Chapter 10 - Daffodil

DAFFODIL
Please Subscribe to read the full chapter

Desember 2015,

Chan Yeol duduk, menatap rangkaian bunga berwarna kuning di hadapannya. Keningnya berkerut dan alis bertautan, memaju mundurkan bibirnya. Bunga itu terlihat sangat segar dan indah, berada di dalam pot besar bening dan harumnya memenuhi hampir seluruh ruang keluarga.

” Kau sedang apa?” Nyonya Han duduk di sebelah Chan Yeol yang menoleh padanya.

” Apakah ibu sangat sangat menyukai bunga ini?” Chan Yeol menunjuk bunga di hadapannya. Nyonya Han tertawa.

” Kenapa?”

” Hanya saja, aku beberapa kali menemukan bunga ini hadir dalam momen-momen keluarga kita..” Ucapnya.

” Kau masih ingat arti bunga ini?”

Chan Yeol mengangguk, ” Harapan baru, kelahiran kembali, cinta yang tiada bandingannya..”

” Itulah mengapa ibu sangat menyukai bunga ini, terlebih lagi bunga ini adalah simbol bulan kelahiran ibu..”

Nyonya Han menatap Daffodil di depannya.

” Tapi bu, bunga Daffodil hanya hidup di Amerika Utara dan buga-bunga ini mekar setiap bulan maret! Ini bulan Desember, kenapa bunga ini masih tetap ada?” Chan Yeol protes, Nyonya Han tertawa dengan kencang.

” Tidak bisakah kau menerima saja Chan Yeol? Kenapa kau harus repot-repot memikirkan bunga ini yang masih saja ada di bulan Desember?” Ujar Nyonya Han.

” Apakah di Amerika Utara sekarang masih bulan Maret? Kau mengambilnya langsung dari sana? Atau.. Kau, mempunyai kebun Daffodil sendiri di Italy?”

Lagi-lagi Nyonya Han tidak dapat menahan tawa mendengar ucapan anak laki-lakinya tersebut.

” Apakah selama di Italy kau melihat ada kebun Daffodil di Apartement ibu dan ayah? Atau dikantormu sendiri?”

Chan Yeol menggeleng. Nyonya Han mengacak rambut anaknya tersebut.

” Yeol-ah, kau tahu tidak? Bunga Daffodil juga memiliki arti romantis..”

” Apa?”

” Selain mawar, bunga ini juga bisa mewakili perasaanmu.. Untuk memberitahu pada pasanganmu jika kau memiliki perasaan yang sama padanya.. Tapi, jangan sesekali kau memberikannya hanya satu tangkai!”

Nyonya Han menatap Chan Yeol yang sekarang sedang melotot karena terkejut dengan gerakan tiba-tiba ibunya.

” Kenapa?”

” Karena setangkai bunga Daffodil berarti kemalangan..”

Chan Yeol mendengus,

” Apa-apaan bunga ini! Mempermainkan perasaan orang!” Menatap sinis ke arah Daffodil di depannya.

” Bagi ibu, kalian seperti bunga ini.. Kau, Sehun, Kyung Soo, Jongin, Baek Hyun, dan Joon Myun. Jika kau dan ke lima saudaramu berjalan sendiri-sendiri, kalian akan menemukan kemalangan dalam hidup. Tanpa ada yang memperingatkan untuk berhenti dan berputar ke arah yang lebih baik.. Sebaliknya, jika kalian berenam bersama-sama, terikat seperti sebuket bunga Daffodil ini, kalian akan terlihat kokoh, penuh kebahagiaan, dan harapan-harapan baru akan bermunculan..” Nyonya Han mengalihkan pandangannya dari bunga kuning tersebut pada Chan Yeol.

” Chan Yeol, kau adalah setangkai bunga Daffodil awalnya, kau menjadi ‘racun’ untuk orang-orang sekitarmu. Ketika melihatmu berdiri sendiri orang-orang menandakan kaulah sebuah kemalangan. Namun, setelah kau bertemu dan bersama dengan beberapa ‘tangkai Daffodil’ lain, kau tidak terlihat seperti itu bukan?”

