BAB 4

In a Blue Moon
Please Subscribe to read the full chapter

BAB 4

 

”Katakan padaku,” sela Yunho sambil memutar-mutar bolpoin di antara jemarinya. Kepalanya masih tetap tertunduk menatap setumpuk kecil CV yang ada di meja kerjanya.

Jared Newt, yang duduk di seberang meja kerja Yunho, menghentikan penjelasannya tentang kandidat-kandidat yang cocok untuk mengisi posisi kosong di JungKnow. ”Apa?” tanyanya.

Yunho mengangkat wajah dan menyandarkan punggung ke sandaran kursi putarnya. ”Kalau kau sudah meminta maaf, tapi permintaan maafmu tidak diterima, apa yang harus kaulakukan?”

Jared menatap Yunho sejenak, lalu mendesah keras. ”Kau sama sekali tidak mendengar sepatah kata pun yang kuucapkan sejak tadi, bukan?” keluhnya. ”Oh, baiklah. Kurasa kita harus menyelesaikan masalah yang mengganggumu dulu sebelum kau bisa memusatkan perhatian pada masalah pekerjaan. Coba ulangi pertanyaanmu.”

”Kalau kau sudah meminta maaf, tapi permintaan maafmu tidak diterima, apa yang harus kaulakukan?” ulang Yunho.

Jared mengangkat bahu. ”Kalau yang kau maksud adalah Jaejong, well, aku yakin kau sudah sangat ahli dalam menghadapi Jaejong sehingga tidak membutuhkan saran dariku. Bukankah Jaejong bisa ditenangkan dengan bunga dan katakata manis?”

”Pemuda itu  bukan Jaejong yang bisa ditenangkan dengan bunga dan kata-kata manis,” gumam Yunho dengan alis berkerut. ”Dia... galak.”

Alis Jared terangkat. ”Siapa dia?”

Yunho mengayun-ayunkan bolpoin yang masih dipegangnya. ”Kau tidak kenal.”

”Biasanya kau lebih suka dekat dengan pemuda manis dan periang seperti Jaejong,” komentar Jared sambil tersenyum. ”Sejak kapan kau mendekati pemuda galak?”

”Sejak kakekku memilihkan tunangan galak untukku,” gerutu Yunho.

”Tunangan?” ulang Jared kaget. ”Apa maksudnya ini? Kau sudah bertunangan?”

Yunho kembali mengibaskan bolpoinnya. ”Itu menurut kakekku. Dia bahkan mengancam akan menyerahkan JungKnow kepada sepupu jauhku kalau aku sampai tidak menerima pertunangan ini.”

Ya, kakeknya memang sengaja tidak muncul di Oliver’s Tea Parlor kemarin sore. Ia sengaja mempertemukan Yunho dengan Changmin dengan harapan Yunho bisa memanfaatkan kesempatan itu. Ternyata Yunho gagal. Shim Changmin masih membencinya.

”Apakah kakekmu benar-benar bisa melakukannya? Menyerahkan JungKnow kepada orang lain, maksudku,” Tanya Jared.

Yunho mendengus. ”Tentu saja tidak. Kau kira ini sinetron? Kakekku selalu bersikap dramatis dan aku sudah terbiasa. Jadi ancamannya tidak penting.”

Jared mengerutkan kening tidak mengerti. ”Kalau ancaman kakekmu tidak penting, kenapa kau masih berusaha mendekati pemuda itu?”

”Karena aku ingin dia memberiku kesempatan untuk membuktikan...” Yunho tidak menyelesaikan kalimatnya. Ia memutar-mutar kursinya dengan pelan sambil mengetuk-ngetuk dagu dengan bolpoin. ”Sebenarnya aku sudah punya gagasan. Aku hanya sedang mengumpulkan insentif tambahan yang bisa kutawarkan kepadanya.”

”Ceritamu membingungkan,” keluh Jared.

Tiba-tiba Yunho mencondongkan tubuh dengan cepat dan kembali memusatkan perhatian pada CV-CV yang tersebar di meja. ”Tidak apa-apa,” katanya tegas. ”Lanjutkan penjelasanmu tentang kandidat-kandidat ini.”

