part4

It's You

Mingyu memberhentikan mobilnya di depan kantor, kami turun dan memberikan kunci mobilnya kepada petugas yang akan memakirkan mobilnya. Aku menguap, kantukku belum hilang setelah semalaman penuh aku menghabiskan waktu bersama Jeonghan sebelum Mingyu datang dan ikut menghabiskan waktu untuk menonton puluhan film yang diputar di dvd apartmentku.

                “Ayolah man!, hari ini kau harus bersemangat, kau sendiri ingin cepat comeback kan?” Mingyu menepuk-nepuk pundakku kemudian sedikit mendorongku masuk. Aku mengangguk, mengusap wajahku kemudian berjalan berdampingan dengan Mingyu.

                “Ah! Mr.S.coups, tunggu!” Seorang receptionist menghampiriku.

                Ia tersenyum sebelum sedikit memberi hormat, “Anda sudah ditunggu oleh Mr.Woozi di studionya, jika kau belum tahu ruangannya, dia ada di lantai dua ruangan paling ujung sebelah kanan dan anda akan melihat papan namanya dipintunya.”

                Aku mengangguk bertanya pada receptionist itu, “Jam berapa dia tiba dikantor?”

                “Dia...dikantor sejak kemarin sepertinya.”

                Aku saling bertatapan dengan Mingyu, heran dengan jawaban receptionist tersebut. Woozi tinggal dikantor sejak semalam? Apa yang dia lakukan? Apa dia pikir kantor ini adalah rumahnya? Merepotkan saja.

                “Baiklah, kami akan menemuinya sekarang. Terima kasih.” Ucap Mingyu. Ketika kami berbalik badan untuk pergi, receptionist itu memanggil kembali.

                “Ya?”

                “Maaf Mr.Mingyu, Direktur ingin bertemu denganmu sekarang, dia memintaku untuk langsung menyuruhmu ke ruangannya.” Ucap receptionist itu sebelum memberi hormat kembali dan kemudian berbalik ke mejanya.

                Mingyu menggaruk lehernya, mengangkat bahu tak acuh kemudian mengisyaratkanku untuk berjalan menuju lift.

                “Kau temuilah Woozi dulu, aku akan menyusul. Sepertinya direktur sedang membutuhkan anak kesayangannya.”

                Aku memutar bola matakku dan kemudian mendecak malas, “Kau terlalu bangga, Mingyu. Yasudah, aku akan menemuinya.”

                “Tapi aku tidak habis pikir, dia menghabiskan semalaman dikantor? Wow, dia benar-benar pekerja keras.” Mingyu menggelengkan kepalanya. Aku mengangkat bahu.

                “Mungkin, atau dia memang takut untuk datang terlambat ke kantor jadi dia memilih untuk menghabiskan malamnya disini.” Ucapku. Mingyu mengangguk kemudian menatapku.

                “Kau benar-benar tidak ingat apapun setelah melihat Woozi?”

                Bel lift berdenting kemudian kami masuk kedalam lift, Mingyu menekan tombol angka 3 untuk ke ruangan direktur dan kemudian menekan angka 2 untukku.

                “Ingat apa? Apa aku mengenal Woozi? Atau...sebuah inspirasi? Atau apa?” Tanyaku.

                Mingyu menggelengkan kepalanya kemudian mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangannya, “Tidak ada, sudahlah, lupakan saja.”

                Aku memandang Mingyu dengan rasa heran. Apa yang sebenarnya harus aku ingat?

                Lift berhenti dilantai dua, aku mengangkat bahuku kemudian keluar lalu berbalik dan memandang Mingyu.

                “Aku akan menghubungimu begitu aku selesai.” Mingyu mengangguk, tak lama kemudian pintu lift tertutup. Aku kembali berjalan sebelum seseorang menepukku dari belakang.

                “Hyung!”

                Ah! Boo Seungkwan.