Chan Yeol menatap kedua bola mata ibunya yang menatap lembut.

” Beberapa tangkai Daffodil itu adalah kelima saudara laki-lakimu, Joon Myun, Baek Hyun, Kyung Soo, Jongin dan Sehun. Kau kini memiliki harapan yang baru di setiap harinya, kau memiliki kebahagiaan, optimisme, dan awal yang baru untuk kehidupanmu.. Karena kau sekarang bukan ‘setangkai Daffodil’ lagi, tapi telah menjadi bagian dari ‘buket Daffodil’ yang indah.. Yeol-ah, itulah arti sebuah keluarga.. Menjagamu, mendukungmu, membimbingmu, dan selalu mengarahkanmu pada hal-hal positif..”

Ujung bibir Chan Yeol terangkat dan dia mengangguk lembut.

” Aku tahu bu.. Aku paham dengan maksudmu.. Terima kasih telah memberikanku sebuah keluarga yang indah..”

Nyonya Han tersenyum.

” Terima kasih telah mengajarkan hidup berharga pada ibu..” Ucap Nyonya Han kemudian.

” Kalian terlihat sangat mesra berdua!” Sehun memekik di belakang mereka, wajahnya ditekuk dan matanya menatap tajam ke arah Chan Yeol dan Nyonya Han.

” Kemarilah, bodoh! Tidak perlu memasang tampang seperti itu!” Ujar Chan Yeol, Sehun berlari dari tangga dan memeluk Nyonya Han.

” Kau tidak puas bersama-sama ibu di Italy, hyeong? Kau mau mengambil momen kebersamaan kami juga disini?” Protes bocah itu.

Nyonya Han tertawa, mengelus punggung tangan Sehun yang kini melingkari tubuhnya.

” Aku tidak melakukan itu!” Chan Yeol menjitak kepala Sehun.

” Ya ! Ya ! Kau memeluk ibuku SEHUN!” Jongin berteriak dari lantai dua, berlari kencang menuju ruang keluarga dan melepaskan pelukan Sehun pada Nyonya Han.

” YA! Dia juga ibuku!” Pekik Sehun.

” Hei! Hei! Kenapa kalian ribut sekali sih?” Tuan Park keluar dari ruang perpustakaan.

” Sehun mengambil ibuku!” Pekik Jongin, memeluk Nyonya Han yang sedang tertawa.

” Dia ibuku juga bodoh!” Sehun memeluk Nyonya Han.

” Dia ibuku juga!” Chan Yeol tidak mau kalah, dan kini tubuh kecil Nyonya Han berada di dalam rengkuhan manis anak-anaknya.

” Ya!!!!! Aku juga mau!!” Joon Myun dan Kyung Soo yang baru saja keluar dari kamar mereka berkata dengan serempak, turun dari lantai dua, menghambur pada ibunya yang tertawa dengan sangat keras.

Tuan Park berdecak, melihat kelakuan anak-anaknya yang seperti balita, mereka berebutan memeluk tubuh kecil Nyonya Han. Para pemuda itu tidak segan-segan memeluk, menggandeng bahkan bermanja-manja pada ibu mereka sendiri meskipun berada diluar rumah.

” Sehun! Jongin! Kalian sudah menjadi mahasiswa! Apakah seorang mahasiswa masih bergelayutan di tubuh ibu mereka?” Keluh tuan Park.

” Apakah seorang CEO berusia 25 tahun juga bergelayutan di tubuh ibunya?” Sehun melirik sinis ke arah Chan Yeol.

” Apa? Tanyakan pada tuan direktur berusia 27 tahun di sampingmu!” Chan Yeol menunjuk Joon Myun yang cemberut.

Tuan Park menghela nafas.

Nyonya Han dan tuan Park kini pulang ke Korea setiap dua minggu sekali sejak dua tahun terakhir, untuk menghabiskan waktu mereka bersama kelima anaknya yang masih menetap disana.

