part 8

It's You

                Seungcheol berlari keluar dari kelasnya, berlari dengan secepat kilat di koridor sekolah setelah setengah jam bel sekolah berbunyi. Ia berbelok kepintu belakang sekolah, memutar melalui halaman sekolah kemudian pergi ke taman sekolah.

                Matanya tertuju pada sosok Mingyu, Jihoon dan Jeonghan yang sedang duduk dibawah pohon besar. Jeonghan yang sedang asyik menggambar, sedangkan Mingyu yang sedang fokus memperhatikan Jihoon yang sedang bermain dengan gitarnya,menyanyikan sebuah lagu bersamaan. Seungcheol tersenyum menatap ketiga sahabatnya itu, kemudian menghampiri mereka dan duduk bersandar pada pohon tepat disebelah Jihoon.

                “Dari mana saja kau?” tanya Mingyu, Seungcheol hanya melirik Mingyu kemudian menutup matanya.

                “Guru itu benar-benar keterlaluan, dia memintaku untuk menulis essay sebagai hukumanku.” Ucap Seungcheol sambil mengusap dahinya yang berkeringat. Jeonghan mengabil sapu tangan dari saku calananya kemudian mengusap dahi Seungcheol dengan itu. Seungcheol tersenyum, mengambil sapu tangan itu dari tangan Jeonghan dan mengusap keringatnya sendiri.

                “Seharusnya kau memperhatikannya tadi, bukan asyik tertidur dikelas.” Ucap Jihoon sambil tetap fokus pada gitarnya tanpa melihat kearah Seungcheol sedikitpun. Jihoon dan Seungcheol saat itu memiliki kelas yang sama dalam mata pelajaran sejarah. Seungcheol menoleh kearah Jihoon kemudian menyandarkan kepalanya ke beahu Jihoon.

                “Pelajarannya sangat membosankan, dan lagi pula Kenapa kau tidak membangunkanku, Ji?” tanya Seungcheol  dengan suara manja.

                Jeonghan memukul pelan paha Seungcheol kemudian terkekeh.Jihoon memutar bola matanya.

                “Kita duduk berjauhan,dan aku tak ingin ikut dalam hukuman mu itu.”

                Seungcheol kemudian melingkarkan tangannya ke pinggang Jihoon, menenggelamkan wajahnya dibahu Jihoon.

                “Ugh! Stop your lovely dovey here guys!” ucap Mingyu dengan bahasa inggrisnya yangmasih berantakan. Jihoon tertawa sedangkan Seungcheol hanya mempererat pelukannya pada Jihoon dan menjulurkan lidahnya pada Mingyu. Sedangkan Jeonghan, dia hanya tersenyum sambil menatap Seungcheol dan Jihoon bergantian. Ada rasa cemburu dihatinya, bukan rahasia lagi diantara mereka berempat bahwa Jeonghan menyukai Seungcheol, namun dengan secara halus Seungcheol mengatakan bahwa ia memiliki perasaan suka pada Jihoon semenjak mereka saling mengenal saat mereka pertama kali bertemu pada umur sembilan tahun. Disisi lain, Jihoon juga menyimpan rasa pada Seungcheol sejak lama, namun semenjak Jeonghan mengatakan dia menyukai Seungcheol, Jihoon terpaksa memendam rasa itu. Ia tahu bahwa Seungcheol menyukainya, namun Jihoon memandang Jeonghan dan tidak ingin persahabatan mereka rusak karena cinta.

                “Ugh! Kenapa aku bisa bersahabat dengan kalian!” Mingyu menggelengkan kepalanya dan bersandar pada sisi pohon yang lain.

                “Karna kita adalah idiot!” jawab Seungcheol sambil tertawa diikuti oleh Jeonghan dan Jihoon.

                “maaf, tapi aku bukan idiot..” ucap Jihoon sambil memukul pelan lengan Seungcheol. Seungcheol mengangguk kemudian melirik Jeonghan sambil tersenyum kemudian menatap Jihoon yang mulai menulis lagu kembali.

