BAB 12

In a Blue Moon
Please Subscribe to read the full chapter

BAB 12

 

”Jadi apa kabar gembiranya, Bos?” tanya Christina ketika ia, Changmin dan Alison sedang menata kue-kue pesanan ke dalam kotak.

”Kabar gembira?” gumam Changmin sambil lalu. ”Apa maksudmu?”

Alison mendorong bahu Changmin dengan bahunya. ”Wajahmu berseri-seri dan kau bersenandung sepanjang pagi padahal kemarin kau terlihat seperti orang kebingungan dan nyaris tidak mau bicara,” katanya. ”Apakah ini artinya kau dan Yunho sudah berbaikan?”

Changmin memutar bola matanya dan baru hendak menjawab ketika ia mendengar bel di atas pintu berdenting, menandakan ada orang yang masuk ke dalam toko. Changmin berbalik, bersiap menyapa siapa pun yang masuk, dan melihat laki-laki yang baru saja dibicarakan Alison melangkah memasuki tokonya. Jantungnya seketika berdebar-debar melihat Jung Yunho yang tersenyum cerah kepadanya.

Sebelum Changmin menyadari apa yang terjadi, Yunho sudah menghampirinya dengan langkah lebar dan membungkus Changmin dalam pelukan erat. Oh, astaga!

Beberapa saat kemudian Yunho menarik diri, tanpa melepaskan pelukan, dan  menatap Changmin. Senyumnya secerah matahari di bulan Juli.

”Halo,” gumamnya.

”Halo,” balas Changmin. Ia menggigit bibir ketika bibirnya mengancam akan melengkung menyunggingkan senyum yang sudah pasti akan terlihat tolol.

”Aku benar-benar menyukai kenyataan bahwa kini aku bisa memelukmu kapan saja dan di mana saja sesuka hatiku,” kata Yunho.

”Oh, ya?” Changmin mengangkat alis.

”Oh, ya,” sahut Yunho. ”Ngomong-ngomong, selain untuk mendapatkan pelukanku, aku mampir untuk memberimu ini.”

Ketika Yunho melepaskan pelukan, Changmin baru melihat laki-laki itu sedang memegang seikat bunga aster yang paling manis yang pernah dilihatnya,

”Untukku?” tanyanya sambil menatap Yunho dengan mata berbinar-binar.

”Tentu saja untukmu, kalau tidak untuk siapa lagi?” balas Yunho.

”Terima kasih,” gumam Changmin sambil menerima bunga itu.

”Makan malam denganku malam ini?”

”Oh, kami akan makan malam bersama kakekku malam ini,” sahut Changmin cepat. ”Dia akan keluar dari rumah sakit hari ini.”

Yunho mengangkat bahu. ”Tidak apa-apa. Aku mengerti.”

”Kau juga diundang.”

Alis Yunho terangkat. ”Aku?”

”Ya. Kangta Hyung memintaku mengajakmu. Kau bisa datang?”

Senyum Yunho mengembang. ”Tentu saja.”

Changmin juga ikut tersenyum. Demi Tuhan, kenapa Jung Yunho membuatnya ingin tersenyum sepanjang waktu?

Tiba-tiba Yunho kembali memeluk Changmin. ”Baiklah. Cukup sudah. Aku harus pergi sekarang,” katanya sambil melepaskan pelukan. Kemudian ia mengangkat wajah menatap melewati bahu Changmin dan menyapa ceria, ”Halo, Christina. Halo, Alison.”

Wajah Changmin memanas begitu teringat bahwa Christina dan Alison juga ada di sana dan sudah pasti menyaksikan semuanya. Oh, astaga! Ini benar-benar memalukan. Changmin merasa ingin membenamkan wajah ke dalam bunga-bunga asternya.

”Hai, Yunho,” Christina dan Alison serentak menjawab dengan manis.

Yunho kembali  menatap Changmin. ”Akan kutelepon nanti.”

”Oke,” gumam Changmin singkat dengan wajah yang semakin panas dan merah.

Setelah melemparkan senyum terakhir kepada Changmin dan mengucapkan selamat tinggal kepada Christina dan Alison, Yunho pun pergi. Begitu laki-laki itu keluar dari toko, kedua karyawan Changmin pun heboh.

”Ha! Aku benar! Kalian sudah berbaikan!”

”Ya Tuhan. Dia memberimu bunga. Aku bersumpah Jung Yunho adalah laki-laki paling romantis yang pernah kutemui.”

”Apakah itu artinya kalian masih tetap bertunangan?”

