chapter 6

Another Angel

Summary: [Krisho] Slight! Chanbaek, TaoLay, Chanho…/Adikku sudah dewasa…/ Dunia orang yang sedang jatuh cinta itu memang berbeda/Apa Chanyeol menyukai Suho-hyung?/Berjalan berdua dengan satu payung di bawah hujan. Kita tampak seperti pasangan romantis yang ada di drama-drama ya./AU, BL, OOC. Mind to RnR?

XoXo-XoXo-XoXo

Another Angel © Kirea

XoXo-XoXo-XoXo

 “Kris-ge! Aku berangkat!” teriak Tao di pagi hari ini dengan begitu bersemangat.

“Pagi sekali,” ucap Yifan dengan nada heran sambil menghampiri sang adik.

“Aku ingin membeli majalah, kalau siang, aku takut tidak sempat,” sahut Tao sambil memakai sepatunya.

Yifan langsung memasang wajah serius, “Adikku sudah dewasa…”

“Hari ini majalah mereka membahas Kobe Bryant, ge! Aku benar-benar tidak akan melewatkan hadiah poster jumbo Kobe Bryant!” ucap Tao excited, membuat Yifan merasa berdosa karena sudah berpikiran menyimpang di pagi hari. Tao masih polos tentang hal-hal seperti itu sepertinya.

“Majalah dengan poster jumbo Kobe Bryant…” ucap Tao sambil mengedarkan pandangannya ke arah kumpulan rak buku yang ada.

“Kamus bahasa korea…” ucap Yixing sambil melangkahkan kakinya masuk ke dalam toko buku itu.

Kedua namja yang saling tidak kenal itu berpapasan.

“Hei, jangan berlari seperti itu di dalam toko!”

Keduanya refleks menoleh ke arah beberapa anak kecil yang berlarian dan ditegur oleh penjaga toko, anak-anak itu tampak berlari ke arah mereka. Membuat Tao langsung menarik Yixing ke sampingnya agar tidak tertabrak anak-anak yang berlarian itu.

Ni shênti hâo ma?” Tao mengarahkan pandangannya pada namja yang baru saja ditariknya.

Wǒ hěn hǎo, ni ne?” Yixing mendongak kearah namja yang menolongnya.

Wǒ yě hěn hǎo,” jawab Tao sambil melepaskan tangannya dari lengan Yixing.

Xiè xiè…” sahut Yixing masih dengan kekagetannya, dia tidak tahu apa yang akan terjadi jika anak-anak itu tidak sengaja menghantamnya. Mungkin dia akan terjatuh mengenai rak buku dan terluka. Masalahnya, akan sangat bahaya kalau sampai dia terluka dan berdarah. Dia memiliki penyakit yang berbahaya, ingat?

Bú yong xiè.” Sahut Tao dengan nada lega pada namja manis di depannya.

Mereka terdiam beberapa saat, ‘Bahasa mandarin?’

Mereka sekarang kan sedang di Korea!

 “Eh, orang China?” ucap mereka berbarengan sambil saling menunjuk. Mereka tidak sadar sudah saling ngomong bahasa mandarin di toko buku yang ada di sudut kota Seoul—Korea Selatan.

XoXo-XoXo-XoXo

Tao memandangi majalahnya dengan serius di meja belajarnya. Tidak menyadari kalau Kai dan Sehun sudah datang dan meletakkan tas mereka di kursi masing-masing. Tampak Sehun menatap Tao beberapa saat, lalu dia menyenggol bahu Kai, membuat Kai menatapnya dan berkata ‘apaan sih?’ dengan pelan. Sehun hanya melirikkan matanya pada Tao, membuat Kai mengalihkan pandangan pada namja bermata panda itu. Tao tampak tersenyum pada majalah yang dilihatnya.

“Masa iya Tao membeli majalah o seperti yang kau tunjukkan kemarin,” gumam Sehun sambil mengarahkan pandangannya pada Kai.

“Wuahh, gila, Kai udah punya majalah yang begituan?” pekik Gongchan yang tidak sengaja menguping tampak tertarik.

Seorang yeoja yang baru masuk dan meletakkan tasnya tampak speechless mendengar pembicaraan para teman namja sekelasnya itu. Dia mengarahkan pandangan ke arah para namja yang berada disana, “K—kalian semua mesum!” serunya sambil keluar kelas dengan cepat, membuat Sungjae menggeplak kepala Sehun, Kai dan Gongchan.

“Di sekolah itu omongan dijaga ya,” ujar Sungjae dengan nada kesal. Tidak terima dia ikut terkena cap mesum secara tiba-tiba hanya karena sedang duduk di kursi dekat Gongchan.

“Manis…” gumam Tao masih hanyut dalam dunianya sendiri. Jungkook yang baru masuk setelah melihat yeoja lari keluar kelas tampak bingung pada apa yang terjadi di kelasnya, dia langsung mengarahkan pandangan pada Tao.

 “Hei, Tao, apaan yang manis?” Jungkook menghampiri meja Tao.

“Wahh, bahaya, amankan si polos Jungkook!” seru Sungjae dengan segera melesat ke kursi Tao.

Jungkook menatap ke arah majalah yang ada di meja Tao dan memperhatikan gambar yang ada.

“Itu… dari mana manisnya?” Jungkook menatap Tao dengan pandangan tidak percaya. Yang begitu aja dibilang manis masa?! Tipe Tao ternyata tinggi sekali, pikir Jungkook.