                “Kau memang bukan idiot, Jihoon... kau ini cute puppy..” ucap Seungcheol.

=+====+=

                Seungcheol menghentakkan kakinya kesal, ia mulai tidak sabar dengan sikap Jihoon yang dingin saat latihan. Vernon menggelengkan kepalanya kemudian kembali mempelajari rappnya.

                “Argh! Kenapa ini begitu rumit, nada yang naik turun dan tempo yang yang beralun ini.” Seungcheol mengacak rambutnya, Jihoon menoleh kemudian kembali menulis point-point pada notebooknya.

                “Kau ini kan rapper ternama dan serba bisa, harusnya nada seperti ini tidak sulit bagimu.” Ucap Jihoon dingin. Sebenarnya ia ingin sekali menenangkan Seungcheol, namun keadaan yang membuatnya tidak bisa berbuat banyak.

                “Oh iya, bagaimana dengan vocalisnya?” tanya Vernon. Woozi terdiam dan berpikir sejenak begitu pula dengan Seungcheol.

                “Aku belum tahu, tapi bagaimana jika kita kembali latihan sekarang untuk project ini. Sementara ini aku yang akan menjadi bagian vocalistnya, suaraku memang tidak cocok tapi mungkin sedikit membantu untuk latihan kalian.” Ucap Jihoon, Vernon mengangguk.

                Seungcheol dan Vernon kembali mulai bernyanyi setelah Jihoon memberi mereka aba-aba. Saat bagian vocalist, Jihoon mencoba menyanyikannya. Mata Vernon dan Seungcheol terhenyak dan menatap Jihoon dengan pandangan kaget. Saat Jihoon berhenti, tak satupun dari Vernon dan Seungcheol yang melanjutkan bagian mereka. Mereka masih menatap Jihoon dengan wajah yang kaget.

                “Apa? Ayo lanjutkan...” ucap Jihoon sambil menatap Vernon dan Seungcheol bergantian.

                Seungcheol menggeleng, “Lee Woozi!!, kau saja yang menjadi vocalnya, aku tidak menyangka suaramu akan sebagus ini!”

                “S.coups benar Woozi, sebaiknya kau saja yang menjadi vocalist untuk lagu ini. Aku pikir tidak masalah jika kau ikut andil dalam lagu ini sebagai vocalistnya. Direktur pasti menyetujuinya.” Ucap Vernon sambil mengangguk dan kemudian meminum air mineralnya.

                “Ah! Masalah orang tua itu biar aku yang urus. Tenang saja. Aku mohon Woozi, produser kecilku, kau akan membantuku untuk ini kan?” tanya Seungcheol sambil merangkul Jihoon yang sedang menunduk, berfikir untuk mengambil tawaran tersebut.

                Jihoon menarik nafas “Baiklah, tapi jika ini gagal, aku tak ingin kau dan kau membunuhku.” Ucap Woozi sambil menunjuk antara Vernon dan Seungcheol.

                “Yass!!” teriak Vernon dan sengcheol bersamaan sambil melakukan hi-five.

                 Jihoon tersenyum, ia senang menikmati moment kecilnya bersama Seungcheol walaupun sebagai orang lain. Seungcheol melirik Jihoon dari cermin kemudian menggenggam tangannya. Jihoon menoleh kearah Seungcheol dan berusaha melepaskan tangannya, namun Seungcheol tetap memegang tangannya dengan erat.

                “Seungcheol apa yang kau lakukan?!” bisik Jihoon dengan nada memperingatkan. Seungcheol hanya mengangkat bahunya kemudian kembali fokus pada kertas lagu yang sedang ia pegang. Jihoon hanya tersenyum kecil, namun disisi lain ia mengingat Jeonghan adn segera melepaskan lengannya dari tangan Seungcheol.

                Ponsel Vernon berdering, menghentikan mereka dari latihan yang sedang mereka lakukan.

                “Hallo? Ahh~ Seungkwanniee.. aku sudah selesai....baik aku akan menjemputmu sekarang, ah sudahlah kau tidak perlu mandi, aku sudah tahu bau mu... hahaha baiklah... bye.”

