chapter 10

Another Angel

Disclaimer: All the cast belong to themselves.

Warning: AU, typo, BL, OOC, Don’t Like, Don’t Read! ;)

Summary: [Krisho] [Chanbaek] [Layho] [Taolay]… Apa kamu pernah mengalami hal seperti menyukai seseorang yang ternyata menyukai orang lain. Kamu tahu hal itu, tapi tidak bisa berhenti menyukainya. Tetap menyukainya walaupun rasanya ternyata menyakitkan \ Karena aku lebih takut kehilangan dibandingkan merasa sakit \ Nggak bisa ya mengalihkan rasa suka itu kepadaku?

XoXo-XoXo-XoXo

XoXo

Another Angel © Kiriya Arecia

XoXo

XoXo-XoXo-XoXo

Kamu menyukainya. Merasa suka. Kagum. Tertarik. Dan mungkin ini adalah cinta.

Dia tidak memiliki perasaan sedemikian rupa kepadamu.

Tidak memiliki perasaan yang sama denganmu.

Hatinya milik orang lain.

Baekhyun menghela napas.

Patah hati.

Bel pintu rumah Chanyeol telah berbunyi beberapa waktu yang lalu. Sang pemilik rumah membuka pintu dengan tatapan ceria seperti biasanya, mempersilakan sang sahabat masuk.

Senyum sopan menghiasi wajah Baekhyun untuk sekedar memberikan sapaan ucapan selamat sore pada sang nyonya rumah dan noona cantik, Park Yoora yang tampak sedang berada di ruang tamu menikmati waktu dengan menonton tayangan di televisi. Sedang Chanyeol langsung berlalu menuju kamarnya dan memanggil Baekhyun agar mempercepat langkahnya menuju kamar sang namja tinggi.

Bunyi ‘buk’ pelan terdengar begitu Chanyeol mendaratkan diri di singgasananya.

“Apa nih? Ada tugas yang tidak kamu mengerti? Sedang merajuk pada hyung-mu lalu kabur dari rumah?” Chanyeol mengeluarkan praduga yang bersarang dipikirannya tentang raut wajah namja bermata sipit yang tampak tidak begitu hiperaktif seperti biasanya.

Baekhyun duduk bersila di lantai yang berlapis karpet, menyandarkan punggungnya ke tepi ranjang. Matanya mengarah ke langit-langit kamar Chanyeol.

Baekhyun menggeleng, “Sedang bosan di rumah. Jadi main kesini.”

“Mau main game bareng?” Chanyeol mengajukan tawaran penghiburan.

“Main gitar dong Yeol, mendengar kamu main gitar bisa bikin perasaan tenang deh.” Ucap Baekhyun kemudian. “Ingat ya, main gitar, gak pakai ngerapp.”

“Uh… oke?” Chanyeol meraih gitar kesayangannya, memainkan gitarnya dengan perlahan sehingga menghasil nada-nada yang memanjakan indera pendengaran.

Baby don’t cry akustik version.

Memejamkan mata perlahan. Baekhyun tersenyum kecil.

Don’t Cry.

XoXo-XoXo-XoXo

Menatap langit-langit. Diam dan terus memperhatikannya walaupun tidak akan ada yang muncul disana. Yixing terfokus dengan pandangannya saat ini, tidak berniat menoleh ataupun mengubah posisinya berbaring telentang di kasurnya. Karena, jika dia memalingkan wajahnya sekarang, air matanya akan jatuh, dari matanya yang berkaca-kaca.

XoXo-XoXo-XoXo

“Zitao adikku.” Senyum lebar di wajah namja berdarah China-kanada itu membuat Zitao menatap kakaknya tanpa berkedip. Namja jangkung itu merentangkan tangannya, memeluk sang adik yang sepertinya sedang dibekukan oleh waktu.

Setelah sekian detik, memastikan dia tidak salah masuk rumah, dan memastikan kalau orang itu adalah kakaknya, Tao meletakkan tasnya ke sofa. Sang gege tidak sedang kerasukan vampire China, kan?

“Err—gege…”

“Ya?” sahut Yifan ramah.

“Namamu Wu Yi Fan, benar bukan?” Tao bertanya hati-hati.

“Tentu saja, siapa lagi namja tampan yang bernama Yifan kalau bukan kakakmu ini?” Yifan berujar bangga, “Lapar tidak? Mau pesan delivery sesuatu? Kamu boleh mesan apa aja. Boleh sepuasnya kok. hari ini tidak ada pengecualian.”

