BAB 5

In a Blue Moon
Please Subscribe to read the full chapter

BAB 5

 

Dia tidak menelepon. Yunho menatap ponselnya yang tergeletak di meja sarapan dan mendesah. Dua hari sudah berlalu sejak pertemuan mereka di Jump Start dan pemuda itu belum menelepon. Tetapi, apakah hal itu mengejutkan? Sama sekali tidak. Yunho tidak tahu kenapa ia berharap Shim Changmin meneleponnya, padahal ia yakin pemuda itu tidak akan menelepon.

Yunho mendecakkan lidah, meraih surat kabar pagi, lalu menyesap kopinya. Awalnya ia ingin membiarkan pemuda itu yang menentukan langkah selanjutnya, karena Yunho tidak ingin mengambil risiko membuat kesalahan apa pun. Tetapi kini, setelah melihat Shim Changmin sepertinya tidak berniat melakukan apa-apa, mungkin Yunho yang harus mengambil tindakan lebih dulu.

”Tuangkan secangkir kopi untukku, Nak. Dan berikan surat kabarnya kepadaku.”

Yunho mengangkat wajah dan melihat kakeknya yang terbungkus jubah tidur tebal seperti biasa melangkah masuk ke dapur dengan langkah tertatih-tatih. Yunho melipat kembali surat kabar yang sedang dibacanya dan menyodorkannya kepada kakeknya setelah kakeknya duduk di hadapannya di meja sarapan.

”Jadi,” kata kakeknya sambil menerima secangkir kopi panas yang dituangkan Yunho untuknya, ”Changmin belum menelepon?”

”Belum,” sahut Yunho tenang.

Kakeknya mendecakkan lidah. ”Apa saja yang sudah kau lakukan? Ketika aku seumurmu, Nak, aku bisa dengan mudah mendapatkan siapapun pun yang kuinginkan.”

”Aku yakin begitu,” gumam Yunho dan kembali menyesap kopinya.

”Kupikir setelah kau menemuinya di Hop Scotch...”

”Jump Start,” koreksi Yunho.

”...hubungan kalian sudah membaik,” lanjut kakeknya, sama sekali tidak mendengar kata-kata Yunho. ”Apakah aku salah?”

”Tidak, kau tidak salah,” sahut Yunho cepat. ”Kami sudah mencapai semacam kesepakatan. Jadi kami baik-baik saja.”

”Tapi dia belum meneleponmu,” kata kakeknya. ”Kenapa kau tidak meneleponnya saja? Aku punya nomor teleponnya. Kau mau...”

”Tidak, tidak, tidak, Haraboji,” sela Yunho sambil menggoyang-goyangkan telunjuknya. ”Aku tidak butuh bantuanmu. Aku bisa mengurus masalah ini sendiri. Aku tahu apa yang harus kulakukan.”

Kakeknya mendengus. ”Apa maksudmu kau tahu apa yang harus kaulakukan? Kau bahkan tidak bisa mendapatkan nomor teleponnya,” gerutunya.

Yunho baru hendak membalas ketika ponselnya mendadak berdering. Ia merampas ponselnya dengan cepat dan membaca nama yang muncul di layar. Bahunya melesak. Ternyata bukan telepon yang ditunggu-tunggunya.

”Hai, Jaejong,” katanya tak acuh setelah menempelkan ponsel ke telinga.

Mendengar nama Jaejong, kakek Yunho langsung berdeham dan membaca surat kabar dengan wajah memberengut. Yunho hanya tersenyum kecil melihat sikap kakeknya.

”Jam berapa kau akan menjemputku, Yunho?” Tanya Jaejong di telepon.

”Menjemputmu? Kenapa?” tanya Yunho heran.

”Kau lupa? Bukankah temanmu pernah mengundang kita menghadiri pembukaan pameran lukisannya? Pembukaannya hari ini, bukan? Di Williamsburg?”

