chapter 12 [last]

Another Angel

Disclaimer: Exo Fanfiction. All the cast belong to themselves.

Warning: AU, typo, BL, OOC, Don’t Like, Don’t Read! ;)

Summary: [Krisho] [Chanbaek] Last Chapter. Bagaimana bisa, cinta tidak menghilang meskipun terpisah jarak dan waktu? Hei, kenapa aku bisa mencintaimu sebanyak ini?

Nah iya, ini ff awet bener mulai dari taun 2014 ampe sekarang, syukur ga discontinued, wwww.

XoXo-XoXo-XoXo

Another Angel © Kiriya Arecia

XoXo-XoXo-XoXo

.

.

.

Yang Tao katakan benar, terlalu banyak makan es krim tidak bagus untuk pencernaan. Sekalipun es krimnya enak dan harganya menggoda mata karena sedang promo. Baekhyun tidak tahu, apakah dia harus merasa menyesal atau bagaimana, karena lagi-lagi terjebak dalam situasi semacam itu di bilik toilet. Tapi untuk kali ini dia memutuskan untuk tidak keluar toilet hingga pembicaraan orang-orang itu tidak lagi terdengar karena telah pergi dari sana.

“Mana Suho-hyung dan Yixing-hyung?” Baekhyun berbasa-basi pada dua temannya yang tersisa di kursi café.

“Katanya ada hal privasi yang ingin dibicarakan, jadi mereka—Suho-hyung, Lay-hyung, dan Tao pergi duluan,” Chanyeol menyahut. Sementara itu Kyungsoo hanya menopang dagunya sambil menyesap minuman pesanannya.

Baekhyun menghela napas, duduk pada kursi kosong. Memikirkan apakah dia perlu membahas apa yang dia dengar di toilet pada Chanyeol dan Kyungsoo.

Tapi mengumbar hal yang tidak sengaja didengar, sepertinya bukan hal baik untuk dilakukan.

“Jadi penasaran, apa yang mereka bicarakan,” Chanyeol berucap pelan. Wajah Yixing tampak pucat—seperti orang yang kepergok mencuri begitu.

“Kalau itu berhubungan dengan kita, tentunya mereka akan memberitahu, tentu ini adalah hal serius,” Kyungsoo memainkan sedotannya, “Kita tidak bisa mengganggu begitu saja, kan.”

Chanyeol mengangguk, “Itu benar sih…”

Secara garis besarnya, Chanyeol dapat menduga apa yang terjadi diantara Junmyeon dan Yixing sekarang.

 XoXo-XoXo-XoXo

Dua sahabat sejak kecil itu berjalan bersama dengan keheningan di jalan pulang dari café. Hal yang cukup jarang terjadi jika mengingat keduanya adalah happy virus merangkap troublemaker. Masing-masing sibuk dengan pemikiran mereka sendiri, walaupun sebenarnya hal yang mereka pikirkan sama. Tentang Junmyeon dan Yixing.

Baekhyun melirik pemuda tinggi disampingnya, yang tampak serius dengan dahi berkerut.

“Tadi, di toilet, aku mendengar apa yang mereka bicarakan. Yixing-hyung berkata kalau dia menyukai Suho-hyung pada Tao, dan tampaknya saat itu Suho-hyung tidak sengaja mendengarnya.”

Baekhyun akhirnya bercerita.

Langkahnya terhenti, Chanyeol menatapnya dengan mata yang serius, “Ahh… aku sudah mengiranya. Terlihat jelas di wajahnya Lay-hyung.”

Baekhyun melotot.

“Heh? Kau tahu kalau Yixing-hyung menyukai Junmyeon-hyung?!”

“Gimana lagi, Kris-hyung dan Lay-hyung curhat tentang gebetan mereka padaku, sampai-sampai aku jadi bingung harus bersikap seperti apa—ah, maaf karena tidak memberitahumu kalau Kris-hyung suka pada Junmyeon-hyung. Padahal aku tahu jelas kamu menyukainya, kau tahulah, ini terlalu rumit.”

“Tunggu dulu, itu bukan hal penting. Maksudku, ini memang mengejutkan, tapi bukannya kamu juga menyukai Suho-hyung?!”