Sungjae yang mendapati majalah yang dilihat Tao tampak speechless. Itu kan poster Kobe Bryant! Majalah biasa, bukan majalah rating !

“Iya ya, mana mungkin ada yang membawa majalah seperti itu ke sekolah.” Gumam Sungjae terduduk di kursi kosong samping Tao berada dengan lemas.

“Eh, Kai bawa tuh.” Sahut Sehun sambil menunjuk namja disampingnya.

“Nggak, nggak, bohong tuh!” bantah Kai sambil memiting leher Sehun. “Jangan bikin fitnah di pagi gini. Pernah nyicipin kaos kaki gue belum? Sini gue kasih!”

Sehun langsung mohon ampun dan meminta pertolongan pada Gongchan yang ternyata malah memberikan semangat pada Kai untuk membantai Sehun.

“Nggak… bukan poster ini… tapi orang yang yang ku temui pagi ini…” ujar Tao sambil menumpu dagunya dengan tangan kanan, tampak suasana bling-bling pink menjadi latar background di sekitarnya. Mengabaikan adegan rate lainnya yang sedang dilakukan Kai pada Sehun –adegan pembantaian dengan kaos kaki—

“Oh…” Jungkook mengangguk tanda paham, “Apa yang terjadi pagi tadi Tao? Sesuatu yang benar-benar bagus?” Tanya Jungkook.

Tao mengangguk antusias dengan senyuman menghiasi wajahnya.

Dunia orang yang sedang jatuh cinta itu memang berbeda.

XoXo-XoXo-XoXo

Tidak banyak hal yang berubah, semua masih berjalan seperti itu-itu saja. Tidak ada perubahan yang drastis. Kecuali Yixing dan Chanyeol yang tampak agak suram akhir-akhir ini. Sepertinya benar, galau itu menular.

“Yeol, kamu kenapa?” Tanya Junmyeon sambil menghampiri Chanyeol yang tampak kalem. Dia berjongkok sambil menumpu dagunya di meja milik Chanyeol, melihat wajah Chanyeol dari dekat, memastikan namja yang biasanya hiperaktif itu tidak sakit. Di belakangnya tampak Yifan juga terlihat khawatir padanya. Benar sih, kalau diam dengan tenang seperti itu membuat Chanyeol tampak kece, tapi… kok rasanya itu tidak benar.

Chanyeol menatap keduanya, “Tidak, aku baik-baik saja kok.”

“Baik dari mana? Kamu seperti orang yang dicampakkan karena telah berselingkuh. Tidak seperti biasanya. Sekarang kau terlihat sangat menyedihkan.” sahut Yifan sambil melipat tangannya. Tampak seperti seorang guru yang sedang memarahi muridnya. Junmyeon memukul tangan Yifan karena tidak suka dengan perkataan Yifan itu.

“Jangan bicara dengan seperti itu.” Ujar Junmyeon sambil melototkan matanya kearah Yifan.

Yifan tampak tidak terpengaruh dengan ekspresi dari Junmyeon, “Maaf, kebiasaan.”

“Ubah kebiasaan itu.” Ucap Junmyeon lagi.

Yifan menghela napas, “Iya, iya. Cerewet ih.”

“Siapa yang cerewet?” Junmyeon mencebil.

Yifan menggendikkan bahunya, “Siapa lagi? Ya kamu.”

“Enak saja.” Junmyeon tampak tidak terima.

Chanyeol menghela napas pelan, “Jangan bertengkar seperti sepasang kekasih begitu di mejaku hyungdeul…”

Junmyeon dan Yifan langsung menoleh pada Chanyeol. Yifan hanya kembali berucap kata maaf.

“Kamu yakin gak sakit, Yeol?” Junmyeon berdiri dan menyentuhkan dahi mereka bersama, namja angelic itu bergumam pelan, “Tidak panas sih…”

Sementara itu Chanyeol hanya bergeming dan Yifan cukup kaget dengan apa yang baru saja Junmyeon lakukan. Chanyeol menoleh pada Yifan yang tampak jelas-jelas tampak cemburu. Namja bertopi biru itu kembali menghela napas. Meskipun dia tahu kalau menghela napas itu bisa membuat kebahagiaan menjauh.

“Aku hanya merasa sedikit mengantuk! Malam tadi aku bergadang main ps, haha… aku tidak menyangka kalian sekhawatir itu padaku! Baiklah, aku akan cuci muka biar lebih baikan!” Chanyeol segera bangkit dari kursinya dan berjalan keluar. Meninggalkan Junmyeon dan Yifan yang berpandangan dengan tatapan heran.

“Benarkah begitu?” ucap Junmyeon pelan.

“Memangnya kelihatannya begitu?” Yifan balik bertanya.

“Mana aku tahu…” Junmyeon menggendikkan bahunya.

“Kris-ssi, ayo melanjutkan tugas kelompok kita!” seru Yixing yang sedari tadi sibuk membaca kamus bahasa Korea yang baru saja dibelinya di toko buku tadi pagi.

“Ah, ya ya.” Yifan segera menghampiri Yixing setelah menepuk bahu Junmyeon. Junmyeon hanya mengangguk dan kemudian berjalan keluar kelas.