                “Seungkwan, apa yang kau lakukan disini?” tanyaku. Seungkwan tersenyum malu dan sedikit salah tingkah.

                “Ah...aku hanya sedang menemani Vernon, jadwalku sedang kosong, jadi aku datang kesini untuk menemaninya sebentar menemui Woozi, komposer yang baru saja tinggal disini.”

                Vernon? Bertemu dengan Woozi? Mereka saling mengenal? Apa yang sebenarnya terjadi? Apa hanya aku yang tidak mengetahui apa-apa?

                “Oh. Iya aku tahu orang baru itu. Bicara soal kau disini, aku dengar kau mencampakkan Joshua karena Vernon. Apa itu benar?” Ucapku sambil tersenyum kecil. Wajah Seungkwan memerah, tertunduk malu kemudian mengangguk.

                “Aku bukan mencampakkan Joshua, hanya saja aku dan Joshua tidak cocok. Sekarang aku lebih nyaman bersama Vernon dan dia menerimaku apa adanya tanpa haru merubah diriku yang sebenarnya. Aku bebas melakukan apapun jika aku bersama Vernon, aku tidak perlu menjaga sikap jika sedang ada dihadapannya. Begitulah. Lalu bagaimana antara kau dan Jeonghan hyung?”

                “Ah, inti dari permasalahannya adalah kau yang tidak nyaman dengan Joshua karena Joshua ingin kau menjadi yang dia inginkan. Aku dan Jeonghan? Kami makin saling saling mencintai dan akan terus seperti itu.”

                Seungkwan mendelik, aku terkekeh. Saat kami sedang berbincang, kami mendengar suara pintu terbuka, Vernon baru saja keluar, dia melihatku kemudian langsung menghampiri kami dan berjabat tangan denganku.

                “Hey man! Apa yang kau lakukan disini?” tanyaku.

                “Yo man! Ada sedikit urusan mengenai sebuah project dengan Woozi. Kau masuklah, sepertinya dia sudah menunggumu.” Jawab Vernon.

                “Sejak kapan kau mengenal Woozi?”

                Vernon berpikir sejenak, “Sekitar beberapa hari yang lalu? Baiklah aku pergi dulu, aku harus mengantar Seungkwan ke studionya. See you soon, Man.”

                Vernon melambaikan tangannya sama halnya dengan Seungkwan yang mengucapkan salam perpisahan kemudian pergi bergandengan dengan Vernon. Aku mengerti alasan Seungkwan pergi meninggalkan Joshua. Joshua adalah seorang model, dan dia ingin pasangannya memiliki standar yang sama dengan Joshua. Maka dari itu, Seungkwan mungkin tidak sanggup kemudian meninggalkan Joshua.

                Aku memandang Vernon dan Seungkwan yang berjalan menjauh, mereka memilih untuk menuruni tangga dari pada menggunakan lift, Seungkwan yang berisik dan bersikap kekanakan dapat di terima Vernon dan mereka tertawa bahagia. Sama halnya sepertiku dan Jeonghan tentunya.

                Aku berjalan kearah ruangan dipojok, ruangan yang dekat dengan balkon. Dari ruangan Woozi, kita dapat langsung memandang keluar gedung. Aku mengetuk pintunya beberapa kali sebelum masuk kedalam ruangannya.

                Tak ada jawaban setelah beberapa saat ku ketuk. Aku mulai kesal dan kemudian langsung memasuki ruangannya dan kemudian tanpa berpikir panjang aku menutu pintunya kembali setelah masuk.