Tao mengelus dagunya pelan, “Bahagia karena sesuatu yang berhubungan dengan Junmyeon-ge?”

Yifan hanya menggaruk kepalanya, “Begitulah…”

“Serius? Wow, ge!” Tao tampak menyahut ceria. “Traktir aku 3 pan Pizza ukuran besar!”

“Pizza? Memangnya kamu sanggup?”

“Aku sanggup!” Tao berseru.

“You must be really hungry, huh?” Yifan menggumamkan kata-kata tidak percaya dengan ucapan Tao. Sementara Tao hanya tertawa kecil sambil mendengarkannya.

Ada beberapa hal yang membuat Tao merasa senang dan sedih dalam waktu bersamaan. Untuk hari ini. Tao baru menyadari, hatinya cukup hebat untuk merasakan emosi yang bertolak belakang semacam ini untuk ukuran anak yang menginjak remaja. Dapat menanggapinya dengan baik—setidaknya begitu pemikirannya— Tao memang selalu bertingkah kekanakan. Tetapi, siapa bilang dia tidak bisa bersikap mengerti untuk sesekali?

Tao masih belajar untuk mengerti.

XoXo-XoXo-XoXo

Ting! Tong!

Bel rumah telah berbunyi beberapa kali dikarenakan sesosok orang bertopi hitam yang memegang kantung berisi pizza. Sosok itu mengetukkan kakinya yang terbalut sepatu kets berwarna biru berkali-kali ke lantai.

Kriekk!

“Oh!” Tampak Yifan membuka pintu, namja yang memakai baju kaos biru itu melongok ke dalam rumah, “Pizza pesananmu sudah datang, Tao!” serunya.

Jduk!

Sang pengantar pizza pesanan itu menendang kaki Yifan, menghadirkan ucapan ‘ow!’ singkat dari Yifan.

“Aku bukan pengantar makanan!” namja bertopi itu menyerahkan langsung kantung makanan tanpa kesan ramah.

“Jangan marah! Akan aku ganti kok,” Yifan merangkul bahu namja sepantarannya itu, “Ayo masuk Yeol!”

“Chanyeol-ge.” Tunjuk Tao, “Sejak kapan bekerja jadi pengantar makanan?” tangannya beralih meraih potongan pizza hangat yang telah berhasil mendarat di meja ruang tamu.

“Aku hanya kebetulan membelikan karena hyung-mu yang meminta,” Chanyeol memasang wajah cemberut. Dia bilang aku harus segera kesini.” Chanyeol menghempaskan pantatnya di sofa yang empuk.

“Oh, dia ingin berbagi kebahagiaannya, ge.” Tao tampak lebih peduli pada Pizza-nya.

“Kebahagiaan macam apa? Aku hanya akan turut berbahagia kalau kau sudah berhasil menyatakan perasaanmu pada Junmyeon-hyung.” Ujar Chanyeol dengan nada remeh, tangan terlipat dengan kaki menyilang.

Senyuman lebar—hampir mengalahkan senyuman ala Cheshire cat di film Alice and Wonderland tampak di wajah Yifan.

“Kalau begitu puji aku.”

“Hah? Jinjja?” Ketidakpercayaan jelas tertera diwajah Chanyeol, mulutnya menganga.

“Kau tahu yang lebih baik, aku diterima.”

“Wow! That’s great bro!”

“Yeah! Thanks to you, bro!”

“Yeah, call me baby!” Tao ikut berkomentar walau tidak nyambung. Oh, nggak kok, dia cuman ngikutin lirik lagu dari mv yang sedang ditayangkan di tivi.

“Terus teman-teman yang lain udah pada tau?”

“Sepertinya belum semua sih. Ntar ajalah kalau timingnya pas. Lagian kakinya Junmyeon belum sembuh juga. Pengen sekalian aja official-nya. Kasihan diajak jalan terus, kapan sembuhnya dia.”

“Cie sok perhatian. Pengen banting tivi ke kepala kamu deh rasanya, hyung.” Ujar Chanyeol.

“Kok gitu?!” Yifan protes.

“Bikin geli sih. Orang kalem mendadak cengar-cengir gitu.”

“Karena ini cinta.” Yifan masih tersenyum. Namun kali ini tampak lebih lembut. “Sesuatu yang bisa membuat kamu berduka dan juga berbahagia.”

