BAB 3

In a Blue Moon
Please Subscribe to read the full chapter

BAB 3

 

Changmin menggigil begitu ia menaiki tangga keluar dari stasiun kereta bawah tanah. Angin bulan Desember yang dingin menerpa wajahnya, membuat Changmin harus berjalan dengan kepala ditundukkan. Ia menjejalkan kedua tangan ke saku jaket tebalnya dan berjalan cepat di sepanjang trotoar ke arah toko kuenya.

Lonceng kecil yang tergantung di atas pintu depan berdenting nyaring ketika ia mendorong pintu dan masuk ke toko kecil bergaya Prancis yang didominasi warna putih dan ungu pucat. Ia mengembuskan napas lega ketika rasa hangat di dalam toko mulai menjalari tubuhnya. ”Hai, Christina,”

sapanya kepada salah seorang karyawan tokonya yang sedang menyusun cupcake di atas nampan bertingkat.

”Hei, Bos,” balas gadis berambut pirang dikuncir yang disapa sambil menoleh ke arah Changmin. ”Bagaimana acara makan siangmu? Kakekmu baik?”

Changmin melepaskan jaket dan syal lalu menggantungkannya di dalam lemari penyimpanan. ”Kakekku baik-baik saja. Siwon Hyung tidak bisa tinggal lama karena mendapat panggilan mendadak dari rumah sakit.”

Ia berhenti sejenak, menelengkan kepala mendengar lagu yang mengalun di dalam toko. ”Jon Robyns. Left Behind. Spring Awakening,” katanya, menyebut nama penyanyi, judul lagu, dan pertunjukan musical yang sudah tidak asing baginya.

Christina menggemari pertunjukan teater, sama seperti Changmin, dan selalu memasang lagu-lagu dari pertunjukan musical di dalam toko.

”Suara Jon sangat cocok untuk cuaca seperti ini, bukan?” tanya Christina sambil tersenyum lebar.

Changmin bergumam membenarkan. ”Mendengar lagu ini membuat perasaanku lebih baik.” Kemudian ia memandang berkeliling mencari dua orang karyawannya yang lain.

”Omong-omong, di mana Kibum dan George?”

”Di dapur,” sahut Christina. ”Tadi ada orang yang memborong tartlet kita, jadi mereka harus membuat lebih banyak lagi.”

Changmin mengangguk-angguk. ”Oh, baiklah. Aku akan ke dapur dan meminta George membantumu di sini kalau perlu.” Ia berdiri sejenak, membiarkan suara Jon menenangkannya, dan mendesah senang. ”Salah satu lagu kesukaanku. Tidak ada lagi yang bisa merusak suasana hatiku hari ini.”

Mungkin ia terlalu cepat merasa yakin. Hidup tidak selalu berjalan seperti yang kita inginkan. Seharusnya Changmin tahu itu.

Changmin sedang memberikan sentuhan terakhir pada tartlettartlet- nya ketika George muncul di ambang pintu dalam dapur dan berkata, ”Bos, telepon.”

George adalah pemuda berusia sembilan belas tahun yang pendiam. Ia tidak pernah mengikuti sekolah kuliner, tidak memiliki ijazah apa-apa, namun sangat suka membuat kue dan cita-citanya adalah menjadi pâtissier di restoran ternama atau hotel terkenal. Ia selalu rajin mengirimkan surat lamaran, namun sampai saat ini belum ada hasil berarti.

Changmin mengakui bakat George, karena itulah ia mempekerjakan George di toko kuenya agar pemuda itu bisa memperbanyak pengalaman.

Changmin berjalan ke arah telepon yang tergantung di dinding dapur dan meraih gagangnya. ”Halo?”

”Halo? Changmin?”

”Ya, ini Changmin,” kata Changmin sambil berusaha mengingat ingat suara laki-laki di ujung sana.

”Aku Jung Hyosik. Kuharap kau masih ingat padaku.” Mata Changmin melebar. Namun, suaranya tetap tenang ketika ia berkata, ”Oh, ya. Tentu saja, Mr. Jung. Apa kabar?”

Jung Hyosik tertawa. ”Aku baik-baik saja, Nak. Terima kasih. Aku tadi sempat menghubungi ponselmu, tapi tidak diangkat.”

Changmin otomatis menoleh ke arah ruang kerja pribadinya, tempat ia meletakkan ponselnya tadi. ”Maaf. Aku meninggalkan ponselku di meja ruang kerjaku, jadi...”

”Tidak apa-apa. Tidak apa-apa,” sela Jung Hyosik cepat.

”Aku hanya ingin memberitahumu bahwa aku ingin mengajak kakekmu makan malam hari ini.”

Changmin mengerjap, tidak mengerti kenapa Jung Hyosik merasa perlu memberitahunya. ”Kurasa kakekku pasti akan senang,” katanya.

”Dan aku ingin kau dan kau ikut juga,” lanjut Jung Hyosik. ”Aku akan mengajak cucuku, sehingga kalian anak-anak muda bisa saling mengobrol dan tidak akan bosan hanya mengobrol dengan orang-orang tua seperti kami.”