”Apakah dia memberikan penjelasan tentang foto itu?”

”Bagaimana caranya meminta maaf kepadamu?”

”Kuharap kau membuatnya mengemis-ngemis lebih dulu.”

Changmin memutar bola matanya, masih sambil tersenyum, dan berjalan ke dapur, mencari sesuatu yang bisa dijadikan vas bunga.

Aneh sekali bagaimana bunga bisa membuat seseorang gembira, pikir Changmin sementara ia menata bunga-bunganya. Dan aneh sekali bagaimana bunga membuat seseorang tidak bisa berhenti tersenyum.

Changmin menggeleng-geleng dan membawa vas bunganya kembali ke bagian depan toko, di sana Christina dan Alison sedang melayani beberapa orang pelanggan yang baru datang.

Changmin sedang meletakkan vas bunganya di meja di dekat jendela ketika ia mendengar salah seorang pelanggan berkata, ”Shim Changmin?”

Changmin berbalik, melihat Christina menggeleng untuk menjawab pertanyaan yang ditujukan kepadanya dan menunjuk Changmin. ”Itu Shim Changmin.”

”Halo. Aku Changmin,” kata Changmin dan menghampiri pelanggan wanita berambut pirang itu. ”Ada yang bisa kubantu?”

Wanita itu memperkenalkan diri sebagai rekan kerja Julien dan ia datang ke sini atas rekomendasi Julien.

”Putraku akan berulang tahun yang kelima minggu depan, jadi aku akan membutuhkan bermacam-macam kue,” jelas wanita itu dengan nada cepat dan ramah. ”Tentu saja aku sudah pernah mendengar tentang toko ini—katanya kalian menjual tartlet paling enak di New York—tapi aku tidak tahu bahwa kau adalah kekasih Julien!”

Alis Changmin terangkat. ”Apa?”

”Julien banyak bercerita tentang dirimu,” lanjut wanita itu penuh semangat. ”Kau benar-benar beruntung. Dia tipe laki-laki idaman, bukan? Kau tidak tahu betapa banyak hati karyawan di kantor kami yang hancur begitu tahu dia punya kekasih.”

”Tapi...”

”Tapi sekarang aku butuh bantuanmu, Changmin,” sela wanita itu sambil mengalihkan pandangan kembali kepada kue-kue yang dipajang di etalase. ”Menurutmu kue-kue seperti apa yang cocok untuk pesta ulang tahun anak berumur lima tahun?”

Sejenak Changmin hanya terdiam sambil menatap wanita ramah di hadapannya, bimbang apakah ia harus menjelaskan hubungan yang sebenarnya antara dirinya dan Julien atau menjawab pertanyaan terakhir tentang kue.

”Patrick suka superhero. Khususnya Spider-Man,” lanjut wanita itu.

Kesempatan untuk menyangkal pun berlalu sudah. Kue, putus Changmin pada akhirnya. Ia pun tersenyum dan berkata, ”Kami bisa membuat apa pun yang disukai Patrick dan dalam ukuran apa pun.”

***

 

”Perubahan suasana hatimu menggelikan.”

Yunho mendengus tanpa berkomentar, sibuk meneliti dan menandatangani berkas-berkas yang baru saja diserahkan Jared kepadanya.

”Tapi aku tidak pernah melihatmu segembira ini sebelumnya,” lanjut Jared. ”Kurasa itu artinya changmin-mu sudah memaafkanmu?”

Yunho tidak menjawab, namun senyumnya kembali tersungging begitu teringat pada Changmin.

”Singkirkan senyum itu dari wajahmu, Jung. Kau menyedihkan,” tukas Jared dengan nada bergurau.

Senyum Yunho melebar sementara ia menyerahkan berkas terakhir yang sudah ditandatangani kepada Jared. ”Kau hanya iri padaku,” katanya ringan.

Jared tergelak.

Telepon di meja Yunho berdering. ”Ya?” katanya setelah menekan tombol speaker.

”Mr. Jung, Mr. Kim Jaejong ingin bertemu dengan Anda,” kata asisten manajer restorannya di ujung sana.

”Suruh dia ke kantorku.”

Jared menatapnya dengan alis terangkat samar. ”Kau masih menemui Jaejong?” tanyanya.

”Dia yang minta bertemu. Katanya ada yang ingin dibicarakan denganku,” sahut Yunho tak acuh.

”Mungkin dia ingin berbicara tentang artikel itu,” tebak Jared.

Yunho memberengut mengingat artikel dan foto yang nyaris mengacaukan hubungannya dengan Changmin kemarin.