Namja tampan itu merapikan poninya ke samping. Dalam hati mengiyakan ucapan dari Yifan. Topi kesayangannya sudah tergeletak di meja sedari tadi. Bersandar pada sofa, tangannya dengan santai mengambil kepingan keripik kentang rasa rumput laut di mix bbq dari snack yang telah ditelah disediakan sang tuan rumah. Mengunyahnya pelan, seakan-akan sangat menikmati. Mata bulat besarnya mengarah pada tayangan di televisi, film Supergirl—gadis heroik yang berstatus sebagai sepupu Superman. Wow, gadis itu sangat cantik dan y.

Meskipun pada akhirnya tidak memperhatikannya dengan fokus.

Karena Chanyeol adalah salah satu teman akrab Yifan, jadi sedikit banyaknya Tao cukup mengenalnya. Walaupun tidak sedekat dengan Junmyeon. Setidaknya Tao tahu jelas, Chanyeol itu orang yang cukup berisik. Catat itu, ribut dan berisik. Jadi ada apa gerangan dengan kesunyian yang melanda ruangan ini?

“Kenapa, ge?” namja bermata panda itu duduk bersila di sofa sambil mengambil potongan pizza yang kesekian kalinya untuk dinikmati. “Kok kalem?”

“Kalem membuatku terlihat lebih tampan,” Chanyeol memposekan tangannya ala iklan pasta gigi.

Tao hanya memutar bola matanya, “Tapi kau lebih pantas terlihat ceria, itu trademark mu, ge.”

Chanyeol meletakkan tangan kanannya dibahu Tao, “Aku hanya manusia biasa.”

“Aku kira kamu tiang listrik.” Tao ber-facepalm, matanya seakan menyampaikan makna, ‘duh, aku tahu itu kali’, kemudian mengalihkan bahasan, “Yifan-ge lama ih.”

“Iyalah, kamu nyuruh dia ngeborong makanan di minimarket kan.”

“Nggak tuh,”

“Apanya, kamu pesannya macam-macam, sampai perlu dicatat. Apa tadi itu… pepero stick, es krim, wafer, jeruk… aku lupa apa merek-merek pesananmu.”

“Gege sendiri juga ribet, memesan, chapssaltteok (kue beras kacang manis) gyeranpang, gonguguma (ubi jalar panggang), pancake yang gulanya rendah lemak, dengan tepung protein tingkat tinggi, dengan sirup maple dan pakai buah cherry yang baru dipanen… semacam itulah. Itu gimana bisa dihapal,” Tao berucap sambil melihat tulisan yang baru diucapkannya di note. “Udah tahu kami bukan orang Korea asli, mana tahu makanan macam itu.”

“Mumpung Kris-hyung lagi senang. Paling nggak dia juga bisa menyenangkan temannya.”

“Apa ini yang namanya berbagi kebahagiaan, atau ngerjain orang,” Tao menggeleng pelan.

“Lagian dia udah punya pacar, kan bisa tanyain pacarnya.” Sahut Chanyeol.

“Palingan dia tanya go*gle.”

“Udah dikasih tahu tempat letaknya, tinggal beli doang kan gampang.” Chanyeol mengacungkan jempolnya.

 “Mudahan gege gak nyasar aja sih,” Tao meraih gelas berisi air putih dingin dan meminumnya. Beberapa saat berlalu, dan keheningan kembali menyelimuti mereka. Tao yakin, ada yang salah dengan Chanyeol sekarang. Apa orang ini sedang ada masalah cinta begitu?

“Ge, apa kamu sedang patah hati karena Yifan-ge punya pacar? Kamu naksir Yifan-ge ya?”

Chanyeol hampir keselek keripik kentang. “Hah?! Nggaklah! Apaan?!” Suara melengking namja tinggi itu membuat Tao reflek menutup telinga.

“Kirain gitu,” Tao terdengar sewot, “Lalu, apa kamu naksir Junmyeon-ge?”

“Nggak!”

“Terus kenapa berantakan gini?”

“Apanya yang berantakan?” Chanyeol memperhatikan penampilannya.

“Mood kamu,” Tao mengelus dagunya.

“Ah, biasa aja,” Chanyeol berkilah.

Diam sejenak, Tao mengangguk saja, mengerti kalau Chanyeol tidak ingin membahasnya. “Ge, apa kamu pernah mengalami hal seperti menyukai seseorang yang ternyata menyukai orang lain. Kamu tahu hal itu, tapi tidak bisa berhenti menyukainya.” Tao bertanya seraya membayangkan Yixing yang sekarang dia ketahui menyukai seseorang.

Kali ini Chanyeol benar-benar tersedak, langsung mengambil air minum milik Tao, tidak peduli itu menjadi indirect kiss.