Jared mendesah dan menggeleng-geleng. Ia baru hendak membuka mulut untuk memulai ketika Yunho mengangkat sebelah tangan untuk menghentikannya.

”Apa lagi?” tanya Jared.

”Lihat ini.” Yunho mengetuk salah satu kertas dengan bolpoinnya.

Jared mencondongkan tubuh dan membaca nama yang tertera di CV yang ditunjuk. ”George Morgan. Kau mengenalnya?”

”Lihat di mana tempat kerjanya sekarang,” kata Yunho.

”Toko kue bernama A Piece of Cake. Di Madison Avenue. Lalu kenapa?”

Yunho menatap Jared sambil tersenyum kecil. ”Ini bisa menjadi insentif tambahan yang kubutuhkan.”

***

 

”Rahasia membuat brownie adalah mengeluarkannya dari oven tepat sebelum kalian berpikir brownie-nya sudah matang,” jelas Changmin kepada keenam peserta kelas membuat kue di Jump Start, yayasan amal di Brooklyn tempatnya mengajar kelas memasak sekali seminggu. ”Bagian tengahnya harus lembut dan agak basah, bukan keras. Jangan khawatir kalau kalian melihat lengkungan di bagian tengah dan retakan di bagian atasnya. Brownie yang benar memang seperti itu. Brownie-nya akan mengeras apabila sudah didinginkan.”

Keenam peserta kelasnya hari itu—dua orang anak laki-laki dan empat orang anak perempuan—berjongkok di depan oven di dapur kecil Jump Start dan mengamati brownie mereka masing-masing dengan penuh perhatian.

Jump Start adalah yayasan amal yang diperuntukkan untuk anak-anak yang berasal dari keluarga bermasalah atau keluarga tidak mampu. Selain sebagai tempat berkumpul dan bermain bagi anak-anak, Jump Start juga menawarkan banyak hal lain, mulai dari kelas-kelas keterampilan untuk anak-anak remaja yang putus sekolah sampai bantuan konseling untuk anak-anak bermasalah. Almarhum nenek Changmin dulu adalah sukarelawan aktif di sini dan kadang-kadang juga mengajak Changmin ikut membantu apabila Changmin memiliki waktu luang. Setelah neneknya meninggal dunia, Changmin pun meneruskan usaha neneknya, menjadi sukarelawan di sana dan mengajar kelas membuat kue sekali seminggu kepada anak-anak yang ingin belajar.

”Changmin, punyaku terlihat aneh,” keluh salah seorang anak perempuan berambut kuning jagung bernama Alison.

Changmin membungkuk untuk mengintip ke dalam oven.

Namun, sebelum ia sempat berkomentar, seseorang sudah menjawab lebih dulu. ”Aku tidak melihat ada yang aneh.”

Suara itu terdengar begitu dekat dengan Changmin sampai Changmin memekik dan langsung melompat menjauh. ”Kau!” serunya kaget ketika ia akhirnya melihat orang yang mengagetkannya.

Jung Yunho menegakkan tubuh dan tersenyum polos. ”Ya, aku,” katanya. ”Hai, Shim Changmin”

Changmin menatap laki-laki itu dengan jengkel. Ia sudah berhasil menghindari Jung Yunho selama hampir seminggu, bahkan sudah nyaris melupakan keberadaan laki-laki itu sampai kemunculannya yang mendadak hari ini.

 ”Sedang apa kau di sini?” tanya Changmin tajam.

”Kata mereka aku bisa menemuimu di sini,” jawab Jung Yunho ringan.

”Mereka?” tanya Changmin tidak mengerti.

”George, karyawan tokomu, memberikan alamat tempat ini kepadaku dan resepsionis ramah di depan sana menyuruhku langsung masuk ke dapur untuk menemuimu,” jelas Jung Yunho.

Changmin mengerutkan kening. Kenapa Jung Yunho ingin menemuinya? Kenapa laki-laki itu datang mencarinya sampai ke Brooklyn? Dan berani-beraninya George memberitahu sembarang orang—ya, Jung Yunho termasuk sembarang orang bagi Changmin—di mana Changmin berada?

”Kau tahu, wajahmu akan gampang keriput kalau kau memberengut terus seperti itu,” kata Jung Yunho sambil menggerak-gerakkan jari telunjuknya di depan wajah Changmin.