                Seungcheol terkekeh, “Seungkwan?”

                Vernon mengangguk, “aku akan pulang sekarang, Seungkwan sudah menungguku...” Vernon berdiri kemudian membereskan kertas-kertas yang berserakan dibantu oleh Jihoon.

                “Baiklah, minggu depan kita akan langsung recording berhubung formasinya sudah lengkap, setelah recording.. kita akan menyelesaikan untuk pembuatan MV nya.” Jihoon berdiri disusul oleh Vernon dan Seungcheol. Vernon mengangguk kemudian berpamitan dan pergi keluar studio dengan tergesa-gesa.

                “Ah...dasar Vernon..” ujar Jihoon yang lebih lebih tepatnya berbisik pada diri sendiri. Seungcheol menoleh kemudian melihat jam di dinding, sudah meunjukkan pukul  11 malam.

                “Woozi, ayo pulang, Mingyu sudah menunggu dibawah...aku dan Mingyu bisa mengantarmu.”

                Jihoon menggeleng kemudian membereskan segala perlengkapan distudionya, “Tidak perlu, terima kasih... pergilah duluan, aku akan pulang bersama temanku. Pergilah” ucapnya sambil tersenyum.

                Seungcheol menoleh kearah ruangan yang berada dipojokan, “woozi, boleh aku tanya ruangan apa itu?”

                Jihoon menoleh kearah ruangan yang ditunjuk Seungcheol, matanya terbuka lebar dan ia menggigit bibirnya.

                “itu...itu hanya ruangan tempat aku menyimpan barang-barangku saja, sejenis gudang.”

                Seungcheol mengangguk kemudian menepuk pundak Jihoon, “aku akan pulang dulu, pastikan kau pulang dengan selamat.” Seungcheol kemudian berbalik meninggalkan Jihoon yang memandangi punggung Seungcheol sampai ia menutup pintu ruangan Jihoon dari luar.

                Jihoon menunduk, kertas yang sedang ia pegang ken=mudian jatuh berserakan. Jihoon menjatuhkan dirinya terduduk, kemudian ia menutup wajahnya dengan telapak tangannya. Sungguh berat bagi dirinya untuk menahan dirinya agar tidak terlalu jauh melangkah. Tentu saja dia ingin Seungcheol mengingatnya, mengingat semua moment yang ia dan Seungcheol lakukan bersama.

                Andaikan saja dia tidak pergi setelah kejadian itu terjadi. Andaikan saja dia tidak meninggalkan Seungcheol saat kejadian itu terjadi. Andaikan saja Jeonghan tidak mengingkari janjinya. Andaikan saja .... Jihoon menggeleng, semuanya sudah terjadi dan sudah terlambat, kini saatnya Jihoon berusaha untuk kembali membuat Seungcheol mengingatnya secara perlahan, ia tidak ingin tergesa-gesa, karna itu akan membuat Seungcheol kesakitan dan dia tidak menginginkan hal itu.

====+=====

                Mingyu baru saja keluar dari kamar mandi, ia menggosok matanya karna kantuk yang masih menyergapnya sedangkan perutnya sudah tidak bisa diajak kompromi lagi. Dia hampir sja masuk ke kamarnya sebelum ia melihat Seungcheol yang sedang mondar-mandir di sekitaran ruang tamu, wajahnya serius sedang berfikir, tangannya tetap dalam saku celananya. Dia berhenti sejenak, menggelengkan kepalanya dan kemudian kembali mondar-mandir.

                “Apa yang kau lakukan? Ini sudah jam 3 pagi!” Mingyu menghampiri Seungcheol. Seungcheol menoleh kearahnya, menatap Mingyu kemudian menariknya dan menuntunnya duduk dengan paksa.

                “Ada apa? Aku lelah, aku mengantuk, apa kau tidak bisa membiarkanku istirahat sebentaaarrr saja..” ucap Mingyu sambil mengibaskan tangannya dari genggaman Seungcheol dan menyandarkan tubuhnya di sofa, memejamkan matanya.

