BAB 13 + EPILOG
In a Blue MoonBAB 13
”Harus kuakui bahwa Jaejong melakukan pekerjaannya dengan sangat baik,” kata Changmin dengan suara lantang untuk melampaui suara musik ketika ia dan Yunho sedang berjalan ke arah bar. Peragaan busana telah berakhir dan para tamu undangan kini memenuhi ruang pesta di mana sedikit makanan ringan dan banyak minuman keras disajikan. ”Dia sangat memukau.”
”Dia seorang model. Tentu saja dia memukau,” sahut Yunho.
Mereka tiba di bar dan Yunho menoleh ke arah Changmin. ”Mau minum apa? Blue Moon?”
Changmin mengangguk. Setelah menunggu Yunho menyebutkan pesanannya kepada salah seorang bartender, ia berkata, ”Dia memukau dan dia tertarik padamu. Kenapa kau tidak tertarik padanya?”
Yunho kembali menatapnya dengan alis berkerut bingung. ”Kenapa? Apakah apabila seseorang tertarik padamu berarti kau juga harus tertarik padanya?” ia balik bertanya.
”Well, tidak juga.”
”Nah, kau sudah menjawab pertanyaanmu sendiri,” kata Yunho puas. Ia menatap Changmin sejenak, lalu bertanya, ”Ngomong-ngomong, apa yang membuatmu tertarik padaku?”
Changmin mengeluarkan suara setengah mendengus setengah tertawa. ”Kau terlalu percaya diri. Apa yang membuatmu berpikir aku tertarik padamu?”
”Apakah kau akan terus menyangkalnya?” balas Yunho sambil tersenyum geli.
”Ya.”
”Baiklah. Mari kita lihat berapa lama hal itu akan bertahan.”
”Baiklah. Silakan menunggu.”
Yunho tertawa pendek dan menggeleng-geleng.
Perdebatan kecil mereka disela oleh Jaejong yang menghampiri mereka sambil tersenyum cerah. ”Halo! Terima kasih sudah bersedia datang. Apakah kalian menikmati acaranya?”
Changmin merasa sikap dan gaya bicara Jaejong seolah-olah menyatakan bahwa dia adalah si perancang busana, bukan model. Tetapi Jaejong memang orang yang sangat percaya diri.
Tanpa menunggu jawaban, Jaejong menyentuh lengan Yunho dan berkata, ”Yunho, ada orang yang ingin kukenalkan kepadamu.” Kemudian ia menoleh ke arah Changmin. ”Kau tidak keberatan kami pergi sebentar, bukan, Changmin?”
”Changmin akan ikut denganku,” kata Yunho.
Changmin menggeleng. ”Tidak apa-apa. Pergilah. Aku akan menunggumu di sini,” katanya kepada Yunho.
Yunho menatapnya. ”Kau yakin?”
Changmin mengangguk. ”Mm-hm.” Ia mencondongkan tubuh sedikit ke arah Yunho dan menambahkan, ”Tapi jangan membuatku menunggu terlalu lama.”
Yunho tertawa kecil. ”Baiklah. Aku berjanji.”
***
Jaejong tidak bisa mendengar apa yang mereka bicarakan, tetapi ia melihat bagaimana Changmin mencondongkan tubuh ke arah Yunho dan tangan Yunho terangkat menyentuh bahu pemuda itu, nyaris merangkulnya. Hal itu membuat Jaejong tertegun. Sepengetahuannya Yunho bukan tipe orang yang suka menyentuh tanpa alasan, karena walaupun Jaejong sering menyentuh dan menggandeng lengan Yunho, Yunho sendiri nyaris tidak pernah menyentuhnya.
Mendadak menyadari keningnya berkerut, Jaejong dengan segera mengendalikan ekspresinya. Ia melemparkan seulas senyum cerah yang sudah terlatih sempurna kepada Changmin sebelum menggandeng lengan Yunho dengan akrab dan beranjak pergi.
Jaejong pada dasarnya adalah orang yang penuh percaya diri, tetapi saat ini ia harus mengakui bahwa ia tidak merasa seperti itu. Tidak merasa percaya diri tidak berarti ia tidak bisa berpura- pura bersikap penuh percaya diri.
”Itu Leo Donaldson, perancang busananya,” kata Jaejong kepada Yunho sambil menunjuk seorang pria berpakaian serba hitam berumur sekitar 40-an yang sedang dikerubungi banyak orang. ”Dialah yang ingin berkenalan denganmu.” Yunho tidak berkomentar, hanya mengangguk kecil.
”Leo!” Jaejong berseru memanggilnya ketika mereka sudah berada di dekat pria itu.
Leo Donaldson menoleh ke arah Jaejong dan tersenyum lebar. ”Oh, Jaejong. Ke mana saja kau? Bersenang-senang?”