Yunho ingat Simon Art, temannya yang berprofesi sebagai pelukis kontemporer, pernah menyebut-nyebut tentang pameran lukisannya. Simon memang mengundang mereka, tetapi Yunho tidak pernah berkata ia akan hadir, terlebih lagi bersama Jaejong. Lagi pula, sebenarnya hari ini ia malas pergi ke mana-mana, lebih memilih menyibukkan diri di JungKnow. Tetapi ketika ia melirik ke arah kakeknya yang pura-pura membaca surat kabar namun sebenarnya sedang menguping pembicaraannya, Yunho pun memutuskan mengganggu kakeknya sedikit.

”Baiklah, Jaejong. Aku akan menjemputmu jam tujuh,” katanya kepada Jaejong.

”Kau mau pergi bersama pemuda bernama Jaejong itu?” tanya kakeknya tidak senang ketika Yunho menutup telepon.

”Ya,” sahut Yunho ringan. ”Kami akan menghadiri pameran lukisan.”

”Bagaimana dengan Changmin?”

”Memangnya ada apa dengan Changmin?”

”Bukankah kau sedang berusaha mendekatinya?” Tanya kakeknya. ”Bagaimana kau bisa mendekatinya kalau kau malah pergi bersama pemuda lain?”

Yunho tersenyum polos. ”Jangan khawatir, Haraboji. Dia tidak keberatan aku pergi bersama oranh lain. Sama seperti aku tidak keberatan dia pergi bersama orang lain. Kami sepakat menjalin hubungan terbuka seperti itu. Lebih menyenangkan.”

Kakeknya melotot menatapnya, lalu berdeham dan kembali memusatkan perhatian pada surat kabarnya. ”Aku akan berpura-pura tidak mendengar apa yang baru saja kau katakan,” gerutunya.

Senyum Yunho melebar puas. Satu angka untuknya.

***

 

Namun, kepuasan Yunho tidak bertahan lama. Ia berusaha memasang raut wajah tertarik menatap lukisan tidak jelas bebercak-bercak hitam dan berbintik-bintik kuning yang tergantung di dinding di hadapannya, padahal sebenarnya ia merasa bosan setengah mati. Sungguh, ia tidak mengerti kenapa orang-orang bisa menyukai lukisan aneh seperti ini. Ia termasuk orang yang lebih menghargai keindahan karya seni zaman dulu seperti lukisan-lukisan Rembrant dan Vermeer. Namun, seni kontemporer? Ia tidak pernah bisa mengerti.

Melihat banyaknya orang yang menghadiri acara pembukaan pameran lukisan ini, sepertinya Simon Art cukup sukses dan karya-karyanya cukup dikagumi. Namun, jujur saja, Yunho tidak akan datang ke acara seperti ini kalau bukan gara-gara Jaejong.

”Temanmu sangat berbakat,” puji Jaejong yang berdiri di sampingnya sambil ikut menatap lukisan bebercak dan berbintik yang sedang ditatap Yunho. ”Aku yakin ada makna yang mendalam di balik lukisan ini.”

Yunho melirik Jaejong dengan alis terangkat. ”Aku tidak tahu kau penggemar seni kontemporer,” komentarnya.

Jaejong tertawa kecil dan menggeleng-geleng. ”Aku pernah memberitahumu,” katanya ringan, ”tapi seperti kebanyakan laki-laki, kau tidak pernah memperhatikan.”

”Yunho! Senang sekali kau bisa hadir.”

Yunho dan Jaejong serentak menoleh ke arah suara. Simon Art menghampiri mereka dengan langkah lebar dan senyum yang sama lebarnya. Wajahnya yang bulat dan riang terlihat kemerahan, entah karena ruangan yang terlalu hangat karena banyaknya orang yang hadir atau karena ia sudah minum terlalu banyak.

”Selamat atas pameranmu, Simon. Banyak juga orang yang mengagumi hasil karyamu,” kata Yunho sambil menjabat ta ngan Simon. ”Dan kurasa kau masih ingat pada Jaejong? Dia sangat menyukai lukisan di belakang kami ini.”