Kelas Junmyeon berada di lantai dua. Dari jendela lantai dua jika melihat keluar, maka akan langsung melihat lapangan dan kemudian gerbang sekolah, juga pemandangan pohon sakura di sepanjang jalan. Tapi musim semi sebentar lagi akan berlalu. Namja dengan senyum angelic itu berjalan menuju mesin minuman kantin lalu berjalan menuju ruangan klub dance. Dia berpikir Chanyeol tidak akan segera kembali ke kelas, karena Chanyeol tampak suram hari ini.

“Ah, kau benar-benar disini…” Ujar Junmyeon sambil membuka pintu klub dance sambil menggumamkan kata permisi.

Tampak Chanyeol sedang duduk di atas meja sambil memegang gitarnya, dia menatap ke arah lapangan dari jendela lantai dua.

“Untukmu,” Junmyeon menyerahkan sekaleng minuman rasa jeruk pada namja yang memegang gitar.

Chanyeol mengambil minuman itu sambil melirik labelnya. “Jeruk? Bukan kopi?”

“Ini juga minuman yang menyegarkan.” Komentar Junmyeon sambil membuka penutup kaleng jus jeruk miliknya.

Gomawo hyung.” Chanyeol ikut membuka penutup kaleng minumannya dan meminumnya dengan ekspresi yang lucu karena sensasi rasa jus jeruk yang dingin itu.

“Apa kau ada masalah dengan Baekkie?” Tanya Junmyeon kemudian.

Chanyeol masih meminum jusnya, “Aku hanya punya masalah dengan diriku, hyung.”

“Mau berbagi? Kau bisa cerita padaku. Aku tidak menyangka orang yang selalu ceria sepertimu memiliki masalah juga.” Ucap Junmyeon dengan nada sedikit terkejut.

“Ih hyung, aku kan juga manusia.” Kata Chanyeol sewot.

“Makanyaa, kalau punya masalah, berbagi coba. Siapa tahu aku bisa bantu. Kalau disimpan terus, nanti jadinya sepertiku lho. Galau berkepanjangan.” Ujar Junmyeon lagi.

Chanyeol memainkan senar gitarnya untuk beberapa saat, “Tapi sepertinya hubunganmu dan Kris-hyung sekarang sudah kembali seperti dulu.”

“Iya ya?” Junmyeon tampak terdiam sejenak, “Aku baru saja menyadarinya.”

Chanyeol melirik Junmyeon, ‘Aku… iri… padahal kalian baru saja saling mengenal tapi sudah saling mencintai satu sama lain. Sedangkan aku… orang yang dicintai malah mencintai yang lain.’

“Ahh… kau memasang wajah sedih seperti itu lagi, sini, sini, biar aku menghiburmu.” Junmyeon ikut duduk di meja kemudian memeluk namja yang jauh lebih tinggi darinya itu.

Pelukan dari Junmyeon itu entah kenapa selalu terasa menghangatkan. Mungkin karena pada dasarnya Junmyeon adalah orang yang baik dan hangat. Yifan tidak salah waktu dia menyebut Junmyeon dengan sebutan angelic, karena Junmyeon memang orang yang sebaik malaikat (iya, Chanyeol tahu dia agak berlebihan). Junmyeon itu another angel in Chanyeol heart. Karena bagi Chanyeol, Baekhyun adalah  archangel yang ada di hatinya. Baekhyun yang selalu tersenyum ceria dan dia adalah orang yang telah melewati banyak hal bersama dengan Chanyeol. Sedangkan Junmyeon selalu tersenyum lembut. Chanyeol merasa nyaman dan tenang. Dia seperti merasa sedang dipeluk oleh eomma-nya. Dan Junmyeon memiliki wangi yang harum dan lembut. Tentu saja banyak yang menyukai Junmyeon, seandainya tidak jatuh hati pada Baekhyun lebih dulu... mungkin Chanyeol akan jatuh hati pada Junmyeon atau Kyungsoo. Junmyeon sosok yang lembut luar dalam, tapi Kyungsoo sosok yang terlihat lembut diluar tapi sedikit seram di dalam, tapi itu tidak mengubah fakta kalau Kyungsoo juga adalah orang yang baik, cute karena wajahnya yang tampak polos dan menggemaskan.

Dia menyukai seseorang yang cute, sering tersenyum dan tulus, dan Baekhyun adalah orang yang memiliki semua karakteristik itu, walaupun dibalik semua itu Baekhyun adalah orang yang juga berisik, terkadang menyebalkan, agak egois dan sering ngambek padanya, tapi itu rasanya bukan masalah. Meskipun orang bilang ketika jatuh cinta, kita tidak akan peduli pada tipe ideal yang telah kita tentukan. Kita akan mencintai dan belajar menerima kekurangannya.

Hyung… yang aku tahu tentang mencintai seseorang itu adalah melelahkan. Meskipun begitu, aku juga terlalu lelah untuk melepaskan perasaan ini.” Ucap Chanyeol menumpu dagunya pada bahu Junmyeon.

Junmyeon menepuk punggung Chanyeol. Sebenarnya dia tidak begitu mengerti apa masalah yang sedang dihadapi Chanyeol, namja itu lebih suka menyimpan masalahnya dengan sangat rapat, jadi tidak ada yang tahu banyak tentang isi hatinya. Chanyeol selalu terlihat kuat dan bahagia. Tetapi, setiap orang punya batasannya sampai mana dia bisa bertahan sendirian. “Kamu kuat, Yeol. Kamu ingat dengan apa yang kamu katakan sendiri padaku kan. Kalau berat, pelan-pelan saja. If you love somebody, let them go. For if they return, they were always yours. And if they don’t, they never were.”

