Before D-Day
A Thousand Love ( One-Shot Collection )Before D-day
Cast : Khunyoung
Genre : romance,
Author : Wooyochie
A/n: Sebuah fanfic based on film favorit author, Hari Untuk Amanda. Happy reading.. :)
~***~
"Oh jadi kamu akhirnya nikah juga sama si Nichkhun itu?"
Pertanyaan polos dari bibinya mau tak mau membuat Wooyoung tersenyum malu. Sambil mengangguk pelan dengan wajah merona, Wooyoung menjawab pertanyaan itu.
"Tentu saja bi, memang Woo mau menikah sama siapa lagi?"
Well, tentu saja. Memangnya dia mau menikah dengan siapa selain Nichkhun? Wooyoung sudah terlalu cinta pada namja yang baru dipacarinya setahun belakangan itu, walaupun mereka sudah saling kenal sejak lama.
"Tapi, kenapa kamu mengantar undangan sendirian? Dimana calon suamimu?"
Pertanyaan polos kedua dari bibinya itu mau tak mau membuat senyum ceria Wooyoung berubah menjadi cengiran getir. Diusapnya tengkuknya yang tidak gatal, bingung apakah ia harus menjawab jujur atau tidak.
"Umm Nichkhun ada pekerjaan yang harus diselesaikan bi. Jadi dia tidak bisa menemani Woo.." Akhirnya dia memilih jujur.
"Omoo, seminggu lagi kalian menikah tapi dia masih saja sibuk kejar setoran?" Wanita itu tertawa pelan, membuat Wooyoung semakin salah tingkah. "Yah tidak apa-apa sih, asal dia tidak diburu kerja saat hari H saja. Bisa repot nanti."
"Iya bi.." Dengan tertawa canggung, Wooyoung berusaha menerima candaan dari bibinya itu. Namun, di dalam hati, diam-diam ia mengutuk Nichkhun yang terlalu workaholic. Tentu saja sambil berharap agar perkataan bibinya tidak menjadi kenyataan mengingat Nichkhun bisa sangat tidak terduga jika sudah menyangkut pekerjaan. Maklum artis profesional.
Tapi sekali lagi, Wooyoung hanya bisa tersenyum dan meyakinkan dirinya sendiri. Memangnya ia akan menikah dengan siapa lagi?
*****
"Apakah kamu benar-benar tidak bisa keluar sebentar untuk fitting baju? Lima hari lagi kita akan menikah Khun, dan aku tidak mau baju kita tidak pas saat dipakai nanti."
Wooyoung menggigit bibir bawahnya dengan kesal. Entah kenapa Nichkhun masih saja ngotot dengan jadwal pemotretannya, padahal hari itu seharusnya mereka ada jadwal dengan pihak WO dan fitting baju pernikahan.
"Maaf sayang, aku nggak bisa. Pekerjaan ini benar-benar penting dan sudah dijadwalkan sejak sebulan yang lalu. Aku harus profesional." Suara Nichkhun di ujung telepon terdengar lembut dan bernada merayu. Tapi Wooyoung hanya mendengus kesal.
"Oke, kamu bisa profesional, tapi fitting juga penting!" Wooyoung hampir berteriak frustasi. Ditahannya air mata yang hampir menetes dari kedua pelupuk matanya.
"Sudahlah Woo, kamu kan sudah bilang dengan detail ukuran tubuhku kepada pihak bridal, jadi tenang saja. Tidak masalah kok kalo kebesaran sedikit saja..."
"Tapi bagiku itu masalah!" Wooyoung berteriak, memotong ucapan Nichkhun. Kali ini ia sungguh marah dengan sikap namja itu. "Kamu selalu saja bilang, tenang saja, santai saja, semua sudah ada yang mengurus. Iya, semua ada yang urus, dan itu aku! Kamu nggak pernah mau repot-repot menemaniku nganter undangan, ketemu pihak WO, nyicip katering, bahkan fitting final pun kamu nggak bisa! Sebenarnya kamu peduli nggak sih dengan pernikahan kita?"
Suara Wooyoung melirih, bersamaan dengan isak tangis yang mulai keluar dari bibirnya. Di seberang sana, tak ada jawaban dari Nichkhun.
"Atau, jangan-jangan kamu benar-benar tidak peduli dengan semua ini? Apa mungkin keputusanku untuk menikah denganmu itu salah?"
Akhirnya pertanyaan itu meluncur juga. Sebuah pertanyaan yang selalu bercokol dalam benak Wooyoung selama seminggu terakhir akibat sikap Nichkhun yang selalu mengutamakan pekerjaan dibandingkan persiapan pernikahan mereka.
"Woo..." terdengar suara Nichkhun di ujung sana. Dari nadanya, Wooyoung tahu Nichkhun juga kaget mendengar pertanyaannya tadi.
"Aku capek Khun, ngurus ini itu sendirian. Repot sendirian. Padahal ini pernikahan kita." Diusapnya air mata di kedua pipinya. "Mungkin memang seharusnya aku memikirkan lagi tentang pernikahan ini."
Tanpa menunggu jawaban Nichkhun, Wooyoung segera memutus sambungan telepon. Dilemparkannya gadget tersebut ke dashboard mobil. Ia tak tahan lagi, ia merasa benar-benar ingin menangis sekarang. Ia begitu frustasi menghadapi sikap Nichkhun dan semua tetek bengek pernikahan mereka.
"Woo, apakah semua perkataanmu itu tidak keterlaluan?" Junho yang sedari tadi hanya diam dan menyetir di samping Wooyoung akhirnya angk
Comments