BAB 7
In a Blue MoonBAB 7
”Mr. Jung, ada kiriman untuk Anda.”
Yunho mengangkat wajah dari laporan yang sedang dipelajarinya dan melihat Joe, salah seorang karyawan JungKnow, berdiri di ambang pintu ruang kerjanya. Ia memberi isyarat singkat dengan sebelah tangan, Joe pun melangkah masuk dan meletakkan tiga buah kotak ungu pucat bergaris-garis putih di meja kerja Yunho.
”Apa ini?” tanya Yunho sambil menatap kotak dengan corak yang tidak asing itu dengan alis terangkat.
”Kue, Mr. Jung.”
Yunho mendorong tutup kotak ke atas dengan bolpoin yang dipegangnya. ”Aku tahu ini kue,” gumamnya datar.
”Siapa yang mengirimnya?”
”Entahlah,” sahut Joe setelah ragu sejenak. ”Kurir yang mengantarnya ke sini hanya berkata bahwa ini untuk Anda.”
Yunho mengintip ke dalam kotak dan melihat selusin tartlet dengan isi dan topping yang berbeda-beda. Setiap tartlet itu juga ditampilkan dengan indah, penuh warna, dan sangat menggugah selera.
”Mungkin Jaejong?” gumam Yunho pada diri sendiri. Namun, sedetik kemudian ia menyangkal dalam hati. Kalau Jaejong yang mengirim kue ini, pemuda itu pasti sudah memastikan orang yang menerima hadiahnya tahu siapa pengirimnya.
Ia mendongak menatap Joe dan berkata, ”Terima kasih, Joe. Kau boleh pergi sekarang.”
Ketika Joe sudah keluar dari ruangan, Yunho menutup kembali kotak itu dan saat itulah ia baru melihat nama took kue yang tercantum di bagian atas kotak. A Piece of Cake.
Ah, sepertinya Shim Changmin yang mengirim ini. Seulas senyum kecil tersungging di bibir Yunho. Dan sepertinya ia juga bisa menebak alasannya.
Kemarin malam ia memang merasa marah. Karena setelah semua yang dilakukannya untuk menunjukkan kepada pemuda itu bahwa ia sudah berubah, Shim Changmin masih tidak bisa melupakan Yunho yang dulu. Pemuda itu masih curiga padanya, masih menghakiminya, dan jelas sekali masih belum memaafkannya.
Tetapi kalau dipikir-pikir, Yunho harus mengakui bahwa ia tidak berhak berharap Shim Changmin memaafkannya secepat ini. Ia juga harus mengakui bahwa semua yang dilakukannya selama ini sama sekali belum cukup untuk menebus kesalahannya dulu. Jadi sebenarnya pagi ini ia telah memutuskan untuk menemui Changmin dan meminta maaf atas sikapnya kemarin malam. Namun, sebelum ia sempat bertindak, Changmin mendahuluinya.
Yunho baru hendak meraih ponsel untuk menghubungi Changmin ketika ia mendengar seseorang berseru memanggilnya dengan nada mendesak dari arah dapur.
***
George bukan orang yang suka memperhatikan orang lain, terlebih lagi ketika ia sedang sibuk membuat kue. Tetapi apabila orang tersebut mondar-mandir tidak jelas di sekitarnya sambil mendesah tanpa alasan, George tidak bisa berkonsentrasi pada pekerjaannya dan terpaksa memperhatikan. Ia mengangkat wajah dengan enggan dari adonan yang sedang dikerjakannya dan menatap bosnya.
Saat itu Shim Changmin sedang duduk termenung di salah satu bangku kayu yang ada di dapur. Setelah ragu sejenak, George pun memutuskan membuka suara. ”Kau baik-baik saja, Bos?”
Changmin menoleh ke arah George dan mengerjap. ”Hm? Oh, ya. Ya,” sahutnya cepat sambil tersenyum sekilas.
George memutuskan menerima jawaban itu apa adanya dan tidak bertanya lebih jauh.
”Hei, George?”
”Ya?”
”Apakah kau tahu siapa yang bertugas mengantar pesanan ke JungKnow?”
George berpikir sejenak. ”Suho.”
”Oh, begitu,” gumam Changmin sambil mengangguk-angguk.
Lalu ia melanjutkan, ”Apakah dia sudah kembali?”
”Sepertinya sudah, karena Kibum tadi sudah menyuruhnya mengantar pesanan lain.”
”Kalau begitu seharusnya dia sudah menerimanya,” gumam Changmin lirih. Alisnya berkerut samar dan ia menggigit bibir, lalu ia menatap ponsel yang ada di tangannya. ”Tapi kenapa...?”
”Apa, Bos?”
Changmin mendesah lagi. ”Tidak apa-apa.”
Saat itu Christina muncul di ambang pintu dapur. ”Bos, ada yang mencarimu.”
Changmin menegakkan tubuh. ”Siapa?” tanyanya cepat.