“A-apa?”

“Kamu tetap menyukainya walaupun rasanya ternyata menyakitkan.”

“Kamu sudah dewasa ternyata….” Ucapan Chanyeol bernada haru, tangannya meletakkan gelas dengan perlahan.

Mungkin remaja zaman sekarang dewasa sebelum waktunya. Pikir Chanyeol.

“Aku masih remaja kok, ge.” Tao menusuk pipinya sendiri dengan jari telunjuknya. Pose cute, “Aku masih imut. Tapi untuk soal cinta, sepertinya aku satu langkah di depan, mungkin?”

“Imuut ya... kalau begitu rasakan ini!” Chanyeol mencubit pipi namja yang berjuluk nama hewan pemakan daun bambu itu dengan gemas.

“Ow! Kenapa sih, ge! Sakit tahu!” Tao mengelus pipinya yang memerah.

Cinta bertepuk sebelah tangan. Entah kenapa Chanyeol merasa sedikit tersentil dengan ucapan Tao, makanya dia mencubit Tao sedemikian rupa, “Aku tahu rasanya.”

 “Makanya jangan nyubit pipi orang segitunya!” protes Tao.

Krik.

“Maksudku tentang orang yang kita sukai, suka pada orang lain.” Ujar Chanyeol memperbaiki kesalahpahaman yang terjadi.

“Oh,” Tao memasang wajah serius sambil mengangguk-angguk.”

“Itu wajar kok. tidak semua orang punya cerita cinta yang indah macam di buku dongeng. Saling mencintai. Saling berbalas.” Chanyeol tersenyum miris. “Ada yang bertepuk sebelah tangan, ada yang bersama tapi tidak saling mencintai, ada yang saling cinta tapi gak bisa bersama dan ada yang saling cinta dan bersama.”

“Kalau cinta, bukannya harus diperjuangkan ya, ge?”

“Masalahnya… apa kamu sanggup memperjuangkannya, atau hanya bisa sebatas menyimpan perasaanmu, dan tetap merasa tersakiti.”

Seperti aku.

“Bukankah lebih baik kalau menyampaikannya saja?”

“Karena semakin kita dewasa, semua hal menjadi lebih rumit. Banyak hal yang akan berubah. Tidak semua orang ingin berubah, terutama kalau sudah nyaman dengan keadaan seperti ini saja.”

“Meskipun cinta dalam hati?”

Jleb.

“Iya, meskipun hanya dalam hati.”

Nyess banget. Terasa seperti sebuah pedang imajiner menusuk jantung Chanyeol. Kata-kata polos Tao terdengar begitu dahsyat. Seakan menunjukkan betapa pengecutnya dia.

“Karena, kau tahu Tao, selama masih bisa berada didekatnya, menghiburnya, itu sudah cukup bagiku. Karena aku lebih takut kehilangan dibandingkan merasa sakit.”

XoXo-XoXo-XoXo

Karena dilihatpun akan langsung tahu.

Biasanya dekat—tetapi sekarang terlihat lebih dekat dan bahagia.

Mulanya Kyungsoo hanya bertanya iseng, “Jadian ya?”

Dan, begitu mudahnya semua teman mereka tahu. Junmyeon hanya senyum simpul sambil menggaruk kepalanya pelan, sementara Yifan berdehem pelan, memasang wajah cool. Jaga image. Dengan kalem dia bilang, “Nanti aku traktir kalian di Moonlight café sekalian ngerayain kesembuhan kaki Junmyeon.”

Uhuk. Orang kaya.

Tentu saja, Luhan dan teman yang lain berseru senang sambil merangkul bahu namja china itu. Kyungsoo yang biasanya kalem pun tersenyum senang, begitu pula Xiumin, Chen. Yixing ikut tersenyum, sepertinya halnya Baekhyun yang berseru, “Traktir aku paket makanan paling mahal disana!”

Chanyeol berdiri sambil bersandar, menatap kearah keramaian yang diciptakan oleh teman-temannya, dia berpikir Yixing tidak baik-baik saja tentang hal ini, sama halnya dengan sahabatnya—Baekhyun. Mengetahui penyebab Baekhyun tampak begitu sedih beberapa waktu yang lalu.

Tetapi, apa yang bisa kamu lakukan jika temanmu saling menyukai satu sama lain, selain memberikan dukungan?