Alis kanan Chanyeol naik sebelah, “Hah?”

“Iya, soalnya kau terlihat galau akhir-akhir ini karena Kris-hyung pacaran dengan Suho-hyung. Padahal kau juga memiliki perasaan pada Suho-hyung, kan…?”

“Wow, wow, kata siapa aku suka dalam artian romantik pada Suho-hyung?!”

“Bukannya begitu?! Tampak jelas kok kemarin kamu tampak sedih begitu!”

“Aku ikutan galau karena kalian berdua tampak sedih banget kemarin. Jadi kepikiran gimana caranya menghibur kalian. Tentu saja, bukan berarti aku tidak mendukung kebahagiaan Kris-hyung dan Junmyeon-hyung. Kalau mereka bahagia, aku turut berbahagia juga, tapi kalian kan bagian yang berduka. Lagian aku tuh dari dulu cintanya sama kamu kok. Makanya aku ikutan sedih gara-gara kamu patah hati karena Kris-hyung,” Chanyeol berusaha menjelaskan dengan panjang lebar.

“Eh?” Langkah mereka yang beriringan berhenti. Baekhyun menatap Chanyeol tidak percaya. Mulutnya menganga lebar.

“Eh?” Chanyeol membeo.

Kampret. Keceplosan. Ekspresinya sekarang pasti sepucat Yixing tadi. Oh, holy .

XoXo-XoXo-XoXo

“Aku perlu juga ya, berada di sini?” Tao duduk di tempat santai yang tersedia taman. Tempat duduk berbentuk batang kayu tersedia di setiap sisi meja bundar berpayung sebagai pemberi keteduhan.

“Err—maaf, aku terlalu terkejut jadi malah tidak sengaja melibatkanmu, Tao,” Junmyeon menjawab, meskipun pandangannya terarah pada pemuda yang ber-facepalm.

Saat ini Yixing merasa penuh dengan penyesalan dan pengharapan agar hari ini bisa direset.

“Karena ini tampaknya pembicaraan pribadi, aku akan duduk di sana saja, agar tidak mengganggu,” pemuda yang lebih tinggi dari Junmyeon itu menunjuk kursi taman lain yang kosong.

“Y—ya, tentu.”

Sesaat sebelum menjauh dari sana, Tao menepuk-nepuk bahu Yixing pelan.

Yixing meliriknya sekilas sebelum mengarahkan fokusnya pada mantan gebetannya sambil mengumpulkan keberanian sebisanya.

“Sebenarnya, aku tidak bermaksud mengungkapkannya padamu, Suho-ssi. Kau bisa melupakannya—”

“Mana bisa seperti itu.”

“Iya juga ya…”

Junmyeon mendapati Yixing menatapnya dengan pandangan yang teduh.

“Aku memang menyukaimu, dan juga patah hati, Suho-ssi. Tapi, sungguh, kalau kau bahagia dengan Kris-ssi, aku tidak membenci ataupun marah. Aku hanya sedih, dan yaahh... sedikit iri juga karena hal ini. Maksudku, sudahlah, tidak apa-apa seperti ini.”

“Yixing…”

Yixing mengangguk-angguk dengan mantap, “Lagipula ini tidak seperti kau akan putus dengan Kris-ssi dan memilihku… kan? Kau bahagia bersamanya itu sudah cukup kok untukku. Aku tidak akan mengganggu atau berusaha merebutmu darinya. Tenang saja.”

Meskipun tentu saja, aku masih berandai-andai kalau kau mencintaiku, diiringi segala pengharapan indah dengan dirimu di dalamnya.

Yixing tidak mengatakan hal semacam itu.

Ada banyak bentuk mencintai, hanya melihat tanpa melakukan apapun, berjuang untuk mendapatkannya dan menyerah, itupun salah satunya, bukan?

Yang Yixing lakukan adalah menyerah.

“Ya, kurasa… aku bahagia bersamanya. Terima kasih karena telah menyukaiku sebanyak itu, dan juga maafkan aku, karena tidak dapat membalas perasaanmu.”

