Chapter 13 (END)
OverprotectedOverprotected
WONKYU
Boys love,
. . .
Kyuhyun berjalan gontai meninggalkan ruangan dokter. Ia begitu kalut mengingat ucapan dokter pribadi keluarganya itu. Kondisi Kangin yang menurun, membuatnya dirundung rasa cemas. Ia begitu takut kehilangan Kangin. Kyuhyun menghembuskan nafasnya sesaat sebelum memasuki ruangan Kangin.
"Appa!" Kyuhyun berjalan cepat menuju tempat dimana Kangin berbaring. "Seharusnya appa istirahat saja, bukannya memainkan ponsel seperti ini!" Kyuhyun meraih ponsel Kangin dan menempatkannya di meja.
"Appa baik-baik saja, Babkyu. Tidak usah terllau mencemau."
Kyuhyun menggeleng pelan. "Bagaimana mungkin aku tidak mencemaskan appa, jika appa kembali lagi ke tempat ini." Kyuhyun mengerucutkan bibirnya dengan nada merajuk.
Kangin menepuk-nepuk pelan tangan Kyuhyun. Ia sendiri tak mencoba melontarkan sanggahan yang akan menjadi percuma saja, karena kondisinya memang sedang tidak begitu baik.
Keduanya tersentak saat mendengar dering ponsel Kyuhyun. Ia merogoh kantung mantelnya, menggeser layar menerima panggilan.
"Ah ya, bisakah kau atur ulang? Aku tidak mungkin meninggalkan appa sendiri. Ya, terima kasih." Kyuhyun mematikan panggilannya. Menyimpannya kembali ke dalam kantung mantelnya.
"Appa tidak apa-apa, Babykyu. Kembalilah ke kantor."
Kyuhyun mengangkat bahunya enteng. "Aku ingin menemani, appa." Tanpa berkata-kata lagi, ia segera menaiki ranjang yang sama dengan Kangin. Memeluknya denngan erat hingga membuat Kangin terkekeh pelan.
. . .
Pagi menjelang, Kyuhyun sudah mengerucutkan bibirnya kesal. Menatap Kangin dengan mata kucing terbuangnya, agar ia tetap diijinkan untuk menjaga Kangin. Mengabaikan pekerjaannya yang akan semakin menumpuk jika ia tidak datang lagi ke kantornya hari ini.
"Appa, janji akan makan dengan baik agar tidak membuatmu khawatir lagi."
Kyuhyun semakin mengerucutkan bibirnya. Bukan itu yang dia inginkan. Kyuhyun memang keras kepala. Namun, Kangin juga tak berbeda jauh dengan anak bungsunya itu.
"Choi Kyuhyun, dengar! Semakin cepat kau ke kantor semakin cepat pula kau kembali menemani appa."
Kyuhyun mendengus keras-keras saat ponselnya kembali berbunyi. Ia inggat memiliki janji dengan investornya dari Jepang. Kyuhyun berniat akan menjemputnya siang ini di bandara, Kim Heechul pasti sudah tidak sabar menunggunya.
"Baiklah-baiklah, aku akan segera kembali."
Kangin tertawa pelan. "Ayo, pulang, mandi, ganti baju dan sarapan dahulu. Appa bahkan sudah menghabiskan bubur tidak enak ini."
"Yak! Aku bukan anak kecil lagi, Appa." Kyuhyun meraih ponselnya sebelum keluar dari ruangan Kangin. Menyisakan pria yang sudah mulai meninggalkan dunia hitamnya itu. Rambutnya kini banyak ditumbuhi denngan uban-uban putih.
Kangin baru saja akan terlelap saat seseorang membuka pintu ruangannnya. Wangi parfumnya sangat khas. Kangin maish mengingat aroma ini, aroma putra kebanggannya. Kangin buru-buru merubah posisinya menjadi setengah berbaring jika Siwon tidak mencegah.
"Appa!" Siwon berjalan cepat dan mendekat pada Kangin. Membantu Kangin agar kembali pada posisi nyamannya semula.
"Choi Siwon, kebanggannku." Air matanya menetes begitu saja saat ini. Ia begitu merindukan Siwon. Walau bagaimanapun, Siwon tetaplah putranya, darah dagingnya yang ia cintai. Ia memang keras. Namun, itu semua demi kebaikan Siwon bersama Kyuhyun.
Siwon memeluk Kangin. Ikut menyalurkan rindu yang telah lama ia pendam. Keduanya menangis tanpa suara. Merasa bersyukur dengan waktu yang kini mempertemukan keduanya. Atau, merasa bersyukur karena Siwon mau kembali setelah lima tahun lamanya ia meninggalkan Korea.
. . .
