BAB 6

In a Blue Moon
Please Subscribe to read the full chapter

BAB 6

 

”Kau suka menonton pertunjukan teater?”

”Kenapa kau ingin tahu?” Changmin balas bertanya. Ia memindahkan ponsel dari telinga kiri ke telinga kanan sementara ia mengelap meja besar di dapur toko kuenya dengan sebelah tangan.

Jung Yunho mendesah berlebihan di ujung saja. ”Kau tidak bisa memberikan jawaban ’ya’ atau ’tidak’ yang sederhana saja?”

”Tidak.”

”Ternyata bisa,” gerutu Yunho pelan.

Seulas senyum kecil tersungging di bibir Changmin mendengar gerutuan Jung Yunho. Saat itu suara lalu lintas yang sejak tadi terdengar di latar belakang kini tidak lagi terdengar. Sepertinya Jung Yunho baru saja memasuki ruangan.

”Dengar, kebetulan aku punya dua tiket pertunjukan baru di Broadway hari ini. Katanya ini pertunjukan yang sudah ditunggu banyak orang.” Suara Jung Yunho terdengar lagi. ”Kau mau pergi bersamaku?”

Changmin menegakkan tubuh. ”Katamu kita hanya perlu bertemu sesekali untuk menyenangkan hati kakekmu. Kita baru saja bertemu di acara pameran lukisan itu tiga hari yang lalu. Kenapa kita harus bertemu lagi hari ini?”

”Pertemuan kebetulan tidak masuk hitungan,” kata Yunho tegas. ”Lagi pula, kau menghadiri acara itu bersama kekasih gadunganmu.”

”Dan kau bersama kekasihmu,” timpal Changmin sambil lalu.

”Jaejong bukan kekasihku, jadi kau tidak perlu cemburu.”

Changmin mendesah frustrasi. ”Oh, demi Tuhan...”

”Omong-omong, kata Christina, kau sangat menyukai pertunjukan teater,” sela Jung Yunho. ”Jadi kalau kau setuju, kita bisa berangkat sekarang.”

”Christina?” ulang Changmin dengan alis berkerut.

”Ya. Dia sedang melihat tiket pertunjukannya dan... eh, kenapa dia terkejut begitu? Katanya dia yakin kau belum menonton pertunjukan ini.”

”Apa?” Changmin berputar dengan cepat. ”Jung Yunho, kau ada di mana sekarang?”

”Di tokomu. Baru saja tiba.”

Changmin langsung menutup telepon dan melangkah cepat keluar dari dapur. Benar saja. Ia melihat Jung Yunho sedang berbicara dengan Christina yang berdiri di balik konter.

”Hei, Bos,” panggil Christina sambil melambai-lambaikan tiket yang dipegangnya dengan penuh semangat. ”Katanya kau akan diajak menonton pertunjukan ini!”

Changmin mendelik ke arah Jung Yunho, berjalan menghampiri konter dan mengambil tiket di tangan Christina. Iamembacanya sekilas, terkesiap, dan sebelah tangannya terangkat mencengkeram pinggiran meja. Kemudian ia mengangkat wajah menatap Jung Yunho dengan mata melebar kaget. ”Bagaimana kau bisa mendapatkan tiket ini?” tanyanya takjub. ”Kau tidak mungkin mendapatkannya secara kebetulan. Ini tiket malam perdana dan sudah habis terjual berbulan-bulan yang lalu.”

Jung Yunho mengangkat bahu. Changmin masih menatapnya dengan mata lebar. Akhirnya Jung Yunho mendesah dan berkata, ”Baiklah, kau benar. Aku harus menelepon, membujuk, dan membuat kesepakatan dengan beberapa orang demi mendapatkan tiket yang sangat mahal ini. Jadi kuharap kau cukup terkesan dengan usahaku dan bersedia menonton pertunjukan itu bersamaku.”

Changmin mengerjap. Ia tidak ragu tiket itu sangat mahal. Ia sudah sangat sering menonton pertunjukan teater sehingga ia tahu benar nomor-nomor kursi premium di dalam teater. Dan nomor kursi yang tertera di tiket Jung Yunho adalah kursi premium. Kursi premium untuk pertunjukan malam perdana di Broadway. Astaga...