Changmin tetap memberengut dan menepis tangan laki-laki itu. ”Singkirkan tanganmu,” tukasnya. ”George yang memberitahumu? George?”

”Ya. Kukatakan padanya aku ingin berbicara denganmu tentang dirinya. Karena itulah dia bersedia memberikan alamat tempat ini kepadaku,” kata Yunho santai. ”Jadi kau boleh berhenti merencanakan kehancuran dirinya dalam hati.”

Ini semakin membingungkan. Dan menjengkelkan. ”Kenapa kau ingin berbicara denganku tentang George?” Tanya Changmin curiga.

Jung Yunho memandang berkeliling. ”Kau mau kita bicara di sini saja?”

Changmin juga ikut memandang berkeliling dan terkejut menyadari bahwa ia sudah lupa bahwa mereka tidak hanya berdua saja di dapur. Keenam peserta kelasnya masih berjongkok di depan oven, akan tetapi perhatian mereka semua kini tertuju pada Changmin dan Jung Yunho.

”Changmin, dia pacarmu ya?” tanya Alison sambil menatap Jung Yunho dari ujung kepala ke ujung kaki.

”Bukan!” sergah Changmin cepat. Menyadari jawabannya terlalu keras, Changmin berusaha menenangkan diri dan menjawab sekali lagi dengan nada yang lebih tenang, ”Bukan.”

Jung Yunho menimpali, ”Bukan pacar, melainkan tunang... Aduh!”

Tangan Changmin sudah melayang dan memukul lengan Jung Yunho dengan keras sebelum Changmin benar-benar menyadari apa yang dilakukannya. ”Demi Tuhan, tutup mulutmu!” bisiknya dengan gigi mengertak.

Namun, sudah terlambat. Alison, seperti kebanyakan anak remaja dengan daya imajinasi tinggi, langsung menangkap maksud Jung Yunho. Matanya melebar kagum. ”Tunangan?”

Changmin mengabaikan pertanyaan Alison dan mengumumkan, ”Brownie-nya boleh dikeluarkan lima menit lagi. Aku akan segera kembali.” Kemudian ia menoleh menatap Jung Yunho dan berkata, ”Kau. Ikut aku.”

Yunho mengikuti Shim Changmin yang berjalan cepat menyusuri koridor sempit tanpa karpet. Mereka melewati sederet ruang kecil yang terlihat seperti ruang kerja. Mereka juga berpapasan dengan beberapa orang yang menyapa Changmin dengan akrab dan tersenyum ramah kepada Yunho. Kemudian Changmin membuka pintu di sebelah kiri dan masuk. Yunho menyusulnya dan melangkah memasuki ruangan yang ternyata sedang dalam proses renovasi. Dinding-dindingnya belum dicat sempurna. Dua kursi berlengan dan sebuah meja dikumpulkan di tengah-tengah ruangan dan ditutup plastik. Kaleng-kaleng cat dan kertas-kertas Koran tersebar di lantai.

Yunho mengangkat alis mengamati ruangan itu. Ia memang tidak berharap Changmin akan mengajaknya ke ruang duduk yang nyaman agar mereka bisa berbicara dengan santai, tetapi ia juga tidak menduga pemuda itu akan mengajaknya ke ruangan yang setengah jadi seperti ini.

Changmin berjalan menghampiri satu-satunya jendela yang ada di dalam ruangan itu dan berbalik menghadap Yunho. ”Bicaralah,” katanya.

”Di sini?” tanya Yunho.

Changmin mengangkat bahu acuh tak acuh. ”Ruangan-ruangan lain sedang ditempati. Tidak ada orang yang akan masuk ke ruangan ini,” sahutnya. ”Jadi apa yang ingin kaubicarakan tentang George?”

Yunho mengangguk kecil dan menangkupkan kedua tangan ke belakang punggung. ”Baiklah,” desahnya. ”Apakah kau tahu George mengirimkan surat lamaran ke JungKnow?”

Changmin berpikir sejenak, lalu mengerang dalam hati. Benar juga. George pernah mengirim surat lamaran ke JungKnow ketika ia mendengar JungKnow membutuhkan orang untuk mengisi posisi di bagian makanan penutup. Ternyata itu sebabnyaia langsung memberitahu Jung Yunho di mana Changmin berada. Changmin memang sudah tahu, dan ia juga mendukung George sepenuh hati. Tetapi itu sebelum ia tahu siapa pemilik JungKnow.