                Ruangan woozi sangat besar, namun bukan kantor dan ruang recording seperti milik Bumzu hyung. Diruangan milik Woozi, kau akan disambut dengan ruang dance performance yang full dengan cermin seperti ruang latihan yang berada di lantai lima gedung ini, namun tentu saja tidak sebesar ruang latihan itu, ruang latihan dikantor Woozi tidak terlalu besar namun cukup untuk enam atau tujuh orang. Disamping pintu masuk, akan ada satu set sofa yang sederhana dan terdapat coffee machine atau mini kitchen. Kemudian beberapa meja panjang dan dipojokkan sepertinya adalah ruang recording milik Woozi, hanya satu pintu kecil dengan kunci password dipintunya. Tapi disisi pojok yang lain, ada pintu kecil yang serupa dengan pintu yang sebelumnya, aku yakin itu bukan toilet, karena tidak mungkin Woozi memiliki toilet sendiri di ruangannya. Lalu jika bukan toilet, apa itu? Kamar tidur Woozi? Apa dia tinggal disini? Woozi semakin menjadi misteri.

                Aku berjalan mengelilingi ruangannya, melihat kertas-kertas yang berantakan di atas meja panjang disisi dinding.

                Kertas musik, kertas-kertas yang berantakan diatas meja ini seluruhnya adalah kertas-kertas dengan tangga nada sekaligus lirik lagunya. Berapa banyak lagu yang dia kerjakan selama ini? Aku sedikit menyanyikan lagunya dengan suara menggumam, lagunya terdengar bagus. Aku tersenyum, membaca lirik lagunya sambil menyanyikannya. Namun tiba-tiba, kertas yang kupegang direbut oleh seseorang, aku menoleh dengan terkejut dan melihat Woozi dengan wajah yang terkejut dan kesal.

                “Apa kau tidak bisa mengetuk dulu sebelum kau masuk?” Tanyanya dingin. Aku mengangkat bahu acuh tak acuh.

                “Aku sudah mengetuk beberapa kali, Woozi. Tapi kau tidak menjawabnya, apa kau sebegitu pentingnya sampai aku harus menunggu sampai kau membukakan pintu?!” Jawabku ketus. Woozi terdiam kemudian segera membereskan kertas-kertas yang ada diatas meja.

                “Duduklah, kita akan bicara disana.” Ucapnya singkat. Tanpa bicara lagi, aku membuat coffee milikku sendiri kemudian duduk di sofa.

                Tak lama kemudian, Woozi menghampiriku dan duduk di hadapanku dengan buku dan secarik kertas musik ditangannya.

                “Baiklah, langsung saja, aku memintamu kesini untuk memberitahumu konsep yang akan kau gunakan, aku tidak ingin kau merubah konsep yang aku buat. Ini mutlak keputusanku dan bahkan Mingyu, direktur dan Bumzu hyung sudah menyetujuinya.”

                Aku mengangguk dan melipat tanganku didada, “Apa? Direktur dan Bumzu hyung sudah setuju? Bahkan Mingyu? Sudah berapa lama sebenarnya kau merencakan ini?”

                “Lupakan, kau tidak perlu tahu, tugasmu hanya menyanyikannya dan menjalani konsepnya. Aku sudah memikirkannya. Ini adalah lagu yang akan kau nyanyikan dan akan dibuatkan untuk music videonya, lagu ini aku beri judul Mansae. Dan ini adalah musik dari lagunya.” Woozi mengambil handphonenya kemudian mulai menyalakan musiknya.

                Musik semi rapp dan terkesan menarik itu membuatku lupa sesaat akan rasa tidak sukaku terhadap Woozi. Musiknya benar-benar membuat orang bergairah, membangkitkan semangat bagi siapapun yang mendengarnya. Konsep musiknya benar-benar berbeda dari lagu-laguku sebelumnya. Aku memberinya tepuk tangan setelah musiknya selesai.

                “Bagus, aku setuju untuk membawakan lagu ini. Aku akan sedikit berlatih untuk menyesuaikan lirik lagu dengan musiknya, lalu kemudian kau akan mulai memproduseri laguku dan membenarkan beberapa vocalnya. Bagaimana?” Ucapku. Woozi mengangguk kemudian menatapku sesaat sebelum kembali mencatat sesuatru di bukunya.