“Kau tidak perlu minta maaf, Lagi pula perasaan bukan sesuatu yang harus dipaksakan, kan?” Yixing melirik Tao yang tampak duduk jauh dari mereka, namun memperhatikannya dari kejauhan.

Namja pemilik mata panda itu tampak hanya diam di sana.

Tao mengerti momen dua orang di kursi itu tidak layak dia ganggu. Meskipun sebenarnya cukup penasaran apa yang dibicarakan, dia tahu jelas bahwa apa yang terjadi di sana itu bisa dikatakan—tidak bagus untuk hatinya.

Pandangan Yixing kembali pada Junmyeon.

“Aku mengerti…”

“Aku hanya berharap, pertemanan kita tidak rusak karena hal ini.”

“Tentu saja, tidak, tidak akan.” Junmyeon tersenyum padanya.

Senyuman angelic yang selalu Yixing sukai. Masih hingga detik ini.

Akan butuh waktu untuk melepaskan perasaannya.

XoXo-XoXo-XoXo

“Aku benar-benar tidak bermaksud mengatakan perasaanku padanya. Tapi bisa mengungkapkan semacam ini memang membuat lega, aku tidak menangis…” Yixing mengakhiri perkataannya dengan menarik napas lalu menghembuskannya.  

Hanya ada Tao dan dirinya di tempat itu sekarang. Murid smp itu duduk bersebrangan dengannya. Junmyeon sudah pergi setelah ditelepon oleh Yifan. Junmyeon tadinya mengajak Tao pulang bersama, dengan ucapan yang dengan sekejap membuat Yixing mengetahui kalau dia adalah adik Yifan.

“Aku tidak tahu kalau kau adalah adik Kris-ssi.”

“Aku tidak berani bilang sebenarnya, takutnya kamu jadi tidak menyukaiku,” Tao menggaruk kepalanya lambat-lambat.

“Mana mungkin begitu, Kris-ssi orang yang baik kok, kau juga. Lagi pula karena mereka berdua bahagia, aku hanya perlu turut berbahagia juga. Aku tahu jelas, kalau di dunia ini ada beberapa hal yang memang tidak bisa kita miliki.”

“Aku tahu kata-kata itu kau tujukan untuk dirimu sendiri, ge. Tapi aku merasa kena telak juga,” ujar Tao kemudian.

“Ah… ya, maafkan aku.”

Yixing melupakan fakta penting kalau Tao menyukainya.

“M—mau aku traktir es krim?”

“Maaf, untuk hari ini tiga porsi sudah cukup untukku.”

“O—oh benar, kau sudah makan banyak es krim hari ini…” Yixing merasa semakin canggung.

“Mungkin, kau tidak menangis karena ada aku sekarang disini, ge.”

‘Ah, mungkin begitu.’

“Meskipun aku tidak mempermasalahkan jika kau menangis dihadapanku sih. Aku punya tisu, dan bisa saja menyeka nya untukmu.”

“Tidak perlu, aku sudah lebih kuat dan ber-positif thinking.” Yixing mengepalkan kedua tangannya, dengan dimple manisnya yang terlihat jelas.

Tao sering mengatakannya, dia menyukai ketika pemuda itu tersenyum. Dan memang begitulah kenyataannya. Dia akan merindukannya, karena setelah ini, setelah kelulusan dia akan kembali ke Kanada.

Memang waktu yang singkat untuk mengenal cinta dan patah hati.

Ternyata cinta bisa datang dengan begitu cepat, ya?

XoXo-XoXo-XoXo

“Bagaimana bisa kau berpikir kalau aku ada hati macam namja tiang listrik seperti Chanyeol?”

“Jangan membuatku merasa begitu konyol, Kyung! Aku tidak bisa curhat hal ini kepada yang lain selain dirimu, tolong jangan membuatku menyesalinyaaa!” Baekhun memegang kepalanya dengan kedua tangannya, “Kamu sih akhir-akhir ini deket bareng Chanyeol mulu.”

“Tampaknya menarik sih, melihat tingkah cemburumu itu.” Kyungsoo berucap kalem.