Beberapa hal terkadang memang berkesan tidak adil. Beberapa orang akan bahagia, dan beberapa lainnya akan bersedih. Sepertinya dia perlu memikirkan cara untuk menghibur Yixing dan Baekhyun. Berpikiran macam itu membuat Chanyeol menghela napas pelan. Soal ulangan matematika menjadi terkesan lebih gampang dibanding masalah hati semacam ini…

Chanyeol tidak baik-baik saja, Baekhyun bisa melihat hal itu dengan jelas ketika namja tinggi itu hanya bersandar sambil menghela napas. Chanyeol pasti patah hati karena Junmyeon jadian dengan Yifan. Baekhyun tahu, patah hati memang sakit, dia juga merasakannya, sekarang. Tapi setidaknya dia mencoba untuk kuat. Saat ini tidak sepenuhnya baik-baik saja memang, tapi dia akan baik-baik saja.

Baekhyun harap dia bisa menghibur Chanyeol.

XoXo-XoXo-XoXo

“Ingat tidak, pertama kali kita ketemu di tempat ini, benar kan?” Junmyeon menghampiri Yixing yang sedang duduk sendirian sambil menikmati bubble tea rasa coklat. Minuman yang di pesan Junmyeon saat mereka pertama kali berbicara.

Yixing tersenyum, lesung pipitnya terlihat, “Tentu, bagaimana aku bisa melupakannya?”

Bagaimana aku bisa melupakan perasaan ini?

“Hyuuung! Apa maksudnya sms darimu ini?”

Kai dan Sehun yang masuk ke dalam café langsung mencari penampakan Junmyeon dan menghampirinya.

“Hah?” Junmyeon mengerutkan alisnya.

Mata Kai yang melihat Kyungsoo yang sedang duduk anteng melambaikan tangannya pada namja imut itu, “Dio-hyung! Imut seperti biasanya!” dengan sempat-sempatnya dia memberikan flying kiss sebelum kembali memfokuskan perhatian pada Junmyeon. Karena dia yakin flying kiss nya akan sampai ke hati Kyungsoo dengan selamat. Ceileh.

“Hei dua anak SMP. Ada traktiran. Datang ke Moonlight café sepulang sekolah. Aku dan Junmyeon jadian. – Wu Yi Fan.” Sehun membaca sms di ponsel Kai dengan mata berkilat.

“Apa kamu benar-benar pacaran dengan makhluk tinggi sangar itu?!” Kai menunjuk ke arah Yifan yang sedang minum cappuccino, membuat namja China itu menyahut tidak terima, “Hei!”

“Lagi pula dari mana dia mendapatkan nomor ponselku?” Kai melipat tangannya, menatap Junmyeon serius. Junmyeon mengangkat kedua bahunya secara slow.  Jongin langsung mengalihkan pandangan pada Tao yang baru masuk café.

Tao hanya bisa mengacungkan jari peace.

“Cepet putusin hyung!”

“Aku tidak mau nanti kamu kehilangan senyum angelic-mu dan memiliki ekspresi wajah sepertinya!”

“Woi!” seru Yifan tidak terima.

Dua anak SMP—Kai dan Sehun—tidak termasuk Tao— tampaknya tidak ikhlas karena hyung kesayangan mereka sudah taken oleh namja berwajah sangar macam Yifan.

Tao hanya bisa menggeleng pelan melihat sikap teman sekelasnya itu. Dia rasa gege-nya tidak seburuk itu deh. Mereka hanya belum mengenal Yifan-gege dengan baik. Seperti kata pepatah, tak kenal maka tak sayang.

“Yixing, aku kesana dulu,” Junmyeon berujar pada Yixing dengan kedua lengannya yang telah digeret oleh dua anak yang berstatus pelajar smp itu.

“Eh…” tangan Yixing refleks berniat meraih Junmyeon, namun terhenti di udara setelah melihat namja sepantarannya itu telah berjalan menjauh. Seperti tidak akan kembali lagi. Yixing kembali menarik tangannya, mengeratkan tangan pada gelas bubble tea miliknya. Dan dia menghembuskan napas perlahan, “Suho-ssi…”

Seseorang dengan mata panda mengawasinya sedari tadi. “Yixing-ge?”

Suara yang familiar. Namja itu menoleh, “Tao?”

Namja bermata panda itu duduk di kursi yang telah ditinggal Junmyeon, “Ternyata memang gege. Yixing-ge, sedang apa disini?” Tao berbasa-basi.

Senyum dan lesung pipit itu menghiasi wajah Yixing, “Traktiran teman yang jadian. Kau sendiri?”

Tao memandang Yixing, masih diam untuk beberapa saat.