“Perasaan kemarin aku gak bilang begitu hyung.”

“Iyalah, itu kata-kata Khalil Gibran. Tapi intinya seperti itu dan yang kamu katakan, jika dia memang tercipta untukmu, dia akan kembali padamu, Ok?”

“Hm…” Chanyeol hanya bergumam pelan tanda mengiyakan.

“Chanyeolie~” Baekhyun tampak memasuki kelas 1-A, kelas tempat teman semasa kecilnya itu, mata sipitnya menjelajah ruangan kelas itu tapi dia tidak mendapati sosok yang selalu hyperaktif dan pencinta topi itu. “Eh? Tidak ada?”

Namja itu masuk kedalam dan menghampiri tempat duduk Yifan dan Yixing yang saling bicara dengan bahasa China. Pengen mengganggu sejenak, tapi mereka terlihat serius.

“Duh, gak ngerti,” gumam Baekhyun, dia kemudian mengalihkan langkahnya ke meja Kyungsoo, “Lihat Chanyeol gak?”

Kyungsoo yang tampak membaca buku sambil mendengarkan music dengan sebelah telinganya itu menatap Baekhyun sejenak, kemudian menggeleng, membuat Baekhyun cemberut.

“Kris-hyung!” seru Baekhyun sambil meletakkan kedua tangannya dibahu Yifan, merangkulnya dari belakang, membuat Yifan sedikit kaget. “Lihat Chanyeol gak?” Tanya Baekhyun kemudian.

“Chanyeol? Dia tadi keluar kelas dengan wajah yang suram.” Sahut Yifan.

“Mungkin dia di ruangan klub dance. Dia senang berada di sana sambil main gitar akhir-akhir ini.” Sela Yixing.

“Oke, oke, terima kasih infonya~” seru Baekhyun sambil keluar kelas dengan melambaikan tangannya pada Yifan dan Yixing. Yixing balas melambaikan tangan.

“Yeo—” Baekhyun hampir saja berteriak memanggil Chanyeol ketika dia ingin membuka pintu ruangan klub dance. Tangannya hampir saja mendorong kenop pintu seandainya dia tidak melihat Chanyeol berpelukan dengan seseorang di dalam ruangan itu. Mata sipitnya melihat dengan jelas dari kaca yang ada di tengah pintu, namja yang hobby memakai topi kapanpun itu sedang mendekap Junmyeon. Baekhyun terdiam. Tidak tahu harus berbuat apa. Tangannya masih memegang gagang pintu. Apa ini? dia merasa sedikit kaget melihat kejadian itu. Rasanya aneh. Tidak terima? Kesal?

‘Chanyeol berpelukan dengan Suho-hyung? Tidak mungkin kan? Apa Chanyeol menyukai Suho-hyung?’ beberapa pemikiran melayang di kepala Baekhyun. Dan kenapa setelah memikirkan itu, rasanya Baekhyun tidak merasa nyaman tentang hal itu. Tidak ingin mengganggu, Baekhyun mundur dari pintu. Dia pergi dalam diam menjauhi ruangan klub itu. Dengan banyak hal yang dipikirkannya dan perasaan yang kacau.

Neul nabakke mollasseotdeon igijeogin naega yeah

[The selfish me who has only thought about myself]

Ne mamdo mollajwotdeon musimhan naega

[The me who didn’t know your feelings and ignored it]

Ireokedo dallajyeotdaneun ge najocha mitgiji anha

[I couldn’t believe myself that I have changed this much]

Ne sarangeun ireoke gyesok nal umjigyeo

[Your love can still move me like this]

Chen mencoba menyanyikan salah satu lirik lagu Miracle in December dengan sangat bersemangat. Berbeda dengan Baekhyun yang sedari tadi hanya duduk diam di depan piano. Tangannya menyentuh tuts piano tapi tidak memainkannya sama sekali.

Chen yang menyadari gerak gerik Baekhyun segera menghampirinya, “Baek, kamu kenapa?”

“Ahh, aku tidak apa-apa!” sahut Baekhyun segera tersadar dari lamunannya.

“Baik gimana? Kamu bahkan gak memainkan piano untukku.” Ucap Chen sambil melipat tangannya. “Aku udah nyanyi dari tadi.”

“Maaf, tadi ada hal yang kupikirkan, jadi aku kurang berkonsentrasi. Maaf yaa~” Baekhyun memasang puppy eyes-nya pada namja yang bernama asli Kim Jongdae itu.

Chen menghela napas, sebuah senyum ala cheshire cat tampak di wajahnya, “Jujur deh, kamu kenapa? Biasanya kamu selalu bersemangat tentang menyanyi dan musik.” Ucap Chen, “Ah, jangan bilang ini karena masalah cinta!”

“Ah, sok tahu.” Ucap Baekhyun memutar bola matanya.

“Memang!” seru Chen. “Jadi, ayo ceritakan padaku tentang masalahmu. Aku bisa jaga rahasia dengan baik kok.” Chen menggerakkan tangannya di depan mulutnya dengan gesture mengunci mulutnya.

Baekhyun tampak membuka mulutnya meskipun tidak sepatah katapun keluar dari bibirnya.

“I—ini, bukan masalah cinta kok… Ini hanya tentang Chanyeol.” Ucap Baekhyun kemudian.