Malam-malam Baekhyun datang ke rumahnya, meskipun jaraknya lumayan jauh. Sebagai teman yang baik, Kyungsoo membukakan pintu rumahnya kemudian mendengarkan curhatan sang Bacon.

“Sekarang kau tahu kau menyukainya, dan dia juga menyukaimu. Sesuatu yang bagus kan?”

“Tapi dia hanya mengakui kalau dia menyukaiku, tapi dia tidak menembakku!” Baekhyun masih setia dengan ekspresi depresi di wajahnya.

“Kau saja yang menembaknya.”

“Haaahh? K—kenapa malah begitu?! Kenapa harus aku?!”

“Kalau aku dengar dari ceritamu, dia berusaha tidak merusak hubungan persahabatan kalian, makanya tidak berniat mengungkapkan perasaannya. Tapi karena kelepasan, ya begitu,” namja bermata bulat itu menggendikkan bahunya.

“Kok nanggung begitu sih! Dasar Chanyeol!” Baekhyun membanting bantal milik Kyungsoo.

“Dia tentu berpikiran kau masih ada hati dengan Kris-hyung.” Ujar Kyungsoo.

“O—oh… Pa—padahal kalau dengan Chanyeol, aku sih… tidak masalah…” Baekhyun memainkan kedua jemari telunjuknya.

“Kau masih patah hati, dan dia tidak ingin jadi pelarian sesaat dan merusak persahabatan kalian.”

“H—hah? Masa iya begitu?!”

“Begitulah.”

“Apanya yang begitulaaahh!” Baekhyun menguncang-guncang bahu Kyungsoo.

Kyungsoo menggeplak kepala Baekhyun sebagai balasan atas tindakan semena-mena pada dirinya. “Kalau begini hubungan kalian ya terus gini-gini aja, kalau kamu tidak bisa tunjukkan dengan kata-kata, lakukan dengan tindakan.”

“D—dengan tindakan?”

Sebuah adegan layak sensor dan blur terbayang dalam pemikiran Baekhyun.

Ke hotel. Dorong Chanyeol ke kasur. Longgarkan kerah kemeja—

—plak!

Geplakan terjadi sekali lagi. Kyungsoo tahu jelas, pikiran pemuda disampingnya itu salah jalur.

Baekhyun mengelus kepalanya.

Kyungsoo melipat tangannya, “Tindakan sederhana yang bermakna kalau kau juga menyukainya.”

“Misalnya?”

“Pikir sendiri.”

“Menggandeng lengannya, wink, dan tersenyum dengan aegyo-ku yang imut?”

“Ya, ya, terserahlah, tapi kalau dibayangkan kesannya kayak murahan sih—”

“Kyung, kamu jahat!”

Kali ini sepertinya Baekhyun yang akan berinisiatif lebih dahulu.

 XoXo-XoXo-XoXo

 “Kanada itu di bagian bumi mana?” Sehun menoleh pada Tao.

“Buka peta, sana.” Tao menyahut kalem.

“Eropa?” Kai berucap asal.

“Amerika Utara.”

“Kukira kamu orang China, Tao.”

“Memang China kok. Papaku orang China, mamaku blasteran China-Kanada. Mereka ketemu di China dan tinggal beberapa tahun, terus pindah ke Kanada, lalu kembali lagi ke China. Sekarang kembali lagi ke Kanada.”

“Hee…”

“Kok bisa ke Korea, kamu?”

“Pamanku kan tinggal di sini.”

Dahi Sehun berkerut, “Kanada jauh banget deh, kalau mau ngajak main gimana?”

Tao mengangkat smartphone miliknya, “Ada video call, kan?”

“Kok sedih ya…”

“Jangan nangis, nanti aku ikut nangis juga...”

“Kamu udah nangis duluan.”

“Terus hyung kamu gimana? Ikut balik ke Kanada juga? Meskipun pacaran dengan Junmyeon-hyung? Apa artinya mereka akan putus?”

Tao menggendikkan bahunya. Yang dia tahu hanyalah kakaknya juga akan ikut kembali ke Kanada.

XoXo-XoXo-XoXo

“Yixing bilang dia menyukaiku.”