”Tapi pakaianku tidak cocok dikenakan untuk menghadiri pertunjukan malam perdana,” kata Changmin sambil menunduk, menatap pakaiannya yang tertutup celemek bersulam nama tokonya.

Jung Yunho ikut mengamatinya. ”Kau benar,” gumamnya.

”Tapi kalau kau melepaskan celemek itu, aku yakin kau akan baik-baik saja.”

Changmin mendecakkan lidah dan melotot menatap laki-laki itu. ”Bukan itu maksudku,” cetusnya.

Christina mendorong bahu Changmin dengan bahunya sambil tersenyum lebar. ”Pergi saja, Bos,” desaknya.

Changmin menggigit bibir dan menatap tiket yang masih dipegangnya selama beberapa saat. Lalu ia berkata, ”Baiklah.”

”Bagus,” kata Jung Yunho puas.

Changmin melepas celemeknya dan masuk kembali ke bagian belakang toko untuk mengambil jaketnya. Setelah itu ia menghampiri Jung Yunho sambil melilitkan syal di sekeliling lehernya. ”Tapi, hanya karena aku sangat ingin menonton pertunjukan ini, dan kita bisa menghabiskan waktu dua jam bersama tanpa perlu saling bicara,” katanya sambil tersenyum manis.

Mata Yunho menyipit sedikit, namun senyumnya masih tersungging sempurna. ”Aku memang beruntung mendapat tunangan yang tidak suka banyak bicara.”

Changmin dan Christina serentak terkesiap, walaupun untuk alasan yang berbeda. Pada saat yang sama, Jung Yunho mengulurkan tangan dengan cepat dan mencengkeram pergelangan tangan kanan Changmin.

”Aku tahu apa yang ingin kau lakukan, tapi memar di lenganku akibat pukulanmu waktu itu belum sembuh sepenuhnya,” katanya dengan nada minta dikasihani.

Changmin melotot menatap Jung Yunho dan memukul lengan laki-laki itu dengan tangan kirinya yang bebas. ”Siapa suruh kau bicara sembarangan?” katanya dengan gigi mengertak.

Yunho meringis, namun masih belum melepaskan pegangannya di pergelangan tangan Changmin.

Changmin menoleh ke arah Christina yang masih kebingungan dan berkata, ”Abaikan dia. Dia hanya bercanda. Dia bukan siapa-siapaku, hanya orang menyebalkan yang ternyata lebih memilih mengganggu orang lain daripada mengurusi restorannya sendiri.”

”Asal kau tahu, sebagai koki peraih bintang Michelin, aku ini orang sibuk, tapi aku bersedia meluangkan waktuku yang berharga untukmu. Seharusnya kau merasa tersanjung,” sela Jung Yunho.

Changmin menatap Jung Yunho dengan mata disipitkan. ”Lepaskan tanganku,” katanya.

Jung Yunho menggeleng singkat dan tersenyum kecil. ”Tidak,” balasnya tenang. ”Karena aku tahu kau akan memukulku lagi.”

”Tangan kiriku masih bebas,” Changmin memperingatkan.

”Tapi pukulan tangan kananmu jauh lebih keras daripada pukulan tangan kirimu.”

Tanpa menunggu tanggapan Changmin, Jung Yunho menoleh ke arah Christina dan berkata, ”Kami pergi dulu, Christina. Senang berkenalan denganmu.”

Setelah itu Changmin ditarik keluar dari toko tanpa diberi kesempatan untuk berbicara, atau bahkan berpikir.

***

 

Dr. Shim Siwon memijat-mijat bahunya yang pegal dan menguap. Tidak ada lagi pasien yang harus ditanganinya. Waktunya pulang. Ia melirik jam tangan dan tersenyum kecil. Waktunya makan malam. Mungkin Changmin mau menemaninya makan. Ia mencoba menghubungi ponsel Changmin. Tidak ada jawaban. Well, tidak aneh. Changmin memang jarang menjawab telepon kalau sedang sibuk membuat kue. Terlebih lagi di masa menjelang Natal ketika toko-toko kue sedang dibanjiri pesanan. Siwon mencoba menghubungi A Piece of Cake.

”Hai, Christina,” sapa Siwon ketika telepon dijawab oleh Christina.