[Semua… baik-baik saja. Hanya sedang baper soal romantika hidup… contohnya seperti orang yang kamu sukai, menyukai orang lain dan disukai orang lain …seperti kau mempersiapkan dirimu untuk terluka kapan saja, tapi kau tidak akan pernah terbiasa dengan rasa sakitnya…]

Mungkinkah?

Mungkinkah Yixing-ge patah hati karena Yifan-ge dan Junmyeon-ge jadian?

Mungkinkah Yixing-ge menyukai Junmyeon-ge?

Karena Tao melihat dengan jelas apa yang baru saja terjadi di depan matanya, cara Yixing menatap ke arah Junmyeon—fokus kearah Junmyeon, menyebut nama namja yang baru saja berstatus sebagai pacar kakaknya itu dengan nada sedih yang penuh harap, hingga Tao memanggil namanya.

Adegan yang sering Tao lihat di drama-drama televisi ketika menonton bersama mama-nya saat masih tinggal di China.

Yixing tampak seperti salah satu tokoh yang mengalami cidaha—cinta dalam hati menjurus bertepuk sebelah tangan. Apa jadinya kalau Yixing tahu kalau Tao adalah adik dari Yifan?

“Ah—kau lihat dua anak SMP tadi?” Tao mengarahkan telunjuknya kearah tempat kedua temannya berada, “Mereka yang menyeretku kemari karena tidak terima hyung-nya— Junmyeon-ge pacaran dengan… dengan Yifan-ge, mereka bilang Yifan-ge itu mengerikan.” Pada akhirnya Tao tidak mengatakan kalau Yifan adalah kakaknya.

Yixing terkekeh pelan, “Kau juga masih SMP kan.” Senyum kembali tampak, “Yeah, tapi Yifan-ssi sebenarnya adalah orang yang baik.”

“Iya, hanya saja ekspresinya seperti orang yang mau ngajak berantem.” Tao mengangguk-angguk.

“Tapi entah kenapa, sepertinya mereka serasi sekali…” Mata Yixing tampak menerawang jauh. Rasanya seperti tidak ada ruang untuk berada diantara kedua orang itu lagi sekarang. Jika saja… jika dia yang berada di posisi Yifan berada sekarang, akankah dia juga terlihat serasi bersanding dengan Junmyeon? Seandainya dia yang disukai oleh Junmyeon. Seandainya.

“Senyuman Junmyeon-ge tampak benar-benar mempesona, benar kan?” Tao berujar dengan mata mengarah pada kakaknya.

“Hm,” Yixing mengangguk pelan.

“Ketika matanya terlihat sipit, itu membuatnya tampak lucu.”

“Hmm,” anggukan itu masih menjadi respon dari Yixing.

“Kamu menyukai dia….”

“Hm…” Tersadar, Yixing langsung mengarahkan pandangan pada Tao karena tanpa sadar mengiyakan ucapan remaja itu.

“Ah… sudah aku duga… makanya waktu itu Yixing-ge sangat sedih…”

“Tidak, bukan seperti itu—” Yixing tampak panik. Tao bangkit dari kursinya, berdiri dihadapan Yixing.

“Yixing-ge.” Tao mendaratkan kedua tangannya dibahu Yixing, membuat Yixing terkesiap.

“Y—ya?”

“Aku suka padamu! Suka sejak ketemu waktu itu! Aku tahu aku masih kelas 3 SMP, masih disebut anak kecil, tapi aku serius! Rasa suka ku ini bukan main-main! Makanya jangan sedih seperti ini, orang yang suka padamu juga akan ikut merasa bersedih! Aku sedih!”

“T—Tao!” Yixing langsung menoleh ke kanan dan ke kiri. Melihat ke sekitar dimana semua mata sekarang mengarah padanya. Tidak menyangka mendapatkan pengakuan dari Tao.

Suasana café hening seketika.

Yifan selaku kakak dari Tao langsung menyemburkan minumannya, membuat Junmyeon refleknya mencarikan tisu untuknya.

Chanyeol sendiri hanya mangap begitu mendengarnya, mata bulatnya melebar. Tidak jauh berbeda dengan yang lainnya.

“Eh, jadi itu orang yang disukai Tao,” bisik Kai pada Sehun.

“Siapa lagi, dia kan menyatakan perasaannya pada namja itu.” Sahut Sehun.

“A—ayo bicara berdua saja.” Yixing menarik tangan Tao tambil menutup separuh wajahnya dengan tangan kiri dengan wajah memerah karena malu.