Christina mengangkat bahu. ”Entahlah.”
Dari bahu Changmin yang melesak begitu mendengar jawaban Christina, George menduga bukan itu jawaban yang diharapkan bosnya. Tapi karena itu bukan urusannya, George pun kembali menyibukkan diri dengan adonannya.
***
”Entahlah.”
Bahu Changmin langsung melesak mendengar jawaban Christina. Itu berarti orang yang datang mencarinya itu bukan Jung Yunho, karena Christina sudah mengenal dan sudah pernah bertemu dengan Jung Yunho sebelumnya.
Apakah laki-laki itu masih marah? Apakah itu sebabnya ia tidak memberikan reaksi apa pun walaupun Changmin sudah mengirim kue kepadanya? Tapi kalau dipikir-pikir, bagaimana Jung Yunho bisa tahu Changmin-lah yang mengirim kue itu apabila Changmin sendiri tidak mencantumkan nama pengirim?
Changmin mengerang dalam hati menyesali kebodohannya sendiri sementara ia berjalan dengan langkah enggan keluar dari dapur ke bagian depan tokonya yang saat itu cukup ramai.
”Siapa yang mencariku, Christina?” tanyanya.
”Aku,” jawab seseorang di belakang Changmin sebelum Christina sempat menjawab.
Changmin berbalik dan langsung menahan napas. Walaupun empat tahun telah berlalu dan walaupun ia sudah tahu dari Siwon bahwa laki-laki ini telah kembali ke New York, ternyata Changmin masih belum sepenuhnya kebal menghadapi pesona Kang Julien.
”Kau belum lupa padaku, bukan, Changmin?” tanya Julien sambil tersenyum kecil.
Bahkan setelah sekian lama, suara itu masih bisa membuat jantung Changmin berdebar dua kali lebih cepat. Berusaha menahan desakan melemparkan diri ke arah laki-laki itu dan memeluknya erat-erat, Changmin menarik napas panjang dan menyunggingkan seulas senyum cerah. ”Halo, Julien,” sapanya.
Ia merasa bangga karena suaranya terdengar santai dan ia masih berdiri tegak di tempat. ”Sudah lama tidak bertemu.”
Alis Julien terangkat. ”Sepertinya kau tidak terkejut melihatku di sini,” katanya dengan senyum yang masih tersungging sempurna. ”Harus kuakui aku agak kecewa. Padahal kukira aku akan mendapat sambutan yang lebih hangat.”
Changmin tertawa dan mengangkat sebelah bahu. ”Siwon Hyung sudah memberitahuku.”
”Ah, begitu rupanya.” Julien mengangguk-angguk.
”Omong-omong, apakah kau punya waktu sekarang? Aku ingin mengajakmu makan siang.”
”Tentu saja,” sahut Changmin langsung. ”Tunggulah sebentar. Aku akan mengambil dompet dan jaketku.”
Taksi yang mereka tumpangi sedang melaju di Columbus Avenue ketika Changmin mendadak menyadari bahwa lokasi JungKnow tidak jauh dari sana. Ia menggigit jari, berpikir sejenak, lalu menoleh ke arah Julien yang duduk di sampingnya.
”Hei, Julien, apakah kau keberatan kalau kita mampir di suatu tempat sebentar?”
”Tidak,” sahut Julien. ”Kau mau ke mana?”
Changmin tidak menjawab. Ia hanya mencondongkan tubuh ke depan dan menyebutkan alamat JungKnow kepada sopir taksi.
”Kau tunggu di sini saja. Aku tidak akan lama,” kata Changmin kepada Julien beberapa menit kemudian, ketika taksi mereka berhenti tidak jauh dari JungKnow. Tanpa menunggu jawaban Julien, Changmin membuka pintu dan melangkah keluar.
JungKnow di siang hari tetap terlihat mewah dan berkelas. Changmin menyipitkan mata menatap restoran itu, sebal mengingat bagaimana dulu ia tidak pernah berhasil memesan meja di sana. Setelah berdiri ragu sejenak di pintu depan, Changmin membulatkan tekad dan mendorong pintu depan restoran yang terbuat dari kaca tebal dan berat.
Seorang maître d’ mendongak menatap Changmin sambil tersenyum sopan. ”Reservasi atas nama siapa, Sir?” tanyanya dengan logat aneh yang kental. Mungkin Prancis, tebak Changmin dalam hati.
”Oh, tidak,” sahut Changmin. ”Aku tidak... Maksudku... Aku...”
Oh, demi Tuhan. Sejak kapan ia tergagap-gagap seperti ini?
”Apakah Jung Yunho ada?”
”Mr. Jung?” ulang si maître d’. ”Harap tunggu sebentar, Sir. Boleh saya tahu nama Anda?”
”Shim Changmin,” jawab Changmin. Lalu agar terkesan lebih resmi, ia menambahkan, ”Dari A Piece of Cake.”
