERLALU FLUFF GAK KUAAT
YEY TERIMAKASIH UDAH DI LANJUTIN TERUS SAMPE END
PLEASE REMAKE NOVEL LAINNYA LAGI DONG YANG FLUFF JUGA BIKIN HATI HOMIN SHIPPERKU INI KLEPEK2 PLEASE
Anashim #9
Chapter 13: gue suka tipe2 novel atau ff yg fokus pd karakter utama.. jd ga bakalan hilang fokus.. tp apakah ini tidak terlalu fokus, hanya ada mereka berdua saja. maksudnya gda side story setelah jadian, kakak2nya changmin gimana, resto jungknow, jump start dll.. jd sedikit banget isinya.. dan kiss nya cmn satu doang?? hmm...
suka bgt ama karakter yunho disini.. beda bgt ama karakter yg selama ini gue baca, apalagi kalo ngobrol ama changmin.. duh jd seneng liatnya..
ga ditambahin gitu? cerita sendiri jg boleh kalo emg di novel begitu doang.. ditambahin mereka nikah.. punya anak dll. butuh homin "scene" wkwkwkwk.
QueenB_doll #10
Chapter 13: whoa whoa whoa!!! aku meltiiiiiing..kyaaaa hepl!!!
ini adalah salah satu fic homin yg paling sweet sweet sweeeeeet dalam list homin fic ku...hiks hiks hiks tapi sedih juga harus berpisah dengan fic ini..berharap authornim share homin fic yg bnyak yg genre nya bikin seneng bahagia n senyam senyum gaje terus pas bacanya kayak fic ini... terimakasih banyak bwt authornim n buat sang pangarang novel in a blue moon ini..lub you <3 <3 <3