Simon Art mengalihkan perhatiannya kepada Jaejong. ”Ah, Jaejong yang cantik. Tentu saja aku masih ingat padamu,” katanya. ”Apa pendapatmu tentang lukisan...”

”Maaf, aku pergi mengambil minuman sebentar,” sela Yunho sebelum kedua orang itu mulai mengobrol tentang lukisan. ”Silakan lanjutkan obrolan kalian.

***

Yunho berjalan ke arah bar kecil yang ditempatkan di salah satu sisi ruang depan galeri.

”Gin and tonic,” katanya kepada bartender. Hari ini ia tidak mengemudi, jadi minum sedikit tidak apa-apa. Sementara ia menunggu bartender menyiapkan minuman, ia mendengarkan percakapan orang-orang di sekelilingnya.

”...lukisannya luar biasa, bukan?”

”...seniman baru yang naik daun... pandangan baru...”

”...mengunjungi MoMA minggu lalu. Mengesankan...”

”...anak laki-lakiku baru lulus dari NYU...”

”...pertunjukan baru di Broadway... sangat bagus...”

”...toko kue itu menjual tartlet yang sangat enak...”

”...perkenalkan, ini kekasihku, Shim Changmin.”

Tangan Yunho yang terulur hendak menerima minumannya dari bartender berhenti mendadak. Siapa? Ia menoleh cepat dan mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan, mencaricari. Beberapa detik kemudian matanya menemukan sosok yang dicarinya.

Shim Changmin berdiri di antara sekelompok orang tidak jauh dari bar. Jas hitamnya terlihat sangat sesuai untuk tubuhnya yang ramping. Yunho melihatnya berjabat tangan dengan beberapa orang sambil tersenyum sopan. Pria bertubuh tinggi dan berwajah Asia yang berdiri tepat di samping Changmin menempelkan telapak tangannya di bagian bawah punggung Changmin, lalu mencondongkan tubuh untuk mengatakan sesuatu di telinga Changmin. Mata Yunho menyipit.

”Sir? Minuman Anda.”

Yunho menoleh kembali ke arah si bartender yang masih memegang minumannya. Ia menerima gelas itu, menggumamkan terima kasih, dan kembali berbalik menatap Changmin dan pria yang masih menyentuhnya.

Apa katanya tadi? Kekasih?

***

 

”Aku pergi mengambil minuman dulu, ya?” bisik Changmin kepada Kyuhyun.

”Kau mau aku mengambilkannya untukmu?” Kyuhyun balas bertanya. Changmin menggeleng. ”Tidak perlu. Kau mengobrol saja dengan teman-temanmu. Aku tidak akan lama.”

Changmin mengembuskan napas perlahan sambil menyelinap di antara kerumunan orang ke arah bar. Tiba di depan bar, ia tersenyum kepada bartender dan meminta segelas anggur putih.

”Katakan padaku, bagaimana tunanganku mendadak bisa berubah menjadi kekasih orang lain?”

Changmin menoleh ke arah suara bernada menuduh itu. Matanya melebar melihat Jung Yunho yang mendadak sudah berdiri di sampingnya. ”Kau,” gumamnya. ”Sedang apa kau di sini?”

”Menghadiri pameran lukisan. Orang yang melukis semua lukisan aneh ini adalah temanku,” sahut Yunho sambil menggerakkan tangannya yang memegang gelas menunjuk sekeliling ruangan. ”Kebetulan sekali bertemu denganmu di sini.”

Changmin tidak berkomentar. Ia menerima segelas anggur putih yang disodorkan bartender dan mengucapkan terima kasih. Setelah itu ia menyingkir ke samping, memberi jalan kepada orang lain yang ingin memesan minuman. Tiba-tiba ia merasa sikunya disentuh.