”Mungkin saja,” gumamnya.

Terdengar ketukan di pintu. Jared berdiri dan berkata, ”Baiklah. Akan kutinggalkan kalian berdua untuk bicara.” Ia mengumpulkan berkas-berkasnya, berjalan ke arah pintu dan membukanya. ”Jaejong. Silakan.”

”Terima kasih, Jared,” balas Jaejong sambil melangkah masuk. ”Halo, Yunho.”

Yunho berdiri dari kursinya dan menggerakkan tangan ke arah kursi yang tadi diduduki Jared, mempersilakan Jaejong duduk. ”Halo, Jaejong. Ada yang bisa kubantu?”

Jaejong duduk. Ia menunggu sampai Jared keluar dan menutup pintu sebelum berkata, ”Apakah kau tahu ada artikel yang beredar tentang kita berdua?”

Yunho duduk kembali dan bersandar dengan perlahan. ”Ya,” sahutnya.

Jaejong terlihat kaget. ”Kau tahu?”

”Ya,” kata Yunho sekali lagi.

Jaejong tersenyum kecil. ”Dan kau tidak kesal?”

Yunho mengangkat bahu. ”Kita hanya perlu mengatakan yang sebenarnya apabila ada yang bertanya.”

Senyum Jaejong melebar. ”Maksudmu...?”

”Bahwa kita sebenarnya tidak punya hubungan apa-apa.”

”Oh.”

”Karena kau yang jauh lebih sering diwawancara, bagaimana kalau kau saja yang meluruskan masalah ini?” lanjut Yunho tanpa benar-benar berpikir tentang raut wajah Jaejong yang berubah dan senyumnya yang mendadak memudar.

Jaejong terdiam sejenak, kemudian berkata, ”Tapi foto itu akan sulit dijelaskan.”

Yunho mengernyit. Foto sialan itu. ”Kau bisa mengatakan yang sebenarnya. Kau mabuk dan tidak tahu apa yang kau lakukan.”

Jaejong menggeleng. ”Tidak, alasan itu tidak akan bagus untukku,” katanya. ”Aku sedang dipertimbangkan untuk iklan yang sangat penting dan perusahaan itu tidak akan mempekerjakan model berhias skandal dan gosip.”

”Lalu apa rencanamu?”

Jaejong menarik napas dan menegakkan bahu. ”Aku tidak keberatan apabila kita benar-benar menjalin hubungan. Kurasa tidak ada salahnya. Bagaimana menurutmu?”

Yunho mengangkat alis, agak terkejut mendengar usul Jaejong. Seandainya Changmin tidak muncul kembali dalam hidupnya, mungkin Yunho bisa mempertimbangkan usul itu. Namun, kakeknya telah mempertemukannya kembali dengan Changmin dan hatinya telah menjadi milik Changmin sejak hari itu, entah pemuda itu mau menerimanya atau tidak.

Yunho mengusap alis dan memilih kata-katanya dengan hati-hati. ”Aku tersanjung,” katanya perlahan, ”tapi aku tidak bisa.”

Giliran Jaejong yang mengangkat alis. ”Tidak bisa?” ulangnya.

”Aku yakin Changmin tidak akan terlalu senang jika aku menjalin hubungan dengan orang lain,” katanya sambil tersenyum samar. ”Aku juga sudah pasti tidak akan senang apabila keadaannya dibalik.”

”Changmin?” Jaejong tertegun. ”Maksudmu...?”

”Ya.”

”Oh, kupikir kita...” Jaejong menghentikan ucapannya dan mengerjap. Namun, sedetik kemudian, senyumnya kembali tersungging dan ia berkata, ”Ini berita yang cukup mengejutkan. Tidak apa-apa. Aku mengerti. Tapi kuharap Changmin tidak keberatan apabila kau membantuku sebagai teman.”

”Bantuan apa?”

Jaejong bersedekap anggun. ”Aku membutuhkan iklan itu jadi aku tidak ingin gosip tentang kita ini menghalangiku. Setidaknya kita bisa berpura-pura memiliki hubungan sampai setelah aku mendapatkan pekerjaan ini.”

Yunho mendesah. ”Kurasa aku tidak bisa melakukannya, Jaejong.”

”Hanya untuk sementara,” desak Jaejong. ”Dan kita hanya berpura-pura. Apa masalahnya?”

”Masalahnya aku juga tidak akan suka apabila dia berpura-pura menjalin hubungan dengan pria lain,” kata Yunho. Bahkan dengan Cho Kyuhyun.

