Chapter 7 - Different

DAFFODIL
Please Subscribe to read the full chapter

Sehun duduk, membiarkan pipi kanannya menyentuh meja, tubuhnya condong ke depan dan tangan menjuntai pasrah. Menatap keluar jendela yang gordennya tertiup angin, dia tengah berada di perpustakaan sekarang. Suasana hening seperti ini membuat hatinya sedikit tenang.

Dua hari yang lalu ayah dan ibunya kembali ke Italy, tapi, sesuatu menganggu pikirannya. Percakapan ayah dan ibu yang dia tangkap malam itu, dan sesuatu yang dia lakukan. Sehun melupakan bagian penting tersebut.

” Sehun?” Kim Sa Na dengan kacamata melorot dan tangan yang penuh buku berdiri di depan Sehun yang masih asyik dengan posisinya.

” Oh~”

” Kau selalu kesini setiap istirahat..”

Agar dapat melihatmu, batin Sehun.

Sa Na duduk di depan Sehun, menaruh buku-bukunya disana dan mulai membaca. Keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing untuk sesaat.

Sehun mengubah posisi, dagunya menyentuh meja, dia menatap Kim Sa Na yang sedang asyik dengan bukunya. Gadis itu terlihat seperti boneka, cantik dan menggemaskan. Sejak pertama kali melihatnya di kelas 1, Sehun sudah jatuh cinta, namun Kim Sa Na tidak seperti gadis kebanyakan yang mudah di dekati. Dia lebih senang menghabiskan waktunya di perpustakaan, bergumul dengan buku dan mengkoleksi barang-barang dengan motif kelinci.

” Berhenti menatapku, Park Sehun. Air liur mu menetes..” Kim Sa Na berbicara bahkan tanpa repot-repot menatap Sehun yang sekarang sudah kembali dengan posisinya.

” Sa Na..”

” Hm?”

” Apakah kau tahu aku adik Jongin?”

Sa Na mengangguk, tidak perduli Sehun melihatnya atau tidak. Dia masih asyik membaca bukunya.

” Apakah kau senang?” Sehun kembali bertanya.

” Kenapa?”

” Di cium oleh Jongin..”

Sa Na mendengus. Sehun melirik. Tidak ada kata-kata yang keluar dari mulut gadis itu.

” Ternyata kau senang..”

” Tidak sesenang itu kok..” Ujar Sa Na.

” Tapi kau tersipu jika berbicara dengan Jongin..”

Sa Na mengalihkan pandangannya, menatap Sehun yang masih mengamati gorden.

” Apa kau seorang stalker?” Sa Na berkata.

” Aku tidak pernah menguntitmu sampai rumah kok..” Jawab Sehun.

” Tapi kau mengamati gerak-gerikku..”

” Karena aku memiliki alasan..” Sehun melirik Sa Na.

” Coba, katakan apa alasanmu?”

Sehun terdiam, menimbang-nimbang apakah ini saat yang tepat untuk mengatakan perasaannya.

” Karena kau teman sekelasku..” Kalimat yang keluar berbanding terbalik dengan apa yang Sehun ucapkan di hatinya.

Sa Na mendengus. Kembali membaca bukunya. Hening mendominasi menit-menit mereka, tanpa kata-kata keduanya menghabiskan hampir separuh jam makan siang.

Kemudian, suara-suara tawa terdengar dari luar jendela. Sehun dan Sa Na mengenali pemilik suara tersebut, Jongin berjalan melewati jendela perpustakaan bersama beberapa temannya. Sehun melirik Sa Na dan gadis itu melirik keluar jendela.

” Apakah kau tipe orang yang mencintai seseorang setelah ciuman?” Tanya Sehun kemudian, duduk tegak di depan Sa Na yang menatapnya.

” Apa maksudmu?”

Sehun mendengus, dia berdiri, dan berlalu meninggalkan Sa Na yang masih mengerenyit tak mengerti. Gadis itu melanjutkan membaca.

” Hei, Kim Sa Na..”

Sa Na menoleh dan kini matanya melotot hampir keluar, ketika Sehun mendadak berdiri di sampingnya, menunduk dan mencium bibirnya.

” Jika setelah aku melakukan ini dan kau tidak menyukaiku, aku akan menyerah.. Kim Sa Na..”

Sehun berlalu pergi dengan senyum di bibirnya, Sa Na masih membeku di tempat. Hatinya berdetak tak karuan, suhu tubuhnya meningkat.

Dia masih tidak percaya Sehun melakukan hal itu dan kata-kata Sehun barusan…

” Apa maksudnya..” Gumam Sa Na.

.

Jongin berjalan melewati lorong kelas tiga, menuju gudang penyimpanan alat-alat olahraga, membawa empat bola basket di dadanya. Hari ini, dia sedang tidak beruntung pertandingan melawan beberapa senior membuatnya kalah telak hampir setengah skor. Akhirnya, dia yang harus membawa bola basket tersebut sendirian dan membereskan lapangan.