                “Umm... okay, kita akan bertemu lagi nanti. Selain itu, aku juga menyiapkan lagu dengan video klip untuk project dengan Vernon, kau dan Vernon akan menjadi rapper sedangkan aku butuh seorang penyanyi untuk mengisi suara vocalnya.”

                “Apa? Project? Seperti apa?”

                Woozi kembali mengambil handphonenya kemudian kembali memutar musiknya. Alunan musik yang santai namun unik ini terus aku perhatikan dan ku dengarkan urutan nadanya, dia benar-benar membuat musik seperti ini dengan mudahnya yang bahkan sama sekali tidak pernah terbayangkan olehku. Setelah musik berhenti, aku mengangguk puas.

                “Aku juga suka ini, namun tentang vocalist, siapa yang akan kau ajak untuk berkolaborasi untuk lagu ini?” tanyaku. Yang membuatku terkejut adalah, Woozi menggelengkan kepalanya. Dia tidak tahu dan belum mempersiapkan untuk ini?

                “Aku belum tahu, sebelumnya aku meminta seungkwan untuk menjadu vocalisnya, namun suaranya kurang cocok untuk lagu ini. Kemudian aku meminta bantuan Deokyeom, namun dia juga tidak cocok karena suaranya terlalu tinggi. Untuk sementara ini posisi vocalisnya masih kosong, namun saat kau dan Vernon berlatih nanti, kita akan bersama-sama memikirkan untuk itu.” Woozi mengambil handphonya dan kemudian kembali menyimpannya diatas bukunya.

=+=+=+=+=+=+=

                “Bagaimana keadaannya?” Tanya direktur, Mingyu menggeleng dan kemudian mengangkat bahunya.

                “Sama seperti kemarin, dia masih sama, Tn.Han”

                “Pastikan dia menjaga kondisinya dan jangan buat dia terlalu stress. Lakukan perlahan-lahan saja. Kau paham kan?” Ucap Tn.Han. Mingyu mengangguk.

                “Baiklah, Tn.Han. Terima kasih telah membuatnya bekerja dengan Woozi, dan terima kasih karena membuat Woozi bekerja disini.” Mingyu sedikit membungkukkan kepalanya tanda terima kasihnya kepada Tn.Han.

                Tn.Han menggelengkan kepalanya sambil tertawa kecil, “Aku melakukan ini bukan karena dia, namun aku melihat potensi dan bakat Woozi yang benar-benar patut kuacungi jempol. Dia benar-benar jenius.” Ucap Tn.Han.

                Mingyu mengangguk dan kemudian kembali berbincang dengan direkturnya mengenai pekerjaan lain yang perlu dibahas.

 

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

please wait for next chapter. mikir dulu hahaa. thank you yang udah coret coret komen dan subscribes. makasih >< i love youuuuuu ><

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
leejihoon92
#1
Chapter 22: Ahh akhirnya..... seneng banget bacanya aku ehh
sseundalkhom
#2
Chapter 22: ya lord aku bahagia ....


sangat
Altariaaa #3
Chapter 22: aaaaahhhh :"333
lakeofwisdom
#4
Chapter 22: Akhirnyaaaa huhuhuhuhu
scoupstu #5
Chapter 21: Lanjut ya :") I need more jicheol than yeolhoon kali ini xD
goddess_tamtamie #6
Chapter 21: Mereka yang ketemu kenapa gue yg degdegan ya ? :"
leejihoon92
#7
Chapter 21: Kyyaaaaaaaaa pandang pandangan
Aduh kok aku yg malu
lakeofwisdom
#8
Chapter 21: NOOOOOO KENAPA HANGING DISINI
sseundalkhom
#9
Chapter 21: KETEMU YES KETEMU
FrainZL #10
Chapter 20: Update plis updateeee (┳Д┳) ya ampun hati saya tak sanggup :'(