Junmyeon tahu, ekspresi terkejut pasti akan terlihat dari wajah Yifan setelah ucapannya ini keluar.

“Dalam konteks cinta?”

“Sebenarnya dia tidak berniat mengatakannya, aku hanya kebetulan mendengarnya saat dia bicara dengan Tao.”

Junmyeon menjelaskan sedetail mungkin.

Yifan menyandarkan bahunya di sofa, “Kalau begini, bagaimana bisa aku memutuskan untuk tinggal bersama orang tuaku di Kanada? Aku mungkin saja akan kehilanganmu. Karena jarak, orang lain, atau karena waktu.”

Junmyeon menyesap teh miliknya.

Mungkin bisa saja begitu. Meskipun sekarang mereka bersama dan saling mencintai satu sama lain. Siapa yang tahu tentang apa yang terjadi di masa depan?

Akan ada banyak cinta yang lain. Akan ada banyak orang yang lebih baik darinya.

Apa hubungan mereka akan baik-baik saja?

“Katakan, jika seandainya Yixing terlebih dulu menyatakan perasaannya padamu dibanding aku, apa kau akan berkata iya padanya?”

“Kalau ini seandainya, maka jawabannya bisa iya, bisa tidak. Bagaimana kalau terima saja kenyataan, kalau aku mencintaimu sekarang?”

“Bagaimana dengan nanti?”

Terlalu klise untuk mengatakan hal seperti; tentu saja aku akan selalu mencintaimu.

Junmyeon menghela napas, lalu menatap Yifan dengan serius, “Kita akan baik-baik saja.”

XoXo-XoXo-XoXo

 “Ngomong-ngomong, tumben Baekkie main ke sini?” Junmyeon bertanya begitu menapakkan langkahnya ke kamar Kyungsoo. Pemuda hyper itu yang membukakan pintu untuknya. Hal yang jarang terjadi karena biasanya Baekhyun lebih sering bersama Chanyeol atau Chen.

“Sama kayak kamu hyung, curhat juga,” Kyungsoo kalem sambil menikmati cemilan yang dibawakan Baekhyun untuknya. Dan cemilan itu bertambah lagi karena Junmyeon membawakan jenis yang sama di tangannya.

“Ohhh, soal apa?”

Friendzone dengan Chanyeol meskipun saling suka.”

“Wow.”

“Ya ya ya, yang ini abaikan saja. Hyung sendiri kenapa ke sini malem-malem. Bukannya pacaran aja sama Kris-hyung.”

Junmyeon menghela napas. Kyungsoo anteng seperti biasanya, dan Baekhyun menatapnya penuh tanya.

Junmyeon punya banyak hal yang ingin diceritakan sih.

“Eh, jadi Kris-hyung hanya akan tinggal disini hingga kenaikan kelas?”

“Sepertinya sih,” Junmyeon menenggelamkan dagunya pada boneka pinguin di kamar Kyungsoo.

“Kenapa tidak memintanya untuk tinggal disini saja? Hingga kelulusan misalnya?” Baekhyun menyarankan.

“Kan sudah kuceritakan, keadaan keluarganya tidak begitu harmonis pada awalnya, dan jika hal itu bisa diperbaiki jika dia kembali, bukankah itu bagus?”

“Meskipun kalian harus pisah gitu?”

“Ah, gimana kalau hyung saja yang ikut pindah ke Kanada?”

“Kamu yang mau ngebiayain hidupku disana?”

“Err—”

“Itu kan gak semudah yang dipikirkan. Gimanapun juga, yang paling utama adalah keluarga, kan?”

Baekhyun mengangguk-angguk pelan.

XoXo-XoXo-XoXo

Kamar Yifan ramai, sejak sore telah diserbu oleh Xiumin dan kawan-kawan, termasuk Chanyeol. Tidak banyak hal dilakukan selain menonton tayangan tivi tentang acara gosip dan membahas kepindahan Yifan yang bahkan belum genap setahun berada di sini.

Xiumin bertanya dengan nada serius, “Jadi kau benar-benar yakin untuk pindah?”

Yifan belum bisa menjawabnya.