Changmin melotot menatap telepon. ”Maaf, Mr. Jung. Aku... sudah punya rencana lain malam ini,” katanya, lalu memejamkan mata dan menggigit bibir. Ia tidak suka berbohong, terutama kepada orang tua. Hal itu membuat perasaannya tidak enak.

”Oh, begitu? Sayang sekali.” Suara Jung Hyosik terdengar kecewa, membuat Changmin merasa semakin bersalah.

”Mungkin Siwon Hyung bisa menemani kalian,” sela Changmin cepat. Namun, kemudian ia teringat cerita Siwon tentanh jadwalnya yang padat di rumah sakit akhir-akhir ini dan berkata menyesal, ”Tapi mungkin sepertinya dia juga tidak sempat.”

”Tidak apa-apa, kalau begitu,” kata Jung Hyosik. ”Kau pasti sedang sibuk sekarang. Maafkan aku karena sudah mengganggumu.”

”Oh, tidak apa-apa, Mr. Jung. Anda tidak mengganggu,” balas Changmin cepat, berusaha menenangkan orang tua itu. ”Aku sama sekali tidak sibuk. Sungguh.”

”Benarkah?” Suara Jung Hyosik berubah riang. ”Berarti kau bisa ikut minum teh bersama kami sekarang?”

Changmin mengerjap terkejut. ”Ap...?”

”Aku akan menjemput kakekmu dan Yunho akan menjemputmu di tokomu satu jam lagi. Oke? Sampai jumpa, Changmin.”

”Tunggu sebentar, Mr. Jung. Mr... Halo?”

Changmin melongo menatap gagang telepon di tangannya.

Apa? Apa-apaan itu tadi? Pria tua itu menjebaknya. Ia tidak percaya ini. Changmin mengerang dan mencengkeram gagang telepon dengan geram. Ia ingin melempar gagang telepon itu ke seberang ruangan, namun ia berusaha menahan diri dan memaksa dirinya meletakkan gagang telepon kembali ke tempatnya dengan perlahan. Ia menempelkan kening ke dinding di samping telepon dan mengeluarkan suara setengah mengerang setengah terisak.

”Bos, kau tidak apa-apa?”

Dengan kening masih menempel di dinding, Changmin memutar kepalanya dan melihat Kibum sedang mengamatinya dengan tatapan heran.

Kibum sudah bekerja di A Piece of Cake sejak toko ini dibuka dan ia adalah manajer di sini. Ia sangat bisa diandalkan. Kibum selalu memastikan kegiatan administratif toko berjalan dengan mulus, sehingga Changmin bisa memfokuskan diri pada sisi kreatifnya.

”Sempurna,” gumam Changmin lesu. ”Semuanya sempurna.”

Kibum mengangkat sebelah alis tidak percaya, tetapi ia tidak berkomentar lebih jauh. ”Begini, Bos,” katanya, ”kami ingin mulai memasang hiasan Natal di toko. Kau mau ikut bergabung?”

Changmin menjauhkan keningnya dari dinding dan menegakkan tubuh. Memasang hiasan Natal bersama sudah menjadi tradisi mereka sejak dulu, dan Changmin tidak akan membiarkan sesuatu yang remeh seperti Jung Yunho merusak tradisi menyenangkan itu. Lagi pula, ada kemungkinan laki-laki itu tidak akan datang. Ya, itulah yang diharapkan Changmin.

”Tentu saja,” ujarnya. ”Ayo, bantu aku mengeluarkan hiasan Natal dari gudang.”

Sebaiknya ia menyibukkan diri daripada menghabiskan waktu menyesali diri dan membayangkan segala bentuk tindakan kekerasan yang ingin dilakukannya apabila Jung Yunho benar-benar menampakkan batang hidungnya di sini.

Changmin sedang meluruskan rangkaian lampu-lampu Natal yang kusut di gudang ketika Christina muncul dan berkata, ”Bos, ada yang mencarimu.”

Changmin melingkarkan rangkaian lampu yang sudah lurus ke leher dan terus bekerja melepaskan bagian yang kusut.

”Siapa?” tanyanya sambil lalu.

”Katanya namanya Jung Yunho.”

Tangan Changmin berhenti bergerak. Ia menarik napas dalam-dalam dan menggerutu, ”Sudah waktunya. Baiklah.”

Changmin berputar dan berderap cepat keluar dari gudang ke bagian depan toko. Saat itu kegiatan hias-menghias dihentikan sementara akibat kedatangan beberapa orang pelanggan. Mata Changmin langsung mendarat pada sosok laki-laki bertubuh jangkung dan berambut gelap yang sedang memunggunginya. Changmin berhenti melangkah sejenak, mengertakkangigi, lalu kembali melangkah menghampiri laki-laki itu.