                “Mingyu-ah, sebenarnya ... ada apa antara aku dan woozi?” tanya Seungcheol tanpa mengalihkan pandangannya dari meja. Mingyu seketika kehilangan rasa kantuknya, kemudian dia duduk menegakkan dirinya, manatap Seungcheol dengan terkejut.

                “Ma-maksudmu?” tanya Mingyu, Seungcheol menoleh kearah Mingyu kemudian kembali menatap kebawah.

                “Enatahlah Mingyu, setiap aku menatap matanya...aku seperti merasakan sesuatu, seperti... aku sering menatap matanya, seperti.. ah! Bahkan aku kelepasan menggenggam tangannya dan... ada rasa yang sepertinya pernah kurasaan tapi bukan dengan Jeonghan. Jangan salah paham dulu, aku mencintai Jeonghan... tapi woozi... ada apa sebenarnya, aku seperti sudah mengenalnya lama sekali.” Ucap Seungcheol perlahan. Mingyu mengerjapkan matanya, dadanya berdegup kencang.

                ‘mungkinkah dia ingat?’ ucap Mingyu dalam hati.

                “Mingyu, kau tau tentang penyakit neuresthenia yang aku derita. Aku tidak bisa mengingat masa laluku setelah kecelakaan itu terjadi. Apa ada hubungannya antara aku dan woozi sebelum ini?” tanya Seungcheol yang kemudian menoleh kearah minyu dan menatapnya dalam-dalam.

                Mingyu terdiam, memikirkan apa yang harus dia katakan. Dia sudah berjanji pada Jeonghan dan bahkan pada keluarga Seungcheol jika dia tidak akan memberi tahu tentang masa lalunya. Mingyu juga berjanji pada Jihoon, jika Mingyu tidak akan memberi tahunya dan akan membiarkan Seungcheol mengingat masa lalunya termasuk Jihoon dengan cara Jihoon sendiri.

                “Mingyu... setiap aku terdiam, secara tak sengaja, aku akan memikirkan woozi.” Seungcheol mengusap wajahnya dengan kedua tangannya.

                Mingyu menyentuh pundak Seungcheol, “tidurlah, mungkin kau hanya kelelahan setelah latihan kerasmu hari ini.”

                Seungcheol mengangguk, mengucapkan terima kasih kepada Mingyu kemudian berjalan ke arah kamarnya. Sedangkan Mingyu, dia mulai memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya. Kantuknya sudah hilang seketika, disatu sisi ia ingin memberikan Jihoon kembali kebahagiaannya dengan Seungcheol, namun disisi lain...Jeonghan sudah berada disisi Seungcheol. Mingyu segera mengambil kunci mobilnya dan pergi ke apartment wonwoo untuk menenangkan dirinya.

                ‘mungkin jika di tempat wonwoo, aku akan bisa merasa lebih baik’

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

short update lagi. buntu pikiran

saran kalian macem-macem, ih suka reviewnya. makasih ya sayang -sayangku... love you >< ntar kalau sudah dapat hidayah lagi, baru bakal nulis lagi ^^ thannk you :*

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
leejihoon92
#1
Chapter 22: Ahh akhirnya..... seneng banget bacanya aku ehh
sseundalkhom
#2
Chapter 22: ya lord aku bahagia ....


sangat
Altariaaa #3
Chapter 22: aaaaahhhh :"333
lakeofwisdom
#4
Chapter 22: Akhirnyaaaa huhuhuhuhu
scoupstu #5
Chapter 21: Lanjut ya :") I need more jicheol than yeolhoon kali ini xD
goddess_tamtamie #6
Chapter 21: Mereka yang ketemu kenapa gue yg degdegan ya ? :"
leejihoon92
#7
Chapter 21: Kyyaaaaaaaaa pandang pandangan
Aduh kok aku yg malu
lakeofwisdom
#8
Chapter 21: NOOOOOO KENAPA HANGING DISINI
sseundalkhom
#9
Chapter 21: KETEMU YES KETEMU
FrainZL #10
Chapter 20: Update plis updateeee (┳Д┳) ya ampun hati saya tak sanggup :'(