“Suho bilang gimana?” Tanyanya lagi.

“Kau pasti dapat menduga tanggapannya.”

“Padahal Yifan salah satu anggota yang paling kuat dan hebat di tim kita,” Luhan berujar.

“Kau lebih memikirkan bakatku?”

Poker face yang tidak sesuai kelakuanmu itu akan aku rindukan, hyung,” Chen ikut berkomentar.

“Kau melupakan fakta tentang wajah tampanku.”

Xiumin hanya ikut tertawa.

Malam berlalu dengan kegalauan yang tidak jelas juga permainan poker nyaris judi.

“Kau terlihat suram, Yeol. Sedih banget gara-gara aku tinggal ke kanada ya?” Yifan menghampiri Chanyeol yang kalah di ronde awal poker. “Harusnya kamu senang, saingan orang ganteng berkurang satu.”

Chanyeol meliriknya tanpa semangat, menyahut dengan ucapan yang tidak ada hubungannya. “Aku… menyukai Baekhyun, hyung. Aku memang menyukainya sedari dulu.”

“Ah, sudah kuduga itu. Jadi, apa ada sesuatu yang terjadi?”

“Aku tidak sengaja mengungkapkan perasaanku padanya.” Chanyeol makin muram. “Kami tidak akan bisa jadi teman seperti dulu lagi.”

Yifan diam sejenak, “Yang terjadi biarlah terjadi. Kau tidak bisa terus memendam rasa. Berusahalah sedikit lagi menjadi lebih berani. Dengan begitu kau akan tahu, harus memperjuangkannya atau melepasnya.”

Karena bagaimanapun orang lain berpendapat, yang harus mengambil keputusan adalah diri sendiri. Itu berlaku untuk Yifan dan Chanyeol. Junmyeon berkata, kalau Yifan tahu mana pilihan yang lebih baik. Dan ya, Yifan memang sudah tahu jawabannya sejak awal, sejak mamanya melontarkan ajakan untuk pulang bersama dengan penuh harapan untuk memperbaiki semuanya.

Meskipun singkat, tapi Yifan merasa sangat senang berada di Korea dan bertemu dengan Junmyeon.

Tapi, dia dan Zi Tao akan kembali ke Kanada.

Karena mereka berdua akan baik-baik saja.

XoXo-XoXo-XoXo

[Another Angel]

XoXo-XoXo-XoXo

Three years later.

Pemandangan kampus di Kanada jelas berbeda jauh dengan Korea. Waktu itu, yang terlihat olehnya adalah bunga sakura yang mekar sepanjang jalan dengan helaiannya yang berjatuhan. Juga seseorang yang begitu banyak meninggalkan kesan di hatinya.

Waktu yang selalu membahagiakan setiap saatnya dengan perasaan cinta setiap detiknya.

Ah, masa lalu.

Selalu indah untuk dikenang. Di kanada, hanya ada daun maple yang berjatuhan dengan helaiannya yang menguning bersepuh merah.

“Kevin!”

“Jess.”

Pemuda tinggi dengan wajah yang selalu tampak kalem itu menoleh. Itu adalah teman satu fakultasnya. Jessica, yeoja berambut pirang yang terkenal di kampus karena wajahnya yang cantik dan senyumnya yang manis. Senyum angelic. Senyum yang manis seperti seseorang yang jauh di sana. Mungkin karena senyum itu begitu mirip dengan sosok di sana, dia menjadi cukup dekat dengan Jessica. Jessica juga memiliki sikap ramah tamah dalam kesehariannya.

Maklum saja jika setiap kali berjalan bersama, banyak yang mengira mereka adalah pasangan. Karena mereka terlihat serasi, dengan kekaleman Yifan dan keramahan Jessica.

“Pulang bareng?” Tanya Jessica kemudian.

“Ok.”

“Sipp.” Jessica menggandeng lengan Yifan akrab.

Hari ini telah mencapai pada bulan dimana daun-daun maple berjatuhan di sepanjang jalan yang mereka lalui. Ada pemandangan indah yang Yifan lihat, sosok yang diam berdiri, mendongak menatap helai daun-daun maple yang menguning di pohonnya. Mengetuk-ngetukkan sepatunya ke tanah dengan tangan tertaut ke belakang. Bibirnya tampak menggumamkan sesuatu.