”Oh, hai, Siwon,” balas Christina riang. ”Ada yang bias kubantu?”

”Apakah Changmin ada di sana? Aku tadi mencoba menghubungi ponselnya, tapi dia tidak menjawab.”

”Dia tidak ada di sini. Dia pergi menonton pertunjukan. Mungkin itu sebabnya dia tidak menjawab telepon.”

”Oh, begitu.”

”Ya, dia pergi bersama... tunggu sebentar.” Suara Christina menjauh dari telepon sementara ia berseru, ”Hei, George, siapa nama calon bos barumu? Jung Yunho?”

Alis Siwon terangkat heran. ”Jung Yunho?” Bukankah itu laki-laki yang mereka temui di pesta pernikahan Kangta Hyung? Laki-laki yang tidak disukai Changmin?

”Ya, namanya Jung Yunho.” Suara Christina terdengar jelas kembali.

”Changmin pergi bersama Jung Yunho?” ulang Siwon sekali lagi dengan nada tidak percaya.

”Ya.”

”Dan Changmin pergi atas kemauannya sendiri?” desak Siwon.

”Tentu saja.”

Sepanjang pengetahuan Siwon, Changmin sama sekali tidak ingin berbicara dengan Jung Yunho. Bagaimana mungkin ia mau pergi bersama laki-laki itu? ”Aneh,” gumamnya.

”Kenapa aneh?”

”Tidak apa-apa, Christina. Aku hanya tidak menyangka mereka berteman.”

”Kulihat mereka cukup akrab,” komentar Christina. ” Jung Yunho malah sempat berkata bahwa Changmin adalah tunangannya.”

”Apa?”

”Apakah mereka benar-benar bertunangan, Siwon?”

”Itu...” Siwon tidak tahu harus berkata apa.

”Dr. Shim.”

Siwon menoleh mendengar panggilan itu dan melihat seorang perawat berjalan menghampirinya.

”Maaf, Christina. Aku harus pergi,” gumamnya di telepon.

Setelah itu ia menutup telepon tanpa menunggu balasan dan berbalik ke arah si perawat. ”Ya, Linda. Ada apa?”

”Ada yang mencari Anda, Dokter,” kata si perawat. ”Karena tadi Anda sedang bersama pasien, saya memintanya menunggu di sana.”

Si perawat menunjuk ke sebelah kanan dan Siwon mengIlana- ikuti arah tangannya. Ia melihat seseorang duduk di deretan bangku yang dirapatkan ke dinding koridor, tidak jauh dari pos perawat. Sosok pria berambut gelap itu sepertinya tidak asing, membuat kening Siwon berkerut berpikir.

”Baiklah. Terima kasih, Linda,” katanya kepada si perawat. Kemudian ia pun berjalan menghampiri tamunya.

Ia baru berjalan beberapa langkah ketika pria yang sedang duduk itu mengangkat wajah dan melihatnya. Lalu pria itu berdiri dan tersenyum lebar kepada Siwon.

Setelah melihat wajah pria itu dengan jelas, Siwon juga tersenyum lebar dan mempercepat langkah. ”Julien,” sapanya sambil menjabat tangan pria itu dan menepuk punggungnya dengan keras. ”Astaga, sudah lama sekali. Apa kabar?”

”Dr. Siwon ,” balas Kang Julien dan balas menepuk punggung Siwon. ”Aku baik-baik saja. Kulihat kau masih sama seperti dulu.”

”Dan kau terlihat berbeda,” balas Siwon sambil mengamati temannya dari ujung kepala sampai ke ujung kaki. ”Dengan kulit secokelat itu, kau lebih mirip kuli bangunan daripada jurnalis.”

Kang Julien tertawa. ”Aku menghabiskan empat tahun terakhir di Afrika Selatan, Sobat. Apa yang kau harapkan?”

”Ya, sudah empat tahun. Kurasa banyak yang bisa kauceritakan tentang apa yang sudah kau lakukan selama ini,” kata Siwon. ”Kau punya acara lain malam ini? Pekerjaanku sudah selesai dan kita bisa makan malam sambil mengobrol kalau kau mau.”

Julien merentangkan tangan dan tersenyum lebar, menunjukkan giginya yang putih cemerlang. ”Aku memang datang ke sini berharap ditraktir.”

