part 9

It's You

Siang yang terik. Seungkwan sedang duduk menunggu Vernon disebuah cafe dekat dengan studio tempat Seungkwan latihan. Ia membuka lembaran kertas pada bukunya, kembali membaca note-note pada tangga lagunya dan menyanyikannya dengan nada yang rendah sambil berbisik agar tidak mengganggu para customer lainnya.

                Seungkwan sedang fokus bernyanyi sampai ia tak menyadari bahwa seseorang sudah duduk di depannya dan memperhatikannya bernyanyi. Seungkwan masih saja menggelengkan kepalanya ketika ia merasa bahwa nada yang dia nyanyikan salah. Pria yang memperhatikannya tersenyum saat melihat Seungkwan mengerucutkan bibirnya kesal dan mengacak-acak rambutnya. Tak sengaja Seungkwan menoleh ke depan dan gerakannya pun langsung terhenti begitu ia melihat siapa pria yang sedang duduk dihadapannya itu.

                “J-Joshua.....”

                Joshua tersenyum kemudian mengangkat alisnya, Seungkwan menoleh ke sekeliling cafe, mencari sosok Vernon yang belum juga muncul batang hidungnya.

                “Apa yang sedang kau lakukan disini?” tanya Seungkwan. Joshua tersenyum.

                “aku hanya mampir sebentar sebelum berangkat ke kantor, ini jam makan siang kan? Aku mampir membeli ice Americano sampai aku melihat kau sedang disini. Apa yang sedang kau lakukan?” tanya Joshua. Seungkwan menggaruk pipinya karna salah tingkah.

                “menuggu Vernon tentu saja, kami berjanji akan makan siang bersama. Dia masih berlatih bersama S.Coups dan Woozi.”

                Joshua mengangguk, dia berfikir mungkin ini kesempatannya untuk mengambil hati Seungkwan kembali dan merubah dirinya untuk Seungkwan agar Seungkwan bisa kembali padanya.

                “Seungkwan—“

                “Oh? Hey Josh” tiba-tiba saja Vernon muncul dan berdiri disamping Seungkwan. Seungkwan yang sedang meminum ice coffeenya hampir saja memuncratkannya kewajah Joshua jika saja dia tidak menahannya. Joshua menoleh kearah Vernon kemudian tersenyum sambil berdiri dan menjulurkan tangannya untuk berjabat.

                “Hey man, how are you?” tanyanya. Vernon mengangguk kemudian berjabat tangan dengan Joshua.

                “I’m good man, what are you doing here with....him?” tanya Vernon sambil melirik Seungkwan yang sedang menatap Vernon dan Joshua bergantian.

                “Nothing much man, just talking... well, i’m not going to take him for you. Don’t worry.” Ucap Joshua sambil tersenyum sinis pada Vernon. Vernon menatap johsua sengit kemudian Seungkwan berdiri dan Vernon merangkulnya.

                “right, it’s okay man. I just asking you...” Vernon mengangkat bahunya acuh walaupun dihatinya tersimpan rasa emosi.

                “alright, i have to go. See you next time guys.” Ucap Joshua sambil mengacak rambut Seungkwan.

                Seungkwan segera menepis tangan Joshua, “Hey man! Douunt pouch meeeh!” teriak Seungkwan. Vernon dan Joshua menatap Seungkwan , Vernon mendekatkan wajahnya ke telinga Seungkwan dan berbisik

                “apa maksudmu...don’t touch me?”

                Seungkwan menoleh ke arah Vernon dan Joshua, wajahnya memerah menahan malu karna pengucapannya yang salah. Ia langsung memeluk Vernon dari samping dan menenggelamkan wajahnya dileher Vernon.

                Joshua hanya tersenyum sambil melangkahkan kakinya keluar cafe. Ia kembali menatap Seungkwan yang malu-malu dan Vernon yang tertawa dengan hal lucu yang dilakukan Seungkwan. Joshua tersenyum pahit, ia menyesali dirinya yang dulu memperlakukan Seungkwan secara cuek dan tidak memperhatikannya dan menginginkan Seungkwan menjadi apa yang dia inginkan. Sekarang ia menyadari, bahwa Seungkwan yang asli, Seungkwan yang menjadi dirinya sendiri lebih baik dan lebih dapat membuat hatinya berdesir kembali untuknya.