”Ya, aku tahu,” katanya enggan. ”Kenapa?”

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
crystalice02
Ini ff remake lg ya guys dari novel dengan judul yang sama (readers: nggak mutu banget sih x_x)

Biarin ;p

salahin hominchan yang setelah selese wamil tambah nggak tau malu pamer kemesraan >,<

jadi jangan salahkan diriku yang tiap baca novel yang dibayangin selalu hominchan hahaha xD

Comments

You must be logged in to comment
cecilyuu
#1
Chapter 13: Min... plis buat remake novel lagiiii hehehehe
yasmin2015 #2
Chapter 13: Oh...so sweet....aku suka banget sama karakter yunho and changmin disini. Sayang aja, changmin gak pernah tahu kl yunho sdh jatuh cinta sama dia sejak sma. Harusnya ada momen ktka yunho mengakui apa yg sebenarnya terjadi. Changmin manis banget sih....mudah sekali memaafkn yunho. Tp siapa coba yg gak terpesona sama karismanya yunho...???
vitachami
#3
Chapter 13: Sadiss crystal..
Ini benar2 bagus ceritanya..
Sweet banget ini hubungan yun dan chami..
Terus berkarya yaa
Di tunggu fanfict selanjutnyaa
Bigeast88 #4
Chapter 13: Amphuuuuuunnn hahaha poto imin di ending soooo cuuuteeeee oh my gawd
Mashiroio #5
Chapter 13: Terima kasih sudah membagikan cerita yang manis ini. Saya cinta homin dan kehidupan mereka :)
Dilian
#6
Chapter 13: wuah bunga bunga cinta bertaburan di sekeliling homin, haha, cuuutee and sweeet bget ini, tpi jdi penasaran klo yunho pas lgi d ancem sm siwon sm kangta tnpa ad changmin ny, hahaha
Tika_choi
#7
Chapter 13: Sweet ending >< btw "in a blue moon" ini maksudnya minuman kesukaan Changmin yaa?? Blue moon??
Udah habis aja T^T thanks for the remake kakak ^^ ditunggu ff selanjutnya, Fighto ^^b

Ps: Perjuangan mu terlalu "mudah" Yun *ditabok Yunho*
niyalaw
#8
Chapter 13: ADOOOH AKU BISA2 KENA DIABETES INI TERLALU FLUFF GAK KUAAT
YEY TERIMAKASIH UDAH DI LANJUTIN TERUS SAMPE END
PLEASE REMAKE NOVEL LAINNYA LAGI DONG YANG FLUFF JUGA BIKIN HATI HOMIN SHIPPERKU INI KLEPEK2 PLEASE
Anashim #9
Chapter 13: gue suka tipe2 novel atau ff yg fokus pd karakter utama.. jd ga bakalan hilang fokus.. tp apakah ini tidak terlalu fokus, hanya ada mereka berdua saja. maksudnya gda side story setelah jadian, kakak2nya changmin gimana, resto jungknow, jump start dll.. jd sedikit banget isinya.. dan kiss nya cmn satu doang?? hmm...
suka bgt ama karakter yunho disini.. beda bgt ama karakter yg selama ini gue baca, apalagi kalo ngobrol ama changmin.. duh jd seneng liatnya..
ga ditambahin gitu? cerita sendiri jg boleh kalo emg di novel begitu doang.. ditambahin mereka nikah.. punya anak dll. butuh homin "scene" wkwkwkwk.
QueenB_doll #10
Chapter 13: whoa whoa whoa!!! aku meltiiiiiing..kyaaaa hepl!!!
ini adalah salah satu fic homin yg paling sweet sweet sweeeeeet dalam list homin fic ku...hiks hiks hiks tapi sedih juga harus berpisah dengan fic ini..berharap authornim share homin fic yg bnyak yg genre nya bikin seneng bahagia n senyam senyum gaje terus pas bacanya kayak fic ini... terimakasih banyak bwt authornim n buat sang pangarang novel in a blue moon ini..lub you <3 <3 <3