“Kenapa dengan Chanyeol?” Tanya Chen tampak tertarik.

“Dia, maksudku Chanyeol… aku baru tahu kalau dia sepertinya menyukai Suho-hyung.”

“Huh? Benarkah?” Chen menaikkan satu alisnya, “Aku tidak menyangkanya. Kamu tahu dari mana? Chanyeol sendiri yang bilang?”

“Nggak sih, tapi dari yang kulihat sih sepertinya begitu!” sahut Baekhyun sambil mengingat kejadian di ruang dance.

“Bagaimana bisa kamu memutuskannya sendiri begitu?”

“Ada buktinya kok.”

“Lalu apa masalahnya denganmu?”

“Masalahnya…” Baekhyun terdiam sesaat, “Aku hanya kesal! Kenapa dia tidak bicara tentang orang yang disukainya, kenapa dia tidak terbuka padaku… padahal aku begitu terbuka padanya dalam segala hal, tidak ada yang kurahasiakan sama sekali.”

“Apa yang salah dengan memiliki rahasia sendiri. Semua orang berhak punya hal yang dirahasiakan. Rahasia bukan lagi rahasia namanya kalau ada yang tahu. Apa sebenarnya kau cemburu?”

“Cemburu? Pada apa? Tidak kok!” bantah Baekhyun.

“Apa kau yakin cuma kesal? Bukannya cemburu?” Ucap Chen memastikan.

Baekhyun menatap tuts piano, ‘Aku hanya kesal kan? Untuk apa aku merasa cemburu?’

XoXo-XoXo-XoXo

Sejak pagi sudah tampak berawan, dan sekarang langit tampak mendung. Junmyeon menumpu tangannya di jendela kelas mereka. Kyungsoo tampak berdiri di belakangnya.

“Mungkin akan turun hujan ya,” ucap Junmyeon.

“Menurut ramalan cuaca, 80% hari ini akan turun hujan,” sahut Kyungsoo yang tampak memainkan ponselnya dan kembali duduk dikursinya.

“Syukurlah aku membawa payung,” gumam Junmyeon, sementara beberapa murid lain mengeluh lupa membawa payung ketika rintik hujan mulai terdengar berjatuhan. Terlihat anak-anak bermain sepak bola di lapangan berhamburan masuk ke sekolah.

Hujan tampak turun dengan cukup lebat. Sudah beberapa lama hujan tidak turun di akhir-akhir musim semi, jadi mungkin langit sedang memuntahkan air yang sangat banyak dari awan-awannya, dan itu akan memakan waktu yang cukup lama.

“Wah, aku tidak bawa payung.” Ucap Yifan berdiri tepat di belakang Junmyeon. Dia menumpu dagunya di atas kepala Junmyeon, membuat namja yang lebih pendek itu mengeluh.

“Yifan, kamu berat.”

“Kamu bawa payung?”

“Yeahh, aku bawa.”

“Kabar bagus. Kalau hujannya sampai nanti jam pulang, aku numpang payung kamu.” Ucap Yifan sambil mengacak rambut Junmyeon.

Yixing yang melihat hujan dari kursinya tampak bergumam pelan, “Yaah… tidak bawa payung…”

“Seandainya kita searah, kita bisa berbagi payung…” Kyungsoo melihat kearah Yixing yang tampak sedang menghela napas, “Tapi aku bisa mengantarkanmu sampai halte bis nantinya kalau hujan tetap tidak reda, Lay-hyung. Kau bisa pulang dengan bis.” Ucap Kyungsoo menawarkan bantuan.

Mata Yixing langsung berbinar, “Jinjja? Wahh, gomawo Kyungsoo~”

Sementara itu Chanyeol tampak tidur di mejanya tanpa sadar kalau hujan turun karena headset terpasang di kedua telinganya.

Hujan benar-benar tidak berhenti sampai jam belajar berakhir. Beberapa siswa tampak tertahan di koridor sekolah, beberapa tampak pulang dengan berbagi payung, sebagian lagi tampak berlarian menembus hujan karena bosan menunggu hujan kapan akan berhenti. Dan sepertinya hujan tidak akan berhenti dalam waktu cepat.

Kyungsoo dan Yixing tampak sepayung berdua, begitu pula Junmyeon dan Yifan. Sementara Chanyeol hanya melongo melihat keempat temannya itu berlalu dengan tatapan, ‘Loh? Aku bagaimana?’

Baekhyun tampak baru keluar dari kelas dan memegang sebuah payung yang dibawanya dari rumah. Dia berjalan menuju koridor dan mendapati Chanyeol tampak berdiri diam bersandar pada tiang dan menatap hujan yang turun. Mata Baekhyun mendapati Chanyeol terlihat begitu keren saat itu juga. Dengan tangan yang masuk ke saku celana. Wajahnya yang lurus memandang ke depan dengan topi yang dipakai secara miring. Khas Chanyeol sekali. Baekhyun tidak pernah berpikir kalau teman semasa kecilnya yang dulu sepantaran dengannya itu begitu tinggi dan handsome sekarang. Benarkah Chanyeol sekeren ini? Atau hujan yang membuatnya tampak keren?

Baekhyun menggelengkan kepalanya pelan.

“Yeol~ Kau tidak bawa payung?” Tanya Baekhyun sambil menghampiri Chanyeol. Namja tinggi itu segera menoleh.

“Aku tidak menyangka kalau hari ini akan hujan,” ujarnya sambil menggaruk kepalanya pelan.