Jaejong belum menyerah. ”Dengar, aku benar-benar membutuhkan pekerjaan ini, jadi begini saja,” cetusnya, ”biar aku yang mengurus semuanya. Kau tidak perlu membenarkan gosip itu, tapi kuharap kau juga tidak menyangkalnya.”

”Maksudmu, aku hanya perlu berkata ’tidak ada komentar’ kalau ditanya wartawan atau semacamnya?”

”Ya.”

Yunho berpikir beberapa saat, lalu mendesah menyerah. ”Baiklah, Jaejong. Tidak masalah. Aku tidak akan berkomentar.”

Ia bukan selebriti, jadi Yunho yakin wartawan tidak punya alasan untuk merongrongnya. Gosip semacam ini tidak mengganggunya, terutama ketika ada hal lain yang lebih penting yang harus dilakukan. Misalnya bertanya kepada sommelier-nya wine jenis apa yang seharusnya dibawa ke acara makan malam dengan keluarga Changmin nanti.

***

 

”Sepertinya kau tidak terlalu tegang lagi sekarang.”

Yunho melirik ke arah Changmin di sampingnya dan meringis. ”Apakah jelas terlihat?” ia balas berbisik.

Mereka baru saja selesai makan dan berpindah ke ruang duduk apartemen kakek Changmin untuk mengobrol. Siwon tengah bercerita tentang salah seorang pasien yang pernah ditemuinya dan menarik perhatian Kangta, Boa, serta Shim Donghwa.

Changmin memutar-mutar anggur merah dalam gelasnya dengan perlahan. Matanya tetap diarahkan kepada Siwon, namun ia bergumam kepada Yunho dengan nada geli, ”Aku tidak mengerti kenapa kau takut pada kakak-kakakku. Mereka tidak menggigit, kau tahu?”

”Tapi mereka bisa melarangku bersamamu kalau mereka tidak suka padaku.”

Changmin menatapnya sekilas dan tersenyum. ”Kurasa kau sudah memberikan kesan yang baik kepada mereka dengan Chappelet Signature Cabernet Sauvignon ini.”

Yunho balas tersenyum. ”Oh, ya? Kalau begitu aku harus menaikkan gaji sommelier-ku karena dia menyarankan pilihan yang tepat.”

Changmin tertawa kecil dan kembali memusatkan perhatiannya kepada kakaknya. Yunho merasakan desakan untuk menggenggam tangan pemuda itu, namun ia menahan diri. Ia sedang berada di apartemen kakek Changmin dan ia tidak ingin melakukan sesuatu yang mungkin membuat kakak-kakak Changmin berpikiran buruk tentang dirinya.

Ia tidak berpengalaman dalam hal ini. Sungguh. Ia merasa gugup dan tegang, tidak ingin memberikan kesan buruk pada keluarga Changmin. Mungkin Yunho bisa mengembuskan napas lega sejenak.

”Ngomong-ngomong, Yunho,” kata Kangta tiba-tiba, ”karena kau adalah laki-laki pertama yang diajak Changmin menemui kami— selain Kyuhyun, tentu saja—apakah ini artinya kau memang ingin menjalin hubungan serius dengan Changmin?”

Yunho nyaris tersedak Cabernet Sauvignon-nya. Ternyata belum saatnya ia mengembuskan napas lega.

”Oh, Kangta Hyung,” erang Changmin.

”Ya,” sela Yunho, menjawab pertanyaan Kangta. Ia melirik Changmin yang mengerjap menatapnya, lalu kembali menatap Kangta. ”Ya, aku... Ya.”

Menyedihkan. Tidak bisakah ia mengucapkan sesuatu yang lebih cerdas? Yunho mengutuk dalam hati.

Kangta mengangkat alis. Menunggu.

Yunho menarik napas dan mencoba lagi. ”Kau tadi berkata bahwa ini pertama kalinya Changmin memperkenalkan seseorang kepada keluarganya. Ini juga adalah pertama kalinya aku datang menemui keluarga... kekasihku. Jadi ya, aku serius.”

Kangta tersenyum. ”Aku mengerti. Kuharap kau juga mengerti bahwa aku adalah kakak yang agak protektif...”

”Sangat protektif,” koreksi Shim Donghwa sambil terkekeh.

”...jadi aku mencoba mengetik namamu di Google.”

Yunho tidak pernah mencoba mencari tahu tentang dirinya sendiri di Google, jadi ia sama sekali tidak tahu apa yang mungkin ditemukan Kangta. Otaknya berputar, sibuk memikirkan segala kemungkinan.