” Mandilah kalian berlima! Ayo siap-siap! Kita akan merayakan pesta tiga tahun pernikahan ibu dan menjenguk Baekki di rumah sakit..” Ucap Nyonya Han kemudian, kepalanya menyembul dari balik lengan Kyung Soo.

” Ah! Aku rindu pada Baekki hyeong!” Ucap Jongin.

” Aku juga! Aku juga! Apakah operasinya berjalan lancar?” Kyung Soo menambahkan.

” Makanya cepat mandi dan bersiap-siap! Kita akan melihat Baek Hyun..” Tuan Park menutup ocehan kelima pemuda tersebut yang berlarian dengan heboh menuju lantai dua berebut memasuki kamar mandi.

———————————————————-

D A F F O D I L

———————————————————-

- Juli 2013, Malam pembebasan Chan Yeol

Chan Yeol duduk di sebuah taman yang sepi, gelap dan angin mendominasi sekitarnya. Sesekali mulutnya menguap, menahan kantuk, setelah keluar dari ruang interogasi dia jadi sering mengantuk lebih cepat.

Meminum seteguk coffee kalengan di tangan. Melirik jam tangannya yang menunjukkan angka sepuluh malam, dia hampir menunggu dua jam disana.

” Yeol-ah!”

Menoleh dan kemudian tersenyum kecil, ketika seseorang yang dia tunggu berdiri terengah-engah didepannya. Im Ra Nee.

” Kau terlambat” Ucap Chan Yeol, Ra Nee melirik sinis pada pemuda itu.

” Sudah kubilang, aku hanya bisa keluar sebentar! Toko kami masih buka, tahu..” Keluh Ra Nee. Chan Yeol terkekeh mendengar omelan gadis pujaannya tersebut. Duduk di sebelah Chan Yeol yang masih menunduk, Ra Nee mendengus sebal.

Dia berlari dari toko sampai ke taman karena Chan Yeol mengirimkan sms untuk bertemu dengannya, mengancam tidak akan pulang jika tidak bertemu gadis itu.

Keduanya terdiam, Chan Yeol memainkan kaleng kopinya, sementara Ra Nee menatap lekat-lekat pemuda itu.

” Jangan memandangiku terus, Im Ra Nee.. Nanti kau semakin jatuh cinta padaku..” Chan Yeol melirik pada Ra Nee yang masih menatapnya.

” Tidak apa-apa kan? Aku rindu melihat wajahmu..”

Chan Yeol terkekeh.

” Terima kasih..” Suaranya yang berat itu terdengar lembut.

” Untuk apa?”

” Untuk semuanya..”

Ra Nee tertawa kecil.

” Kau manis sekali hari ini..”

” Ya, aku sebenarnya tidak ingin bersikap manis.. Hanya saja, ini yang bisa kulakukan untukmu, kurasa kau sudah tahu aku tidak akan pernah bisa menjadi pengacara, jadi—” Chan Yeol melempar kaleng tersebut ke tempat sampah di depannya sebelum menyelesaikan kalimat yang menggantung.

Dia menghela, kedua bola matanya bertemu dengan Ra Nee.

” Jadi, aku tidak akan pernah bisa memenuhi janjiku padamu..”

Ra Nee menelan ludahnya, mencari kebenaran dalam kata-kata Chan Yeol.

” Kau tidak ingin menikah denganku?” Pertanyaan itu keluar dari mulut Ra Nee, membuat wajah Chan Yeol memerah.

” A-ah! Bukan be-begitu Ra Nee.. Ta-tapi, aku kan berjanji–hmm–untuk—aduh– jangan menangis!” Chan Yeol jadi panik ketika melihat buliran airmata Ra Nee keluar dari sudut matanya.

” Ha-habis, kau bilang seperti itu.. Aku jadi se-sedih..” Ra Nee berkata terbata disela tangisnya, menghapus airmata yang tidak berhenti.

” Aduh, bukan itu maksudku! Ra Nee! Kau mengacaukannya!” Chan Yeol memekik.