Siwon menyesap kopinya dengan tenang. Matanya terus memandang keluar jendela Cafe. Seoul banyak berubah sejak terkahir ia tinggal disini. Ada banyak yang ia rindukan, Kangin, Donghae, teman-teman kuliahnya juga Kyuhyun. Ia masih begitu merindukan Kyuhyun. Namun, ia tak ingin pertahanannya runtuh jika berhadapan denngan Kyuhyun. Ia tidak yakin jika ia akan dapat menahan dirinya untuk membawa Kyuhyun kedalam kukungannya jika ia bertemu Kyuhyun.
Suara bel berbunyi menandakan pengunjung datang. Siwon mengalihkan pandangannya ketika ia menyadari kedatangan Donghae. Ia segera beranjak dan memeluk sahabatnya itu. Keduanya tertawa bahagia. Saling menyalurkan rindu.
"Aku benar-benar kaget dengan kepindahanmu, kau bahkan masih kuliah sehari sebelum kepergianmu."
Siwon tersenyum simpul. "Sesuatu terjadi, dan aku harus berpindah ke Taiwan."
Donghae mengangguk mengerti, Siwon tidak pernah mau ngatakan alasan sesungguhnya mengapa ia pergi. Ia begitu menghargai privasi Siwon. "Kyuhyun bahkan sangat terpukul dengan kepergianmu. Ia sampai sakit berhari-hari, beruntung ia cepat kembali dan menyelesaikan sekolahnya. Ia sudah menjadi direktur sekarang." Donghae tertawa di akhir kalimatnya.
"Dia pasti banyak berubah." Siwon kembali menyesap kopinya. "Bagaimana kabarmu, Hae? Maaf, aku tidak sempat menghadiri pernikahanmu. Saat itu aku sedang berada di Kanada."
"Tidak masalah. Hadiah bulan madu darimu memang yang terbaik." keduanya kembali tertawa.
"Aku tidak menyangka, kau menikah dengan Lee Hyukjae sahabat Kyuhyun."
Donghae nampak tersipu dengan ucapan Siwon. Jika saja Siwon tau, ia memiliki banyak perjuangan hingga akhirnya berhasil meminang Hyukjae. "Siwon, apa kau tidak berpikir untuk bertemu dengan Kyuhyun? Aku yakin, Kyuhyun pasti akan sangat bahagia dapat bertemu denganmu lagi."
Siwon menggelengkan kepalanya. "Aku belum siap bertemu dengannya. Aku pergi sembunyi-sembunyi darinya. Itu pasti sangat menyakitinya."
"Aku mengerti, dia sangat bergantung padamu. Kapan kau kembali ke Taiwan?"
"Aku ingin memastikan kesehatan appa sebelum kembali ke Taiwan."
. . .
Kyuhyun berlari menyusuri lorong-lorong rumah sakit. Ia semakin gelisah begitu mendapati Hyukjae berdiri di depan pintu Ruangan Kangin. "Hyukhyuk, apa yang terjadi?" Kyuhyun sangat ketakutan sekarang. Ia takut sesuatu yang buruk terjadi pada Kangin. Ia memejamkan matanya, dengan kedua tangan yang mengatup. Berdoa untuk kebaikan Kangin.
Dokter keluar dari ruangan Kangin. Kyuhyun segera memberondong dokternya itu dengan segala kegelisahannya. "Kyuhyun-sshi, kami sudah mencoba segala yang terbaik. Namun, kondisinya kembali menurun. Kita hanya bisa berdoa untuk kesembuhannya."
Kyuhyun menundukan kepalanya. Kanginnya yang selalu terlihat baik-baik saja itu mengalami komplikasi, ginjal dan paru-paru. Kangin pernah mejalani operasi transflatasi ginjal berpuluh-puluh tahun lalu. Kini, Kangin harus secara rutin melakukan cuci darah.
Kyuhyun menumpukan seluruh bobotnya pada Hyukjae, saat sahabat sepermainannya itu merengkuhnya ke dalam dekapan. Kyuhyun terisak pelan, rasa takut kembali menghantuinya. Kyuhyun tidak akan pernah siap untuk kehilangan Kangin.
Hyukjae mengusap-usap punggung Kyuhyun. Ia tak mampu lagi memberikan kata-kata penenang pada sahabat pintarnya itu.
"Aku harus bagaimana, Hyukhyuk?" ucap Kyuhyun lirih.
"Kita berdoa untuk kesembuhan, appa -mu, Kyu."
. . .
Kyuhyun menggenggam jemari Kangin. Ia tak ingin lagi meninggalkan Kangin. Seluruh pekerjaannya telah ia serahkan pada Heechul. Setiap hari hanya ia habiskan untuk mengurusi Kangin. Ia me
Comments