Changmin menunggu sementara si maître d’ menelepon seseorang. Satu menit kemudian, seorang pria bertubuh jangkung, kurus, dan berambut pirang ikal muncul dan menghampiri Changmin sambil menyunggingkan seulas senyum ramah. ”Selamat siang, Mr Shim. Namaku Jared, manajer di sini. Katanya Anda ingin menemui Mr. Jung?” katanya lancar.
Changmin mengerutkan kening. Kenapa manajer restoran yang muncul padahal orang yang ingin Changmin temui adalah Jung Yunho? Apakah Jung Yunho tidak mau menemuinya?
”Ya,” sahut Changmin singkat. ”Apakah dia ada?”
”Sayang sekali Mr. Jung sedang ada urusan. Mungkin aku bisa membantu?” Jared, si manajer restoran, menatap Changmin dengan tatapan bertanya. ”Atau mungkin Anda ingin meninggalkan pesan?”
Sekarang bagaimana? batin Changmin sambil menggigit bibir. Sebenarnya ia juga tidak tahu apa yang ingin dikatakannya kepada Jung Yunho apabila laki-laki itu memang ada di sini dan bisa menemuinya. Apa yang dipikirkannya ketika memutuskan datang ke sini? Changmin hanya bisa mengomeli diri dalam hati.
”Tidak apa-apa,” gumam Changmin pada akhirnya. Ia memaksakan senyum kecil. ”Aku... hanya ingin tahu apakah dia sudah menerima kiriman kue dari toko kami tadi pagi. Bukan masalah penting.”
”Ah, tartlet itu?” kata Jared si manajer tiba-tiba. Sinar matanya berubah dan senyumnya melebar, walaupun Changmin tidak mengerti sebabnya. ”Ya, dia sudah menerimanya.”
”Oh, begitu,” gumam Changmin. Ternyata Jung Yunho sudah menerimanya. Kalau begitu...
”Tapi dia belum sempat mencicipinya, karena saat itu ada...” Jared terlihat ragu sejenak. ”Well, terjadi kecelakaan kecil di dapur dan dia pergi ke rumah sakit.”
Mata Changmin melebar. ”Dia...?”
”Bukan. Bukan dia yang terluka,” sela Jared cepat. ”Yang terluka adalah salah seorang karyawan dapur. Yunho ikut mengantarnya ke rumah sakit.”
”Oh, begitu,” gumam Changmin lagi.
”Ya. Sayang sekali aku tidak tahu kapan dia akan kembali.”
”Tidak apa-apa,” kata Changmin. ”Aku mengerti dia pasti sangat sibuk karena kejadian ini. Kuharap semuanya baik-baik saja dan luka yang diderita si karyawan tidak parah.”
”Terima kasih. Aku yakin dia akan segera sembuh. Apakah kau ingin meninggalkan pesan untuk Yunho? Akan kusampai—”
”Tidak,” sela Changmin cepat. Ia sendiri juga terkejut mendengar suaranya yang keras. Ia berdeham dan berkata sekali lagi, ”Maksudku, kau tidak perlu memberitahunya bahwa aku datang ke sini. Aku... Biar aku saja yang meneleponnya nanti.”
”Baiklah,” kata Jared ramah.
”Kalau begitu,” gumam Changmin salah tingkah, ”sebaiknya aku pergi. Terima kasih.”
”Dengan senang hati, Mr.Shim.”
Dan Changmin pun segera melarikan diri dari sana.
***
Jared Newt terkekeh pelan mengamati Shim Changmin yang nyaris menabrak pintu kaca ketika berusaha keluar dari restoran secepat mungkin. Ia menebak pemuda itulah yang sering dibicarakan Yunho akhir-akhir ini. Pemuda yang dipilihkan Jung Hyosik untuk Yunho.
Yunho pernah berkata bahwa pemuda itu belum memaafkan Yunho atas apa pun yang dulu pernah dilakukan Yunho padanya. Tapi mempertimbangkan kiriman kue tadi pagi dan kedatangan pemuda itu ke sini, Shim Changmin sepertinya sudah memaafkan Yunho, entah pemuda itu menyadarinya atau tidak.
Shim Changmin meminta Jared tidak memberitahu Yunho tentang kedatangannya ke JungKnow. Well, Jared selalu menganggap dirinya gentleman, jadi tentu saja ia akan memberitahu Yunho. Karena seorang gentleman harus selalu membantu sahabatnya.
***
”Sudah?” tanya Julien ketika Changmin masuk kembali ke taksi.
Changmin mengangguk. ”Ya. Kita bisa pergi makan sekarang.”
Changmin tidak menjelaskan apa yang dilakukannya di restoran bernama JungKnow tadi, tetapi Julien menyadari perubahan sikap Changmin sebelum dan setelah ia mampir di JungKnow.
”Ada kabar baik?” tanya Julien.
”Hm?” Changmin menoleh menatapnya. ”Kabar baik apa?”
Julien me
Comments