”Kau sering difoto bersama seorang model bernama Kim Jaejong dalam berbagai acara.” Kali ini Siwon yang bicara. Nada suaranya tidak menuduh, hanya menyatakan fakta.

Profesi Jaejong sebagai model membuatnya sering difoto. Karena Yunho sering mendampinginya ke sebagian besar acara yang harus dihadiri Jaejong, Yunho pun sering difoto bersama pemuda itu. Yunho tidak menganggap hal itu sebagai masalah. Sampai sekarang.

Please Subscribe to read the full chapter

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
crystalice02
Ini ff remake lg ya guys dari novel dengan judul yang sama (readers: nggak mutu banget sih x_x)

Biarin ;p

salahin hominchan yang setelah selese wamil tambah nggak tau malu pamer kemesraan >,<

jadi jangan salahkan diriku yang tiap baca novel yang dibayangin selalu hominchan hahaha xD

Comments

You must be logged in to comment
cecilyuu
#1
Chapter 13: Min... plis buat remake novel lagiiii hehehehe
yasmin2015 #2
Chapter 13: Oh...so sweet....aku suka banget sama karakter yunho and changmin disini. Sayang aja, changmin gak pernah tahu kl yunho sdh jatuh cinta sama dia sejak sma. Harusnya ada momen ktka yunho mengakui apa yg sebenarnya terjadi. Changmin manis banget sih....mudah sekali memaafkn yunho. Tp siapa coba yg gak terpesona sama karismanya yunho...???
vitachami
#3
Chapter 13: Sadiss crystal..
Ini benar2 bagus ceritanya..
Sweet banget ini hubungan yun dan chami..
Terus berkarya yaa
Di tunggu fanfict selanjutnyaa
Bigeast88 #4
Chapter 13: Amphuuuuuunnn hahaha poto imin di ending soooo cuuuteeeee oh my gawd
Mashiroio #5
Chapter 13: Terima kasih sudah membagikan cerita yang manis ini. Saya cinta homin dan kehidupan mereka :)
Dilian
#6
Chapter 13: wuah bunga bunga cinta bertaburan di sekeliling homin, haha, cuuutee and sweeet bget ini, tpi jdi penasaran klo yunho pas lgi d ancem sm siwon sm kangta tnpa ad changmin ny, hahaha
Tika_choi
#7
Chapter 13: Sweet ending >< btw "in a blue moon" ini maksudnya minuman kesukaan Changmin yaa?? Blue moon??
Udah habis aja T^T thanks for the remake kakak ^^ ditunggu ff selanjutnya, Fighto ^^b

Ps: Perjuangan mu terlalu "mudah" Yun *ditabok Yunho*
niyalaw
#8
Chapter 13: ADOOOH AKU BISA2 KENA DIABETES INI TERLALU FLUFF GAK KUAAT
YEY TERIMAKASIH UDAH DI LANJUTIN TERUS SAMPE END
PLEASE REMAKE NOVEL LAINNYA LAGI DONG YANG FLUFF JUGA BIKIN HATI HOMIN SHIPPERKU INI KLEPEK2 PLEASE
Anashim #9
Chapter 13: gue suka tipe2 novel atau ff yg fokus pd karakter utama.. jd ga bakalan hilang fokus.. tp apakah ini tidak terlalu fokus, hanya ada mereka berdua saja. maksudnya gda side story setelah jadian, kakak2nya changmin gimana, resto jungknow, jump start dll.. jd sedikit banget isinya.. dan kiss nya cmn satu doang?? hmm...
suka bgt ama karakter yunho disini.. beda bgt ama karakter yg selama ini gue baca, apalagi kalo ngobrol ama changmin.. duh jd seneng liatnya..
ga ditambahin gitu? cerita sendiri jg boleh kalo emg di novel begitu doang.. ditambahin mereka nikah.. punya anak dll. butuh homin "scene" wkwkwkwk.
QueenB_doll #10
Chapter 13: whoa whoa whoa!!! aku meltiiiiiing..kyaaaa hepl!!!
ini adalah salah satu fic homin yg paling sweet sweet sweeeeeet dalam list homin fic ku...hiks hiks hiks tapi sedih juga harus berpisah dengan fic ini..berharap authornim share homin fic yg bnyak yg genre nya bikin seneng bahagia n senyam senyum gaje terus pas bacanya kayak fic ini... terimakasih banyak bwt authornim n buat sang pangarang novel in a blue moon ini..lub you <3 <3 <3