” Ya! Jangan memekik padaku!” Ra Nee balas berteriak pada Chan Yeol, masih berusaha menghentikan airmata yang keluar.

Chan Yeol menghela nafas, mengusap wajah dengan kedua tangannya.

” Ra Nee, seharusnya kau tidak menangis. Tadinya, aku ingin berkata dengan keren padamu..”

Ra Nee masih menunduk.

” Dengar, aku tidak akan pernah bisa memenuhi janjiku untuk menjadi pengacara padamu.. Tapi, bukan berarti aku tidak ingin menikahimu. Im Ra Nee, maukah kau menungguku lagi? Tiga tahun, aku akan belajar dan bekerja untuk perusahaan ayahku.. Setelah itu ayo kita menikah..” Chan Yeol menatap kedua mata Ra Nee yang masih berair, gadis itu terlihat jelek dengan ingus dan airmata, Chan Yeol terkekeh geli.

” Kenapa kau tertawa?!”

” Wajahmu jelek sekali..” Ucap Chan Yeol.

” YAAA! Kau merusak momen yang bagus PARK CHAN YEOL!” Pekik Ra Nee, menghujani Chan Yeol dengan pukulan di bahu, pemuda itu tertawa dengan geli melihat wajah gadis pujaannya.

” Sudah! Ha-ha-ha! Hentikan! Sudah!” Chan Yeol berkata, Ra Nee memajukan bibirnya, menghapus air mata dan ingusnya.

” Jadi, apa jawabanmu?” Tanya Chan Yeol, wajahnya memerah, senyumnya mengembang cerah.

” Apa? Kau sudah meledekku dan masih berharap aku akan menjawabnya?!” Ra Nee merajuk. Chan Yeol tertawa.

” Aku akan selalu menunggumu—” Ra Nee menunduk, ” Aku akan menunggumu, Yeol-ah, tiga tahun, empat, atau bahkan seribu tahun, selamanya..”

Chan Yeol kembali tersenyum lebar, mengacak rambut gadis di depannya.

” Jawaban yang kuinginkan..” Ucapnya.

Ra Nee tersenyum kecil.

” Terima kasih untuk tidak meninggalkanku di saat yang paling buruk sekalipun, Ra Nee..”

” Sama-sama Yeol-ah, aku tidak akan meninggalkanmu.. Sampai kapanpun..” Ra Nee berbisik di telinga Chan Yeol, keduanya tersenyum malu.

” Kalau saja dulu aku tidak bertanya padamu, mungkin, aku tidak akan pernah kembali pada ayahku.. Dan memiliki keluarga yang luar biasa..” Chan Yeol berbicara, pikirannya kembali ketika ia mendapat kabar dari Kyung Soo jika ayahnya akan menikah lagi dan berencana untuk membuat mereka tinggal bersama dengan anak dari istri barunya.

” Kau berdiri di depan pagar rumahku, dengan baju basah kuyup dan wajah babak belur..” Ucap Ra Nee, mengingat hari dimana Chan Yeol kembali bicara padanya setelah menarik diri cukup lama dan menjauhi gadis itu.

” Apa aku terlihat bodoh?” Tanya Chan Yeol, Ra Nee terkekeh dan mengangguk.

” Im Ra Nee! Dengarkan ini! Ayahku akan menikah kembali.. Apa yang harus aku lakukan? Orangtua itu ingin aku dan kedua adikku tinggal bersama anak dari istri barunya! Apa yang harus aku lakukan? Kau tahu kan? Aku sudah tidak berbicara dan bertemu cukup lama dengan ayahku!”

Ra Nee tersenyum, mengingat kata-kata Chan Yeol saat itu. Dia terkejut, setelah sekian lama tidak mau bertatap muka bahkan berbicara dengannya, Chan Yeol berdiri di depan pagar gadis itu dan berkata demikian, tanpa titik dan koma hanya satu tarikan nafas.