Jaejong menarik lengan Yunho agar laki-laki itu melangkah maju dan berkata kepada Leo, ”Kau pernah berkata ingin berkenalan dengan Jung Yunho. Ini dia orangnya.”
Mata Leo beralih kepada Yunho dan matanya melebar seiring dengan senyumnya. ”Halo, halo, halo,” katanya penuh semangat sambil menjabat tangan Yunho. Ia menoleh ke arah kerumunan orang di sekelilingnya dan berkata, ”Permisi sebentar, Teman-teman.” Masih sambil menjabat tangan Yunho, ia melangkah menjauh sedikit dari kerumunan, praktis mengajak Yunho ikut menjauh. ”Senang berkenalan denganmu. Aku sudah banyak mendengar tentang dirimu dari Jaejong,” katanya kepada Yunho.
Yunho tersenyum dan menarik tangannya dari genggaman Leo dengan sopan. ”Terima kasih karena telah mengundangku. Aku juga harus mengucapkan selamat karena sepertinya pertunjukanmu sukses besar.”
Leo mengibaskan sebelah tangan. ”Oh, aku masih menemukan banyak kesalahan yang seharusnya tidak terjadi, tapi sebaiknya kita tidak membahasnya.”
”Kau terlalu berlebihan,” kata Jaejong sambil memutar bola matanya. ”Semuanya berjalan dengan sangat baik.”
Leo mencegat seorang pramusaji yang membawa senampan sampanye dan mengambil segelas. ”Ngomong-ngomong,” katanya kepada Yunho, ”aku tidak pernah menduga kekasih Jaejong adalah pemilik JungKnow. Benar-benar mengesankan!”
Jaejong merasakan tatapan Yunho yang ditujukan kepadanya, tetapi ia pura-pura tidak sadar. Ia memang pernah menyiratkan bahwa Yunho adalah kekasihnya. Memangnya kenapa? Apakah itu kejahatan?
”Astaga. Susah sekali mendapat meja di sana, kau tahu?” lanjut Leo. ”Hei, apakah menurutmu kau mungkin bisa membantu agar aku dan teman-temanku bisa mengadakan pesta kecil di sana minggu depan?”
Kali ini Jaejong memberanikan diri melirik Yunho. Yunho masih tersenyum, namun Jaejong tahu itu adalah senyum sopan yang dipaksakan. ”Aku hanya koki di sana, jadi aku tidak tahu segala hal menyangkut reservasi,” kata Yunho lancar. ”Mungkin kau bisa berbicara dengan manajer restoran, Jared Newt. Aku yakin dia bisa membantumu mencari jadwal yang sesuai.”
Bohong, pikir Jaejong. Jared memang manajer JungKnow, tetapi untuk reservasi khusus, ia selalu harus mendapat persetujuan Yunho. Jadi sepertinya Yunho sama sekali tidak terkesan dengan Leo. Oh, tidak bisakah Yunho membantu sedikit?
Leo beralih menatap Jaejong dan berkata, ”Jaejong, kau benar-benar beruntung, kau tahu? Kau bisa makan di JungKnow kapan pun kau mau.”
Jaejong tertawa.
”Kau benar, Leo,” katanya dengan nada bangga, walaupun sebenarnya ia meringis dalam hati. Pada kenyataannya, percaya atau tidak, ia sama sekali belum pernah mencicipi makanan di JungKnow, apalagi masakan Yunho sendiri.
”Ku ucapkan selamat sekali lagi,” kata Yunho tiba-tiba sambil mengulurkan tangan kepada Leo. ”Sebaiknya aku tidak menahanmu terlalu lama, karena pasti masih banyak orang yang ingin berbicara denganmu.”
Leo menjabat tangan Yunho. ”Terima kasih. Terima kasih banyak. Apakah kau mau pergi sekarang?”
”Tidak,” sahut Yunho, ”tapi kekasihku sedang menunggu di bar, jadi aku harus kembali kepadanya.”
Jaejong menahan napas sementara ia merasa tubuh dan wajahnya berubah kaku. Ia sama sekali tidak menduga Yunho akan mengatakan sesuatu seperti itu.
Leo juga sama terkejutnya. Ia menatap Jaejong dan Yunho bergantian. ”Oh?”
”Permisi,” kata Yunho sebelum berbalik pergi.
Leo menatap Jaejong dengan alis terangkat tinggi. ”Jaejong? Apa...?”
”Maaf, Leo. Aku juga permisi sebentar,” sela Jaejong dan bergegas menyusul Yunho tanpa menunggu balasan Leo.
Ia berhasil menyusul Yunho dan menahan lengan laki-laki itu. ”Yunho, tunggu!”
Yunho
Comments