Jongin menutup pintu gudang, kembali melewati lorong kelas 3 ketika dentingan piano terdengar. Dia mengerenyit, ini sudah 15 menit setelah bel pulang berbunyi, biasanya semua siswa/i tidak ada yang berani masuk ke ruang musik lewat dari jam 7 malam.

Penasaran, pemuda itu menengok ke ruang musik yang masih terang. Tidak ada siapa-siapa disana. Jongin berjinjit, dan mengintip dari sela-sela jendela ketika tepukan di bahu membuatnya berteriak sangat kencang.

” Kenapa kau berteriak?”

Kyung Soo berdiri di sampingnya, dengan wajah datar, menatap Jongin.

” Wah! Sial! Jantungku hampir saja copot!” Pekiknya, mengelus dada dengan nafas terengah-engah.

Kyung Soo terkekeh melihat tingkah Jongin.

” Kau pasti mengira aku hantu..” Ujarnya, Jongin mendengus, memang itu yang ada di pikirannya tadi.

” Tidak pergi les, hyeong?” Tanya Jongin, mengekor Kyung Soo masuk ke dalam ruang musik.

” Sedang tidak mood..”

Kyung Soo sudah terbiasa dengan Jongin yang terkadang memanggilnya ‘hyeong’ terkadang ‘Kyung’. Semaunya sendiri.

Kyung Soo duduk di depan piano, menatapnya cukup lama.

” Apa, kau sedang ada masalah?” Jongin berjongkok di depan Kyung Soo, menatap wajah kakak laki-lakinya tersebut.

Kyung Soo mengangguk kecil, ” Ya, seperti itulah..”

” Ada apa? Kau bisa bercerita padaku. Apakah, gangguan kepribadian gandamu kembali?”

Kyung Soo mendengus.

” Sudah kubilang Jongin, aku tidak memiliki kepribadian ganda!”

” Oke,oke, apapun yang kau katakan hyeong!” Jongin mengangguk-angguk.

Mereka terdiam sebentar, Kyung Soo menyentuh pinggiran piano tersebut, mengelusnya dengan lembut. Jongin mengamati, wajah Kyung Soo sedang sangat kusut hari ini, tadi pagipun dia makan sangat sedikit tidak seperti biasanya.

” Semalam aku menonton bioskop sendirian..” Kyung Soo membuka pembicaraan.

” Kau sering melakukannya?”

Kyung Soo mengangguk.

” Hidup bersama-sama dengan banyak orang, terkadang bisa menyesakkan. Memiliki waktu sendirian seperti itu cukup menyenangkan..” Ujarnya.

Jongin memainkan ujung jari-jari tangan.

” Apakah masalah itu sangat mengganggumu, hyeong?”

Jongin duduk di lantai, menyender pada tembok.

” Menurutmu, apakah aku mirip dengan Sehun dan Chan Yeol hyeong?” Alih-alih menjawab, pemuda itu melemparkan sebuah pertanyaan kembali pada adiknya. Jongin terdiam, mencari maksud dari pertanyaan Kyung Soo.

” Ada saat-saat dimana aku melupakan masa kecilku, yang aku ingat, aku bertemu dengan Chan Yeol hyeong dan Sehun ketika usiaku hampir 6 tahun..”

” Dibawah usia itu kita tidak memiliki memori hyeong..” Jongin menimpali.

” Tidak, kau pasti memiliki ingatan ketika kau berusia 5 tahun. Aku yakin..”

” Tidak, aku bahkan tidak ingat kejadian apa yang menimpa Baek hyeong..”

Itu benar, Jongin lupa bagaimana dia hidup berdua saja dengan Joon Myun selama hampir 5 tahun dan bagaimana akhirnya dia melupakan jika selama itu Baek Hyun dan ibunya tidak berada dirumah..

” Benarkah..” Kyung Soo bergumam.

” Kulihat ketika piknik, kau mulai berbicara dengan Chan Yeol hyeong..”

Kyung Soo tersenyum.

” Ya, dia mengajakku berbicara saat itu.. Kau tahu? Itu menyenangkan untuk bisa mengetahui jika dia masih perhatian pada kami, adik-adiknya..”

” Bukankah Yeol hyeong memang perhatian? Kau sendiri yang bilang, karena dia ‘hyeong’ mu dia rela bangun pagi-pagi mengerjakan tugas mingguan..”

Kyung Soo kemudian terkekeh.

” Kau benar, itulah cara dia menjaga adik-adiknya. Sikap kasar, kata-kata kotor dan rasa tidak perduli yang dia tunjukkan, hanyalah topeng untuk menutupi bahwa ia sangat takut kehilangan kami..”

Jongin menggeser tempat duduknya.

” Apakah itu yang mengganggumu? Perhatian Chan Yeol hyeong?”

Kyung Soo menggeleng.

” Bukan.. Ada sesuatu yang lain..” Kyung Soo enggan mengatakannya. Lagipula, amplop itu belum jelas miliknya. Walaupun tanggal lahirnya tertera disana.

” Hyeong, kau mau makan curry ramyeon? Aku teraktir..” Jongin berkata, Kyung Soo meliriknya.

” Kau lapar?”

Jongin mengangguk.

” Aku lapar sejak tadi, hari ini energiku terkuras hampir delapan puluh persen..”