” Doamu hari itu, menjadi kenyataan..” Chan Yeol menoleh pada Ra Nee dan tersenyum.

” Selamat Yeol! Kau akan mempunyai keluarga yang baru, seharusnya kau senang.. Kau akan mempunyai seorang ibu, kuharap kau bisa memiliki keluarga yang luar biasa kali ini. Terimalah ajakan ayahmu! Kurasa kau akan berbaikan dengannya, jangan keras kepala Yeol-ah!”

Ra Nee mendekatkan duduknya pada Chan Yeol, meletakkan kepala di lengan pemuda tinggi itu. Kepala Ra Nee tidak dapat menyentuh bahu Chan Yeol meskipun mereka sama-sama duduk.

” Karena aku tahu, kau pasti sangat merindukan kedua adikmu..” Ucap Ra Nee, Chan Yeol mengangguk kecil, menatap langit malam yang hitam pekat.

” Mereka adalah harta berhargaku, keluargaku, meskipun Sehun dan Kyung Soo tidak terlahir dari ibu yang sama denganku, meskipun karena keduanya aku kehilangan ibuku—- Tapi, merekalah satu-satunya yang berada di sisiku setelah kepergian ibu, mereka adik-adikku, aku hanya ingin melindungi mereka..”

Ra Nee tersenyum.

” Sudah pernah ada yang bilang belum, kalau kau kakak yang baik?”

” Kurasa sudah banyak yang bilang seperti itu..”

Keduanya tertawa.

Dan kemudian mereka diam tanpa kata, merasakan semilir angin malam yang menyejukkan, tangan keduanya saling menggenggam.

” Aku akan memberitahu mereka, Ra Nee..” Chan Yeol membuka pembicaraan akhirnya.

” Tentang apa?”

” Gangguan disosiatif yang dialami oleh—-”

” Chan Yeol!” Ra Nee menjeda, Chan Yeol menoleh melihat gadis itu melotot, dan mengganti posisi duduk menghadapnya.

” Jangan lakukan itu, kau akan membahayakannya..” Wajah Ra Nee memucat.

” Tidak apa, Joon Myun hyeong sudah tahu, ibuku sudah tahu juga tentang gangguan yang dimiliki oleh ‘dia’. Mereka juga tahu, siapa pembunuh Inoue Mao sebenarnya..”

Wajah ceria itu berubah sendu, memori mengerikan itu mendesak keluar memenuhi isi kepala Chan Yeol.

” Tapi, kurasa dia akan sangat terpukul Yeol-ah.. Apakah itu akan baik-baik saja?” Ra Nee melunak melihat ekspresi kekasihnya.

Chan Yeol menatap Ra Nee.

” Keluarga Nyonya Han adalah keluarga kami sekarang, aku yakin Nyonya Han bisa membuatnya lebih baik, aku yakin.. Jadi, aku mohon, bantu aku untuk meyakinkan, jika rahasia ini benar-benar harus ku katakan pada mereka dan juga untuk ‘dia’..”

Ra Nee melihat gurat putus asa di dalam diri Chan Yeol, bertahun-tahun pemuda itu menyembunyikan fakta menyakitkan tentang adiknya, ia tidak perduli di salahkan, tidak perduli di kucilkan bahkan oleh saudara ibunya sendiri. Kesalahan yang tidak pernah ia lakukan dilimpahkan begitu saja oleh ayahnya yang mengatasnamakan ‘kebaikan adikmu’ pada Chan Yeol.

Chan Yeol yang ringkih, Chan Yeol yang baik hati, Chan Yeol yang polos, ia rela menjadi ‘Monster’ untuk menyembunyikan kelemahannya, ia rela dibodohi, dijauhi, dihina dan dibenci oleh orang-orang yang tidak tahu akar masalahnya. Semua hanya karena untuk melindungi kedua adiknya, harta berharga yang hanya ia miliki setelah kematian ibunya.

” Bicaralah dengan pelan, jangan sampai membuatnya marah, itu akan membahayakan dirimu juga..” Ra Nee mengelus puncak kepala Chan Yeol.