Baekhyun menghela napas, Chanyeol selalu seperti ini, selalu lupa membawa payung meskipun prakiraan cuaca mengatakan kemungkinan hujan sangat tinggi, terlalu hiperaktif, kadang terlalu iseng juga menyebalkan. Tapi Chanyeol yang seperti inilah yang selalu bersama dengannya dalam melewati banyak hal. Bagaimana jadinya nanti kalau Chanyeol tidak bersamanya lagi?

Baekhyun menyerahkan payungnya pada Chanyeol. “Aku bawa payung, kalau ingin menumpang, kau yang harus memegang payungnya sepanjang jalan.” ucap Baekhyun.

“Uwahh, Baekkie~” ucap Chanyeol dengan nada senang, dia segera membuka payung yang diserahkan Baekhyun lalu merangkul bahu namja bermata sipit itu. Berjalan berdua dengan satu payung di bawah hujan. “Kita tampak seperti pasangan romantis yang ada di drama-drama ya. Haha… Ayo pulaaang~”

Deg!

Huh? Apa yang tadi dikatakan Chanyeol? Tiba-tiba rasanya Chanyeol terasa tinggi dan hangat sekali, membuat Baekhyun tertegun untuk beberapa saat.

“J—jangan jalan terlalu cepat!” seru Baekhyun kemudian. ‘Kenapa tiba-tiba aku grogi?’ batin Baekhyun sambil berjalan di samping Chanyeol yang bersenandung kecil.

Duk!

Kepala Yifan terantuk payung yang dipegang oleh Junmyeon.

“Ah, mian!” ujar Junmyeon segera menaikkan kembali payung yang dipegangnya. Beberapa langkah kemudian…

Duk!

Payung itu kembali menghantam kepala Yifan.

“Biar aku yang bawa,” ucap Yifan sambil mengambil alih payung yang dipegang Junmyeon.

“Kamu sih, ketinggian,” gerutu Junmyeon pelan.

“Kamu yang kependekan.” Sahut Yifan.

“Enak aja, ini masih dalam masa pertumbuhan. Aku akan lebih tinggi lagi.” Ucap Junmyeon.

“Berarti… hal itu juga akan berlaku padaku.” Sahut Yifan. “Aku akan tambah tinggi, lebih tinggi darimu.”

“Eh… iya juga…” gumam Junmyeon pelan.

Tes! Tes!

Sebagian seragam bagian bahu Yifan terkena tetesan hujan dari payung karena Yifan lebih mencondongkan payung ke arah namja yang lebih pendek darinya itu. Junmyeon yang menyadari hal itu awalnya ingin berkata sesuatu, namun pada akhirnya dia tidak mengatakan sepatah kata apapun, kemudian dia hanya lebih merapat pada Yifan yang membawa payung dalam diam agar payung itu lebih muat untuk mereka.

Srekk

Yixing menutup payung milik Kyungsoo ketika mereka sudah sampai di halte bis. Masih ada sekitar sepuluh menit lagi bis baru datang.

“Aku akan menemanimu hyung.”  Ucap Kyungsoo sambil duduk di kursi halte.

“Maaf sudah merepotkanmu, Kyung.” Ucap Yixing.

“Ah, ini bukan masalah besar kok. Kita kan teman.” Sahut Kyungsoo santai.

Nde!” Yixing tersenyum lebar sembari menunggu bis di hari yang hujan itu.

Hujan tidak selalu membawa hal buruk. Hujan itu rahmat tuhan.

Junmyeon baru saja selesai mandi, dia tampak sedang mengeringkan rambutnya ketika ponselnya berbunyi, menandakan ada sebuah pesan masuk.

From: Siwonnie-hyung

Jun~ disini hujan lebat dan hyung hari ini pakai motor, bukan mobil~ jadi hyung memutuskan untuk menginap di tempat Kibum. Hyung tidak pulang malam ini. Maaf ya.

Junmyeon menghela napas. Benar-benar alasan. Dasar tukang modus. Gak tahu apa adik sendiri bukan seseorang yang cukup berani sendirian dalam keadaan seperti ini di rumah. Sang kakak malah sibuk di tempat kecengan. Pedekate kok lama amat. Sabar Joon, sabar…

To: Siwonnie-hyung

Nde.

Sementara itu di sebelah rumah, Yifan tampak sedang mencatat pelajarannya ketika mendengar sebuah suara yang mengagetkan, membuatnya mencoret bukunya tanpa sengaja.

Jderr!

Bunyi petir terdengar begitu keras. Beberapa saat kemudian listrik mati.

“Aaahhh!”

“Huwaaahhh!”

Yifan kembali kaget begitu mendengar dua suara jeritan.

“Kris-ge! Listrik di kamar mandi mati! Ge! Tolong akuu!” seru Tao dari kamar mandi bawah.

“Aish, Tao. Kamu itu sudah besar tahu. Ini Cuma mati lampu, bukan gempa bumi.” Gumam Yifan sambil beranjak dari kursinya, dia sempat mendengar suara Junmyeon juga tadi. Membuatnya melirik jendela beberapa saat sebelum mengambil senter dan berjalan menuju kamar mandi.

“Kris-ge!” suara Tao kembali terdengar, “Aku takut sendirian di kamar mandi!”

“Iya, aku tahu. Aku segera datang!” seru Yifan sambil mengetuk pintu kamar mandi. “Nih, sudah aku bawakan senter.”