”Ikutlah denganku sebentar,” gumam J

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
crystalice02
Ini ff remake lg ya guys dari novel dengan judul yang sama (readers: nggak mutu banget sih x_x)

Biarin ;p

salahin hominchan yang setelah selese wamil tambah nggak tau malu pamer kemesraan >,<

jadi jangan salahkan diriku yang tiap baca novel yang dibayangin selalu hominchan hahaha xD

Comments

You must be logged in to comment
cecilyuu
#1
Chapter 13: Min... plis buat remake novel lagiiii hehehehe
yasmin2015 #2
Chapter 13: Oh...so sweet....aku suka banget sama karakter yunho and changmin disini. Sayang aja, changmin gak pernah tahu kl yunho sdh jatuh cinta sama dia sejak sma. Harusnya ada momen ktka yunho mengakui apa yg sebenarnya terjadi. Changmin manis banget sih....mudah sekali memaafkn yunho. Tp siapa coba yg gak terpesona sama karismanya yunho...???
vitachami
#3
Chapter 13: Sadiss crystal..
Ini benar2 bagus ceritanya..
Sweet banget ini hubungan yun dan chami..
Terus berkarya yaa
Di tunggu fanfict selanjutnyaa
Bigeast88 #4
Chapter 13: Amphuuuuuunnn hahaha poto imin di ending soooo cuuuteeeee oh my gawd
Mashiroio #5
Chapter 13: Terima kasih sudah membagikan cerita yang manis ini. Saya cinta homin dan kehidupan mereka :)
Dilian
#6
Chapter 13: wuah bunga bunga cinta bertaburan di sekeliling homin, haha, cuuutee and sweeet bget ini, tpi jdi penasaran klo yunho pas lgi d ancem sm siwon sm kangta tnpa ad changmin ny, hahaha
Tika_choi
#7
Chapter 13: Sweet ending >< btw "in a blue moon" ini maksudnya minuman kesukaan Changmin yaa?? Blue moon??
Udah habis aja T^T thanks for the remake kakak ^^ ditunggu ff selanjutnya, Fighto ^^b

Ps: Perjuangan mu terlalu "mudah" Yun *ditabok Yunho*
niyalaw
#8
Chapter 13: ADOOOH AKU BISA2 KENA DIABETES INI TERLALU FLUFF GAK KUAAT
YEY TERIMAKASIH UDAH DI LANJUTIN TERUS SAMPE END
PLEASE REMAKE NOVEL LAINNYA LAGI DONG YANG FLUFF JUGA BIKIN HATI HOMIN SHIPPERKU INI KLEPEK2 PLEASE
Anashim #9
Chapter 13: gue suka tipe2 novel atau ff yg fokus pd karakter utama.. jd ga bakalan hilang fokus.. tp apakah ini tidak terlalu fokus, hanya ada mereka berdua saja. maksudnya gda side story setelah jadian, kakak2nya changmin gimana, resto jungknow, jump start dll.. jd sedikit banget isinya.. dan kiss nya cmn satu doang?? hmm...
suka bgt ama karakter yunho disini.. beda bgt ama karakter yg selama ini gue baca, apalagi kalo ngobrol ama changmin.. duh jd seneng liatnya..
ga ditambahin gitu? cerita sendiri jg boleh kalo emg di novel begitu doang.. ditambahin mereka nikah.. punya anak dll. butuh homin "scene" wkwkwkwk.
QueenB_doll #10
Chapter 13: whoa whoa whoa!!! aku meltiiiiiing..kyaaaa hepl!!!
ini adalah salah satu fic homin yg paling sweet sweet sweeeeeet dalam list homin fic ku...hiks hiks hiks tapi sedih juga harus berpisah dengan fic ini..berharap authornim share homin fic yg bnyak yg genre nya bikin seneng bahagia n senyam senyum gaje terus pas bacanya kayak fic ini... terimakasih banyak bwt authornim n buat sang pangarang novel in a blue moon ini..lub you <3 <3 <3