” Tentu. Jujur, aku masih sangat merasa bersalah pada Yamada.. Seandainya saja aku tidak mengabaikan adikku, dan menjelaskan apa yang ingin dia ketahui, ini tidak akan pernah terjadi—” Suara Chan Yeol bergetar.

” Aku egois bukan? Aku sebenarnya tidak percaya dia akan melakukan hal itu Ra Nee, dia mengikutiku menuju Apartement Inoue dan Yamada, kemudian melakukan pembunuhan itu hanya karena tidak puas dengan jawabanku.. Dia melakukannya lagi, seperti yang pernah dia lakukan pada ibuku..”

Ra Nee menatap kekasihnya yang sedang terisak, bulir-bulir airmata berjatuhan mewakili perasaan pemuda itu sekarang.

” Berhentilah menyalahkan dirimu sendiri, Yeol-ah, aku juga bersalah, seharusnya aku memberitahukanmu tentang rencana Yamada dan Inoue malam itu.. Seandainya saja aku mengangkat teleponmu hari itu, mungkin kau tidak akan mengabaikan adikmu dan berlari menuju Apartement Inoue..” Ra Nee berbicara pelan, tangannya tidak berhenti mengelus punggung lebar pemuda tinggi itu.

Chan Yeol masih terisak, menghapus bulir airmata yang berjejalan keluar menuju pipinya.

.

Baek Hyun menghela nafasnya lagi, liburan musim panas masih berlangsung, namun dirinya masih harus di sibukkan oleh tugas yang menumpuk dari beberapa dosen. Dia kira mengambil jurusan Fashion Design akan terlihat lebih mudah, tapi nyatanya dia tetap harus pergi ke perpustakaan untuk mencari referensi dari buku-buku lama disana.

Baek Hyun melirik jam di tangannya, hampir pukul dua belas malam. Kaki pendeknya berjalan dengan cepat, menyusuri trotoar yang sepi. Sialnya, dia tidak bisa meminta jemput Joon Myun karena kakaknya tersebut sedang berada di luar Seoul untuk urusan bisnis.

Baek Hyun terdiam, merasa ada seseorang dibelakangnya, menelan ludah dengan kasar. Bulu kudukknya meremang.

‘ Orang itu pasti mengira aku perempuan!’ Pekiknya dalam hati, hal-hal buruk mampir dikepala pemuda cantik ini, membuat tangannya gemetar dan peluh bercucuran, Baek Hyun mempercepat jalan, namun seseorang dibelakangnya melakukan hal yang sama. Dia jadi ingin menangis.

‘ Ba-bagaimana ini? Apa aku harus berteriak?’ Gumamnya dalam hati, memandang sekeliling, itu adalah jalanan tersepi yang ia pernah lewati.

‘ Kemana sih orang-orang’ rutuk Baek Hyun. Seseorang dibelakangnya semakin mendekat, Baek Hyun benar-benar ingin menangis, siapa saja! Dia ingin berteriak memanggil siapa saja, Sehun? Jongin? Joon Myun? Kyung Soo? Chan Yeol?

” Chan Yeol!!!!!”

Tanpa sadar Baek Hyun berteriak memanggil nama saudaranya tersebut ketika mulutnya di bekap oleh tangan raksasa, membuat ia sulit bernafas.

” Le-lepaskan!” Baek Hyun meronta, airmatanya keluar.

” Hei! Ini aku! Baek!”

Baek Hyun menatap lekat-lekat seseorang yang masih membekap mulutnya tersebut, suara berat dan aroma khas.

” Chan Yeol?” Kini Baek Hyun bisa berkata dengan leluasa.

Chan Yeol mendengus. ” Kenapa kau lari sih? Aku kan jadi ikut lari karena ketakutan! Bodoh!”

Baek Hyun masih terdiam tanpa suara, lututnya lemas.

” Hei! Kau kenapa?”