Tampak rambut Tao yang penuh dengan busa shampo menyembul dari balik pintu kamar mandi, dia menerima senter dari Yifan, “Ge, kau harus tetap menungguku disini.”

“Tao… kau sudah bukan anak kecil lagi…”

“Pokoknya tunggu aku!” seru Tao sambil menutup pintu kamar mandi, membuat Yifan hanya menghela napas pelan.

“Iya.”

Hening…

Ge? Kau masih di sana?”

“…..”

“Kris-ge!”

“Aku masih disini Tao, cepat selesaikan saja mandimu itu.”

“Tetap bicara Kris-ge. Biar aku tidak merasa takut.”

“Bicara apa?”

“Apa saja! Mengoceh, nge-rap, nyanyi, asal bersuara!”

Yifan ber-facepalm dengan ekspresi ‘oh-my-god’ di wajahnya. Dia diam selama beberapa detik sebelum kemudian bersuara. Ngerap bagian lagu Two Moons yang sering didengarnya akhir-akhir ini.

Selected VIP wouldn’t it be mind-blowingly awesome

Now we’re on a rock rock rocket,

just gotta keep your seatbelt fastened

oneureun dugaeui dari, dugae, dugaeui dari

oneureun dugaeui, dugaeui dal, dal, dari tteuneun bam

No you’re not gonna shoulda woulda this and coulda woulda that

cuz we’re never coming back to this trap

See those two full moons, you’re the chosen knight

Go and spread good news, cuz we got no time

Selesai dan kembali hening. Mendadak Yifan merasa dirinya konyol. Dia baru saja nge-rap di depan kamar mandi.

“Kris-ge? Kau masih di sana?” Tao bersuara ketika mendapati keheningan hampir selama satu menit.

Yifan menarik napasnya lalu menghembuskannya secara perlahan, “Aku masih disini Tao.” Dia kemudian meraih ponselnya dan mendial seseorang…

Begitu mendengar suara petir, Junmyeon tampak terperanjat beberapa saat, kaget karena hal itu, namun dia lebih kaget lagi ketika listrik mendadak mati, membuatnya memekik pelan.

“Astaga… gelapnya…” gumam Junmyeon sambil meraba-raba di kegelapan, mencoba menemukan ponselnya sebagai sumber cahaya untuk sementara dia mencari lilin. Dia kemudian menyalakan lilin yang dia ambil dari lemari dan meletakkannya di lemari nakas. Dia duduk dikasurnya dan beringsut ke sudut kasurnya, dia bersandar di dinding dengan selimut yang menutupi tubuhnya.

“Jadi terasa horror karena sendirian dengan keadaan seperti ini…” gumam Junmyeon sambil melihat kearah jendela balkonnya. Sangat gelap dan hanya terdengar suara hujan yang diiringi suara desau angin.

Neoui sesangeuro yeah, yeorin barameul tago, yeah~

Negyeoteuro eodieseo wannya go

Haemarkge mutneun nege bimirira malhaesseo

Manyang idaero hamkke georeumyeon

Eodideun cheongugilte ni~

Tiba-tiba ponselnya berbunyi, membuat Junmyeon tersentak kaget, dia menatap layar ponselnya dan mengangkat panggilan dari Yifan.

Yeoboseyo…

“Hai Myeon.” ucap Yifan dari line telepon.

“Huh? Kenapa meneleponku?” Tanya Junmyeon bingung.

“Tadi aku mendengar suara teriakanmu.”

“I—itu hanya reflek karena kaget.” Ujar Junmyeon membela diri.

“Oh… kupikir kau takut.”

“Ti—lumayan sih…” cicit Junmyeon pelan. “Aku tidak suka situasi seperti ini.”

“Ternyata kau sama dengan Tao.”

“Maksudmu?”

“Kau tahu? Saat ini dia sedang mandi, dan aku menungguinya di depan pintu seperti orang bodoh karena dia takut.”

Junmyeon terkekeh pelan, tadinya dia berpikir kalau hanya dia yang begitu takut seperti ini.

“Kris-ge! Jangan sembarangan menjelekkan diriku!” seru Tao dari kamar mandi. Rupanya dia mendengarkan percakapan Yifan dan Junmyeon karena Yifan meloudspeaker ponselnya.

“Cepat selesaikan mandimu.” Balas Yifan lagi pada Tao.

“Aku sudah mau selesai kok!”

“Ya, ya. Cepatlah!” sahut Yifan lagi.

Hening sesaat…

“Um… Yifan…”

“Ya?” Yifan kembali fokus pada panggilan telepon.

Suara Junmyeon tampak terdengar ragu-ragu, “B—bisa tidak kau kemari? M—maksudku kau dan Tao!” sambung Junmyeon dengan cepat.

“Ayo Suho-ge! Aku mau bersama denganmu~” suara Tao kembali terdengar.

“Baiklah, kami akan ke sana. Setelah Tao selesai mandi tentunya.”

“Aku akan segera selesai!” terdengar teriakan dari Tao.

“Kau akan membuka kan pintu untuk kami?” Tanya Yifan.

“Err—kunci serep rumahku ada di bawah bata dekat pot bunga mawar. Kau bisa memakainya. Aku akan menunggu di kamarku…” Jawab Junmyeon.

Yifan tampak speechless. ‘Dia penakut juga ternyata.’

“Oke, baiklah. Kami akan segera kesana.”