======+========

                Seungcheol keluar lift setelah makan siang menuju ruangan Jihoon. Seungcheol merasa kesal, lagi-lagi Mingyu meninggalnya untuk latihan sendiri karena Mingyu harus menjemput Wonwoo ke apartmentnya dan mengantarnya untuk syuting iklan terbarunya, sedangkan dia tidak bisa melibatkan Jeonghan untuk hal ini karena Jeonghan memiliki jadwalnya tersendiri sebagai seorang stylist.

                “Kim Mingyu!! Lihat saja nanti! Dasar manager tidak bertanggung jawab!” gerutunya.

                Ia baru saja membuka pintu dan hampir menerobos masuk saat ia melihat Jihoon yang berdiri di hadapan cermin di ruang latihan, menatap secarik kertas yang dipegangnya kemudian bergantian menatap cermin yang ada di hadapannya. Seungcheol masuk tanpa suara dan berdiri tak jauh dari pintu agar Jihoon tidak melihatnya dan memergokinya sedang memperhatikannya.

                Jihoon mulai memejamkan matanya, menarik nafasnya kemudian mulai bernyanyi

Say Yes (eng trans lyrics)

                ‘i want to see you

i want to see you so much

i know it's not allowed

but i try to turn back time

i lean on the side of the room

and call your name, say yes

but only forgotten voice comes back

oh you're so pretty, you're so soft

if you still have those memories

that seemed so fragile

you say, you say

you used to sing

this song with me

when you are alone at night i stay

i love you , i love you

i'm always waiting for you like this

tell me to just stay

you, say yes

can you say, can you say

i couldn't let you go

even if i keep singing

this melody, the is no response

oh you're so pretty, you're so soft

if you still have those memories

that seemed so fragile

you used to sing

this song with me

for the happy day, i pray

i love you , i love you

i'm always waiting for you like this

tell me to just stay....’

                suara Jihoon mulai melemah, suaranya mulai parau, Jihoon menundukkan kepalanya, ia bernyanyi dengan penuh penghayatan. Lirik lagunya ia tulis untuk Seungcheol, Jihoon jatuh terduduk. Dia menangis sesegukan berusaha agar suaranya tidak membesar, dia menutup tangannya dengan sebelah tangannya.

                Seungcheol terdiam dan terpaku memandang sesuatu yang dihadapannya. Hatinya bergetar, entah kenapa ia merasakan bahwa lagu yang sedang Jihoon nyanyikan berkaitan dengannya, dia merasakan perih yang Jihoon rasakan. Perlahan Seungcheol mendekat, berdiri disisi kiri Jihoon kemudian duduk disampinya. Seungcheol memegang pundak Jihoon perlahan, ia tetap diam. Jihoon terhenyak, ia memandang Seungcheol kemudian berusaha untuk berdiri dan pergi, namun Seungcheol menahannya dengan memegang kedua bahu Jihoon. Mereka saling menatap sampai Seungcheol menarik Jihoon dalam pelukannya. Jihoon terkejut pada awalnya, namun dia tak bisa menahan kembali air matanya, ia kembali menangis.

                Jihoon kembali menangis, mengeluarkan perasaan sedihnya, perasaan sakitnya melalui air matanya. Kesedihan mendalam ketika seseorang yang kau cintai tanpa sengaja melupakanmu, ketika kau pergi dan semuanya telah berubah, ketika seseorang yang kau cintai ternyata tidak akan mungkin menjadi milikmu kembali, ketika seseorang yang kau cintai ternyata sudah memiliki cinta yang lain yaitu teman sepermainanmu sendiri, ketika kau harus menahan rasa perih dan sakit untuk berpura-pura menjadi orang lain, itulah beban yang Jihoon rasakan saat itu sehingga tangisnya pecah di pelukan seunghceol.

                “Maafkan aku Woozi, maafkan aku...”

                Entah mengapa Seungcheol mengucapkan maaf pada Jihoon, namun dia merasakan tangisan Jihoon adalah salahnya, ia terus mengusap punggung Jihoon perlahan.

                Hampir setengah jam Jihoon menangis dan Seungcheol tetap berada disamping Jihoon untuk menenangkannya. Mereka kini duduk dan saling terdiam, Jihoon memeluk kedua lututnya dan tetap menunduk, sedangkan Seungcheol berselonjor sambil sesekali mellirik Jihoon dan membaca kertas berisi lirik lagu yang sebelumnya Jihoon nyanyikan.