Kyung Soo terkekeh, meng-iya-kan ajakan Jongin.

” Hyeong, kurasa kau mirip Chan Yeol hyeong.. Mungkin kau hanya tidak beruntung soal tinggi badan..” Jongin bermaksud menyemangati Kyung Soo dengan kata-katanya yang membuat kakak laki-lakinya tersebut mendengus kasar.

” Terima kasih” Ujar Kyung Soo malas.

———————————————————-

D A F F O D I L

———————————————————-

Chan Yeol duduk di perpustakaan kampus, mata besar itu menancap pada huruf yang tercetak dibuku yang ada di hadapannya. Menghela nafas. Tidak ada satupun dari empat buku yang sudah dia baca nempel di otaknya.

Merutuki dosennya dalam hati, Chan Yeol kesal. Padahal, dia baru saja dua bulan masuk kuliah, namun beberapa dosen telah memberikannya tugas yang lumayan membuat tegang otak. Dia menghela, menatap ponselnya yang tidak berbunyi sejak siang. Ra Nee bahkan tidak repot-repot menghubunginya.

Ra Nee tidak beruntung, dia tidak masuk ke Universitas yang sama dengan Chan Yeol. Terakhir kali mereka saling mengirimkan e-mail adalah ketika Chan Yeol mengabarkan jika ia diterima di Seoul National University. Sejak itu, Ra Nee belum menghubunginya lagi. Kejelasan status mereka sekarang masih mengambang, padahal pemuda itu ingin buru-buru mengatakan apa yang dia rasakan pada Ra Nee.

” Chan Yeol?”

Seorang gadis berkacamata dengan potongan rambut bop, berdiri di samping Chan Yeol. Pemuda itu mengerutkan kening, mencoba mengingat apakah mengenal gadis tersebut. Teman sekelasnya? Teman satu genk? Oh, tidak mungkin, teman di genknya semua laki-laki, apakah gadis tersebut teman di kampus?

” Aku, Mao! Inoue Mao! Baek Hyun pernah mengenalkanku padamu di cafe..” Gadis itu duduk di depan Chan Yeol yang sekarang sedang mengangguk-angguk, walaupun dia sedang mengingat apakah Baek Hyun pernah mengenalkan seseorang padanya.

” Kau sedang belajar?” Tanya gadis itu, bertindak sok akrab pada Chan Yeol.

” Mungkin..”

Chan Yeol malas meladeni seseo

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
ErnaMurti #1
Chapter 11: Serius, ceritanya bagus banget. Konfliknya ngenaaaaa.. Udah kaya baca fanfic detektif kayanya, banyak teka-tekinya gitu jadi sambil baca sambil mikir juga. Haha, pokoknya daebak deh author! Tapi endingnya kepribadian gandanya sehun tetep ga hilang?
keyhobbs
#2
Chapter 11: aigoo...serius ini keren bnget, cara author mengombang-ambing perasaanku#aciee:D terus gmana cara author membuat aku nebak2 teka-teki yg ada itu tuh keren bnget sumpah! Author I really really really love this story^^
lightmover0488 #3
NICE STORY!! JJANG~
hirosima #4
Chapter 11: sempurna, cinta keluarga. apa kau penulis sungguhan, maksudku kau sudah menerbitkan sebuah buku diluar fanfic? kau seperti profesional. q bkn fans exo tp q menyukai tulisanmu, lepas dr status fans atau grup q salut dg karyamu. keep writing! :)
hirosima #5
Chapter 11: sempurna, cinta keluarga. apa kau penulis sungguhan, maksudku kau sudah menerbitkan sebuah buku diluar fanfic? kau seperti profesional. q bkn fans exo tp q menyukai tulisanmu, lepas dr status fans atau grup q salut dg karyamu. keep writing! :)
dolphin159 #6
Chapter 11: Bru tw ada side storynya, aku bc di ffindo dr part prtm smpe end, critany jd lbih jlas di sini ttg msa kecilnya sehun
eunzha #7
Chapter 11: 대박 ><
asli keren banget banget banget ~>_<~
keren banget ceritanyaaaaa ><
telat bgt bacanya tp ini keren bgt idenyaaa
ampun banget, semua perasaan aku diubek2 sama cerita disetiap chapternya ><
eunzha #8
Chapter 11: 대박 ><
asli keren banget banget banget ~>_<~
keren banget ceritanyaaaaa ><
telat bgt bacanya tp ini keren bgt idenyaaa
ampun banget, semua perasaan aku diubek2 sama cerita disetiap chapternya ><
MinyeolPark #9
Chapter 11: kerennn banget ceritanya,gak nyangka kalo sehun yang selama ini chanyeol tutupi,disini karakter chanyeol bikin aku salut,duh dah gak tau mau ngomong apa,tapii akhirnya keluarga park bahagia :)
Vay1991 #10
Chapter 11: salah sangka deh. ternyata sehun pelakunya. yang punya kepribadian ganda dan kenapa juga chanyeol yang bersikap berbeda kalo d di hadapan sehun.
ceritanya penuh dengan nasihat kehidupan. keren