”Kalau begitu, ayo,” kata Siwon dan mendorong bahu temannya. ”Omong-omong, kapan kau kembali ke New York?”

”Beberapa hari yang lalu,” sahut Julien sambil berjalan mengikuti Siwon. ”Pekerjaanku di Afrika Selatan sudah selesai, jadi mulai sekarang aku akan kembali bekerja di kantor New York.”

”Begitu,” gumam Siwon sambil mengangguk-angguk.

”Bagaimana kabar Kangta?”

”Baru saja menikah dan akan kembali dari bulan madunya besok,” sahut Siwon.

”Dan adikmu yang manis?”

Berpikir tentang adiknya membuat Siwon tersenyum.

”Changmin? Dia sangat baik. Masih sibuk dengan toko kuenya.”

”Apakah dia sudah menikah?”

Siwon adalah kakak yang protektif sepanjang menyangkut adiknya. Dan ada sesuatu dalam nada suara Julien saat itu yang membuatnya penasaran. ”Belum. Kenapa?”

”Tidak apa-apa. Aku hanya bertanya-tanya apakah dia masih menungguku,” sahut Julien, lalu tertawa kecil. ”Karena dia pernah memintaku menikah dengannya sebelum aku berangkat ke Afrika.”

”Apa?”

Julien menatap Siwon dengan alis terangkat bertanya. ”Kau tidak tahu?”

***

 

Pertunjukan baru saja selesai, tirai sudah diturunkan, lampu-lampu kembali menyala, dan tepuk tangan yang membahana mulai mereda. Para penonton yang memadati teater itu mulai berdiri dan bersiap-siap keluar, diiringi lagu penutup dari orkestra yang masih terus dimainkan. Yunho dan Changmin masih duduk di tempat mereka di tengah-tengah barisan kelima dari panggung, menunggu orang-orang lain keluar lebih dulu.

”Bagaimana menurutmu?” tanya Changmin sambil menatap Yunho dengan wajah berseri-seri dan mata berkilat-kilat.

”Luar biasa, bukan?”

Yunho mengangkat bahu. ”Entahlah. Cukup bagus, kurasa. Ini pertunjukan teater pertama yang kutonton, jadi aku tidak tahu. Tapi babak pertamanya agak membosankan.”

Alis Changmin berkerut. ”Apa maksudmu membosankan?” tanyanya. ”Menurutku semuanya berjalan seperti seharusnya. Tidak membosankan sama sekali.”

Yunho mengangkat bahu. ”Menurutku mereka sebenarnya tidak perlu mengulur-ulur cerita...”

Changmin mengangkat sebelah tangan, menghentikan kata-kata Yunho. ”Aku tidak peduli,” katanya tegas. ”Aku menyukai pertunjukan ini apa adanya dan aku tidak mau mendengar kritikmu.”

”Baiklah, baiklah.” Yunho menyerah. ”Simpan cakarmu.”

”Omong-omong, apakah ini benar-benar pertama kalinya kau menonton pertunjukan teater?” tanya Changmin heran. ”Kau sudah lama tinggal di New York dan kau tidak pernah menonton pertunjukan di Broadway?”

”Aku yakin banyak orang asli New York yang belum pernah menginjakkan kaki mereka ke dalam teater mana pun di Broadway,” kata Yunho.

Changmin mendengus, namun senyum lebarnya masih tersungging sempurna. Kegembiraan pemuda itu terlihat sangat jelas, bahkan sejak mereka tiba di gedung teater tadi. Changmin praktis melompat-lompat saking gembiranya melihat beberapa orang aktor dan aktris Broadway terkenal yang juga hadir menyaksikan pertunjukan perdana ini. Melihat kegembiraan pemuda itu membuat Yunho merasa keputusannya membeli tiket pertunjukan ini adalah keputusan terbaik yang pernah diambilnya seumur hidup.

Orkestra mengakhiri lagu penutup dan para penonton yang masih ada di dalam teater bertepuk tangan, termasuk Yunho dan Changmin.

”Ayo, kita keluar,” kata Changmin sambil berdiri dan mulai mengenakan jaketnya.

Yunho berdiri dan melakukan hal yang sama. ”Jadi kau menikmati pertunjukan ini?”