                “Lagu ini...kau tulis untuk seseorang?” tanya Seungcheol pelan memecah kesunyian. Jihoon melirik kertas yang dipegang Seungcheol kemudian mengangguk.

                “Beruntung sekali...” ucap Seungcheol sambil tersenyum. Jihoon menoleh kearah Seungcheol, mengerjapkan matanya.

                “Ya, beruntung sekali seseorang yang menjadi inspirasimu untuk lagu ini. Seandainya orang itu tau kalau kau begitu merindukannya... ah... sangat indah.” Ucap Seungcheol sambil memandang langit-langit ruangan.

                ‘dan orang itu adalah kau Seungcheol’ ucap Jihoon dalam hati sambil menggigit bibirnya, kembali menahan tangis. Ingin sekali ia berteriak pada Seungcheol jika itu untuknya. Tapi ia tahu ia tidak bisa karna ia tak ingin menyakiti Seungcheol dan Jeonghan.

                Seungcheol baru akan membuka percakapan barunya sampai tiba-tiba pintu terbuka kemudian Vernon dan seseorang dibelakang Vernon ikut masuk. Seungcheol menatap kerah pria itu dan menyadari bahwa itu ada pria yang malam itu membantu Jihoon untuk masuk ke apartmentnya.

                “Woozi! Orang ini memaksa untuk ikut masuk kesini! Ugh!” ucap Vernon sambil segera menerobos kedalam ruangan Woozi diikuti oleh pria tersebut. Jihoon segera mengusap air matanya kemudian tersenyum, sedangkan Seungcheol tak melepas pandangannya dari pria itu.

                “Hey aku bilang kan aku ada kepentingan dengan dia dan harus memberikannya ini milik—oh!” pria itu, Hoshi. Berhenti seketika saat ia melihat Seungcheol berdiri disamping Jihoon. Jihhon menggelengkan kepalanya, kemudian Hoshi mendekati Seungcheol dan tersenyum padanya.

                “aku tak tahu kalau kau disini, S.Coups. perkenalkan, aku Hoshi... teman satu apartment Ji—ah maksudku Woozi.” Hoshi menjulurkan tangannya untuk berjabat tangan, Seungcheol menerima uluran tangan Hoshi dan menjabatnya.

                “S.Coups. senang bertemu denganmu.” Jawab Seungcheol terkesan cuek. Hoshi tersenyum kecil kemudian berbalik menghadap Jihoon.

                “Woozi, ini kunci apartment kita. Aku harus pergi, aku bisa saja pulang tengah malam nanti. Dan...kau—“ Hoshi memperhatikan wajah Jihoon yang terlihat habis menagis, Hoshi melirik Seungcheol kemudian kembali menatap Jihoon

                Jihoon menggeleng, “kita akan bicarakan dirumah nanti. Aku harus bekerja, sampai jumpa Hoshi.”

                Hoshi melambaikan tangannya kemudian berlari keluar dari ruangan Jihoon. Vernon menatap kedua temannya kemudian mengangkat bahunya. Mereka bertiga kembali latihan tanpa ada satu orangpun baik Jihoon maupun Seungcheol yang membahas apa yang terjadi sebelumnya.

 

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

mini update. kembali bertapa... mencari inspirasi. ini yang komen pada minta yang aneh-aneh. i love you guys ~~~~ hahaha. tunggu dapet hidayah dulu ya, baru bisa update lagi :( makasih supportnya :*

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
leejihoon92
#1
Chapter 22: Ahh akhirnya..... seneng banget bacanya aku ehh
sseundalkhom
#2
Chapter 22: ya lord aku bahagia ....


sangat
Altariaaa #3
Chapter 22: aaaaahhhh :"333
lakeofwisdom
#4
Chapter 22: Akhirnyaaaa huhuhuhuhu
scoupstu #5
Chapter 21: Lanjut ya :") I need more jicheol than yeolhoon kali ini xD
goddess_tamtamie #6
Chapter 21: Mereka yang ketemu kenapa gue yg degdegan ya ? :"
leejihoon92
#7
Chapter 21: Kyyaaaaaaaaa pandang pandangan
Aduh kok aku yg malu
lakeofwisdom
#8
Chapter 21: NOOOOOO KENAPA HANGING DISINI
sseundalkhom
#9
Chapter 21: KETEMU YES KETEMU
FrainZL #10
Chapter 20: Update plis updateeee (┳Д┳) ya ampun hati saya tak sanggup :'(