Tao hanya mengikuti langkah Yixing yang menariknya keluar dari café.

Café masih hening.

“Wow…” komentar Luhan.

“Aku juga hanya bisa berkomentar begitu,” ujar Xiumin.

“Wuah, adikmu tidak mau kalah denganmu Kris-hyung!” Chen berseru.

“Chanyeeeol! Kau apakan adikku tadi malam? Kenapa dia jadi begitu?” seru Yifan pada Chanyeol, mengguncang bahu sobatnya satu itu. Seingatnya tadi malam dia keluar rumah meninggalkan Tao dan Chanyeol tidak ada hal aneh yang terjadi.

“Hah? Gak aku apa-apain kok hyung!” sahut Chanyeol.

“Terus kok itu… dia… kenal Lay dari mana?” Yifan masih kalap.

Junmyeon menepuk-nepuk bahu Yifan, berusaha menyadarkan kelakuan Yifan.

“Mana aku tahuuu!” seru Chanyeol. Itu Tao dapat keberanian dari mana main tembak anak orang, Chanyeol pengen minta keberanian macam itu! “Kau kan kakaknya, kenapa malah bertanya padaku, harusnya kau yang lebih tahu soal begitu, hyung!”

Yifan langsung ngejleb, pundung, “Kakak macam apa aku ini… aku tidak tahu apapun soal cerita cinta Tao…”

“Kau bisa menanyakannya nanti,” Hibur Junmyeon, membuat Yifan menatapnya penuh suka cita. Membuat Kyungsoo rasanya ingin menendang namja tinggi itu, karena sekarang dia terlihat alay—Out Of Character.

“Elah, bikin jones makin ngenes aja,” gumam Luhan sambil menggoyangkan gelas minumannya.

“Memangnya kita jones?” Tanya Xiumin menoleh pada namja flower boys itu.

“Aku tidak merasa kalau aku bagian dari klub ngenes itu,” Chen ikut bersuara sambil mengibaskan rambutnya.

“Kalau gitu, ayo jadi pacarku, Luhan-hyung.” Seruan Sehun pada Luhan terdengar sudut café.

 XoXo-XoXo-XoXo

“Err… kita sudah sampai disini, jadi bisa lepas tanganku sekarang?” Yixing berucap sambil menunjuk tangannya.

Tao tersenyum lebar, melepas genggaman tangannya, “Maaf ge, terbawa suasana.”

“Jadi… kau menyukaiku?” Yixing berucap dengan tangan kanan menutupi sebagian wajahnya. Sumpah dia merasa malu dan kaget tentu saja.

“Iya,”

“Suka yang seperti itu?”

Tao memiringkan kepalanya, “Ada sebanyak apa jenis suka?”

“Ada banyak, suka sebatas teman, kakak, keluarga…”

“Rasa sukaku sebanyak dimana aku ingin memberikan cherry diatas es krim ku untukmu. Karena aku sangat menyukai buah itu. Itu spesial. Tapi aku akan rela jika berbagi denganmu.”

“Err…”

Peribaratan macam apa itu. Yixing perlu berpikir sejenak.

Tao diam memperhatikan, dalam hati berucap, ‘Berbeda cerita jika dengan Yifan-gege, aku tidak akan mau berbagi buah cherry di es krim ku dengannya. Kami akan bertengkar jika dia mengambilnya.’

“Asal kamu tahu, ge. Aku tidak akan rela berbagi dengan kakakku kalau soal hal yang istimewa. Karena aku egois dan kekanakan. Hehe, semua orang mengatakan kalau aku seperti itu.”

“Kita bahkan tidak terlalu dekat, tidak saling mengenal sebanyak itu kan.”

“Kalau begitu ayo menjadi lebih dekat denganku, saling mengenal satu sama lain lebih jauh! Dan juga, meskipun kau berkata begitu, aku benar tentang kau yang menyukai Junmyeon-ge kan?”

“Ugh…”

“Sedang patah hati pula.”

Jleb.

“Nggak bisa ya mengalihkan rasa suka itu kepadaku?”

“Aku tidak tahu.” Yixing menyahut pelan, “Aku sedang berantakan. Kamu bikin semuanya tambah berantakan.”

“Aku bantu rapiin, ya?”

Mungkin aku tidak akan sepenuhnya bisa menatanya kembali seperti semula, tapi aku akan mencobanya!