”Mm-hm,” gumam Changmin membenarkan dengan nada riang sambil mengancingkan jaket.

”Senang?”

”Mm-hm.”

”Mau menemaniku makan malam?”

Kali ini tidak terdengar jawaban langsung. Yunho melirik pemuda di

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
crystalice02
Ini ff remake lg ya guys dari novel dengan judul yang sama (readers: nggak mutu banget sih x_x)

Biarin ;p

salahin hominchan yang setelah selese wamil tambah nggak tau malu pamer kemesraan >,<

jadi jangan salahkan diriku yang tiap baca novel yang dibayangin selalu hominchan hahaha xD

Comments

You must be logged in to comment
cecilyuu
#1
Chapter 13: Min... plis buat remake novel lagiiii hehehehe
yasmin2015 #2
Chapter 13: Oh...so sweet....aku suka banget sama karakter yunho and changmin disini. Sayang aja, changmin gak pernah tahu kl yunho sdh jatuh cinta sama dia sejak sma. Harusnya ada momen ktka yunho mengakui apa yg sebenarnya terjadi. Changmin manis banget sih....mudah sekali memaafkn yunho. Tp siapa coba yg gak terpesona sama karismanya yunho...???
vitachami
#3
Chapter 13: Sadiss crystal..
Ini benar2 bagus ceritanya..
Sweet banget ini hubungan yun dan chami..
Terus berkarya yaa
Di tunggu fanfict selanjutnyaa
Bigeast88 #4
Chapter 13: Amphuuuuuunnn hahaha poto imin di ending soooo cuuuteeeee oh my gawd
Mashiroio #5
Chapter 13: Terima kasih sudah membagikan cerita yang manis ini. Saya cinta homin dan kehidupan mereka :)
Dilian
#6
Chapter 13: wuah bunga bunga cinta bertaburan di sekeliling homin, haha, cuuutee and sweeet bget ini, tpi jdi penasaran klo yunho pas lgi d ancem sm siwon sm kangta tnpa ad changmin ny, hahaha
Tika_choi
#7
Chapter 13: Sweet ending >< btw "in a blue moon" ini maksudnya minuman kesukaan Changmin yaa?? Blue moon??
Udah habis aja T^T thanks for the remake kakak ^^ ditunggu ff selanjutnya, Fighto ^^b

Ps: Perjuangan mu terlalu "mudah" Yun *ditabok Yunho*
niyalaw
#8
Chapter 13: ADOOOH AKU BISA2 KENA DIABETES INI TERLALU FLUFF GAK KUAAT
YEY TERIMAKASIH UDAH DI LANJUTIN TERUS SAMPE END
PLEASE REMAKE NOVEL LAINNYA LAGI DONG YANG FLUFF JUGA BIKIN HATI HOMIN SHIPPERKU INI KLEPEK2 PLEASE
Anashim #9
Chapter 13: gue suka tipe2 novel atau ff yg fokus pd karakter utama.. jd ga bakalan hilang fokus.. tp apakah ini tidak terlalu fokus, hanya ada mereka berdua saja. maksudnya gda side story setelah jadian, kakak2nya changmin gimana, resto jungknow, jump start dll.. jd sedikit banget isinya.. dan kiss nya cmn satu doang?? hmm...
suka bgt ama karakter yunho disini.. beda bgt ama karakter yg selama ini gue baca, apalagi kalo ngobrol ama changmin.. duh jd seneng liatnya..
ga ditambahin gitu? cerita sendiri jg boleh kalo emg di novel begitu doang.. ditambahin mereka nikah.. punya anak dll. butuh homin "scene" wkwkwkwk.
QueenB_doll #10
Chapter 13: whoa whoa whoa!!! aku meltiiiiiing..kyaaaa hepl!!!
ini adalah salah satu fic homin yg paling sweet sweet sweeeeeet dalam list homin fic ku...hiks hiks hiks tapi sedih juga harus berpisah dengan fic ini..berharap authornim share homin fic yg bnyak yg genre nya bikin seneng bahagia n senyam senyum gaje terus pas bacanya kayak fic ini... terimakasih banyak bwt authornim n buat sang pangarang novel in a blue moon ini..lub you <3 <3 <3