Seolah-olah bisa menyadari kedatangan Changmin, Jung Yunho berbalik sebelum Changmin sempat mencapai dirinya. Sebelah alisnya terangkat menatap Changmin. Setelah Changmin berhenti di hadapannya, Jung Yunho tersenyum dan langsung berkata, ”Kau bisa menjadi pohon Natal yang bagus.”

Changmin mengerutkan kening, menunduk mengikuti arah pandang Jung Yunho, dan terkesiap melihat rangkaian lampu-lampu Natal yang masih melingkari leher, bahu, dan sekujur tubuhnya. Wajahnya memanas dengan cepat, tetapi ia berusaha menahan diri dan tidak menyentakkan lampu-lampu itu dari tubuhnya dengan kasar.

Sebagai gantinya ia kembali mengangkat wajah menatap Jung Yunho dengan tenang dan berkata, ”Seperti yang kau lihat, aku sedang sibuk. Bagaimana kalau kau memberitahuku di mana kita akan bertemu dengan kakek-kakek kita, dan aku akan menyusul kalian ke sana kalau pekerjaanku sudah selesai.”

Please Subscribe to read the full chapter

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
crystalice02
Ini ff remake lg ya guys dari novel dengan judul yang sama (readers: nggak mutu banget sih x_x)

Biarin ;p

salahin hominchan yang setelah selese wamil tambah nggak tau malu pamer kemesraan >,<

jadi jangan salahkan diriku yang tiap baca novel yang dibayangin selalu hominchan hahaha xD

Comments

You must be logged in to comment
cecilyuu
#1
Chapter 13: Min... plis buat remake novel lagiiii hehehehe
yasmin2015 #2
Chapter 13: Oh...so sweet....aku suka banget sama karakter yunho and changmin disini. Sayang aja, changmin gak pernah tahu kl yunho sdh jatuh cinta sama dia sejak sma. Harusnya ada momen ktka yunho mengakui apa yg sebenarnya terjadi. Changmin manis banget sih....mudah sekali memaafkn yunho. Tp siapa coba yg gak terpesona sama karismanya yunho...???
vitachami
#3
Chapter 13: Sadiss crystal..
Ini benar2 bagus ceritanya..
Sweet banget ini hubungan yun dan chami..
Terus berkarya yaa
Di tunggu fanfict selanjutnyaa
Bigeast88 #4
Chapter 13: Amphuuuuuunnn hahaha poto imin di ending soooo cuuuteeeee oh my gawd
Mashiroio #5
Chapter 13: Terima kasih sudah membagikan cerita yang manis ini. Saya cinta homin dan kehidupan mereka :)
Dilian
#6
Chapter 13: wuah bunga bunga cinta bertaburan di sekeliling homin, haha, cuuutee and sweeet bget ini, tpi jdi penasaran klo yunho pas lgi d ancem sm siwon sm kangta tnpa ad changmin ny, hahaha
Tika_choi
#7
Chapter 13: Sweet ending >< btw "in a blue moon" ini maksudnya minuman kesukaan Changmin yaa?? Blue moon??
Udah habis aja T^T thanks for the remake kakak ^^ ditunggu ff selanjutnya, Fighto ^^b

Ps: Perjuangan mu terlalu "mudah" Yun *ditabok Yunho*
niyalaw
#8
Chapter 13: ADOOOH AKU BISA2 KENA DIABETES INI TERLALU FLUFF GAK KUAAT
YEY TERIMAKASIH UDAH DI LANJUTIN TERUS SAMPE END
PLEASE REMAKE NOVEL LAINNYA LAGI DONG YANG FLUFF JUGA BIKIN HATI HOMIN SHIPPERKU INI KLEPEK2 PLEASE
Anashim #9
Chapter 13: gue suka tipe2 novel atau ff yg fokus pd karakter utama.. jd ga bakalan hilang fokus.. tp apakah ini tidak terlalu fokus, hanya ada mereka berdua saja. maksudnya gda side story setelah jadian, kakak2nya changmin gimana, resto jungknow, jump start dll.. jd sedikit banget isinya.. dan kiss nya cmn satu doang?? hmm...
suka bgt ama karakter yunho disini.. beda bgt ama karakter yg selama ini gue baca, apalagi kalo ngobrol ama changmin.. duh jd seneng liatnya..
ga ditambahin gitu? cerita sendiri jg boleh kalo emg di novel begitu doang.. ditambahin mereka nikah.. punya anak dll. butuh homin "scene" wkwkwkwk.
QueenB_doll #10
Chapter 13: whoa whoa whoa!!! aku meltiiiiiing..kyaaaa hepl!!!
ini adalah salah satu fic homin yg paling sweet sweet sweeeeeet dalam list homin fic ku...hiks hiks hiks tapi sedih juga harus berpisah dengan fic ini..berharap authornim share homin fic yg bnyak yg genre nya bikin seneng bahagia n senyam senyum gaje terus pas bacanya kayak fic ini... terimakasih banyak bwt authornim n buat sang pangarang novel in a blue moon ini..lub you <3 <3 <3