XoXo-XoXo-XoXo

Dua sosok itu berada di atas kasur. Masing-masing sibuk membaca, Yifan membaca majalah fashion dan Junmyeon membaca novel. Menutup majalahnya cepat. Yifan melirik sosok sang kekasih. Yeah, mereka berdua, sepasang kekasih, di kamar—kasur. Uhuk.

“Menurutmu apa Tao baik-baik saja?” Junmyeon meletakkan pembatas buku pada halaman yang dibacanya.

“Sebenarnya aku tidak tahu bagaimana menghadapi hal ini. Tao belum pernah membahas soal cinta sebelumnya. Dan ternyata dia mengenal Yixing. Aku tidak menyangkanya.” Ucap Yifan sambil menyandarkan kepala di bahu Junmyeon.

“Dia belum pulang?”

Yifan mengangguk pelan sambil menunjuk ponselnya, “Dia bilang akan pulang telat.”

Junmyeon mengelus-elus rambut Yifan, “Tidak apa-apa, ini mungkin salah satu jalan menuju kedewasaan untuk Tao? Semua akan baik-baik saja.”

Yifan mengarahkan mata pada Junmyeon, menatapnya serius. Tidak berucap apapun, menyadari hal itu Junmyeon balas menatapnya. Merasa sedikit grogi.

“A—apa?”

“Serius, kamu kok bisa manis banget kayak gini.”

“Apaan yang serius,” Junmyeon mengacak-acak rambut Yifan. Wajah blushing.

“Hei! Rambut ini sudah keren!” protes Yifan, dan seketika mereka malah gelindingan di kasur, saling berusaha mengacak-acak surai satu sama lain.

“Udah, udah, aku menyerah!” Junmyeon berusaha menahan tangan Yifan yang berada di atasnya, menahannya agar tidak bisa melawan. Sekilas mirip adegan anu-anu.

 Napas sama-sama terengah. Diam sambil saling menatap, tangan Yifan beralih, keduanya berada disamping bahu Junmyeon. Menunduk hingga jarak diantara wajah mereka menghilang.

Seorang perempuan cantik membuka pintu rumah tempat tinggal Yifan dengan begitu mudah. Kunci berada ditangannya. Melihat keadaan sekitar ruang tamu, dapur dan sekitarnya, meyakini ada orang di dalam rumah. Naik ke lantai dua, membuka pintu dengan senyum lebar karena sepertinya ada orang di dalam kamar.

“Yifan! Tao! Mama datang berkunjung—”

Tas prada sang ibu jatuh. Membeku di tempat melihat apa yang sedang dilakukan Yifan. Nyium anak orang di atas kasur.

Mampus.

XoXo-XoXo-XoXo

Chapter X

TBC

XoXo-XoXo-XoXo

-Kiriya-

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Sweet_cheesecake
#1
Chapter 10: Nah lho hayoo ada yang bakal dimarahin mama habis ini wkkk
Makasi updateannyaa~
Krisho_daughter #2
Chapter 10: Next juseyooo
Krisho_daughter #3
Chapter 8: Akhirnya update ?
Sky_Wings
#4
>_< ♡
BabyBugsy
#5
Chapter 5: Waduh ternyata ini lbh dr sekedar cinta segitiga tp segi lima wkwkwkkwk.. Kira kira siapa nih ya mau nyatain duluan? Ayo dong kriss ngmng dulu sama suho. You are the real prince cool man bro hahahhaa.. Dont be a coward. Fighting!!!
BabyBugsy
#6
Chapter 4: Kyaaaa junmyeon tingkahnya emng ajaib banget dah hahahhaa.. Heemm kekny seru kalau lay sma kris terlibat cinta segita dg junmyeon wkwkkwkwkw..
Makin sweet ajah nih kriss
BabyBugsy
#7
Chapter 3: Aigoo fighting tao... Pengen lihat tao makin deket sama junmyeon sebenernya. Pasti gemesin kalau dia nempel mulu sama jumnmyeon hahahhaha
Mereka ga buli tao kn?? Fighting baby taoo
BabyBugsy
#8
Chapter 2: Haahaha kencan di pagi buta pada hari minggu. Otu terasa menyenangkan hahahhaa..
Cieee kris..
BabyBugsy
#9
Chapter 1: I love it. Gemesin lhat mereka berdua kenalan.. Wkwkkwkwk si dingin kris ternyatabisa senyambung itu kalau ngmng sama suho yg bawel ^^~
ihc_ocohc #10
Chapter 4: Makin manis aja hubungan krishonya, semoga cepet jadian ya kalian berdua <3
Btw kalo ada scene sulay, please lay aja yg jadi semenya hehe