” JANGAN TANYA AKU KENAPA BODOH!!!!!” Pekik Baek Hyun dengan suara lantang dan keras membuat Chan Yeol melotot lebar karena terkejut. Baek Hyun yang selalu bersikap manis dan lembut bisa mengeluarkan suara seperti serigala (ia jadi teringat ketika Baek Hyun berteriak di ruang interogasi).

” Ke-kenapa kau berteriak sih?! Kau juga tadi berteriak memanggil namaku!” Chan Yeol bersungut-sungut.

” Eh?”

” Jangan eh! Kau tadi kan memanggil namaku, kukira kau sudah tahu aku berada dibelakangmu!” Pekik Chan Yeol.

Baek Hyun terdiam, berfikir, apa dia memanggil Chan Yeol? Tapi dia merasa memanggil nama Jongin.

” Apa aku memanggil namamu?”

Chan Yeol menoleh, memasang wajah datar.

” A-aku benar-benar tidak tahu kalau itu kau, kukira penguntit..”

” Eh? Kau mengira aku penguntit?! Astaga Baek, tidak ada seorangpun yang mau menguntitmu!” Chan Yeol mencemooh. Baek Hyun mendengus, mereka melanjutkan berjalan.

” Habis darimana?” Tanya Baek Hyun, membuka pembicaraan, suasana canggung hampir saja masuk di antara mereka.

” Bertemu Ra Nee..”

” Apa kau ber

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
ErnaMurti #1
Chapter 11: Serius, ceritanya bagus banget. Konfliknya ngenaaaaa.. Udah kaya baca fanfic detektif kayanya, banyak teka-tekinya gitu jadi sambil baca sambil mikir juga. Haha, pokoknya daebak deh author! Tapi endingnya kepribadian gandanya sehun tetep ga hilang?
keyhobbs
#2
Chapter 11: aigoo...serius ini keren bnget, cara author mengombang-ambing perasaanku#aciee:D terus gmana cara author membuat aku nebak2 teka-teki yg ada itu tuh keren bnget sumpah! Author I really really really love this story^^
lightmover0488 #3
NICE STORY!! JJANG~
hirosima #4
Chapter 11: sempurna, cinta keluarga. apa kau penulis sungguhan, maksudku kau sudah menerbitkan sebuah buku diluar fanfic? kau seperti profesional. q bkn fans exo tp q menyukai tulisanmu, lepas dr status fans atau grup q salut dg karyamu. keep writing! :)
hirosima #5
Chapter 11: sempurna, cinta keluarga. apa kau penulis sungguhan, maksudku kau sudah menerbitkan sebuah buku diluar fanfic? kau seperti profesional. q bkn fans exo tp q menyukai tulisanmu, lepas dr status fans atau grup q salut dg karyamu. keep writing! :)
dolphin159 #6
Chapter 11: Bru tw ada side storynya, aku bc di ffindo dr part prtm smpe end, critany jd lbih jlas di sini ttg msa kecilnya sehun
eunzha #7
Chapter 11: 대박 ><
asli keren banget banget banget ~>_<~
keren banget ceritanyaaaaa ><
telat bgt bacanya tp ini keren bgt idenyaaa
ampun banget, semua perasaan aku diubek2 sama cerita disetiap chapternya ><
eunzha #8
Chapter 11: 대박 ><
asli keren banget banget banget ~>_<~
keren banget ceritanyaaaaa ><
telat bgt bacanya tp ini keren bgt idenyaaa
ampun banget, semua perasaan aku diubek2 sama cerita disetiap chapternya ><
MinyeolPark #9
Chapter 11: kerennn banget ceritanya,gak nyangka kalo sehun yang selama ini chanyeol tutupi,disini karakter chanyeol bikin aku salut,duh dah gak tau mau ngomong apa,tapii akhirnya keluarga park bahagia :)
Vay1991 #10
Chapter 11: salah sangka deh. ternyata sehun pelakunya. yang punya kepribadian ganda dan kenapa juga chanyeol yang bersikap berbeda kalo d di hadapan sehun.
ceritanya penuh dengan nasihat kehidupan. keren