Pandangan mereka bertemu.

Sosok itu Junmyeon.

Yang Junmyeon dapati di depan matanya adalah Yifan, pacar berstatus ldr nya sedang digandeng cewek bule yang seksi dan cantik.

XoXo-XoXo-XoXo

Junmyeon mengenali gadis itu. Jessica Jung, salah satu teman dekat Yifan di kampus. Tapi untuk bertemu secara langsung, ini adalah yang pertama kalinya. Gadis itu cantik sekali. menyapanya dengan ramah.

“Aku merasa seperti tertangkap sedang selingkuh.” Yifan bersuara. Memecah keheningan di tempat mereka berada sekarang. Sebuah café kecil di pinggiran kota, berteman jus segar dan pancake di meja.

“Kalau aku tidak mengenal Jessica, aku akan menganggapmu berselingkuh, Tuan Wu.”

“Hei, aku sudah punya kekasih tahu, lebih tampan dari pada Kevin.” Jessica memangku wajahnya, memperhatikan Junmyeon dengan senyuman di wajahnya. “Hehe, akhirnya bisa ketemu orangnya langsung. Kalau dilihat lebih dekat, manisnya semakin kelihatan.”

“Aku—tampan.” Junmyeon menyahut dengan mantap. “Dan kau kelihatan lebih cantik dari pada di video call.”

“Hehe,” Jessica mengibaskan rambutnya, “Terima kasih.”

“Hei—kalian mengabaikanku.” Yifan menatap mereka dengan wajah datar.

“Biarkan aku berkenalan dengan Jun. Kami selama ini hanya bicara lewat video call. Oh ya—kau harus berterima kasih padaku karena telah menjaga kekasihmu dari incaran muda-mudi Kanada, Jun.”

Junmyeon terkekeh, “Gomawo. Thank you.

“Jess. Heii.” Yifan masih setia dengan wajah kalemnya yang memberikan kesan sangar.

“Ah—baiklah. Aku akan pergi, tapi setelah pacarku menjemputku. Yah—” Jessica melirik arlojinya. “Sekitar setengah jam lagi. Jadi untuk detik ini hingga dua puluh sembilan menit ke depan, Jun adalah milikku.”

Yifan hanya bisa menumpu dagunya, sementara Junmyeon tertawa pelan.

XoXo-XoXo-XoXo

Jalanan yang mereka lalui di penuhi dengan helaian daun maple menguning. Daunnya masih berjatuhan, memberikan kesan romantik. Jalan setapak itu mereka lalui dengan lambat untuk menikmati waktu.

Membicarakan hubungan Chanyeol dan Baekhyun yang masih begitu-begitu saja. Entah ttm atau hts. Mempertanyakan dua anak yang dulu smp, namun sudah sma sekarang—Sehun dan Kai. Meskipun sebenarnya dia cukup tahu hal itu dari Tao. Keadaan teman-teman merekapun tidak luput dari pembicaraan. Juga tentang Yixing yang kembali pulang ke China melanjutkan kuliahnya.

Yifan memperhatikannya, Junmyeon yang melangkah lebih cepat darinya. Tiga tahun tidak bertemu secara langsung, hanya melihatnya saja dari layar ponsel atau laptop, namun dia sekarang dia tepat berada di sampingnya. Nyata. Yifan kembali berpikir, waktu benar-benar berlalu sekarang. Penampilan Junmyeon berubah. Terlihat lebih dewasa, hanya senyum angelic-nya yang masih sama.

Bagaimana dia melewati hari-harinya selama ini tanpa Junmyeon di sampingnya? Semuanya terasa tidak jelas. Yang diingatnya sekarang adalah bagaimana biasanya mereka berangkat ke sekolah, dan menghabiskan waktu bersama. Itu adalah masa yang indah hingga tiap saatnya begitu melekat di ingatan Yifan.

Bagaimana bisa, cinta tidak menghilang meskipun terpisah jarak dan waktu?