“Aku selesai!” ucap Tao keluar dari kamar mandi lengkap dengan handuknya. “Ge, temani aku ke kamar~”

“Oke, oke.” Yifan hanya mengiyakan ucapan Tao, dia berjalan terlebih dahulu dengan Tao yang mengekor dibelakangnya sambil berbicara dengan Junmyeon.

“Gelap~ gelap~” terdengar suara Tao yang tampak seperti sedang menyanyi. Mencoba menghentikan rasa takut dan kesunyian di sekitarnya. Sejurus kemudian mereka pergi ke rumah Junmyeon dengan Tao.

Cklek…

Terdengar pintu dibuka, Junmyeon refleks menoleh ke arah sumber suara.

“Yifan?”

Hening. Tidak ada sahutan.

“Suho-ge~” terlihat Tao melongok dari pintu, membuat Junmyeon sedikit terkejut karena tadi dia sempat membayangkan hal yang menakutkan. Tao dan Yifan segera masuk. Dengan segera Tao menghambur ke arah kasur Junmyeon dan duduk disana.

“Ini pertama kalinya aku ke kamarmu, Suho-ge. Gelap ya, gak bisa melihat apa-apa.”

“Kan sedang mati listrik Tao,” ucap Yifan sambil memutar bola matanya. Tampak namja itu duduk di ujung kasur Junmyeon.

Kamar Junmyeon terdengar begitu hening meskipun mereka bertiga disana, hanya cahaya lilin yang menerangi kamar itu. Hujan dan petir masih terdengar dari luar, namun mereka bertiga tampak lebih santai. Junmyeon sibuk dengan novelnya, Tao sibuk dengan komik yang baru saja diambilnya dari lemari Junmyeon dan Yifan yang sibuk dengan majalah fashion.

Tao menutup buku komiknya, “Tidak ada Sesuatu yang bisa dimakan, Suho-ge?”

Junmyeon tampak menoleh pada Tao, “Sepertinya masih ada bahan makanan di lemari, bahan pancake, ramen instan…”

“Ayo makan ramen!” seru Tao dengan semangat.

“Kalau begitu kita harus ke dapur.”

Junmyeon dan Tao kemudian menoleh pada Yifan yang membaca majalah. Merasa sedang diperhatikan, Yifan mengalihkan pandangan dari majalahnya. “Apa?”

Tao mengambil lilin yang ada di meja lalu menyerahkannya pada Yifan, “Ayo ke dapur~”

Yifan menghela napas, mereka bertiga sedang menuruni tangga dan berjalan menuju dapur sekarang, dengan dia yang berada di depan sambil membawa lilin. Dia meletakkan lilin di atas meja makan. Tao langsung duduk manis di kursi ruang makan, sementara Junmyeon berjalan menuju lemari, mengambil beberapa bungkus ramen instan, kemudian memasak air di dapur. Butuh waktu beberapa menit hingga akhirnya ramen tersedia di meja mereka. Entah karena lapar atau memang ramen itu begitu enak, sehingga mereka bertiga benar-benar menikmatinya.

Ini bukan situasi yang sangat membahagiakan, tapi Joonmyeon berharap mereka bisa lebih lama seperti ini, melakukan hal yang lebih membahagiakan dari ini. Tanpa tahu Yifan juga berharap begitu.

XoXo-XoXo-XoXo

[tbc]

XoXo-XoXo-XoXo

Kapuas Timur, 27/12/2014

Repost: 11/03/2018

nggak sempat ngedit, maklumi typo ;w;

-Kiriya-

 

 

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Sweet_cheesecake
#1
Chapter 10: Nah lho hayoo ada yang bakal dimarahin mama habis ini wkkk
Makasi updateannyaa~
Krisho_daughter #2
Chapter 10: Next juseyooo
Krisho_daughter #3
Chapter 8: Akhirnya update ?
Sky_Wings
#4
>_< ♡
BabyBugsy
#5
Chapter 5: Waduh ternyata ini lbh dr sekedar cinta segitiga tp segi lima wkwkwkkwk.. Kira kira siapa nih ya mau nyatain duluan? Ayo dong kriss ngmng dulu sama suho. You are the real prince cool man bro hahahhaa.. Dont be a coward. Fighting!!!
BabyBugsy
#6
Chapter 4: Kyaaaa junmyeon tingkahnya emng ajaib banget dah hahahhaa.. Heemm kekny seru kalau lay sma kris terlibat cinta segita dg junmyeon wkwkkwkwkw..
Makin sweet ajah nih kriss
BabyBugsy
#7
Chapter 3: Aigoo fighting tao... Pengen lihat tao makin deket sama junmyeon sebenernya. Pasti gemesin kalau dia nempel mulu sama jumnmyeon hahahhaha
Mereka ga buli tao kn?? Fighting baby taoo
BabyBugsy
#8
Chapter 2: Haahaha kencan di pagi buta pada hari minggu. Otu terasa menyenangkan hahahhaa..
Cieee kris..
BabyBugsy
#9
Chapter 1: I love it. Gemesin lhat mereka berdua kenalan.. Wkwkkwkwk si dingin kris ternyatabisa senyambung itu kalau ngmng sama suho yg bawel ^^~
ihc_ocohc #10
Chapter 4: Makin manis aja hubungan krishonya, semoga cepet jadian ya kalian berdua <3
Btw kalo ada scene sulay, please lay aja yg jadi semenya hehe