Rasanya Yifan ingin bertanya, ‘Hei, kenapa aku bisa mencintaimu sebanyak ini?’

Sebuah sentuhan terasa lembut di pipi Yifan, membuatnya menoleh.

“Hei. Kau melamun. Apa yang sedang kau pikirkan?” Junmyeon menatapnya. Langkah mereka terhenti.

“Aku memikirkanmu.”

“Eh? Meskipun sekarang aku ada di sampingmu?” Dahi Junmyeon berkerut.

“Aku memikirkan saat-saat kita dulu bersama, dan saat yang kulalui tanpamu.” Jawab Yifan.

“Begitu? Lalu?” Junmyeon tersenyum padanya.

“Rasanya rindu karena tidak bertemu selama tiga tahun terobati begitu saja. Meskipun kita baru bertemu sebentar. Ini aneh.” Yifan tertawa.

Junmyeon tersenyum tipis, “Ya, aku rasa juga aneh. Padahal rasa rindu ini begitu banyak hingga tadi.”

“Aku tahu kenapa, itu karena saat-saat kita bersama lebih berharga dibanding waktu kita terpisah.”

Junmyeon meraih tangan Yifan, “See. Kita baik-baik saja.”

Di masa lalu, Junmyeon melihatnya, Yifan berada di bawah pohon sakura sendirian. Dimana helaian kelopak bunga berjatuhan diantaranya.

Sekarang, dengan tangan bertautan erat—mereka berjalan bersama diantara daun maple yang berjatuhan. Ia ingin berada di sampingnya.

.

.

.

XoXo-XoXo-XoXo

[end]

XoXo-XoXo-XoXo

a/n: Junmyeon mendapatkan beasiswa pertukaran mahasiswa ke Kanada, kampus Yifan.

Ini berbeda dengan ending yang aku niatkan di tahun 2014 saat aku membuat ff ini. lol.

Sebenarnya pengen sad ending. Dan iya, ini ending yang rada rusuh karena ku ingin cepat menamatkannya. Udah berpuluh kali edit ini. wwww.

Terima kasih sudah mengikuti ff ini hingga selesai \(o)/

Kalteng, 31/05/2019 (aff)

-Kiriya-

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Sweet_cheesecake
#1
Chapter 10: Nah lho hayoo ada yang bakal dimarahin mama habis ini wkkk
Makasi updateannyaa~
Krisho_daughter #2
Chapter 10: Next juseyooo
Krisho_daughter #3
Chapter 8: Akhirnya update ?
Sky_Wings
#4
>_< ♡
BabyBugsy
#5
Chapter 5: Waduh ternyata ini lbh dr sekedar cinta segitiga tp segi lima wkwkwkkwk.. Kira kira siapa nih ya mau nyatain duluan? Ayo dong kriss ngmng dulu sama suho. You are the real prince cool man bro hahahhaa.. Dont be a coward. Fighting!!!
BabyBugsy
#6
Chapter 4: Kyaaaa junmyeon tingkahnya emng ajaib banget dah hahahhaa.. Heemm kekny seru kalau lay sma kris terlibat cinta segita dg junmyeon wkwkkwkwkw..
Makin sweet ajah nih kriss
BabyBugsy
#7
Chapter 3: Aigoo fighting tao... Pengen lihat tao makin deket sama junmyeon sebenernya. Pasti gemesin kalau dia nempel mulu sama jumnmyeon hahahhaha
Mereka ga buli tao kn?? Fighting baby taoo
BabyBugsy
#8
Chapter 2: Haahaha kencan di pagi buta pada hari minggu. Otu terasa menyenangkan hahahhaa..
Cieee kris..
BabyBugsy
#9
Chapter 1: I love it. Gemesin lhat mereka berdua kenalan.. Wkwkkwkwk si dingin kris ternyatabisa senyambung itu kalau ngmng sama suho yg bawel ^^~
ihc_ocohc #10
Chapter 4: Makin manis aja hubungan krishonya, semoga cepet jadian ya kalian berdua <3
Btw kalo ada scene sulay, please lay aja yg jadi semenya hehe